Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN : 2548-964X

Vol. 1, No. 11, November 2017, hlm. 1142-1151 http://j-ptiik.ub.ac.id

Optimasi Support Vector Regression (SVR) Menggunakan Algoritma


Improved-Particle Swarm Optimization (IPSO)
untuk Peramalan Curah Hujan
Husin Muhamad1 , Imam Cholissodin2, Budi Darma Setiawan3
1,2,3
Program Studi Teknik Informatika/Ilmu Komputer Universitas Brawijaya
Email: 1husin.muh@outlook.com, 2imamcs@ub.ac.id, 3s.budidarma@ub.ac.id

Abstrak
Perubahan iklim yang terjadi dikarenakan oleh pemanasan global menyebabkan perubahan pola
curah hujan. Mengetahui pola curah hujan sangat penting bagi beberapa aktivitas dan pekerjaan yang
ada. Maka dari itu diperlukan peramalan curah hujan untuk mengetahui pola curah hujan yang akan
mendatang. Salah satu metode peramalan yang sering digunakan adalah Support Vector Regression.
Namun, metode tersebut masih memiliki kekurangan yaitu pada penentuan nilai parameter yang tepat.
Maka diperlukan algoritma optimasi untuk membantu menentukan nilai parameter SVR yang tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan peramalan curah hujan pada daerah Pujon, Malang dengan
menggunakan metode Support Vector Regression yang dioptimasi dengan Improved-Particle Swarm
Optimization. Optimasi metode SVR dilakukan untuk mendapatkan nilai parameter SVR yang paling
optimal. Parameter SVR yang dioptimasi adalah 𝑐𝐿𝑅 (konstanta learning rate), 𝐶 (kompleksitas), 𝜆
(koefisien Hessian), 𝜀 (error rate) dan 𝜎 (koefisien kernel). Peramalan curah hujan bulan Januari
dasarian pertama pada tahun 2007 sampai 2015 yang dilakukan dengan menggunakan IPSO-SVR
menghasilkan nilai RMSE sebesar 0.213389 dibandingkan dengan menggunakan metode SVR yang
menghasilkan RMSE sebesar 25.839085. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode SVR yang
dioptimasi dengan menggunakan IPSO lebih baik dibandingkan dengan metode SVR yang belum
dioptimasi.
Kata kunci: Peramalan, curah hujan, Support Vector Regression, Improved-Particle Swarm Optimization.
Abstract
Climate change that happens because of global warming also cause change in rainfall patterns.
Knowing rainfall patterns is really important for some activity and works. So, rainfall forecasting is
needed to understand the rainfall patterns in the future. One of the method used in forecasting is Support
Vector Regression. But, SVR still has weakness in determining the right values for the parameters. So,
an optimization algortithm is needed to help determining the values of the parameters in SVR. The
purpose of this research is to do rainfall forecasting in Pujon area, Malang using Support Vector
Regression that’s been optimized by Improved-Particle Swarm Optimization. Optimization of SVR is
done for getting the optimal values of SVR’s parameters. The optimized SVR’s parameters are 𝑐𝐿𝑅
(learning rate constants), 𝐶 (complexity), 𝜆 (Hessian’s coefficient), 𝜀 (error rate) dan 𝜎 (kernel’s
coefficient). The rainfall forecasting for the first ten days of January from 2007 until 2015 by using
IPSO-SVR resulted value of 0.213389 in RMSE compared to using only SVR which resulted value of
25.839085 in RMSE. This proved that optimization of SVR using IPSO is better compared to using the
unoptimized SVR.
Keywords: Forecasting, rainfall, Support Vector Regression, Improved-Particle Swarm Optimization.

Hadley dan sirkulasi timur-barat (zonal) yang


1. PENDAHULUAN dikenal sebagai Sirkulasi Walker (Achmad, et
Indonesia terletak diantara dua benua dan al., 2013). Perubahan iklim yang terjadi
dua samudera serta dilewati oleh garis dikarenakan oleh pemanasan global
khatulistiwa. Posisi ini menjadikan Indonesia menyebabkan perubahan antara lain terjadinya
sebagai daerah pertemuan sirkulasi utara-selatan kenaikan tinggi permukaan laut, kenaikan suhu
(meridional) yang dikenal sebagai Sirkulasi udara dan perubahan pola curah hujan.

