Anda di halaman 1dari 49

Presentasi Kasus

AMPUTASI ET CAUSA GANGREN


PEDIS PADA DM TIPE II

Disusun oleh : Muhammad Horman Latuconsina, S.Ked


NPM : 1102015148
Pembimbing : Dr. Didiet Pratignyo, Sp.PD, FINASIM

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEGON
PERIODE 24 JUNI – 31 AGUSTUS 2019
PENDAHULUAN
• Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
• Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, pada daerah perkotaan proporsi
DM menyebabkan kematian sebesar 14,7%. Prevalensi DM di daerah urban pada usia diatas 15
tahun sebanyak 5,7%.
• Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi DM kronik yang lebih sedikit terjadi dibandingkan
komplikasi lain, namun memiliki efek yang besar pada kondisi diabetisi di seluruh dunia. Kaki
diabetik merupakan penyebab umum dilakukannya tindakan amputasi pada klien dengan
Diabetes Mellitus (DM). Diperkirakan 40% hingga 70% amputasi ekstremitas bawah dialami oleh
klien dengan DM yang bermula dengan ulkus kaki.
IDENTIFIKASI
KASUS
Nama : Tn. J
Usia : 03-04-1958 (61 tahun)
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Alamat : Link Krenggot, Jombang
No. CM : 01-**-** IDENTITAS
Pembiayaan : BPJS PASIEN
Tanggal masuk : 17 Juni 2019 (19:05 WIB)
Tanggal keluar : 28 Juni 2019
Ruangan : Aster RSUD Cilegon
ANAMNESIS
Dilakukan secara auto-anamnesis dengan pasien dan allo-anamnesis dengan anak kandung pasien pada hari
Rabu, 26 Juni 2019 di Bangsal Aster RSUD Cilegon pukul 14.00 WIB
• Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanan.
• Keluhan Tambahan
Pasien mengeluh lemas 5 hari SMRS, nyeri kepala (+), mual (+), muntah (-), demam (-), kesemutan dan baal
pada kaki (+), luka sedikit bernanah (+), bau (-), mata buram (+), sudah pernah dilakukan debridement pada 1
Mei.
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Cilegon pada tanggal 17 Juni 2019 dengan keluhan nyeri pada luka di kaki
kanan. Keluarga pasien mengatakan bahwa awalnya terdapat luka kecil pada bagian metatarsophalangeal V
dextra, lalu sempat dibawa ke IGD RSUD Cilegon dan dilakukan debridement pada tanggal 1 Mei 2019.
Kemudian, pasien dan keluarga menerapkan perawatan luka di rumah pada kaki pasien setelah dilakukan
debridement. Namun beberapa minggu kemudian luka menyebar ke sebagian kaki kanan pasien.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat penyakit DM sejak 8 tahun yang lalu saat • Riwayat DM pada keluarga disangkal.
terdapat ulkus pada kaki pasien, dan pasien belum • Riwayat TB paru pada keluarga disangkal.
mengetahui terdapat DM sebelumnya. Pasein
• Riwayat asma dan alergi pada keluarga disangkal.
sebelumnya memiliki pola diet yang kurang sehat,
yaitu sering mengkonsumsi minuman kemasan dan • Riwayat penyakit hipertensi pada keluarga
makanan tinggi lemak. disangkal.
• Riwayat luka di kaki sebelumnya (+) pada tahun
2011 sudah dilakukan debridement, dan pada tahun
2017 dilakukan amputasi pada metatarsophalangeal
I sinistra.
• Riwayat penyakit hipertensi (+).
• Riwayat pengobatan paru-paru disangkal.
• Riwayat penyakit hepatitis disangkal.
• Riwayat penyakit ginjal disangkal.
• Riwayat asma dan alergi disangkal.
ANAMNESIS
SISTEM
ORGAN
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Signs Status Generalis
• Kepala : Bentuk kepala normal, simetris.
• Kesadaran : Compos mentis
• Rambut : Hitam & putih, lebat, tidak mudah dicabut.
• Keadaan Umum : Sakit sedang • Mata : Pupil bulat isokor, konjungtiva anemis +/+,
• Tekanan Darah : 140/70 mmHg sklera ikterik -/-, eksoftalmus -/-, RCL +/+, RTCL
+/+, tidak terdapat benda asing.
• Nadi : 76 kali/menit, regular • Hidung : Tidak terdapat nafas cuping hidung,
• Respirasi : 20 kali/menit septum tidak deviasi, tidak ada sekret, dan tidak
hiperemis.
• Suhu : 37,30 C
• Telinga : Bentuk normal, liang telinga luas, tidak ada
• Saturasi Oksigen : 97% sekret, tidak ada darah, tidak ada tanda radang.
• Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar
getah bening pada submentalis, pre-aurikula, post-
aurikula, oksipital, sternokleidomastoideus, dan
supraklavikula. Tidak terdapat pembesaran tiroid,
trakea tidak deviasi.
• Thoraks : Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
retraksi sela iga.
PEMERIKSAAN FISIK
• Paru-paru • Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler,
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris murmur(-) dan gallop(-)
kanan dan kiri tidak terdapat retraksi • Abdomen
• Palpasi : Massa(-), krepitasi (-), fremitus • Inspeksi : Tampak simetris, tidak terdapat
taktil simetris, fremitus vokal simetris kelainan kulit, tidak ditemukan adanya spider nevy,
• Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru tidak ada pelebaran vena.
kanan dan kiri • Auskultasi : Bising usus (+), bising aorta
• Auskultasi : VBS +/+, ronkhi -/- dan wheezing - abdominalis tidak terdengar.
/- • Palpasi : Supel, turgor baik, nyeri tekan
• Jantung epigastrium(+), massa(-), hepatomegali(-),
splenomegali(-), ballotement (-), undulasi(-).
• Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
• Perkusi : Suara timpani di keempat kuadran,
• Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga V
shifting dullness (-).
linea midklavikula sinistra
• Ekstremitas
• Perkusi : Batas jantung normal
• Akral hangat(+), edema (-) pada tungkai bawah
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
Terdapat ulkus pada sebagian plantar dan
dorsum pedis dextra, nanah (+), bau (-), nyeri
sedikit (+), edema (-), kesemutan dan baal (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi Rutin 17/6/19 22/6/19 25/6/19 26/619


