PERPAJAKAN1
PERPAJAKAN1
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
TITANIA NOVIANA
(A1A119074)
Universitas Jambi
2020
DASAR HUKUM PAJAK
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, disebutkan bahwa
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
3. Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan “surplusnya” digunakan untuk “public saving”
yang merupakan sumber utama untuk membiayai “public investment”.
1. C.F. Bastable
Pajak adalah a compulsory contribution of the wealth of a person or body of persons for
the service of the public powers.
2. H.C Adams, (1851—1921)
seorang ekonom dan filsuf bangsa Amerika Pajak sebagai a contribution from the citizen
to the support of the state.
3. Edwin Robert Anderson Seligman, (1861—1939), seorang ekonom, guru besar, pendiri,
dan presiden pertama dari American Economic Association
Pajak sebagai a tax is a compulsory contribution from the person to the government to
defray the expenses incurred in the common interest of all without reference to special
benefits conferred.
4. Prof. Dr. P.J.A. Andriani
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai
pengeluaranpengeluaran umum yang berhubung dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
5. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (Mardiasmo, 2011: 1)
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
6. Ray M. Summerfield dan kawan-kawan
Any non-penal yet compulsory transfer of resources from the private to the public sector,
levied on the basis of predetermined criteria and without receipt of a specific benefit of
equal value, in order to accomplish some of a nation’s economic and social objectives.
7. Dwi Sunar Prasetyono (2011: 13)
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sebagai
perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai negara dan
pembangunan nasional.
FUNGSI PAJAK
Fungsi pajak terdiri atas dua fungsi, yaitu fungsi budgeter (anggaran) dan regularend
(mengatur). Berikut ini sedikit paparan tentang kedua fungsi tersebut.
1. Fungsi Budgeter (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgeter yang artinya pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik rutin maupun
pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan
uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara
ekstensifikasi ataupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan
berbagai jenis pajak, seperti pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN),
pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB), dan
lain-lain.
2. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur yang artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi
serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur sebagai berikut.
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak penjualan atas
barang mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang
mewah. Semakin mewah suatu barang, tariff pajaknya semakin tinggi sehingga
barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar
rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya
hidup mewah).
b. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan. Hal ini dimaksudkan agar pihak
yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak)
yang tinggi pula sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
c. Tarif pajak ekspor sebesar 0%. Ini dimaksudkan agar para pengusaha terdorong
mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa
negara.
d. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu, seperti
industri semen, industri rokok, industri baja, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan agar
terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut karena dapat mengganggu
lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan).
e. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi dimaksudkan untuk
mendorong perkembangan koperasi di Indonesia.
f. Pemberlakuan tax holiday dimaksudkan untuk menarik investor asing agar
menanamkan modalnya di Indonesia.
PENGELOMPOKAN PAJAK
Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.
1. Menurut Golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut.
a. Pajak langsung, yaitu Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.
Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan. Contohnya, Pajak
penghasilan (PPh): PPh dibayar atau ditanggung oleh pihakpihak tertentu yang
memperoleh penghasilan tersebut.
b. Pajak tidak langsung, yaitu Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika
terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya
pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contohnya, Pajak pertambahan
nilai (PPN) terjadi karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak
ini dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang, tetapi dapat
dibebankan kepada konsumen, baik secara eksplisit maupun implicit (dimasukkan
dalam harga jual barang atau jasa).
Untuk menentukan apakah sesuatu termasuk pajak langsung atau pajak tidak langsung
dalam arti ekonomis, dilakukan dengan cara melihat ketiga unsure yang terdapat dalam
kewajiban pemenuhan perpajakannya. Ketiga unsur tersebut terdiri atas :
1) Penanggung jawab pajak adalah orang yang secara formal yuridis diharuskan
melunasi pajak;
2) Penanggung pajak adalah orang yang dalam faktanya memikul terlebih dahulu
beban pajaknya;
3) Pemikul pajak adalah orang yang menurut undang-undang harus dibebani pajak.
Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang, pajaknya disebut pajak langsung.
Jika ketiga unsur tersebut terpisah atau terdapat pada lebih dari satu orang, pajaknya disebut
pajak tidak langsung.
2. Menurut Sifat
Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut :
a. Pajak subjektif Pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak
atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contohnya, Pajak
penghasilan (PPh): dalam PPh terdapat subjek pajak (wajib pajak) orang pribadi.
Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib
pajak (status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan lainnya). Keadaan pribadi
wajib pajak tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan
tidak kena pajak.
b. Pajak objektif Pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya, baik berupa benda,
keadaan, perbuatan, maupun peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban
membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak)
ataupun tempat tinggal. Contohnya, Pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan
atas barang mewah (PPnBM) serta pajak bumi dan bangunan (PBB).
HUKUM PAJAK
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak
dengan rakyat sebagai Wajib Pajak.
Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil
a. Hukum Pajak Materiil yaitu Hukum ini memuat norma-norma yang menjelaskan tentang
keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (obyek pajak), pihak yang
dikenai pajak (subyek pajak), besaran pajak yang dikenakan (tarif pajak), segala sesuatu
berkaitan dengan timbul dan dihapusnya utang pajak, serta dinas sanksi-sanksi dalam
hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.
Contoh wujud dari hukum pajak materiil adalah pajak penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM).
b. Hukum pajak formil merupakan hukum yang memuat prosedur untuk mewujudkan hukum
pajak materiil menjadi suatu kenyataan atau realisasi. Hukum pajak formil memuat tata
cara atau prosedur penetapan jumlah utang pajak, hak-hak fiskus untuk mengadakan
monitoring dan evaluasi. Selain itu juga menentukan kewajiban wajib pajak untuk
mengadakan pembukuan atau pencatatan dan prosedur pengajuan surat keberatan maupun
banding.
Contoh wujud dari hukum pajak formil adalah Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan.
Perlawanan yang inisiatifnya bukan dari wajib pajak itu sendiri tetapi terjadi karena
keadaan yang ada di sekitar wajib pajak itu. Hambatan-hambatan tersebut berasal dari
struktur ekonomi, perkembangan moral dan intelektual penduduk, dan teknik pemungutan
pajak itu sendiri.
a. Struktur Ekonomi
Contoh:
Pajak penghasilan yang diterapkan pada masyarakat agraris. Padahal pajak ini
diperuntukkan untuk masyarakat di negara industri. Dalam pajak ini, wajib pajak dituntut
untuk menghitung sendiri pendapatan nettonya. Untuk itu diperlukan adanya pembukuan.
Namun, menghitung pendapatan netto akan sangat sulit dilakukan oleh masyarakat agraris.
Selain karena pencatatan pendapatan yang akurat sulit dilakukan, mereka juga tidak
mampu melakukan pembukuan. Karena itu, timbulah perlawanan pasif terhadap pajak.
Perkembangan Intelektual dan Moral Penduduk Perlawanan pasif yang timbul dari
lemahnya sistem pengawasan yang dilakukan oleh fiscus ataupun karena objek pajak itu
sendiri sulit untuk dikontrol.
b. Cara Hidup Masyarakat di Suatu Negara
Contoh:
masyarakat yang hidup di daerh tropis yang hanya memiliki dua musim sehingga
memungkinkan mereka bekerja sepanjang tahun. Hal ini bisa mengakibatkan mereka
bekerja lebih santai dan hasilnya tidak optimal. Pendapatan mereka lebih sedikit sehingga
penerimaan negara pun kurang. Berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah
subtropis yang memiliki empat musim. Sebelum teknologi berkembang, mereka tidak bisa
bekerja di musim dingin. Karena itu, mereka harus bekerja keras di musim yang lainnya
agar kebutuhan di musim dingin bisa terpenuhi. Hasilnya, mereka bisa menghasilhan
pendapatan yang lebih banyak sehingga uang yang masuk ke kas negara pun lebih banyak.
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan
adanya utang pajak), yaitu ajaran materiil dan ajaran formil.
a. Ajaran Materiil
Ajaran materiil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena
diberlakukannya undang-undang perpajakan. Dalam ajaran ini, seseorang akan
secara aktif menentukan apakah dirinya dikenakan pajak atau tidak sesuai
dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ajaran ini konsisten dengan
penerapan self assessment system.
b. Ajaran Formil
Ajaran formil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena dikeluarkannya
surat ketetapan pajak oleh fiskus (pemerintah). Hal ini dilakukan untuk
menentukan apakah seseorang dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah pajak
yang harus dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat diketahui
dalam surat ketetapan pajak tersebut. Ajaran ini konsisten dengan penerapan
official assessment system.