Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ARDS

KELOMPOK 2 :

AULIA PUTRI ALVIRA


EKA CAHYANI
LAILA UMAR
MUNADI LIL IMAN
NURUL HIDAYAH
ROSSYDAH
VALENCIA SANDRA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI


PEKANBARU
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan taufiq
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis telah meyelesaikan tugas mata
kuliah dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah atas Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, serta semoga semua
umatnya senantiasa dapat menjalankan syari’at-syariatnya. Penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada berbagai pihak atas pengarahan dalam menyelesaikan
makalah ini, dan kepada Ibu Ns. Putri IP,S.Kep selaku dosen pengajar mata kuliah
Keperawatan Kritis. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya

Pekanbaru, 08-November-2020

Penulis
DAFTAR ISI

A. Kata Pengantar.........................................................................................................
B. Daftar Isi..................................................................................................................
C. Bab I pendahuluan...................................................................................................
a. Latar belakang...................................................................................................
b. Rumusan masalah..............................................................................................
c. Tujuan Penulisan...............................................................................................
D. Bab II Tinjauan Teoritis..........................................................................................
E. Bab III Pembahasan Kasus......................................................................................
F. Bab IV Kesimpulan.................................................................................................
G. Daftar Pustaka..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan dalam
globalisasi khususnya di bidang kesehatan bahwa banyak hal yang perlu
diperhatikan dalam mencegah berbagai penyakit salah satunya  ARDS yaitu
merupkan Gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak
napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru
akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Sindrom gagal pernafasan merupakan gagal pernafasan mendadak yang
timbul pada penderita tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya.
Sindrom Gawat Nafas Dewasa (ARDS) juga dikenal dengan edema paru
nonkardiogenik merupakan sindroma klinis yang ditandai penurunan
progresif kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera
serius. Beberapa factor pretipitasi meliputi tenggelam, emboli lemak, sepsis,
aspirasi, pankretitis, emboli paru, perdarahan dan trauma berbagai bentuk.
Dua kelompok yang tampak menjadi resiko besar untuk sindrom adalah yang
mengalami sindrom sepsis dan yang mengalami aspirasi sejumlah besar
cairan gaster dengan pH rendah. Kebanyakan kasus sepsis yang menyebabkan
ARDS dan kegagalan organ multiple karena infeksi oleh basil aerobic gram
negative. Kejadian pretipitasi biasanya terjadi 1 sampai 96 jam sebelum
timbul ARDS.
ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun
1967. Ini meliputi peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler pulmonal,
menyebabkan edema pulmonal nonkardiak. ARDS didefinisikan sebagai
difusi akut infiltrasi pulmonal yang berhubungan dengan masalah besar
tentang oksigenasi meskipun diberi suplemen oksigen dan pulmonary arterial
wedge pressure (PAWP) kurang dari 18 mmHg.
ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan
mungkin menjadi bagian dari gagal organ multiple. Prevalensi ARDS
diperkirakan tidak kurang dari 150.000 kasus pertahun. Sampai adanya
mekanisme laporan pendukung efektif berdasarkan definisi konsisten, insiden
yang benar tentang ARDS masih belum diketahui. Laju mortalitas tergantung
pada etiologi dan sangat berfariasi. ARDS adalah penyebab utama laju
mortalitas di antara pasien trauma dan sepsis, pada laju kematian menyeluruh
kurang lebih 50% – 70%. Perbedaan sindrom klinis tentang berbagai etiologi
tampak sebagai manifestasi patogenesis umum tanpa menghiraukan factor
penyebab

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi ARDS?
2. Apa etiologi ARDS?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis ARDS?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik ARDS?
5. Bagaimana komplikasi ARDS?
6. Bagaimana penatalaksanaan ARDS?
7. Bagaimana Askep dari ARDS?

C. Tujuan penulisan
1. Agar mahasiswa memahami definisi ARDS
2. Agar mahasiswa memahami etiologi ARDS
3. Agar mahasiswa memahami manifestasi klinis ARDS
4. Agar mahasiswa memahami pemeriksaan diagnostik ARDS
5. Agar mahasiswa memahami komplikasi ARDS
6. Agar Mahasiswa memahami penatalaksanaan ARDS
7. Agar mahasiswa memahami Askep ARDS
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi

Gagal nafas akut atau ARDS terjadi dimana pertukaran oksigen


terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju
konsentrasi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel
tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg
(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari
45MMHG (Brunner and Suddarth, 2001).

Adult Respiraotry Distress Syndrome (ARDS) merupakan suatu


bentukan dari gagal nafas akut yang ditandai dengan : hipoksemia,
penurunan fungsi paru-paru, dispnea, edema paru-paru bilateral tanpa
gagal jantung, dan infiltrate yang menyebar. Selain itu ARDS juga dikenal
dengan nama “noncardiogenic pulmonary edema atau shock pulmonary”
(Somantri, 2007).

B. Etiologi
1. Kelainan paru akibat kebakaran, inhalasi gas oksigen, aspirasi asam
lambung, sepsis, syok (apapun penyebabnya), koagulasi intrvaskuler
tersebut (disseminated intravaskuler coagulaton) dan pancreatitis
idiopatik
2. Heroin dan salisilat
3. Virus, bakteri, jamur, dan tb paru
4. Emboli lemak, emboli cairan amnion, emboli paru thrombosis, trauma
paru, radiasi, keracunan oksigen, tranfusi massif, kelainan metabolic
(uremia) bedah mayor.
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada ARDS :
1. Peningkatan jumlah pernapasan
2. Klien mengeluh sulit bernapas,retraksi dan sianosis
3. Pada auskultasi mugkin terdapat suara nafas tambahan.
4. Penurunan kesadaran mental
5. Tatikardi, takipnea
6. Dispnea dengan kesulitan bernafas
7. Terdapat retraksi interkosta
8. Sianosis
9. Hipoksemia
Sementara menurut Yasmin dan Cristantie, (2003) yaitu :
1. Distres pernafasan akut: takipnea, dispnea, pernafasan
menggunakan otot aksesori, sianosis sentral.
2. Batuk kering dan demam yang terjadi lebih dari beberapa jam
sampai seharian.
3. Krakles halus di seluruh bidang paru.
4. Perubahan sensorium yang berkisar dari kelam piker dan agitasi
sampai koma.
Menurut Darmanto (2007) tanda gejala ARDS yaitu :
1. Gejala ARDS muncul 24-48 jam setelah penyakit berat atau
trauma. Awalnya terjadi sesak nafas, takipnea dan nafas pendek
dan terlihat jelas penggunaan otot pernafasan tambahan. Pada
pemeriksaan fisik akan didapatkan ronkhi dan mengi.
2. Pada penderita yang tiba-tiba mengalami sesak nafas pada 24 jam
setelah sepsis atau trauma, kecurigaan harus ditujukan pada ARDS.

D. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan fungsi ventilasi


a. Frekuensi pernafasan per menit
b. Volume tidal
c. Ventilasi semenit
d. Kapasitas vital paksa
e. Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
f. Daya inspirasi maksimum
g. Rasio ruang mati/volume tidal
h. PaCO2, mmHg.
2. Pemeriksaan status oksigen
3. Pemeriksaan status asam-basa
4. Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari nilai normal
pada PaO2, PaCO2, dan pH dari pasien normal; atau PaO2 kurang dari 50
mmHg, PaCO2 lebih dari 50 mmHg, dan pH < 7,35.
5. Oksimetri nadi untuk mendeteksi penurunan SaO2
6. Pemantauan CO2 tidal akhir (kapnografi) menunjukkan peningkatan
7. Hitung darah lengkap, serum elektrolit, urinalisis dan kultur (darah,
sputum) untuk menentukan penyebab utama dari kondisi pasien.
8. Sinar-X dada dapat menunjukkan penyakit yang mendasarinya.
9. EKG, mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi
kanan, disritmia.
10. Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
a. Hipoksemia ( pe ↓ PaO2 ) 2. Hipokapnia ( pe ↓ PCO2 ) pada tahap
awal karena hiperventilasi
b. Hiperkapnia ( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
c. Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
d. Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
11. Pemeriksaan Rontgent Dada :
a. Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
b. Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
12. Tes Fungsi paru :
a. Pe ↓ komplain paru dan volume paru
b. Pirau kanan-kiri meningkat

