Anda di halaman 1dari 9

PENJAHITAN LUKA

Definisi

Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang
sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.1

Indikasi

Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka1

Kontraindikasi1

1. Luka yang memungkinkan terjadinya infeksi, seperti:


a. Luka akibat gigitan manusia
b. Luka akibat gigitan hewan
c. Luka avulsi dimana ada jaringan yang hilang, penjahitan dapat ditunda untuk
mengawasi kemungkinan terjadinya jaringan nekrotik, dan adanya debris
2. luka pada bagian tertentu wajah dimana terdapat lekuk konkaf, seperti lekuk cuping
hidung, dahi samping dekat garis rambut (temple), sulkus pre aurikular, lekuk mangkuk
daun telinga.
3. Adanya riwayat alergi terhadap obat anestesi yang digunakan atau komponennya juga
merupakan kontraindikasi penjahitan luka.

Anatomi Terkait
Kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Tingkat terluar,
epidermis, terdiri dari konstelasi sel tertentu yang dikenal sebagai keratinosit, yang berfungsi
untuk mensintesis keratin, protein panjang seperti benang dengan peran pelindung. Lapisan
tengah, dermis, pada dasarnya terdiri dari protein struktural fibrillar yang dikenal sebagai
kolagen. Dermis terletak pada jaringan subkutan, atau panniculus, yang mengandung lobus
kecil sel lemak yang dikenal sebagai liposit. Ketebalan lapisan ini sangat bervariasi, tergantung
pada lokasi geografis pada anatomi tubuh. Kelopak mata misalnya memiliki lapisan epidermis
yang paling tipis berukuran kurang dari 0,1 mm, sedangkan telapak tangan dan telapak kaki
memiliki lapisan epidermis yang paling tebal, berukuran kurang lebih 1,5 mm. Dermis paling
tebal di bagian belakang, yaitu 30-40 kali lebih tebal dari lapisan epidermis di atasnya.2

Dermis adalah sistem terpadu dari jaringan ikat fibrosa, filamentosa, dan amorf yang
mengakomodasi masuknya stimulus oleh jaringan saraf dan vaskular, pelengkap yang
diturunkan secara epidermis, fibroblas, makrofag, dan sel mast. Sel-sel yang ditularkan melalui
darah lainnya, termasuk limfosit, sel plasma, dan leukosit lainnya, masuk ke dermis sebagai
respons terhadap berbagai rangsangan juga. Dermis terdiri dari sebagian besar kulit dan
memberikan kelenturan, elastisitas, dan kekuatan tariknya. Ini melindungi tubuh dari cedera
mekanis, mengikat air, membantu regulasi termal, dan termasuk reseptor rangsangan sensorik.
Dermis berinteraksi dengan epidermis dalam menjaga sifat-sifat kedua jaringan.2

Prosedur Tindakan

Alat dan Bahan3,4

Peralatan Yang Diperlukan :

a. Kursi untuk pasien (dengan sandaran lengan)


b. Kursi untuk operator
c. Lampu penerangan
d. Alat pengamanan diri :
 Apron
 Masker
 Kacamata pelindung
 Sarung tangan steril
e. Instrumen anestesi :
 Kassa steril
 Agen anestesi lokal
 Spuit 5-10 mL
 Jarum ukuran 25-30
f. Instrumen untuk mencuci luka :
 Larutan antiseptik povidone–iodine 10%
 Larutan pencuci NaCl fisiologis atau akuades
 Spuit 20-60 mL
 Mangkuk bengkok
g. Instrumen bedah minor :
 Benang nylon atau polypropylene monofilamen nonabsorbable ukuran 6.0 (untuk
laserasi di wajah) ukuran 3.0, 4.0, atau 5.0 untuk luka di torso, tangan dan kaki.
Benang ukuran lebih besar dapat digunakan bila laserasi berada di area dengan
regangan kulit tinggi.
 Jarum jenis reverse-cutting
 Needle holder
 Forcep ujung bergigi (Adson–Brown)
 Gunting benang
h. Material untuk perawatan luka :
 Kassa
 Perban/ pembalut

1. ANESTESI LUKA 3
Agen anestetikum yang sering diberikan adalah lidocaine 1% atau bupivacaine.
Penambahan epinefrin sebagai vasokonstriktor bertujuan untuk mengurangi perdarahan,
dan memperpanjang efek anestesi. Epinefrin tidak boleh diberikan pada laserasi yang
terjadi di ujung-ujung jari atau area yang divaskularisasi oleh end artery, seperti hidung,
pinna dan penis. Efek Lidocaine berakhir dalam 1 jam, sementara efek Bupivacaine
dalam 2-4 jam. Prosedur :
a. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik
b. Lakukan injeksi menggunakan jarum ukuran kecil (ukuran 25-30).
c. Injeksikan secara perlahan ke dalam atau ke bawah kulit di sekeliling luka untuk
mencegah material kontaminan terdorong ke area yang bersih.
d. Jika anestetikum telah masuk secara benar, akan terlihat edema kulit sesaat
setelah disuntikkan.
e. Jika laserasi terjadi di area di mana dapat dilakukan blockade saraf (misalnya di
ujung-ujung jari), lakukan anestesi blok, karena efek anestesi lebih baik.
f. Tunggu 5-10 menit sampai anestesi bekerja.
g. Sebelum dan selama melakukan tindakan eksplorasi luka dan pencucian, cek
apakah anestesi masih efektif. Sensasi tekan tidak ditumpulkan oleh anestesi
lokal. Dengan anestesi yang adekuat pasien masih merasakan tekanan, tapi
tidak menyakitkan. Jepit ujung kulit dengan pinset atau sentuh menggunakan
ujung jarum. Bila pasien masih merasakan nyeri, tambahkan anestesi.

2. MENCUCI LUKA 3

Tindakan mencuci luka harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi luka.
Jika kulit terbuka, bakteri yang berada di sekitarnya akan masuk ke dalam luka. Paling
baik adalah menggunakan air mengalir dan sabun. Tekanan dari pancaran air akan
membersihkan luka dari bakteri dan material kontaminan lain. Pencucian luka harus
dilakukan pada :

a. Luka dangkal
b. Luka dengan risiko tinggi terjadinya infeksi :
 Gigitan binatang atau manusia
 Luka kotor/ terkontaminasi
 Laserasi (tension laceration dan crush laceration).
 Luka dengan kerusakan otot, tendo atau tulang di bawahnya.
 Luka tusuk

Untuk membersihkan luka yang sangat kotor, misalnya kontaminasi kotoran atau
aspal, diperlukan irigasi tekanan tinggi (5-8 psi) atau tindakan scrubbing. Irigasi tekanan
tinggi dilakukan dengan menyemprotkan NaCl fisiologis atau akuades menggunakan
spuit 10-50 mL.Irigasi dengan tekanan terlalu tinggi (>20-30 psi, misalnya dengan jet
shower) tidak boleh dilakukan karena justru merusak jaringan.Dokter dapat mengenakan
kacamata pelindung untuk menghindari percikan air ke mata.Jika luka sangat kotor,
mungkin diperlukan washlap dan pinset untuk membersihkan kotoran dari dalam luka.

Larutan antiseptik seperti alkohol atau hydrogen peroksida sebaiknya tidak


digunakan, sementara larutan antiseptik seperti povidone iodine 10% hanya digunakan
pada luka akut, dan tidak digunakan terlalu sering, karena justru akan merusak sel-sel
kulit baru dan sel-sel fagosit yang bermigrasi ke area luka, sehingga risiko infeksi lebih
besar dan penyembuhan luka lebih lama. Irigasi luka tidak boleh dilakukan pada :

a. Luka berukuran sangat luas.


b. Luka sangat kotor (diperkirakan memerlukan debridement tajam. Lakukan
debridement lebih dulu, baru kemudian irigasi luka).
c. Luka dengan perdarahan arteri atau vena.
d. Luka yang mengancam jiwa (diperkirakan melibatkan struktur penting di bawahnya).
e. Luka yang berada pada area mengandung jaringan areolar longgar bervaskularisasi
tinggi, misalnya daerah alis mata
f.
3. DEBRIDEMENT LUKA 3

Debridement adalah proses mengangkat jaringan mati dan benda asing dari
dalam luka untuk memaparkan jaringan sehat di bawahnya. Jaringan mati bisa berupa
pus, krusta, eschar (pada luka bakar), atau bekuan darah.Debridement harus dilakukan
karena:

a. Jaringan mati akan mengganggu penyembuhan luka, meningkatkan risiko infeksi


dan menimbulkan bau.
b. Debridement akan memicu drainase yang inadekuat, menstimulasi penyembuhan
dengan menciptakan milieu luka yang optimal.
c. Microtrauma akibat debridement mekanis menstimulasi rekruitmen trombosit yang
akan mengawali fase penyembuhan luka. Platelet-derived Growth Factor (PDGF)
dan Transforming Growth Factor- (TGF-) dalam granula alfa trombosit
mengendalikan penyembuhan luka selama fase inflamasi.

4. PENJAHITAN KULIT 4

Cara :
a. Gunakan pinset diseksi bergerigi halus, untuk sedikit mengangkat tepi luka.
b. Jarum lengkung jenis taper cut dengan benang nilon monofilamen nomor 3/0
dipasang pada needle holder. Pemasangan itu diletakkan antara 2/3 depan dan 1/3
belakang, lalu gagang needle holder dikunci
c. Jahitan dimulai dari sisi luka yang letaknya paling jauh dari tubuh operator, menuju
ke arah operator.
d. Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk sudut 90 derajat dan
bahu abduksi, jarum ditusukkan di kulit secara tegak lurus.
e. Tusukan jarum dilakukan 3 – 4 mm dari tepi luka, di dekat tempat yang dijepit pinset.
Jarak antar tusukan kurang lebih 0.5 – 1 cm. Untuk jahitan di wajah, tusukan jarum
dilakukan 2 – 3 mm dari tepi luka dengan jarak antar tusukan 3 – 5 mm.
f. Kulit ditegakkan, dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta adduksi bahu
yang serentak, jarum didorong maju dalam arah melengkung sesuai dengan
lengkungan jarum, tetapi jangan terlalu dangkal (akan terbentuk dead space).
g. Setelah jarum muncul kembali di balik kulit, jarum dijepit dengan klem pemegang
jarum dan ditarik keluar (penjepitan ini tidak boleh pada ujungnya, karena jarum
dapat patah atau bengkok).
h. Benang ditarik terus sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.
i. Tusukkan lagi jarum di tepi luka yang lain dengan cara dan kedalaman yang sama.
j. Setelah jarum muncul di kulit, ditarik lalu dibuat simpul ikatan 2 x 1 x 2 (Surgeon‟s
Knot).
k. Luka dibersihkan dan dinilai ketatnya ikatan.
l. Simpul ditarik ke tepi ke arah pada ujung benang yang lebih pendek.
5. PENJAHITAN SUBKUTIS 4
Untuk menjahit lemak subkutis dilakukan jahitan terputus sederhana dengan
simpul terkubur.

Cara :

1. Pada jahitan ini lintasan jarum dimulai dan diakhiri di dalam luka.
2. Mengangkat tepi luka dengan pinset bergigi sehingga pertemuan antara lemak dan
dermis jelas.
3. Jahitan dimulai dan sisi yang jauh dari operator.
4. Jarum lengkung berujung “taper” dengan benang absorbable ditusukkan jauh ke
jaringan lemak sampai keluar di dekat permukaan.
5. Posisi tangan pemegang jarum pronasi maksimal lalu jarum ditembuskan dengan
gerak supinasi.
6. Setelah langkah ke-4, klem pemegang jarum dipindah untuk menjepit kembali dan
dengan gerakan pronasi serta supinasi jarum ditusukkan dari arah permukaan ke
lapisan dalam sisi yang lain.
7. Kemudian dibuat simpul dan benang dipotong.

8. MENUTUP LUKA 3
Menutup luka jahitan (kecuali luka di wajah dan kepala) menggunakan balutan
steril tidak menempel (non-adherent). Menutup luka dan memberikan antibiotika
topikal mencegah luka mengering yang akan mengganggu re-epitelisasi.
Penggunaan antibiotik topikal secara rutin masih kontroversial.Antibiotika tidak
diperlukan untuk laserasi yang bersih dan sederhana. Antibiotika harus diberikan
pada luka jahitan yang tidak ditutup, luka terkontaminasi, luka kotor, crush laceration,
fraktur terbuka, kerusakan tendon, luka gigitan, dan pada pasien dengan status
immunocompromised.

Instruksikan kepada pasien untuk menjaga luka tetap kering dalam 12-24 jam
pertama.Berikutnya, perban diganti setiap 24 jam, sebelumnya luka dibersihkan
perlahan dengan air dan sabun yang lembut.Tidak dianjurkan untuk mengompres
atau merendam luka.Sebaiknya luka tidak terpapar sinar matahari langsung selama
6-12 bulan karena dapat mengakibatkan hiperpigmentasi pada parut. Luka biasanya
akan merapat dalam 24-48 jam dan sembuh dalam 8-10 hari. Menutup luka dengan
perban non-adheren selama 24-48 jam sudah adekuat, selanjutnya luka dibiarkan
terpapar udara.

Komplikasi4

1. Haematoma
2. Nekrosis kulit karena tension (jahitan terlalu kencang)
3. Infeksi
4. Pembentukan keloid
5. Reaksi jaringan terhadap benang

Prpgnosis

Waktu pelepasan jahitan akan bervariasi. Dimana ada sedikit ketegangan dan suplai
darah yang baik mis. wajah, jahitan bisa dipindahkan dari 3-7 hari. Dimana luka mengalami
peningkatan ketegangan misalnya di atas sendi, jahitan harus dibiarkan selama 10-14 hari.5

Referensi
1. Dennis, C., Sethu, S., Nayak, S., Mohan, L., Morsi, Y. Y., & Manivasagam, G. (2016).
Suture materials - Current and emerging trends. J Biomed Mater Res A, 104(6), 1544-
1559. doi: 10.1002/jbm.a.35683
2. Kolarsick. 2011. Anatomy and Physiology of Skin. Journal of the Dermatology Nurses'
AssociationJuly August 2011, Volume :3 Number 4 , page 203 - 21
3. Yarso. 2018. Keterampilan Diagnostik Dan Terapeutik Keterampilan Dasar Bedah Minor.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Subandono. 2018. Buku Pedoman Keterampilan Klinis MANAJEMEN LUKA. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Suturing Procedures Guidance. University of Glassgow School of Medicine, Dentistry &
Nursing

Anda mungkin juga menyukai