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 1142
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1143

Perencanaan pertanian menjadi kurang optimal peramalan dilakukan dengan SVR yang
dikarenakan kondisi fluktuasi curah hujan yang dioptimasi dengan metode Particle Swarm
tidak menentu dalam beberapa tahun terakhir Optimization (PSO) yang menghasilkan nilai
(Mukid, 2013). Fenomena El-Nino dan La-Nina Root Mean Square Error (RMSE) sebesar 0,902.
juga menjadi salah satu penyebab perubahan Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan
iklim di Indonesia. Menurut Boer (2003), nilai RMSE metode SVR sebesar 1,142 dan
Indonesia telah mengalami kekeringan atau metode ANN sebesar 1,307. Penelitian lain
curah hujan di bawah rata-rata sebanyak 43 kali mengenai optimasi Support Vector Regression
sejak tahun 1844. Sebuah inovasi teknologi (SVR) menggunakan Particle Swarm
tentang peramalan curah hujan sangat Optimization (PSO) yaitu dari Hsieh (2011).
dibutuhkan mengingat kondisi curah hujan Penelitian ini menggunakan metode SVR-PSO
Indonesia yang sangat fluktuatif untuk untuk peramalan harga saham dengan hasil
menunjang aktivitas dan pembangunan di keluaran nilai RMSE sebesar 49,10. Sedangkan
berbagai bidang (Mulyana, 2014). jika menggunakan metode SVR, nilai RMSE
Peramalan (forecasting) dapat dilakukan yang dihasilkan sebesar 49,27. Selain nilai
dengan dua pendekatan. Pendekatan yang RMSE yang lebih kecil, waktu komputasi yang
pertama adalah pendekatan statistik dan dibutuhkan untuk metode SVR-PSO pada
pendekatan yang kedua adalah pendekatan penelitian ini yaitu 164 detik lebih cepat
kecerdasan buatan (AI). Peramalan dengan dibandingkan dengan metode SVR yang
pendekatan statistik terdiri dari metode membutuhkan waktu komputasi 1252 detik. Hal
pertimbangan, metode regresi, metode yang menyebabkan waktu komputasi yang lebih
kecenderungan, metode input output, dan cepat adalah ketepatan koefisien yang digunakan
metode ekonometrika (Supranto, 2000). Metode sehingga jumlah iterasi yang dilakukan tidak
regresi adalah salah satu metode peramalan yang terlalu banyak.
sering digunakan karena dapat diaplikasikan Berdasarkan peramalan curah hujan dan
untuk peramalan dengan data yang memiliki penjelasan singkat mengenai Support Vector
variabel yang banyak. Proses komputasi pada Regression (SVR) dan metode Particle Swarm
metode regresi dapat menjadi lama karena Optimization (PSO) yang sudah diuraikan, maka
metode regresi adalah metode yang memiliki dirancang penelitian yang menggabungkan
ketergantungan antara variasi dan relasi dari tiap kedua metode yaitu “Optimasi Support Vector
variabel (Abraham & Ledolter, 2005). Regression (SVR) menggunakan Improved-
Peramalan dengan pendekatan yang kedua Particle Swarm Optimization (IPSO) untuk
adalah pendekatan kecerdasan buatan (AI). Peramalan Curah Hujan”. Implementasi yang
Salah satu teknik peramalan AI adalah dengan dilakukan adalah menggabungkan metode
menggunakan Support Vector Regression Support Vector Regression (SVR) untuk
(SVR). Support Vector Regression (SVR) adalah melakukan peramalan curah hujan, sedangkan
hasil pengembangan Support Vector Machine metode Improved-Particle Swarm Optimization
(SVM) dengan metode regresi sehingga dapat (IPSO) digunakan untuk melakukan optimasi
digunakan untuk peramalan layaknya metode terhadap parameter yang ada pada SVR sehingga
regresi pada pendekatan statistik. Namun, diharapkan hasil peramalan dengan akurasi yang
Support Vector Regression (SVR) memiliki tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat
parameter yang tidak ditentukan sehingga susah membantu masyarakat pada umumnya untuk
untuk menentukan parameter yang optimal. membantu mengatasi permasalahan peramalan
Makridakis dan Hibon (2000) menyatakan curah hujan di Indonesia yang fluktuatif.
bahwa menggabungkan beberapa model menjadi
satu dapat meningkatkan hasil akurasi 2. DASAR TEORI
peramalan. Maka, perlu dilakukan
penggabungan metode SVR dengan metode lain 2.1 Penjelasan Dataset
untuk menentukan parameter yang optimal Data yang digunakan pada penelitian ini
(Kavousi-Fard et al., 2014). adalah data curah hujan daerah Pujon Malang
Terdapat beberapa metode optimasi yang yang didapat dari Badan Meteorologi
dapat menyelesaikan permasalahan optimasi. Klimatologi & Geofisika Stasiun Klimatologi
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Karangploso Malang. Data yang digunakan
oleh Chen et al. (2012) dalam meramalkan suhu dibagi menjadi dua bagian yaitu data training
pada transformer listrik. Pada penelitian ini,
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1144