E. Komplikasi
1. Hipotensi.
2. Penurunankeluaran urine.
3. Asidosismetabolic.
4. Asidosisrespiratorik.
5. MODS.
6. Febrilasiventrikel.
7. Ventricular arrest

F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancama
kehidupan dengan segera, antara lain :
1. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara
potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit
paru-paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-72 jam tanpa
abnormalitas fisiologi yang signifikan.
2. Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memmberikan dukungan ventilasi sampai
integritas membrane alveolakapiler kembali membaik. Dua tujuan
tambahan adalah :
a. Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenisasi selama periode kritis
hipoksemia berat.
b. Mengatasi factor etiologi yang mengawali penyebab distress
pernapasan.
3. Positif End Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melaui volume ventilator dengan
tekanan dan kemmampuan aliran yang tinggi, di mana PEEB dapat
ditambahkan. PEEB di pertahankan dalam alveoli melalui siklus
pernapasan untuk mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi.
4. Memastikan volume cairan yang adekuat
Dukungan nutrisi yang adekuat sangatlah penting dalam mengobati pasien
ARDS, sebab pasien dengan ARDS membutuhkan 35 sampai 45 kkal/kg
sehari untuk memmenuhi kebutuhan normal.
5. Terapi Farmakologi
Penggunaan kortikosteroid dalam pengobatan ARDS adalah
controversial, pada kenyataanya banyak yang percaya bahwa penggunaan
kortikosteroid dapat memperberat penyimpangan dalam fungsi paru dan
terjadinya superinfeksi. Akhirnya kotrikosteroid tidak lagi di gunakan.
6. Pemeliharaan Jalan Napas
Selan endotrakheal di sediakan tidak hanya sebagai jalan napas, tetapi
juga berarti melindungi jalan napas, memberikan dukungan ventilasi
kontinu dan memberikan kosentrasi oksigen terus-menerus. Pemeliharaan
jalan napas meliputi : mengetahui waktu penghisapan, tehnik
penghisapan, dan pemonitoran konstan terhadap jalan napas bagian atas.
7. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernapasan bagian atas
dan bawah serta pencegahan infeksi melalui tehnik penghisapan yang
telah di lakukan di rumah sakit.
8. Dukungan nutrisi
Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan
masaalah kritis. Nutrisi parenteral total atau pemberian makanan melalui
selang dapat memperbaiki malnutrisi dan memmungkinkan pasien untuk
menghindari gagal napas sehubungan dengan nutrisi buruk pada otot
inspirasi.

PENGKAJIAN
a. Identitas
Identitas pada klien diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
b. Keluhan utama
Keluhan menyebabkan klien dengan ARDS meminta pertolongan dari tim
Kesehatan.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat
dalam melengkapi pengkajian.
- Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
penyebab sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila
beristirahat?
- Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan
atau digambarkan klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik
atau susah dalam melakukan inspirasi atau kesulitan dalam
mencari posisi yang enak dalam melakukan pernapasan?
- Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
- Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?
- Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul
mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah timbul
gejala secara terus-menerus atau hilang timbul (intermitten), apa
yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya
(durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita ARDS, Tanyakan mengenai obat-
obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu. Catat adanya efek
samping yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam tentang seberapa
jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir.
Penurunan BB pada klien dengan ARDS berhubungan erat dengan
proses penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi ARDS tidak diturunkan/tidak?
Pengkajian primer
1. Airway : Mengenali adanya sumbatan jalan napas
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c. Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d. Jalan napas bersih atau tidak
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b. Frekuensi pernapasan : cepat
c. Sesak napas atau tidak
d. Kedalaman Pernapasan
e. Retraksi atau tarikan dinding dada atau tidak
f. Reflek batuk ada atau tidak
g. Penggunaan otot Bantu pernapasan
h. Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
i. Irama pernapasan : teratur atau tidak
j. Bunyi napas Normal atau tidak
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine
4. Disability
a. Keadaan umum : GCS, kesadaran, nyeri atau tidak
b. adanya trauma atau tidak pada thorax
c. Riwayat penyakit dahulu / sekarang
d. Riwayat pengobatan
e. Obat-obatan / Drugs
Pemeriksaan fisik
1. Mata 
a. Konjungtiva pucat (karena anemia)
b. Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
c. Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
2. Kulit 
a. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
b. Sianosis secara umum (hipoksemia)
c. Penurunan turgor (dehidrasi)
d. Edema 
e. Edema periorbital
3. Jari dan kuku
a. Sianosis 
b. Clubbing finger
4. Mulut dan bibir 
a. Membrane mukosa sianosis
b. Bernafas dengan mengerutkan mulut 
5. Hidung 
Pernapasan dengan cuping hidung
6. Vena leher : Adanya distensi/bendungan 
7. Dada 
a. Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan,
dispnea, atau obstruksi jalan pernafasan)
b. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dengan kanan 
c. Tactil fremitus, thrill, (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran /rongga pernafasan)
d. Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
e. Suara nafas tidak normal (crekler/reles, ronchi, wheezing, friction rub,
/pleural friction)
f. Bunyi perkusi (resonan, hiperresonan, dullness)
8. Pola pernafasan 
a. Pernafasan normal (eupnea)
b. Pernafasan cepat (tacypnea)
c. Pernafasan lambat (bradypnea)
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Contoh Kasus
Seorang perempuan, 27 tahun, 12 hari pasca melahirkan, suku Jawa,
datang ke RSUD Dr. Soetomo dengan keluhan utama sesak napas. Sesak
napas sejak 1 minggu SMRS yang memberat 1 hari SMRS. Sesak napas
terasa lebih berat saat aktivitas dan membaik dengan istirahat. Keluhan sesak
napas telah dirasakan penderita sejak usia 9 bulan kehamilan tetapi tidak
mengganggu aktivitas. Menurut penderita, ia telah menyampaikan keluhan
ini kepada dokter akan tetapi dikatakan akibat kehamilan dan disarankan
untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan. Terdapat batuk disertai
dahak sejak 1 minggu SMRS. Penderita mengatakan terdapat penurunan
napsu makan seiring kehamilannya yang semakin membesar. Bengkak pada
kaki disadari sejak 1 hari SMRS
Berdasarkan data rujukan, penderita didiagnosa dengan edema paru
ec kardiomiopati peripartum. Penderita tidak pernah mengalami sesak napas
sebelumnya. Selain obat dari dokter kandungan berupa vitamin kehamilan,
penderita tidak pernah mengomsumsi obat apa pun secara rutin. Penderita
mempunyai riwayat partus pervaginan pada pemeriksaan di rumah sakit lain.
Berdasarkan riwayat sosial, penderita tinggal di kamar kos sempit yang
kurang memiliki ventilasi.
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan keadaan umum
didapatkan kesan sakit berat, kesadaran kompos mentis, tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 106 x/menit, frekuensi napas 32 x/menit, dan suhu
aksiler 37o C. Pada pemeriksaan kepala dan leher penderita tampak anemis
dan dispnea. Pada inspeksi toraks didapatkan simetris baik pada konsisi statis
dan dinamis, tidak tampak adanya abnormalitas bentuk dada dan vena
kolateral. Pada palpasi didapatkan fremitus raba sedikit meningkat di kedua
lapang paru. Pada perkusi didapatkan sonor di kedua lapangan paru. Pada
auskultasi didapatkan bronkovesikuler di kedua lapangan paru disertai ronki
di 2/3 bawah lapang paru dan tidak terdengar adanya wheezing. Pada
pemeriksaan jantung, abdomen, didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan
anggota gerak didapatkan hangat, kering, merah. Didapatkan adanya edema
pada kedua ekstrimitas bawah. Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah
bening di ketiak maupun pelipatan paha. Pemeriksaan darah lengkap dengan
hasil leukosit 10,5 x 103/uL; limfosit 17,3%; monosit 9,4%; Granulosit
73,3%; Hb 10,5 g/dL; MCV 82,3fL; MCH 26,7 pg; PLT 446 x103/uL; BUN
9,1mg/dL; Serum Creatinine 0,51 mg/dL; Glukosa 97 mg/dL; SGOT 33 U/L;
SGPT 19 U/L; Albumin 2,95 mg/dL; Natrium 135 mmol/L; Kalium 3,0
mmol/L; Klorida 91 mmol/L. Analisis gas darah memberikan hasil pH 7,51;
pCO2 43 mmHg; pO2 160 mmHg; HCO3 34,3 mmol/L; BE 11,3 mmol/L;
SO2 100%; AaDO2 65 mmHg dengan penggunaan masker oksigen
nonrebreathing 8 liter per menit.
Pada pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya gambaran
retikulogranuler pattern pada kedua lapang paru yang dapat merupakan
gambaran suatu interstitial pneumonia DD interstitial lung edema. Pada
pemeriksaan EKG didapatkan jantung dengan sinus takikardia 110 x/menit,
terdapat nonspesifik ST-T changes. Sementara pada pemeriksaan
ekokardiografi ditemukan hasil: katup-katup TR ringan, dimensi ruang
jantung normal. Vegetasi (–). Thrombus (–), fungsi sistolik LV normal (EF
by teach 75% biplane 74%), fungsi diastolic LV normal, fungsi sistolik RV
normal (TAPSE 2,1), analisa segmental LV normokinetik, tidak terdapat
LVH, dan PCWP 12,25 mmHg; SVR 1371; PVR 313,943. Berdasarkan data
selama perawatan di rumah sakit meliputi keluhan penderita, pemeriksaan
fisik, laboratorium, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya, akhirnya
disimpulkan diagnosis TB paru kasus baru yang datang dengan manifestasi
sesak napas ec ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome).

A. Diagnosa Keperawatan
a. Bersiahan jalan nafas b.d skresi yang tertahan ditandai dengan:
DS:
a) Pasien mengatakan sesak nafas sejak 1 minggu SMRS yang
memberat satu hari
b) Pasien mengatakan sesak nafas terasa lebih berat saat beraktivitas
dan membaik ketika istirahat
c) Pasien mengatakan Terdapat batuk disertai dahak sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit

DO:

a) Auskultasi didapatkan Bronkoveskuler dikedua lapang paru


disertai ronki di 2/3 bawah lapang paru
b) Pada perkusi didapatkan sonor dikedua lapang paru
c) Terpasang masker oksigen nonbreathing 8 liter/m
d) TD 110/70 mmHg
e) Nadi 106 x/m
f) Frekuensi napas 32 x/m
b. Gangguan pertukran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
ditandai dengan:
DS:
a) Pasien mengatakan sesak sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit
b) pasien mengatakan sesak napas berat saat beraktivitas dan
membaik dengan istirahat

DO:

a) pH 7,51
b) PCO2 43 mmHg
c) PO2 160 mmHg
d) HCO3 34,3 mmol/L
e) AaDO2 65 mmHg
f) Pemeriksaan EKG didapatkan jantung dengan sinus takikardia 110
x/menit, terdapat nonspesifik ST-T changes.
g) Edema pada kedua ekteremitas bawah
h) Pola nafas abnormal

B. Pengkajian
1. Identitas pasien
Ny. A usia 27 tahun suku bangsa jawa
2. Data umum kesehatan
a. Keluahan utama
Keluahan utama sesak napas. Sesak napas sejak 1 minggu SMRS
yang memberat 1 hari SMRS. Sesak napas terasa lebih berat saat
aktivitas dan membaik dengan istirahat.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Penderita diagnosis TB parus dengan manifestasi sesak napas ec
ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
c. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat partus pervaginam
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada

3. Pemeriksaan fisik
a. Kondisi umum: didapatkan kesan sakit berat dengan TD 110/70
mmHg, nadi 106 x/m, frekuensi napas 32 x/m, dan suhu aksiler
37C.
b. Kesadaran: kompos mentis
c. Kepala dan leher: tampak anemis dan dispnea
d. Inspeksi thoraks didapatkan simetris baik pada konsisi statis dan
dinamis, tidak tampak adanya abnormalitas bentuk dada dan vena
kolateral
e. Pada palpasi didapatkan fremitus raba sedikit meningkat dikedua
lapang paru
f. Pada prekusi didapatkan sonor dikedua lapang paru
g. Pada auskultasi didapatkan bronkovesikuler dikedua lapang paru
disertai ronki di 2/3 bawah lapang paru dan tidak terdengar adanya
whezzing
h. Jantung dan abdomen didapatkan dalam batas normal
i. Anggota gerak didapatkan hangat, kering, merah, dan didapatkan
adanya edema pada kedua ektremitas bawah.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan lab
limfosit 17,3%; monosit 9,4%; Granulosit 73,3%; Hb 10,5 g/dL;
MCV 82,3fL; MCH 26,7 pg; PLT 446 x103/uL; BUN 9,1mg/dL;
Serum Creatinine 0,51 mg/dL; Glukosa 97 mg/dL; SGOT 33 U/L;
SGPT 19 U/L; Albumin 2,95 mg/dL; Natrium 135 mmol/L;
Kalium 3,0 mmol/L; Klorida 91 mmol/L. Analisis gas darah
memberikan hasil pH 7,51; pCO2 43 mmHg; pO2 160 mmHg;
HCO3 34,3 mmol/L; BE 11,3 mmol/L; SO2 100%;
b. Pemeriksaan rontgen thoraks
ditemukan adanya gambaran retikulogranuler pattern pada kedua
lapang paru yang dapat merupakan gambaran suatu interstitial
pneumonia DD interstitial lung edema.
c. Pemeriksaan EKG
didapatkan jantung dengan sinus takikardia 110 x/menit, terdapat
nonspesifik ST-T changes. Sementara pada pemeriksaan
ekokardiografi ditemukan hasil: katup-katup TR ringan, dimensi
ruang jantung normal. Vegetasi (–). Thrombus (–), fungsi sistolik
LV normal (EF by teach 75% biplane 74%), fungsi diastolic LV
normal, fungsi sistolik RV normal (TAPSE 2,1), analisa segmental
LV normokinetik, tidak terdapat LVH, dan PCWP 12,25 mmHg;
SVR 1371; PVR 313,943.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

ARDS adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan
nafas berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru
biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada
berbagai penyebab pulmonal atau non-pulmonal
Masalah keperawatan yang didapat pada ARDS, diantaranya:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hilangnya
fungsi jalan napas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan
resistensi jalan napas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi
alveoli, penumpukan cairan di alveoli, hilangnya surfaktan pada
permukaan alveoli
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas tidak
adekuat, peningkatan secret, penurunan kemampuan untuk
oksigenasi, kelelahan
4. Nyeri berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
6. Gangguan keseimbangan  nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi
sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
B. Saran
1. Kepada perawat diharapkan dapat memberikan komunikasi  yang jelas
kepada pasien dalam mempercepat penyembuhan. Berikan pula
Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya resti Pada
ards
2. Kepada tenaga keperawatan untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan ARDS.sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Kepada dosen pembimbing dapat memberikan penjelasan secara merinci
tentang askep pada pasien ARDS
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Darmanto, 2007. Respirologi, EGC: Jakarta.

Somantri, Irman, 2007. Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika : Jakarta.

Yasmin & Cristantie, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Doenges M, Moorhouse M, Geissler A, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,


EGC: Jakarta

Wilkinson. J. M (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC Dan Criteria Hasil NOC, EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai