Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK CCSA II

OLEH:

AFIF INDRA PRAMANA

17301050

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2020
1. Defenisi stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah kondisi pecahnya salah satu arteri dalam otak yang memicu
perdarahan di sekitar organ tersebut sehingga aliran darah pada sebagian otak berkurang atau
terputus. Tanpa pasokan oksigen yang dibawa sel darah, sel otak dapat cepat mati sehingga fungsi
otak dapat terganggu secara permanen.

2. Etiologi
Tekanan darah tinggi (hipertensi). Cedera kepala berat. Ketidaknormalan pembuluh darah
di otak sejak lahir (cacat bawaan berupa malformasi pembuluh darah arteri dan vena). Aneurisma
otak.

3. Patoisiologi
Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau mengalami kebocoran,
sehingga terjadi perdarahan ke dalam otak. Bagian otak yang dipengaruhi oleh pendarahan dapat
menjadi rusak, dan darah dapat terakumulasi sehingga memberikan tekanan pada otak.

4. Tanda dan gejala


Gejala stroke hemoragik intraserebral (perdarahan otak), di antaranya adalah:
 Sakit kepala berat.
 Mual dan muntah.
 Penurunan kesadaran.
 Kejang.
 Gejala lainnya yang dapat terjadi adalah lemah, kelumpuhan pada satu sisi tubuh, gangguan
berbicara, mata tidak dapat digerakkan menuju arah tertentu, gangguan penglihatan, dan terlihat
bingung
 Sementara itu, stroke hemoragik subarachnoid (perdarahan subarachnoid) ditunjukkan dengan
gejala awal berupa penglihatan ganda dan sakit kepala yang terjadi tiba-tiba. Gejala tersebut
terjadi sebelum pembuluh darah pecah. Setelah pecahnya pembuluh darah, beberapa gejala
yang dapat muncul antara lain:
 Nyeri di daerah wajah atau sekitar mata.
 Penglihatan kabur.
 Leher kaku.
 Penurunan kesadaran

5. Klasifikasi
 Kondisi stroke hemoragik bisa disebabkan oleh tiga hal utama di bawah ini:
 Aneurisma, yakni pembuluh darah otak tipis, sehingga rawan pecah
 Malformasi arteri-vena, yakni kondisi pembuluh darah yang tidak normal
 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Selain itu, klasifikasi stroke hemoragik juga dapat disebabkan oleh cedera, kelainan darah,
maupun penggunaan kokain.

6. Komplikasi
komplikasi yang mungkin terjadi adalah kejang, gangguan dalam berpikir dan mengingat,
masalah pada jantung, hingga kesulitan dalam menelan, makan, atau minum.

Pathway

Faktor resiko stroke

Ateroskerosis

Bekuan darah

Oklusi

Total sebagian

Cbf TIA, RIND, progresif, stroke komplet

Iskemia neuron

Infark SNH tergantung pusat terkena

Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan


Kesadaran sensori motoric otonomi bicara

Kerusakan resiko cedera kerusakan defisit perawatan kerusakan


Perfusi jaringan mobilitas fisik diri komunikasi verbal
MCP

Dx: ganguan mobiltas fisik b. d Dx :pola napas tidak efektif b. d


penurunan kekuuatann otot hambatan upaya napas

Ds : Ds :

 Mengeluh sulit  Pasien mengeluh sulit


Key assessment
menggerakkan ekstermitas untuk bernapas (dyspnea)
 Mengeluh susah bergerak  Kelemahan mendadak  Pasien mengeluh nerasa
 Merasa cemas saat bergerak  Kelumpuhan atau mati rasa di tidaak nyaman saat
 Nyeri saat bergerak bagian tubuh manapun bernapas (ortopnea)
 Kesulitan berjalan Do :
Do :
 Ketidakmampuan dalam
 Pasien tidak kuat berbicara  Pernapasn cuping hidung
mengangkat beban  Ketidakmampuan mengontrol  Penggunaan otot bantu
 Gerakan pasien terbatas gerakan mata dn wajah napas
 Fisik terlihat lemah  Muntah  Pernapasa ccuping hidung
 Pernapasan tidak teratur  Pernapasan cepat (takipnea)
 Pingsan  Napas lebih lambat dari
 Kehilangan kesadaran biasanya (bradipnea)
Dx: bersihan jalan napas tidak  Sakt kepala yag sangat parah
efektif b. d disfungsi tiba tiba
neuromuskuler  Kebingunngan
 kekakuan leher
Ds:
 mual muntah
 Pasien mengeluh sulit
 pusing
untuk bernapas (dyspnea)
 kejang
 Pasien mengeluh sulit
 koma
bicara
 Penurunan kesadaran.
 Pasien mengeluh nerasa
 Nyeri di daerah wajah atau
tidaak nyaman saat
sekitar mata.
bernapas (ortopnea)
 Penglihatan kabur.
Do:  Leher kaku.
 Pasien terlihat batuk 
 Banyak sputum
 Tidak mampu batuk
 Pasien terlihat galisah
 Kulit, kuku, bibir, atau
sekitar mata terlihat
berwarna kebiruan
INTERVENSI

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Ganguan Setelah dilakukan Intervensi:
mobiltas fisik b. d  DUKUNGAN AMBULASI
tindakan keperawatan
 DUKUNGAN MOBILISASI
penurunan 3x24 jam diharapkan O:
kekuuatann otot
mobilitas fisik pasien  identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
meningkat  ldentifikasi toleransi fisik melakukan
K.H: pergerakan
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
 Pergerakan ekstermitas sebelum memulai mobilisasi
meningkat  Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
 Kekuatan otot cukup N:
1 meningkat  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
(mis. pagar tempat tidur)
 Rentang gerak ROM  Fasilitasi melakukan pergerakan, jika peru
meningkat  Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
 Nyeri menurun E:
 Kekakuan sendi cukup  Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
menurun
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
 Kelemahan fisik cukup dilakukan (mis. duduk di tempat tidur, duduk di
sisi
menurun  tempat idur, pindah dari tempat tidur ke kursi
 Gerakan terbatas cukup C:

menurun
2 Pola napas tidak Setelah dilakukan Intervensi:
efektif b. d MANAGEMEN JALAN NAPAS
tindakan keperawatan
PEMANTAUAM RESPIRASI
hambatan upaya 2x24 jam, pola napas O:
napas  Monitor pola napas (frekuens kedalaman,
membaik usaha napas)
K.H:  Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
mengi, napas) wheezing, ronkhi kering)
 menunjukan jalan napas  Monitor sputum jumlah, wama, aroma)
yang paten N:
 Dartahankan kepatenan jaian napas dengan
 tidak terdapat
head-tit dan chin-lift jaw-thrust jika curiga
pengguaan alat bantu  trauma servikal)
otot napas  Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 tidak terdapat retraksi  Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
dinding dada  Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detk
 tidak terdapat  Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
pernapasan cuping endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan
hidung forsep McGill
 Berikan oksigen, jika perlu
 tidak terdengar suara E:
napas tanbahan  Anjurkan asupan cairan 2000 mi/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
C:
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Bersihan jalan Setelah dilakukan Intervensi:
napas tidak  LATIHAN BATUK EFEKTIF
efektif b. d tindakan keperawatan
 MANAGEMEN JALAN NAPAS
disfungsi 2x24 jam,bersihan jalan  PEMANTAUAM RESPIRASI
neuromuskuler O:
napas kembali efektif
 ldentifikasi kemampuan batuk
K.H:
 Monitor adanya retensi sputum
 Pasien mempunyai jalan  Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Monitor input dan output cairan (mis. jumlah
napas paten
dan karakteristik)
 Pasien mengeluaran secret N:
secara efektif  Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
 Pasien mempunyai irama  Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3  Buang sekret pada tempat sputum
dan rata rata pernapasan E:
dalam rentan yang normal
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Pasien mempunyai fungsi  Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
paru dalam batas normal
kemudian
 Pasien mampu  keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
mendeskripsikan rencna
 Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga
untuk perawatan di rumah 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
 Pasien berpartisipasi
tarik napas dalam yang ke-3
dalam program C:
pengobatan  Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai