Natrium 127,5 (L) - 123,5 (L) 133,7 (L) 133,5 (L) 128,7 (L)
Interpretasi EKG :
Irama : Sinus, Reguler
HR : 72 kali/menit
R-R : Reguler
Gel T : Peak and Tall T
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG DOPPLER
Konklusi
• Sistem arteri : Artherosklerosis a. femoralis, a. tibialis anterior dan posterior kanan serta a. dorsalis
pedis dengan stenosis bermakna (70-90%) pada a. femoralis, a. poplitea, a. tibialis anterior dan
posterior stenosis bermakna (50-60%) pada a. dorsalis pedis.
• Sistem vena : Suspek gambaran insufisiensi katup (CVI) setinggi v. poplitea kanan.
RESUME
Pasien Tn. J berusia 61 tahun dateng ke RSUD Cilegon dengan keluhan nyeri luka pada kaki
sebelah kanan. Awalnya terdapat luka kecil yang tidak diketahui penyebabnya di sekitar jari
kelima kaki kanan, sudah dilakukan debridement di RSUD Cilegon pada bulan Mei namun
luka semakin meluas sampai hampir sebagian kaki kanan pasien. Sakit kepala (+), mual (+),
muntah (-), demam (-), mudah lapar (+), sering BAK (+), mudah haus (+). Pada pemeriksaan
fisik ditemukan TD : 140/70, denyut nadi : 76 kali/menit, frekuensi napas : 20 kali/menit, suhu :
37,30 C. Status lokalis terdapat ulkus pada sebagian plantar dan dorsum pedis dextra,
nanah (+), bau (-), nyeri sedikit (+), edema (-), kesemutan dan baal (+). BAB normal, BAK
lancar, warna kuning, darah (-), batu (-). Riwayat DM sejak 8 tahun yang lalu, diketahui saat
terdapat luka pada kaki pasien, dan tidak diketahui sebelumnya, dan juga pasien mengalami
penurunan berat badan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosistosis, anemia,
hiponatremi, hipoalbumin, serta terdapat stenosis pada beberapa arteri pedis dextra.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka pasien didiagnosa
dengan Diabetes Melitus Tipe II dengan Ulkus Diabetikum pada Kaki.
DAFTAR MASALAH
a. Nyeri pada kaki kanan
b. Mual
c. Pusing
d. Lemas
DIAGNOSIS
Diabetes Melitus tipe II dengan Komplikasi Ulkus Diabetikum stadium V
Hipoalbumin pada pasien ini terjadi bukan karena dari penurunan sintesis albumin
saja tetapi melibatkan proses multifactorial seperti sintesis, pemecahan, kebocoran ke ruang
ekstravaskuler dan asupan protein. Dalam hal ini kebocoran albumin melalui kapiler
merupakan penyebab hipoalbumin yang penting dalam kasus ulkus diabetikum.
APA YANG MENYEBABKAN ULKUS SEMAKIN MELUAS PADA
PASIEN INI WALAUPUN SUDAH DILAKUKAN DEBRIDEMENT?
Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi penyembuhan ulkus, salah satunya adalah usia.
Proses penyembuhan luka akan lebih lama seiring dengan peningkatan usia, akbiat dari jumlah
elastin yang menurun dan prosis regenerasi kolagen yang berkurang akibat penurunan
metabolisme sel.
APA HUBUNGAN DM TIPE II DENGAN GANGGUAN FUNGSI GINJAL
PADA PASIEN INI?
ü Hiperfiltrasi masih dianggap sebagai awal dari mekanisme patogenik dalam laju kerusakan ginjal.
ü Hiperglikemi juga menyebabkan terjadinya peningkatan dari ekspresi Transforming Growth
Factor 𝛽 (TGF- 𝛽) pada glomerulus dan matriks, serta adanya Vascular Endothelial Growth
Factor (VEGF) yang berkontribusi terhadap hipertrofi, meningkatkan sintesis kolagen, dan
menginduksi perubahan vaskular. Aktivasi protein C kinase akibat hiperglikemi juga
berkontribusi terhadap penyakit ginjal dan berbagai komplikasi vaskular diabetes.
APA HUBUNGAN DM TIPE II DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN
INI?
ü Salah satu komplikasi makroangiopati diabetes dapat terjadi karena perubahan kadar gula darah,
gula darah yang tinggi akan menempel pada dinding pembuluh darah.
ü Selain itu terjadi proses oksidasi dimana gula darah bereaksi dengan protein dari dinding
pembuluh darah sehingga menimbulkan Advanced Glycosylated Endproducts (AGEs). Keadaan ini
merusak dinding bagian dalam dari pembuluh darah, dan menarik kolesterol menempel pada
dinding pembuluh darah, sehingga reaksi inflamasi terjadi.
ü Leukosit, trombosit, serta bahan lainnya ikut menyatu menjadi bekuan plak, yang membuat
aterosklerosis dan akhirnya timbul hipertensi.
BAGAIMANA PROGNOSIS PADA PASIEN INI?
Faktor yang
Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi Memperlambat
Penyembuhan
• Neuropati • Perlukaan di kulit • Derajat luka
• Limited joint (jamur) • Perawatan luka
mobility • Trauma • Pengendalian kadar
• Komplikasi DM • Tekanan gula darah
lainnya berkepanjangan
pada tumit
PATOFISIOLOGI
TATALAKSANA
Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi pencegahan terjadinya kaki diabetik dan terjadinya ulkus, bertujuan
untuk mencegah timbulnya perlukaan pada kulit. Pencegahan primer ini juga merupakan suatu
upaya edukasi kepada para penyandang DM baik yang belum terkena kaki diabetik, maupun
penderita kaki diabetik untuk mencegah timbulnya luka lain pada kulit.
Pencegahan Sekunder
Dalam pengelolaan kaki diabetik, kerja sama multi-disipliner sangat diperlukan. Berbagai hal yang
harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang maksimal dapat digolongkan
sebagai berikut, dan semuanya harus dikelola bersama.
TATALAKSANA
Ø Mechanical control : Daerah-daerah yang mendapat tekanan lebih besar pada plantar pedis akan
rentan terhadap timbulnya luka.
Ø Wound control : Pembuangan jaringan terinfeksi dan nekrotis secara teratur.
Ø Microbiological control : Antibiotik empiric yang adekuat pada saat belum didapatkan hasil
kultur resistensi mikroorganisme, antibiotik yang dianjurkan selalu disesuaikan dengan hasil
biakan kuman dan resistensinya.
Ø Vascular control : Perbaikan suplai vaskular (dengan operasi atau angioplasti), biasanya
dibutuhkan pada keadaan ulkus sistemik.
Ø Metabolic control : Kadar glukosa darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk
memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka.
Ø Educational control : Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus/gangren diabetik
maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang
diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal
FAKTOR PENYEMBUHAN ULKUS DM
• Usia : Proses penyembuhan luka akan lebih lama seiring dengan peningkatan usia.
• Jenis Kelamin : Penurunan hormon esterogen akibat menopause, sehingga memicu naik
turunnya kadar gula darah akibat respon insulin, yang mengakibatkan aliran nutrisi berkurang.
• Stadium Ulkus Diabetikum
• Lama Perawatan : 2-3 minggu untuk stadium I, 3 minggu-2 bulan untuk stadium II, >2 bulan
untuk stadium III, 3-7 bulan untuk stadium IV.
• Jadwal Perawatan Luka : Apabila terlalu lama dibalut akan terjadi maserasi, apabila terlalu cepat
penggantian balutannya akan menyebabkan efektivitas topical therapy yang tidak maksimal.
PROGNOSIS
Ada tiga faktor yang berperan pada penyembuhan luka dan infeksi pada kaki diabetik.
Faktor pertama adalah angiopati arteriol yang menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik
hingga mekanisme radang menjadi tidak efektif. Faktor kedua adalah lingkungan gula darah yang
subur untuk perkembangan bakteri patogen; dan faktor ketiga ialah karena adanya pintas
arteriovenosa di subkutis yang terbuka hingga aliran nutrien tidak sampai ke tempat infeksi.
PERAWATAN KAKI PADA DM
Seorang penderita DM harus selalu memperhatikan dan menjaga kebersihan kaki,
melatihnya secara baik walaupun belum terjadi komplikasi. Jika tidak dirawat, khawatir suatu saat
kaki penderita akan mengalami gangguan peredaran darah dan kerusakan syaraf yang
menyebabkan berkurangnya sensitivitas terhadap rasa sakit, sehingga penderita mudah mengalami
cidera tanpa disadari.
Beberapa langkah dalam melakukan perawatan kaki, antara lain sebagai berikut :
• Area Pemeriksaan Kaki : melihat kulit kering, atau kemungkinan ada luka
• Perawatan (mencuci dan membersihkan) kaki
• Perawatan kuku kaki : mencegah adanya kuku yang tumbuh dibawah kulit
• Senam kaki pada penderita diabetes : membantu memperbaiki peredaran darah yang terganggu
dan memperkuat otot-otot kecil kaki pada pasien diabetes dengan neuropati.
KESIMPULAN
• Pasien Tn. J berusia 61 tahun datang ke RSUD Cilegon dengan keluhan nyeri luka pada kaki
sebelah kanan. Keluhan tambahan didapatkan mual dan sakit kepala disertai badan lemas.
Awalnya terdapat luka kecil yang tidak diketahui penyebabnya di sekitar jari kelima kaki kanan,
sudah dilakukan debridement di RSUD Cilegon pada bulan Mei namun luka semakin meluas
sampai hampir sebagian kaki kanan pasien. Dari hasil pemeriksaan terdapat gejala klasik DM dan
ulkus pada kaki kanan pasien. Ulkus DM yang terdapat pada kaki pasien termasuk dalam
stadium V, yang merupakan indikasi dilakukannya amputasi pada kaki pasien. Tindakan amputasi
dilakukan pada tanggal 25 Juni 2019.
• Pasien memiliki pola diet yang kurang sehat sebelumnya, seperti mengkonsumsi minuman tinggi
gula dan makanan tinggi lemak. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya
gangguan ginjal dan hipertensi pada pasien.
• Pencegahan ulkus DM sebaiknya dilakukan pada pasien DM, dengan cara mengenali tanda-tanda
terjadi gangguan pada kaki seperti paraestesi sampai anastesi, dan juga rutin melakukan
perawatan pada kaki seperti rutin melakukan pemeriksaan kaki, membersihkan kaki, perawatan
kuku kaki, dan senam kaki pada penderita diabetes.
DAFTAR PUSTAKA
ADA (American Diabetes Association)., 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care Vol.33. USA: American Diabetes
Association.
Agustin.Yeni., dkk. 2013. Pengalaman Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Pasca Amputasi Mayor Ekstremitas Bawah. Depok: Jurnal Keperawatan Indonesia.
Ariani, dkk. 2012. Hubungan antara Perawatan Kaki dengan Risiko Ulkus Kaki Diabetes di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta:
Muhammadiyah Journal of Nursing.
Aulia, K. 2017. Persepsi Penderita Diabetes Melitus Paska Amputasi terhadap God Locus of Control dalam Self Care Behavior di Wilayah Lombok
Nusa Tenggara Barat. Tesis. Program Studi Magister Keperawatan. Universitas Muhammadiyah,Yogyakarta.
Hidayat,Anas Rahmad, & Nurhayati, Isnani. 2014. Perawatan Kaki pada Diabetes Melitus di Rumah.
International Working Group on The Diabetic Foot (IWGD). (2011). International consensus on the diabetic foot and practical guidelines on the
management and the prevention of the diabetic foot.Amsterdam: IWGD.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES). 2012. Profil kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
PERKENI. 2015. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: PERKENI.
Soetjahjo,A. 1998. Peranan Neuropati Diabetik. Padang: Majalah Kedokteran Andalas, 22.(1).
Waspadji, Sarwono. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI: Kaki Diabetes. Jakarta: Interna Publishing.
World Health Organization (WHO). 2013. Facts and figure about diabetes. http://www.who.int/diabetes/en/ diakses tanggal 12 Juli 2019.
Yunus, B. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lama Penyembuhan Luka pada Pasien Ulkus Diabetikum di Rumah Perawatan ETN Centre
Makassar. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas UIN Alauddin, Makassar.
TERIMA
K ASIH