Hemoglobin 11 (L) 10 (L) 11,5 (L) 10,7 (L)
Hematokrit 32,1 (L) 30 (L) 34,3 (L) 31,2 (L)
Eritrosit 3,89 (L) 3,6 (L) 4,14 (L) 3,63 (L)
MCV/VER 82,5 83,3 82,9 86
MCH/HER 28,3 27,8 27,8 29,5
MCHC/KHER 34,3 33,3 33,5 34,3
Jumlah Leukosit 28,01 (H) 23,13 (H) 17,36 (H) 19,8 (H)
Jumlah Trombosit 618 (H) 612 (H) 608 (H) 600 (H)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium

Kimia Klinik 17/6/19 19/6/19 21/6/19 24/6/19 25/6/19 26/6/19

Albumin - - - - - 2,5 (L)

Natrium 127,5 (L) - 123,5 (L) 133,7 (L) 133,5 (L) 128,7 (L)

Kalium 5,43 (H) - 5,11 5 5,24 4,67


Clorida 100,3 - 98,5 103,6 105,2 100,3
Ureum Darah 84 (H) 92 (H) - - - -
Kreatinin Darah 1,67 (H) 1,69 (H) - - - -
Glukosa Sewaktu 110 - - - - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Urin Lengkap 18/6/19
Warna Coklat
Kejernihan Keruh
Hemostasis 19/6/19
Berat Jenis 1,030
Masa Perdarahan 2 pH 6
Masa Pembekuan 11 Protein -
Glukosa -
ABO Rh Typing 19/6/19 Keton -
Golongan Darah B Darah -
Bilirubin -
Rhesus +
Nitrit -
Urobilinogen -
Imunoserologi 19/6/19 Sedimen
HbSAg Non Reaktif Leukosit 5-10
Eritrosit 0-1
Anti HIV Non Reaktif
Silinder -
Sel epitel 1+
Kristal Amorf 3+
Bakteria -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sleeding Scale

Tanggal Jam GDS


24/6/19 06.00 92
24.00 259 (Novorapid 8 unit)
25/6/19 06.00 91
26/6/19 06.00 92
28/6/19 01.00 155
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG

Interpretasi EKG :
Irama : Sinus, Reguler
HR : 72 kali/menit
R-R : Reguler
Gel T : Peak and Tall T
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG DOPPLER
Konklusi
• Sistem arteri : Artherosklerosis a. femoralis, a. tibialis anterior dan posterior kanan serta a. dorsalis
pedis dengan stenosis bermakna (70-90%) pada a. femoralis, a. poplitea, a. tibialis anterior dan
posterior stenosis bermakna (50-60%) pada a. dorsalis pedis.
• Sistem vena : Suspek gambaran insufisiensi katup (CVI) setinggi v. poplitea kanan.
RESUME
Pasien Tn. J berusia 61 tahun dateng ke RSUD Cilegon dengan keluhan nyeri luka pada kaki
sebelah kanan. Awalnya terdapat luka kecil yang tidak diketahui penyebabnya di sekitar jari
kelima kaki kanan, sudah dilakukan debridement di RSUD Cilegon pada bulan Mei namun
luka semakin meluas sampai hampir sebagian kaki kanan pasien. Sakit kepala (+), mual (+),
muntah (-), demam (-), mudah lapar (+), sering BAK (+), mudah haus (+). Pada pemeriksaan
fisik ditemukan TD : 140/70, denyut nadi : 76 kali/menit, frekuensi napas : 20 kali/menit, suhu :
37,30 C. Status lokalis terdapat ulkus pada sebagian plantar dan dorsum pedis dextra,
nanah (+), bau (-), nyeri sedikit (+), edema (-), kesemutan dan baal (+). BAB normal, BAK
lancar, warna kuning, darah (-), batu (-). Riwayat DM sejak 8 tahun yang lalu, diketahui saat
terdapat luka pada kaki pasien, dan tidak diketahui sebelumnya, dan juga pasien mengalami
penurunan berat badan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosistosis, anemia,
hiponatremi, hipoalbumin, serta terdapat stenosis pada beberapa arteri pedis dextra.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka pasien didiagnosa
dengan Diabetes Melitus Tipe II dengan Ulkus Diabetikum pada Kaki.
DAFTAR MASALAH
a. Nyeri pada kaki kanan
b. Mual
c. Pusing
d. Lemas

DIAGNOSIS
Diabetes Melitus tipe II dengan Komplikasi Ulkus Diabetikum stadium V

PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN


• Pemeriksaan GDP dan HbA1c
• Pemeriksaan fungsi ginjal
• Pemeriksaan profil lipid
IGD Aster
• IVFD NACL 0,9% 20 tpm Non farmakologis :
• Inj. Ranitidine 2x1 IV • Obs TTV dan KU
• Inj. Ketorolac 3x1 IV • Monitor tanda-tanda dehidrasi


Inj. Ondansetron 2x1 IV
PO. Metronidazole drip 3x500mg
• Monitor urin output
• Monitor asupan oral TATALAKSANA


PO. Kapsul garam 3x1 tab
PO. Prorenal 3x1 tab
• Cek GDS / 24jam
• Ganti Verban 2 kali / hari YANG
• Rawat Inap • Diet DM 1700 kkal
Farmakologis : DIBERIKAN
• IVFD Nacl 25 tpm
• Inj. Cefotaxim 2x1
• Inj. Ranitidine 2x1
• Inj. Ketorolac 3x1
• Inj. Ondansetron 2x1
• Inj. Metronidazole 3x500mg
• PO. Prorenal 3x1
• PO. Kapsul Garam 3x1
• PO. Bicnat 3x1
• PO. Spironolakton 1x12,5mg
• PO. Aspilet 1x80mg
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
PROGNOSIS
- Quo ad sanactionam : dubia ad malam
FOLLOW
UP
Follow Up 25 Juni 2019
S O A P
Pasien mengeluh nyeri KS: CM DM II dengan komplikasi IVFD Nacl 20 tpm
pada luka di kaku TD: 130/70 ulkus diabetikum + AKI dd Inj. Cefotaxim 2x1
kanannya, mual (+), N: 92x/menit acute on CKD + Hipertensi Inj. Ranitidine 2x1
muntah (+), pusing (+), RR: 20x/menit + Anemia + Hiponatremi Inj. Ketorolac 3x1 k/p
lemas(+) S: 36,90 C Inj. Ondansetron 2x1
Kepala: Normocephal Inj. Metronidazole 3x500mg
Mata: CA +/+ SI -/- Inj. Tramadol 2x1
THT: DBN Inj. Antrain 3x1
Wajah: DBN PO. Prorenal 3x1
Cor: S1-S2 reguler, G (-), M (-) PO. Kapsul Garam 3x1
Pulmo:VBS +/+, rh -/-, wh -/- PO. Bicnat 3x1
Abd: Supel, BU (+), NTE (+) PO. Spironolakton 1x12,5mg
Eks: Akral hangat (+), pus (+), ulkus diabetikum Cek GDS / 24 jam
dorsum dan plantar pedis dextra GV 2x
Input cairan: 2200
Output cairan: 1800
Balance cairan: +300
Follow Up 26 Juni 2019
S O A P
Pasien mengeluh nyeri KS: CM DM II dengan komplikasi IVFD Nacl 20 tpm
pada luka di kaku TD: 130/80 ulkus diabetikum + AKI dd Inj. Cefotaxim 2x1
kanannya, mual (-), N: 92x/menit acute on CKD + Anemia + Inj. Ranitidine 2x1
muntah (-), pusing (-), RR: 16x/menit Hipertensi + Hiponatremi + Inj. Ketorolac 3x1 k/p
lemas(-), post amputasi S: 36,80 C post amputasi pedis dextra Inj. Ondansetron 2x1
pedis dextra Kepala: Normocephal Inj. Metronidazole 3x500mg
Mata: CA +/+ SI -/- Inj. Tramadol 2x1
THT: DBN Inj. Antrain 3x1
Wajah: DBN PO. Prorenal 3x1
Cor: S1-S2 reguler, G (-), M (-) PO. Kapsul Garam 3x1
Pulmo:VBS +/+, rh -/-, wh -/- PO. Bicnat 3x1
Abd: Supel, BU (+), NTE (+) PO. Spironolakton 1x12,5mg
Eks: Akral hangat (+), post amputasi pedis Cek GDS / 24 jam
dextra GV 2x
Input cairan: 2000
Output cairan: 1700
Balance cairan: +300
Follow Up 27 Juni 2019
S O A P
Pasien mengeluh nyeri KS: CM DM II dengan komplikasi IVFD Nacl 25 tpm
pada luka di kaku TD: 140/70 ulkus diabetikum + AKI dd Inj. Cefotaxim 2x1
kanannya, mual (-), N: 77x/menit acute on CKD + Anemia + Inj. Ranitidine 2x1
muntah (-), pusing (-), RR: 20x/menit Hipertensi + Hiponatremi + Inj. Ketorolac 3x1 k/p
lemas(-), post amputasi S: 37,30 C post amputasi pedis dextra Inj. Ondansetron 2x1
pedis dextra Kepala: Normocephal Inj. Metronidazole 3x500mg
Mata: CA +/+ SI -/- Inj. Tramadol 2x1
THT: DBN Inj. Antrain 3x1
Wajah: DBN PO. Prorenal 3x1
Cor: S1-S2 reguler, G (-), M (-) PO. Kapsul Garam 3x1
Pulmo:VBS +/+, rh -/-, wh -/- PO. Bicnat 3x1
Abd: Supel, BU (+), NTE (+) PO. Spironolakton 1x12,5mg
Eks: Akral hangat (+), post amputasi pedis PO. Aspilet 1x80mg
dextra Cek GDS / 24 jam
GV 2x
Input cairan: 2800
Output cairan: 1500
Balance cairan: +300
Follow Up 28 Juni 2019
S O A P
Pasien mengeluh nyeri KS: CM DM II dengan komplikasi IVFD Nacl 25 tpm
pada luka di kaku TD: 140/70 ulkus diabetikum + AKI dd Inj. Cefotaxim 2x1
kanannya, mual (-), N: 77x/menit acute on CKD + Anemia + Inj. Ranitidine 2x1
muntah (-), pusing (-), RR: 20x/menit Hipertensi + Hiponatremi + Inj. Ketorolac 3x1 k/p
lemas(-), post amputasi S: 37,30 C post amputasi pedis dextra Inj. Ondansetron 2x1
pedis dextra Kepala: Normocephal Inj. Metronidazole 3x500mg
Mata: CA +/+ SI -/- Inj. Antrain 3x1
THT: DBN PO. Prorenal 3x1
Wajah: DBN PO. Kapsul Garam 3x1
Cor: S1-S2 reguler, G (-), M (-) PO. Bicnat 3x1
Pulmo:VBS +/+, rh -/-, wh -/- PO. Spironolakton 1x12,5mg
Abd: Supel, BU (+), NTE (+) PO. Aspilet 1x80mg
Eks: Akral hangat (+), post amputasi pedis Cek GDS / 24 jam
dextra GV 2x
Input cairan: 2700
Output cairan: 2000
Balance cairan: +700
ANALISA
KASUS
APAKAH DIAGNOSIS PASIEN INI SUDAH TEPAT?
Ø Anamnesis Ø Pemeriksaan Fisik
• Pada pasien terdapat gejala khas DM • Kaki terasa kesemutan dan baal
• Kaki terasa kesemutan dan baal • Terdapat ulkus pada kaki kanan pasien
• Pola diet yang tidak sehat
• Pasien jarang mengontrol gula Ø Pemeriksaan Penunjang
• Tahun 2011: debridement e.c. ulkus DM pada • Terdapat peningkatan leukosit
kakinya. • Terdapat peningkatan glukosa darah sewaktu
• Tahun 2017 : amputasi pada pada pasien yaitu 259 (>200) pada tanggal 24
metatarsophalangeal I sinistra. Juni 2019 pukul 24.00
• Bulan Mei 2019 : debridement e.c. ulkus DM
pada sekitar metatarsophalangeal V dextra,
namun beberapa minggu kemudian luka
menyebar ke sebagian kaki kanan pasien.
APAKAH TATALAKSANA INI SUDAH TEPAT?

• IVFD Nacl 25 tpm Terapi cairan


• Inj. Cefotaxim 2x1 Antibiotik
• Inj. Ranitidine 2x1 Antihistamin
• Inj. Ketorolac 3x1 NSAID
• Inj. Ondansetron 2x1 Antiemetik
• Inj. Metronidazole 3x500mg Antibiotik
• PO. Prorenal 3x1 Terapi gangguan ginjal
• PO. Kapsul Garam 3x1 Terapi hiponatremi
• PO. Bicnat 3x1 Penyeimbang pH
• PO. Spironolakton 1x12,5mg Diuretik hemat kalium
• PO.Aspilet 1x80mg Antitrombotik
• Sleeding scale
APAKAH PASIEN INI TERDAPAT INDIKASI RAWAT INAP?
Pasien ini datang ke rumah sakit dengaan keluhan nyeri pada luka di kaki kanan
pasien, kesemutan dan baal pada kaki (+), mual (+), nyeri kepala (+). Pada tanda klinis
didapatkan luka pada hampir seluruh kaki kanan pasien, dan terdapat pus. Salah satu
komplikasi pada pasien DM adalah terjadinya kenalinan/luka pada kaki yang disebut sebagai
ulkus diabetikum
PADA STADIUM BERAPA KONDISI KAKI DIABETIKUM PASIEN INI?
• Tingkat 0 : Tidak ada ulserasi tetapi beresiko tinggi untuk menjadi kaki diabetik.
• Tingkat I : Ulkus superfisial tanpa infeksi disebut juga ulkus neuropatik. Oleh karena itu lebih sering
ditemukan pada daerah kaki yang banyak mengalami tekanan berat badan yaitu didaerah ibu jari kaki dan plantar.
Sering terlihat adalnya kallus.
• Tingkat 2 : Ulkus dalam disertai sellulitis tanpa absess atau kelainan tulang. Adanya ulkus dalam
sering disertai infeksi tetapi tanpa adanya kelainan tulang.
• Tingkat 3 : Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luar yang dalam
• Tingkat 4 : Gangren terbatas.Yaitu hanya pada ibu jari kaki, tumit. Penyebab utama adalah iskemik.
Oleh karena itu, ulkus iskemi terbatas pada daerah tertentu.
• Tingkat 5 : Gangren seluruh kaki. Biasanya oleh karena sumbatan arteri besar tetapi juga ada kelainan
neuropati dan infeksi.
TINDAKAN APA YANG HARUS DILAKUKAN PADA PASIEN INI?

Pada pasien ini perlu dilakukan perlu


dilakukan amputasi, karena indikasi
paling umum dilakukakn amputasi
pada kaki diabetes adalah gangren,
infeksi, dan tidak ada penyembuhan
pada ulkus. Tujuan dari amputasi
adalah untuk mengendalikan infeksi
dan menghentikan perkembangan
gangren.
MENGAPA PASIEN INI TERDAPAT HIPOALBUMIN?

Hipoalbumin pada pasien ini terjadi bukan karena dari penurunan sintesis albumin
saja tetapi melibatkan proses multifactorial seperti sintesis, pemecahan, kebocoran ke ruang
ekstravaskuler dan asupan protein. Dalam hal ini kebocoran albumin melalui kapiler
merupakan penyebab hipoalbumin yang penting dalam kasus ulkus diabetikum.
APA YANG MENYEBABKAN ULKUS SEMAKIN MELUAS PADA
PASIEN INI WALAUPUN SUDAH DILAKUKAN DEBRIDEMENT?
Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi penyembuhan ulkus, salah satunya adalah usia.
Proses penyembuhan luka akan lebih lama seiring dengan peningkatan usia, akbiat dari jumlah
elastin yang menurun dan prosis regenerasi kolagen yang berkurang akibat penurunan
metabolisme sel.
APA HUBUNGAN DM TIPE II DENGAN GANGGUAN FUNGSI GINJAL
PADA PASIEN INI?
ü Hiperfiltrasi masih dianggap sebagai awal dari mekanisme patogenik dalam laju kerusakan ginjal.
ü Hiperglikemi juga menyebabkan terjadinya peningkatan dari ekspresi Transforming Growth
Factor 𝛽 (TGF- 𝛽) pada glomerulus dan matriks, serta adanya Vascular Endothelial Growth
Factor (VEGF) yang berkontribusi terhadap hipertrofi, meningkatkan sintesis kolagen, dan
menginduksi perubahan vaskular. Aktivasi protein C kinase akibat hiperglikemi juga
berkontribusi terhadap penyakit ginjal dan berbagai komplikasi vaskular diabetes.
APA HUBUNGAN DM TIPE II DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN
INI?
ü Salah satu komplikasi makroangiopati diabetes dapat terjadi karena perubahan kadar gula darah,
gula darah yang tinggi akan menempel pada dinding pembuluh darah.
ü Selain itu terjadi proses oksidasi dimana gula darah bereaksi dengan protein dari dinding
pembuluh darah sehingga menimbulkan Advanced Glycosylated Endproducts (AGEs). Keadaan ini
merusak dinding bagian dalam dari pembuluh darah, dan menarik kolesterol menempel pada
dinding pembuluh darah, sehingga reaksi inflamasi terjadi.
ü Leukosit, trombosit, serta bahan lainnya ikut menyatu menjadi bekuan plak, yang membuat
aterosklerosis dan akhirnya timbul hipertensi.
BAGAIMANA PROGNOSIS PADA PASIEN INI?

• Quo ad vitam : dubia ad bonam


Apabila pasien melakukan perawtaan luka dengan baik, agar tidak terjadi infeksi yang luas.
• Quo ad functionam : dubia ad malam
Karena pada kaki kanan pasien dilakukan amputasi
• Quo ad sanactionam : dubia ad malam
Tergantung dari kepatuhan pasien dalam berobat dan perawatan luka
TINJAUAN
P U S TA K A
Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan salah satu
komplikasi kronik dari DM tipe 2 yang sering
ditemui. UKD adalah penyakit pada kaki
penderita diabetes dengan karakteristik adanya DEFINISI
neuropati sensorik, motorik, otonom dan atau
gangguan pembuluh darah tungkai.
EPIDEMIOLOGI
• Angka kejadian DM yang meningkat akan
meningkatkan angka kejadian komplikasi kaki
terutama amputasi.
• Angka kejadian amputasi di dunia 60-80%
disebabkan oleh DM.
• Data kejadian amputasi di beberapa rumah sakit
di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
jumlah amputasi tiap tahunnya.
• Angka kejadian amputasi di Indonesia pada tahun
2010-2011 meningkat dari 33,5% menjadi 54,8%
ETIOLOGI

Faktor yang
Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi Memperlambat
Penyembuhan
• Neuropati • Perlukaan di kulit • Derajat luka
• Limited joint (jamur) • Perawatan luka
mobility • Trauma • Pengendalian kadar
• Komplikasi DM • Tekanan gula darah
lainnya berkepanjangan
pada tumit
PATOFISIOLOGI
TATALAKSANA
Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi pencegahan terjadinya kaki diabetik dan terjadinya ulkus, bertujuan
untuk mencegah timbulnya perlukaan pada kulit. Pencegahan primer ini juga merupakan suatu
upaya edukasi kepada para penyandang DM baik yang belum terkena kaki diabetik, maupun
penderita kaki diabetik untuk mencegah timbulnya luka lain pada kulit.

Pencegahan Sekunder
Dalam pengelolaan kaki diabetik, kerja sama multi-disipliner sangat diperlukan. Berbagai hal yang
harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang maksimal dapat digolongkan
sebagai berikut, dan semuanya harus dikelola bersama.
TATALAKSANA
Ø Mechanical control : Daerah-daerah yang mendapat tekanan lebih besar pada plantar pedis akan
rentan terhadap timbulnya luka.
Ø Wound control : Pembuangan jaringan terinfeksi dan nekrotis secara teratur.
Ø Microbiological control : Antibiotik empiric yang adekuat pada saat belum didapatkan hasil
kultur resistensi mikroorganisme, antibiotik yang dianjurkan selalu disesuaikan dengan hasil
biakan kuman dan resistensinya.
Ø Vascular control : Perbaikan suplai vaskular (dengan operasi atau angioplasti), biasanya
dibutuhkan pada keadaan ulkus sistemik.
Ø Metabolic control : Kadar glukosa darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk
memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka.
Ø Educational control : Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus/gangren diabetik
maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang
diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal
FAKTOR PENYEMBUHAN ULKUS DM
• Usia : Proses penyembuhan luka akan lebih lama seiring dengan peningkatan usia.
• Jenis Kelamin : Penurunan hormon esterogen akibat menopause, sehingga memicu naik
turunnya kadar gula darah akibat respon insulin, yang mengakibatkan aliran nutrisi berkurang.
• Stadium Ulkus Diabetikum
• Lama Perawatan : 2-3 minggu untuk stadium I, 3 minggu-2 bulan untuk stadium II, >2 bulan
untuk stadium III, 3-7 bulan untuk stadium IV.
• Jadwal Perawatan Luka : Apabila terlalu lama dibalut akan terjadi maserasi, apabila terlalu cepat
penggantian balutannya akan menyebabkan efektivitas topical therapy yang tidak maksimal.
PROGNOSIS
Ada tiga faktor yang berperan pada penyembuhan luka dan infeksi pada kaki diabetik.
Faktor pertama adalah angiopati arteriol yang menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik
hingga mekanisme radang menjadi tidak efektif. Faktor kedua adalah lingkungan gula darah yang
subur untuk perkembangan bakteri patogen; dan faktor ketiga ialah karena adanya pintas
arteriovenosa di subkutis yang terbuka hingga aliran nutrien tidak sampai ke tempat infeksi.
PERAWATAN KAKI PADA DM
Seorang penderita DM harus selalu memperhatikan dan menjaga kebersihan kaki,
melatihnya secara baik walaupun belum terjadi komplikasi. Jika tidak dirawat, khawatir suatu saat
kaki penderita akan mengalami gangguan peredaran darah dan kerusakan syaraf yang
menyebabkan berkurangnya sensitivitas terhadap rasa sakit, sehingga penderita mudah mengalami
cidera tanpa disadari.
Beberapa langkah dalam melakukan perawatan kaki, antara lain sebagai berikut :
• Area Pemeriksaan Kaki : melihat kulit kering, atau kemungkinan ada luka
• Perawatan (mencuci dan membersihkan) kaki
• Perawatan kuku kaki : mencegah adanya kuku yang tumbuh dibawah kulit
• Senam kaki pada penderita diabetes : membantu memperbaiki peredaran darah yang terganggu
dan memperkuat otot-otot kecil kaki pada pasien diabetes dengan neuropati.
KESIMPULAN
• Pasien Tn. J berusia 61 tahun datang ke RSUD Cilegon dengan keluhan nyeri luka pada kaki
sebelah kanan. Keluhan tambahan didapatkan mual dan sakit kepala disertai badan lemas.
Awalnya terdapat luka kecil yang tidak diketahui penyebabnya di sekitar jari kelima kaki kanan,
sudah dilakukan debridement di RSUD Cilegon pada bulan Mei namun luka semakin meluas
sampai hampir sebagian kaki kanan pasien. Dari hasil pemeriksaan terdapat gejala klasik DM dan
ulkus pada kaki kanan pasien. Ulkus DM yang terdapat pada kaki pasien termasuk dalam
stadium V, yang merupakan indikasi dilakukannya amputasi pada kaki pasien. Tindakan amputasi
dilakukan pada tanggal 25 Juni 2019.
• Pasien memiliki pola diet yang kurang sehat sebelumnya, seperti mengkonsumsi minuman tinggi
gula dan makanan tinggi lemak. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya
gangguan ginjal dan hipertensi pada pasien.
• Pencegahan ulkus DM sebaiknya dilakukan pada pasien DM, dengan cara mengenali tanda-tanda
terjadi gangguan pada kaki seperti paraestesi sampai anastesi, dan juga rutin melakukan
perawatan pada kaki seperti rutin melakukan pemeriksaan kaki, membersihkan kaki, perawatan
kuku kaki, dan senam kaki pada penderita diabetes.
DAFTAR PUSTAKA
ADA (American Diabetes Association)., 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care Vol.33. USA: American Diabetes
Association.
Agustin.Yeni., dkk. 2013. Pengalaman Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Pasca Amputasi Mayor Ekstremitas Bawah. Depok: Jurnal Keperawatan Indonesia.
Ariani, dkk. 2012. Hubungan antara Perawatan Kaki dengan Risiko Ulkus Kaki Diabetes di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta:
Muhammadiyah Journal of Nursing.
Aulia, K. 2017. Persepsi Penderita Diabetes Melitus Paska Amputasi terhadap God Locus of Control dalam Self Care Behavior di Wilayah Lombok
Nusa Tenggara Barat. Tesis. Program Studi Magister Keperawatan. Universitas Muhammadiyah,Yogyakarta.
Hidayat,Anas Rahmad, & Nurhayati, Isnani. 2014. Perawatan Kaki pada Diabetes Melitus di Rumah.
International Working Group on The Diabetic Foot (IWGD). (2011). International consensus on the diabetic foot and practical guidelines on the
management and the prevention of the diabetic foot.Amsterdam: IWGD.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES). 2012. Profil kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
PERKENI. 2015. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: PERKENI.
Soetjahjo,A. 1998. Peranan Neuropati Diabetik. Padang: Majalah Kedokteran Andalas, 22.(1).
Waspadji, Sarwono. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI: Kaki Diabetes. Jakarta: Interna Publishing.
World Health Organization (WHO). 2013. Facts and figure about diabetes. http://www.who.int/diabetes/en/ diakses tanggal 12 Juli 2019.
Yunus, B. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lama Penyembuhan Luka pada Pasien Ulkus Diabetikum di Rumah Perawatan ETN Centre
Makassar. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas UIN Alauddin, Makassar.
TERIMA
K ASIH

Anda mungkin juga menyukai