dan data testing. Data tersebut tersusun dari 𝑅𝑖𝑗 = Matriks Hessian baris
curah hujan perdasarian dari tahun 2000 sampai ke-
2015 dengan satuan milimeter kubik. i kolom ke-j
𝐾(𝑥, 𝑥𝑖 ) = fungsi kernel
2.2 Peramalan 𝜆 = variabel skalar
Peramalan (forecasting) adalah suatu 𝑙 = jumlah data
proses memprediksikan keadaan pada masa yang Langkah 3:
akan datang dengan menggunakan informasi Melakukan proses sequential learning
yang ada di masa lalu. Peramalan diperlukan yang terdiri dari:
untuk memperkirakan kuantitas, kualitas, waktu 1. Menghitung nilai error (𝐸) yang
dan lokasi yang dibutuhkan pada masa yang ditunjukkan pada Persamaan 3.
akan datang. Dalam melakukan peramalan, hasil 𝐸𝑖 = 𝑦𝑖 − ∑𝑙𝑗=1(𝛼𝑗∗ − 𝛼𝑗 ) 𝑅𝑖𝑗 (3)
yang didapatkan tidak selalu tepat sesuai dengan dimana
kenyataan. Salah satu cara untuk menentukan 𝐸𝑖 = nilai error ke-i
ukuran kesalahan secara statistik yaitu dengan 𝑦𝑖 = nilai aktual
Root Mean Squared Error (RMSE) yang 𝛼𝑗∗ , 𝛼𝑗 = Lagrange Multipliers
ditunjukkan pada Persamaan 1. 𝑅𝑖𝑗 = Matriks Hessian baris
∑𝑛 2
𝑡=1 𝑒𝑡 ke
𝑅𝑀𝑆𝐸 = √𝑀𝑆𝐸 = √ (1)
𝑛 i kolom ke-j
2. Menghitung 𝛿𝛼𝑖∗ dan 𝛿𝛼𝑖 dengan
2.3 Support Vector Regression (SVR) menggunakan Persamaan 4.
Untuk mengatasi permasalahan klasifikasi, 𝛿𝛼𝑖∗ = min {max [𝛾(𝐸𝑖 − 𝜀), −𝛼𝑖∗ ], 𝐶 −
Vladimir Naumovich Vapnik mengenalkan 𝛼𝑖∗ }
metode Support Vector Machine (SVM) pada 𝛿𝛼𝑖 = min {max [𝛾(−𝐸𝑖 − 𝜀), −𝛼𝑖 ], 𝐶 −
tahun 1995 (Cortes & Vapnik, 1995). Kemudian, 𝛼𝑖 }
untuk mengatasi kasus regresi dikembangkan (4)
metode Support Vector Regression (SVR) yang dimana
menghasilkan output data berupa bilangan riil 𝛾 = nilai Learning Rate
atau kontinyu (Ju & Hong, 2013). Metode SVM 𝐸𝑖 = nilai error ke-i
memetakan masukan vektor dengan cara non 𝜀 = nilai kerugian
linier ke dalam ruang fitur berdimensi tinggi 𝐶 = nilai kompleksitas

yang kemudian diterapkan pada SVR (Cortes & 𝛼𝑖 , 𝛼𝑖 = Lagrange Multipliers
Vapnik, 1995). 3. Menghitung nilai Lagrange Multipliers
Untuk menangani kasus regresi, dengan menggunakan Persamaan 5.
Vijayakumar dan Wu (1999) mengenalkan 𝛼𝑖∗ = 𝛼𝑖∗ + 𝛿𝛼𝑖∗
algoritma sekuensial untuk SVR sehingga dapat 𝛼𝑖 = 𝛼𝑖 + 𝛿𝛼𝑖 (5)
memberikan solusi yang optimal dan waktu dimana
komputasi yang lebih cepat dibandingkan 𝛼𝑖∗ , 𝛼𝑖 = Lagrange Multipliers
dengan SVR konvensional. Langkah-langkah Langkah 4:
tersebut adalah sebagai berikut: Mengulang proses sequential learning pada
Langkah 1: langkah ketiga hingga mencapai jumlah iterasi
Inisialisasi parameter SVR yang akan maksimum atau memiliki kondisi berhenti yaitu
digunakan diantaranya 𝑐𝐿𝑅, 𝐶, 𝜀, 𝜆 dan jumlah max (|𝛿𝛼𝑖∗ |) < 𝜀 dan max (|𝛿𝛼𝑖 |) < 𝜀.
iterasi maksimum. Selain itu, inisialisasi 𝛼𝑖 dan Langkah 5:
𝛼𝑖∗ (untuk inisialisasi awal, diberikan nilai 0). Jika data memenuhi persyaratan (𝛼𝑖∗ − 𝛼𝑖 )
Langkah 2: tidak sama dengan 0, maka dapat disebut sebagai
Membentuk Matriks Hessian dengan support vector.
menggunakan Persamaan 2. Langkah 6:
Melakukan pengujian dengan
𝑅𝑖𝑗 = 𝐾(𝑥, 𝑥𝑖 ) + 𝜆2 untuk 𝑖, 𝑗 = 1,2, … , 𝑙 menggunakan Persamaan 5.
(2) 𝑓(𝑥) = ∑𝑙𝑖=1(𝛼𝑖∗ − 𝛼𝑖 )(𝐾(𝑥, 𝑥𝑖 ) + 𝜆2 ) (5)
dimana
dimana 𝛼𝑖∗ , 𝛼𝑖 = Lagrange Multipliers

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1145

𝐾(𝑥, 𝑥𝑖 ) = fungsi kernel


𝜆 = variabel skalar 2. Update kecepatan
𝑙 = banyak data Zou et al. (2015) menambahkan 𝜆 sebagai
Langkah 7: faktor konvergen yang diletakkan di depan
Selesai.
bobot inersia, dimana 𝜆 = sin3 𝛼 dan 𝛼 =
2.4 Improved-Particle Swarm Optimization [0, 𝜋/8].Untuk melakukan update
(IPSO) kecepatan, digunakan Persamaan 7.
Particle Swarm Optimization (PSO) adalah 𝑡+1 𝑡 𝑡 𝑡
𝑣𝑖,𝑗 = 𝜆. 𝑤. 𝑣𝑖,𝑗 + 𝑐1 . 𝑟1 (𝑃𝑏𝑒𝑠𝑡𝑖,𝑗 − 𝑥𝑖,𝑗 )+
metode optimasi global yang diperkenalkan oleh 𝑡 𝑡
Kennedy dan Eberhart pada tahun 1995 𝑐2 . 𝑟2 (𝐺𝑏𝑒𝑠𝑡𝑔,𝑗 − 𝑥𝑖,𝑗 ) (7)
berdasarkan penelitian terhadap perilaku dimana
𝑡
kawanan burung dan ikan. Setiap partikel dalam 𝑣𝑖,𝑗 = kecepatan
Particle Swarm Optimization memiliki partikel i
kecepatan partikel bergerak dalam ruang dimensi j pada iterasi
pencarian dengan kecepatan yang dinamis ke-t
disesuaikan dengan perilaku historis mereka. 𝜆 = faktor konvergen
Oleh karena itu, partikel memiliki 𝑤 = bobot inersia
kecenderungan untuk bergerak menuju daerah 𝑐1 , 𝑐2 = koefisien akselerasi
pencarian yang lebih baik selama proses 𝑟1 , 𝑟2 = random [0,1]
pencarian. 𝑃𝑏𝑒𝑠𝑡𝑖,𝑗 𝑡
= posisi pBest i dimensi j
Improved-Particle Swarm Optimization pada iterasi ke-t
(IPSO) merupakan pengembangan dari 𝑡
𝑥𝑖,𝑗 = posisi partikel i
algoritma optimasi Particle Swarm Optimization
(PSO) untuk mencegah konvergensi dini. Pada dimensi j pada iterasi
algoritma PSO konvensional, konvergensi ke-t
𝑡
partikel terjadi sangat cepat, namun pergerakan 𝐺𝑏𝑒𝑠𝑡𝑔,𝑗 = posisi gBest g dimensi j
dari partikel yang ada hanya terjadi pada area pada iterasi ke-t
lokal optimal dan global optimal (Yan et al.,
2013). 3. Update posisi dan hitung fitness
Dalam algoritma IPSO terdapat beberapa Untuk melakukan update posisi, digunakan
proses sebagai berikut (Cholissodin & Persamaan 8.
Riyandani, 2016):
𝑡+1 𝑡 𝑡+1
𝑥𝑖,𝑗 = 𝑥𝑖,𝑗 + 𝜆. 𝑤. 𝑣𝑖,𝑗 (8)
1. Inisialisasi dimana
a. Inisialisasi kecepatan awal 𝑡
𝑥𝑖,𝑗 = posisi partikel i
Pada iterasi ke-0, dapat dipastikan dimensi j pada iterasi
bahwa nilai kecepatan awal semua ke-t
𝑡
partikel adalah 0. 𝑣𝑖,𝑗 = kecepatan
b. Inisialisasi posisi awal partikel partikel i
Pada iterasi ke-0, posisi awal partikel dimensi j pada iterasi
dibangkitkan dengan Persamaan 6. ke-t
𝜆 = faktor konvergen
𝑥 = 𝑥𝑚𝑖𝑛 + 𝑟𝑎𝑛𝑑[0,1]×(𝑥𝑚𝑎𝑥 − 𝑥𝑚𝑖𝑛 ) (6) 𝑤 = bobot inersia
dimana
𝑥 = posisi partikel 4. Update pBest dan gBest
𝑥𝑚𝑖𝑛 = batas bawah posisi Dilakukan perbandingan antara pBest pada
𝑥𝑚𝑎𝑥 = batas atas posisi iterasi sebelumnya dengan hasil dari update
c. Inisialisasi pBest dan gBest posisi. Fitness yang lebih tinggi akan
Pada iterasi ke-0, pBest akan disamakan menjadi pBest yang baru. pBest terbaru
dengan nilai posisi awal partikel. yang memiliki nilai fitness tertinggi akan
Sedangkan gBest dipilih dari satu pBest menjadi gBest yang baru.
dengan fitness tertinggi.
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1146

3. PERANCANGAN DAN 1 0.1 500 0.0001 0.2 0.5


IMPLEMENTASI 2 0.2 1000 0.0005 0.5 0.1
Proses optimasi Support Vector Regression 3 0.15 500 0.003 0.7 0.7
menggunakan algoritma Improved-Particle 4 0.2 300 0.0008 1 0.3
Swarm Optimization untuk peramalan curah 5 0.1 1000 0.0005 0.1 0.7
hujan ditunjukkan pada Gambar 1.
Kemudian perhitungan yang digunakan
Mulai sebagai fitness partikel adalah nilai error
(RMSE) dari peramalan dengan menggunakan
SVR yang ditunjukkan pada Persamaan 9.
Data curah hujan
1
𝑓𝑖𝑡𝑛𝑒𝑠𝑠 = 1+𝑅𝑀𝑆𝐸
(9)

Normalisasi Data
4. PENGUJIAN DAN ANALISIS

4.1 Pengujian dan Analisis Jumlah Iterasi


IPSO Tujuan dari pengujian jumlah iterasi adalah
untuk mendapatkan jumlah iterasi IPSO yang
paling optimal. Data yang digunakan adalah
Tidak curah hujan bulan Januari dasarian pertama
Kondisi berhenti tahun 2004 sampai 2015 yang terbagi menjadi
data latih dan data uji. Hasil pengujian
Ya ditunjukkan pada Gambar 2 sedangkan batas
Hasil peramalan parameter yang digunakan adalah sebagai
curah hujan berikut:
• Batas nilai parameter 𝑐𝐿𝑅 : 0.00001 – 0.1
• Batas nilai parameter 𝐶 : 1 – 200
Selesai • Batas nilai parameter 𝜀 : 0.00001 – 0.1
• Batas nilai parameter 𝜆 : 1 – 67
Gambar 1. Diagram Alir Proses Peramalan dengan • Batas nilai parameter 𝜎 : 0.0001 – 2
IPSO-SVR

Langkah-langkah yang dilakukan dalam Pengujian Jumlah Iterasi


implementasi antara lain: IPSO
1. Implementasi optimasi Support Vector 0,07
Regression (SVR) menggunakan
0,06
Improved-Particle Swarm Optimization
Rata-rata Fitness

(IPSO) untuk peramalan curah hujan ke 0,05


dalam bahasa pemrograman Java. 0,04
2. Output yang diperoleh berupa hasil 0,03
peramalan dan RMSE.
0,02

Representasi partikel yang digunakan 0,01


dalam IPSO adalah parameter SVR yang akan 0
dioptimasi. Partikel dalam IPSO ditunjukkan 5 10 15 20 25 30 50 75 100 200
pada Tabel 1. Jumlah Iterasi

Gambar 2. Grafik pengujian jumlah iterasi IPSO


Tabel 1. Representasi partikel IPSO
Berdasarkan Gambar 2 didapatkan bahwa
Partikel 𝒄𝑳𝑹 𝑪 𝜺 𝝀 𝝈 jumlah iterasi yang semakin banyak
mengindikasikan nilai fitness yang semakin baik
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1147

dan menunjukkan jumlah iterasi yang


dibutuhkan untuk mencapai konvergensi. Pengujian Jumlah Partikel
Konvergensi ditunjukkan setelah mencapai IPSO
iterasi 50 tidak ada perubahan fitness yang
signifikan pada iterasi-iterasi selanjutnya. 0,25
Namun, pada pengujian yang telah dilakukan,
0,2

Rata-rata Fitness
didapatkan jumlah iterasi IPSO paling optimal
adalah sejumlah 50 iterasi. 0,15
Dengan menggunakan data dan batas
parameter yang sama, dilakukan pengujian 0,1
jumlah iterasi SVR yang bertujuan untuk
mengetahui jumlah iterasi terbaik dari SVR. 0,05
Hasil pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.
0
10 15 20 25 30 40 50 75 100 200
Pengujian Jumlah Iterasi SVR
Jumlah Partikel
0,2
0,18 Gambar 4. Grafik pengujian jumlah partikel IPSO
0,16
Rata-rata Fitness

0,14 Berdasarkan Gambar 4 ditunjukkan bahwa


0,12 nilai fitness cenderung naik sesuai dengan
0,1 naiknya jumlah partikel. Hal ini dikarenakan
0,08 semakin banyak jumlah partikel, semakin
0,06 banyak pula peluang yang dihasilkan oleh
0,04 partikel secara acak. Hal tersebut tentu akan
0,02
menaikkan kemungkinan proses IPSO-SVR
mendapatkan nilai fitness yang tinggi. Pada
0
10 50 100 500 10000
percobaan yang dilakukan didapatkan jumlah
partikel yang paling optimal adalah 40.
Jumlah Iterasi
4.3 Pengujian dan Analisis Batas Parameter
Gambar 3. Grafik pengujian jumlah iterasi SVR SVR
Pengujian yang dilakukan adalah menguji
Berdasarkan Gambar 3 didapatkan bahwa
beberapa variasi batas atas dan batas bawah dari
hasil fitness cenderung meningkat semakin
parameter SVR. Tujuan dari pengujian ini adalah
banyaknya iterasi. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk mendapatkan batas atas dan batas bawah
semakin banyak iterasi pada SVR, akan semakin
paling optimal dari parameter SVR. Pengujian
baik pula proses pelatihan yang terjadi di dalam
ini terdiri dari pengujian 𝑐𝐿𝑅, 𝐶, 𝜀, 𝜆 dan 𝜎.
SVR. Sehingga akan menghasilkan nilai fitness
Hasil pengujian 𝑐𝐿𝑅 ditunjukkan pada Gambar
yang semakin baik pula. Pada percobaan yang
dilakukan, didapatkan jumlah iterasi terbaik 5.
yaitu 10000 iterasi.

4.2 Pengujian dan Analisis Jumlah Partikel


Tujuan dari pengujian jumlah partikel
adalah untuk mendapatkan jumlah partikel IPSO
yang paling optimal. Data yang digunakan
adalah curah hujan bulan Januari dasarian
pertama tahun 2004 sampai 2015 yang terbagi
menjadi data latih dan data uji. Hasil pengujian
ditunjukkan pada Gambar 4.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1148

Pengujian Batas Parameter Berdasarkan Gambar 6 ditunjukkan nilai


𝑐𝐿𝑅 fitness semakin tinggi mengikuti batas parameter
yang semakin lebar. Hal tersebut menunjukkan
0,6 bahwa batas parameter yang semakin lebar akan
0,5 menghasilkan fitness yang semakin baik. Pada
Rata-rata Fitness

0,4
percobaan yang dilakukan, parameter 𝐶 sebagai
partikel IPSO akan bergerak sesuai dengan batas
0,3 parameter yang digunakan dan batas parameter
0,2 yang paling optimal adalah 10 - 500.
Pengujian parameter selanjutnya adalah
0,1
parameter 𝜀. Dengan menggunakan parameter
0 dan data yang sama, dilakukan pengujian untuk
mendapatkan batas parameter 𝜀 yang paling
optimal. Hasil pengujian ditunjukkan pada
Gambar 7.

Pengujian Batas Parameter 𝜀


Batas Parameter
0,8
Rata-rata Fitness

Gambar 5. Grafik pengujian batas parameter 𝑐𝐿𝑅 0,7


0,6
0,5
0,4
Berdasarkan Gambar 5 ditunjukkan bahwa 0,3
nilai fitness cenderung turun mengikuti batas 0,2
0,1
parameter yang semakin lebar. Hal tersebut 0
menunjukkan bahwa batas parameter yang
semakin kecil akan menghasilkan fitness yang
semakin baik. Pada percobaan yang dilakukan,
parameter 𝑐𝐿𝑅 sebagai partikel IPSO akan
bergerak sesuai dengan batas parameter yang
digunakan dan batas parameter yang paling Batas Parameter
optimal adalah 0.000001 – 1.
Pengujian parameter selanjutnya adalah Gambar 7. Grafik pengujian batas parameter 𝜀
parameter 𝐶. Dengan menggunakan parameter
dan data yang sama, dilakukan pengujian untuk Berdasarkan Gambar 7 ditunjukkan nilai
mendapatkan batas parameter 𝐶 yang paling fitness cenderung tinggi mengikuti batas bawah
optimal. Hasil pengujian ditunjukkan pada yang semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa
Gambar 6. semakin kecil nilai 𝜀 akan menghasilkan nilai
fitness yang tinggi. Pada percobaan yang
dilakukan, parameter 𝜀 sebagai partikel IPSO
akan bergerak sesuai dengan batas parameter
Pengujian Batas Parameter 𝐶 yang digunakan dan batas parameter yang paling
0,6 optimal adalah 0.000001 – 0.01.
Rata-rata Fitness

0,5 Pengujian parameter selanjutnya adalah


0,4 parameter 𝜆. Dengan menggunakan parameter
0,3 dan data yang sama, dilakukan pengujian untuk
0,2 mendapatkan batas parameter 𝜆 yang paling
0,1 optimal. Hasil pengujian ditunjukkan pada
0 Gambar 8.

Batas Parameter

Gambar 6. Grafik pengujian batas parameter 𝐶

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1149

dilakukan, parameter 𝜎 sebagai partikel IPSO


Pengujian Batas Parameter 𝜆 akan bergerak sesuai dengan batas parameter
0,8 yang digunakan dan batas parameter yang paling
optimal adalah 0.00001 – 1.
Rata-rata Fitness

0,7
0,6
0,5
0,4 4.4 Pengujian dan Analisis Jumlah Fitur
0,3 SVR
0,2
0,1 Pengujian jumlah fitur SVR ini bertujuan
0 untuk mendapatkan jumlah fitur SVR yang
paling optimal. Data yang digunakan adalah
curah hujan bulan Januari dasarian pertama
tahun 2004 sampai 2015 yang terbagi menjadi
Batas Parameter data latih dan data uji. Hasil pengujian
ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 8. Grafik pengujian batas parameter 𝜆

Berdasarkan Gambar 8 ditunjukkan nilai Pengujian Jumlah Fitur SVR


fitness cenderung menurun mengikuti batas
0,9
bawah yang semakin besar. Hal ini menunjukkan
0,8
bahwa semakin kecil nilai 𝜆 akan menghasilkan
Rata-rata Fitness 0,7
nilai fitness yang tinggi. Pada percobaan yang
0,6
dilakukan, parameter 𝜆 sebagai partikel IPSO
0,5
akan bergerak sesuai dengan batas parameter
0,4
yang digunakan dan batas parameter yang paling
0,3
optimal adalah 0.01 – 20.
0,2
Pengujian parameter selanjutnya adalah
0,1
parameter 𝜎. Dengan menggunakan parameter
0
dan data yang sama, dilakukan pengujian untuk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
mendapatkan batas parameter 𝜎 yang paling
optimal. Hasil pengujian ditunjukkan pada Jumlah Fitur SVR
Gambar 9.
Gambar 10. Grafik pengujian jumlah fitur SVR

Pengujian Batas Parameter 𝜎 Berdasarkan Gambar 10 ditunjukkan fitness


dari proses peramalan dengan IPSO-SVR
0,8 cenderung naik hingga jumlah fitur 8 dan
0,7
Rata-rata Fitness

kemudian turun. Hal ini menunjukkan bahwa


0,6
0,5
untuk melakukan peramalan curah hujan, data
0,4 selama 8 tahun sebelumnya akan menghasilkan
0,3 peramalan dengan tingkat keakuratan yang
0,2 tinggi. Pada percobaan yang dilakukan, jumlah
0,1 fitur SVR terbaik yang digunakan adalah 8
0 dengan fitness sebesar 0.824138.

4.5 Analisis Global Hasil Pengujian


Berdasarkan dari hasil pengujian yang telah
Batas Parameter dilakukan didapatkan parameter-parameter
dengan nilai fitness terbaik. Pada pengujian
Gambar 9. Grafik pengujian batas parameter 𝜎 jumlah iterasi IPSO didapatkan jumlah iterasi
terbaik adalah 50 sedangkan jumlah iterasi
Berdasarkan Gambar 9 ditunjukkan nilai terbaik untuk SVR adalah 10000. Selain itu juga
fitness cenderung turun mengikuti batas atas didapatkan jumlah partikel terbaik pada IPSO
yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa adalah sejumlah 40 partikel.
semakin kecil nilai 𝜎 akan menghasilkan nilai Pengujian lain yang dilakukan adalah
fitness yang tinggi. Pada percobaan yang pengujian batas parameter SVR yaitu 𝑐𝐿𝑅, 𝐶, 𝜀,
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1150

𝜆 dan 𝜎. Batas parameter SVR juga digunakan


sebagai batas posisi dari partikel IPSO dimana Peramalan Curah Hujan
partikel tersebut bergerak. Batas parameter 𝑐𝐿𝑅 dengan SVR
yang menghasilkan fitness terbaik adalah
300
0.000001 – 0.01, untuk batas parameter 𝐶 yang
menghasilkan fitness terbaik adalah 10 – 500, 250
untuk batas parameter 𝜀 yang menghasilkan 200
fitness terbaik adalah 0.000001 – 0.01, untuk 150
batas parameter 𝜆 yang menghasilkan fitness
terbaik adalah 0.1 – 20, untuk batas parameter 𝜎 100
yang menghasilkan fitness terbaik adalah 0.0001 50
– 1. Kemudian pengujian selanjutnya adalah 0
pengujian jumlah fitur SVR yang didapatkan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
jumlah fitur terbaik adalah 8. Dengan
menggunakan semua parameter yang paling Data Aktual Hasil Peramalan
optimal berdasarkan pengujian yang dilakukan,
Gambar 12. Grafik peramalan dengan SVR
fitness yang didapatkan adalah 0.824138.
Untuk mengukur perbedaan tingkat 5. KESIMPULAN DAN SARAN
keakuratan dari IPSO-SVR dan SVR dilakukan
percobaan dengan menggunakan data curah Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hujan bulan Januari dasarian 1 pada tahun 2007 peramalan curah hujan dengan menggunakan
sampai 2015. Hasil dari percobaan yang metode Support Vector Regression yang
dilakukan ditunjukkan pada Tabel 2 serta pada dioptimasi dengan Improved-Particle Swarm
Gambar 11 dan Gambar 12. Optimization, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa metode Improved-Particle Swarm
Tabel 2. Perbandingan IPSO-SVR dan SVR Optimization (IPSO) dapat digunakan untuk
Metode RMSE mengoptimasi parameter Support Vector
IPSO-SVR 0.213389 Regression (SVR). Pada penelitian ini,
SVR 25.839085 parameter SVR yang dioptimasi adalah 𝑐𝐿𝑅, 𝐶,
𝜀, 𝜆 dan 𝜎. Untuk mendapatkan nilai parameter
SVR yang paling optimal, langkah pertama yang
Peramalan Curah Hujan dilakukan adalah membangkitkan nilai
dengan IPSO-SVR parameter SVR secara acak sebagai partikel
pada IPSO. Kemudian perhitungan fitness dari
300 partikel tersebut adalah dengan menggunakan
250 SVR. Setelah proses SVR dan IPSO sesuai
200 jumlah iterasi yang ditentukan, maka akan
didapatkan parameter SVR yang paling optimal.
150
Parameter SVR yang paling optimal tersebut
100 dapat digunakan untuk meramalkan curah hujan
50 dengan tingkat keakuratan yang tinggi.
0 Berdasarkan pengujian yang dilakukan
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 dengan menggunakan data curah hujan bulan
Januari dasarian pertama tahun 2004 sampai
Data Aktual Hasil Peramalan 2015, didapatkan batas parameter terbaik dari
𝑐𝐿𝑅 = 0.000001 – 0.01, 𝐶 = 10 – 500, 𝜀 =
Gambar 11. Grafik peramalan dengan IPSO-SVR
0.000001 – 0.01, 𝜆 = 0.1 – 20 dan 𝜎 = 0.0001 –
1. Sehingga didapatkan nilai fitness terbaik dari
peramalan tersebut yaitu 0.824138.
Penelitian mengenai peramalan curah hujan
ini masih memiliki banyak kekurangan.
Kekurangan tersebut dapat dikembangkan
menjadi penelitian yang lebih baik. Saran yang
dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya
yaitu diharapkan pada penelitian selanjutnya
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1151

peramalan curah hujan dengan menggunakan implications. International Journal of


SVR dapat dioptimasikan dengan algoritma Forecasting, 16, pp.451-476.
optimasi selain IPSO. Saran lain adalah proses Mukid, M.A., Aji, H.W. & Erfiani, 2009.
optimasi yang dilakukan masih dapat Kinerja Regresi Proses Gaussian Untuk
dikembangkan dengan menambahkan seleksi Pemodelan Kalibrasi Peubah Ganda Pada
kernel yang ada pada SVR. Daerah Identifikasi Spektra Infra Merah
Senyawa Aktif. Prosiding Seminar
6. DAFTAR PUSTAKA Nasional Statistika IX ITS. Surabaya, 7
Abraham, B. & Ledolter, J., 2005. Statistical November 2009.
Methods for Forecasting. New Jersey : Mulyana, E., 2014. Hubungan Antara Enso
John Wiley & Sons, Inc. dengan Variasi Curah Hujan di Indonesia.
Achmad, A., Indrabayu & Fikha, 2013. Jurnal Sains & Teknologi, 3, pp.1-4.
Kecerdasan Buatan Hybrid untuk Prediksi Supranto J., 2000. Statistika Teori dan Aplikasi.
Curah Hujan. Prosiding Hasil Penelitian Jakarta : Erlangga.
Fakultas Teknik UNHAS. Vol. 7. Wu, J. & Chen, E., 2010. A Novel Hybrid
Boer, G.J. & Yu B., 2003. Dynamical Aspects of Particle Swarm Optimization for Feature
Climate Sensitivity. Geophysical Selection and Kernel Optimization in
Research Letter, [e-journal] 30(1135). Support Vector Regression. 2010
Tersedia melalui : Wiley Online Library International Conference on
<http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.10 Computational Intelligence and Security,
29/2002GL016549/full> [Diakses 15 pp.189-194.
Januari 2017] Yan, X., Wu, Q., Liu, H. & Huang, W., 2013. An
Chen, W., Su, X., Chen, X., Zhou, Q. & Xiao, Improved Particle Swarm Optimization
H., 2012. Combination of Support Vector Algorithm and Its Application.
Regression with Particle Swarm International Journal of Computer
Optimization for Hot-spot Temperature Science Issues, 10(1), pp.316-324.
Prediction of Oil-immersed Power
Transformer. Electrical Review, 88,
pp.172-176.
Cholissodin, I. & Riyandani, I., 2016. Swarm
Intelligence, Fakultas Ilmu Komputer,
Universitas Brawijaya, Malang.
Cortes, C. & Vapnik, V., 1995. Support-vector
Networks. Machine Learning, 20(3),
pp.273-297.
Hsieh, H.I., Lee, T.P. & Lee, T.S., 2011. A
Hybrid Particle Swarm Optimization and
Support Vector Regression Model for
Financial Time Series Forecasting.
International Journal of Business
Administration, Vol.2, No.2.
Ju, F.Y. & Hong, W.C., 2013. Application of
Seasonal SVR with Chaotic Gravitational
Search Algorithm in Electricity
Forecasting. Applied Mathematical, 37,
pp.9643-51.
Kavousi-Fard, A., Samet, H. & Marzbani, F.,
2014. A New Hybrid Modified Firefly
Algorithm and Support Vector Regression
Model for Accurate Short Term Load
Forecasting. Expert Systems with
Applications, 41, pp.6047-56.
Makridakis, S. & Hibon, M. 2000. The M3-
Competition: results, conclusions and

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai