Anda di halaman 1dari 49

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No.

56/DIKTI/Kep/2005

“Cybercrime”:
Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia

M.E. Fuady

ABSTRACT

It had been long known that technology, as Janus, has two side of coins: the good side, and the bad
side. Everybody knows the benefit of technology development. But there aren’t much who realize the
negative potent of technology. Cybercrime discussed in this article is an example
of how crime was developed sophisticatedly by using technological means. Cybercrime,
simply defined as criminal acts using cyber and Internet, has faced a new challenge for
lawmaker and law enforcement mission. In Indonesia, carding become serious issues to be
combated. Another type of cybercrime frequently occur in Indonesia are hacking and deface.
Although Internet user in Indonesia is estimated no more than 5% of total population (4.38
million persons), everybody must attended cybercrime issues seriously. The loss of
cybercrime reached unspeakable heights and damaged public safety
in communication and information flows.

Kata kunci: “cybercrime”, realitas virtual, dunia tanpa batas

Internet: Teknologi Pencipta berkomunikasi hanya dengan menekan keyboard dan


Dunia “Cyber” mouse di hadapannya. Informasi apa pun yang
dibutuhkan telah tersedia. Karena kemudahan yang
Kehadiran teknologi komunikasi modern seperti ditawarkan itulah banyak individu yang
internet telah membuat pandangan manusia menggunakannya. Dibandingkan radio dan televisi,
mengenai kehidupan berubah. Paradigma penetrasi internet di kalangan masyarakat, termasuk
komunikasi manusia dalam menjalani aktivitas yang paling cepat. Untuk mencapai pengguna
ekonomi, bisnis, interaksi sosial, dan politik, menjadi sebanyak 50 juta orang, internet hanya membutuhkan
berbeda. Sebelumnya, manusia didominasi oleh waktu 5 tahun, sementara radio membutuhkan waktu
aktivitas yang bersifat fisik, face to face. Manusia 38 tahun dan televisi 13 tahun (Temporal & Lee,
dihalangi oleh berbagai keterbatasan. Dengan 2002:7). Saat ini, diperkirakan pengguna internet
internet, ruang, jarak, dan waktu yang membatasi telah mencapai 220 juta orang.
manusia menghilang. Menurut Kenichi Ohmae Dengan menggunakan internet, user
(Mahayana, 1999:97), itulah dunia tanpa batas (the berkesempatan untuk berpetualang, berkelana,
borderless world). berselancar menelusuri cyberspace, sebuah dunia
Internet merupakan jaringan dari jutaan komunikasi berbasis komputer (computer mediated
komputer yang saling terhubungkan. Dengan communication). Realitas yang ditawarkan adalah
internet, setiap orang di seluruh dunia dapat realitas virtual, kehadirannya tidak dapat ditangkap

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 255


atau dipegang tangan, tetapi dikonstruksikan secara komunikasi dan informasi. Realitas cyberspace
sosial oleh orang-orang yang menggeluti teknologi adalah kenyataan yang melampaui dan artifisial
(hyperreal). Menurut Piliang (2001), karena keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak
rekayasa sedemikian rupa, kenyataan (real) ditutupi lain. Secara ringkas, computer crime didefinisikan
oleh tanda kenyataan (sign of real) sedemikian rupa, sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan
sehingga antara tanda dan relitas, antara model dan dengan menggunakan teknologi komputer yang
kenyataan, tidak lagi dapat dibedakan. canggih. Selanjutnya, disebabkan kejahatan itu
Cyberspace menawarkan segala hal yang dilakukan di ruang cyber melalui internet, muncul
diperlukan manusia, termasuk kesenangan, istilah cybercrime.
keuntungan, dan kemudahan tanpa bersusah payah Bagi sebagian besar masyarakat yang terbiasa
menggerakkan badan untuk memeroleh sesuatu. menggunakan media teknologi komunikasi
Berbagai informasi gratis dari surat kabar dalam dan (telekomunikasi), cybercrime bukanlah istilah yang
luar negeri dapat diperoleh tanpa membeli. Menikmati asing terdengar. Cybercrime atau kejahatan di ruang
musik tanpa harus membeli kaset. Bagi dosen, berbagai maya merupakan sebuah fenomena yang tidak
literatur tersaji secara gratis tanpa harus pergi ke terbantahkan. Tidak terlihat namun nyata. Terdapat
tempat berada. Inilah “zona mabuk teknologi” yang berbagai kasus cybercrime yang kian hari kian
dikemukakan Philips dan Naisbitt (2001). meningkat, terutama di negara-negara yang tidak
Kehidupan virtual yang disajikan cyberspace memiliki kepastian hukum dalam bidang teknologi
telah memunculkan bentuk aktivitas baru untuk komunikasi modern (convergence).
mencapai kepuasan, seperti teleshopping, telecon Teknologi komunikasi yang memiliki kekuatan
ference, virtual gallery, virtual museum, e-com dahsyat dalam merubah perilaku komunikasi
merce, namun juga memunculkan penyimpangan manusia, selain membawa keuntungan berupa
penyimpangan seperti kejahatan dengan kemudahan dalam berkomunikasi, ternyata memiliki
memanfaatkan internet atau cybercrime. “sisi gelap”. Teknologi membawa kerugian, salah
satunya berupa semakin dipermudahkannya
“Cybercrime”: Bentuk Kejahatan di
“penjahat” dalam melakukan kejahatannya.
Dunia Maya Kecanggihan teknologi memungkinkan penjahat
Dalam beberapa literatur, cybercrime sering cyber memangsa korban-korbannya. Meski tidak
diidentikkan sebagai computer crime. The U.S. mau disebut sebagai pelaku kriminal, sebagai akibat
Department of Justice memberikan pengertian com dari perbuatannya, mereka tidak ada bedanya dengan
puter crime sebagai:”…any illegal act requiring seorang penjahat.
knowledge of computer technology for its perpe Menurut Raharjo (2002:29), sebagai sebuah
tration, investigation, or prosecution”. Pengertian gejala sosial, kejahatan telah ada sejak awal
lainnya diberikan oleh Organization of European kehidupan manusia di dunia, namun kemajuan
Community Development, yaitu: “any illegal, un teknologi komunikasi membuat kejahatan dalam
ethical or unauthorized behavior relating to the bentuk primitif berubah menjadi sebuah kejahatan
automatic processing and/or the transmission of yang lebih maju (modern). Kejahatan konvensional
data”. Hamzah (1989) mengartikan: “kejahatan di di dunia nyata muncul dalam dunia maya (virtual)
bidang komputer secara umum dapat diartikan dengan wajah kejahatan yang telah diperhalus
sebagai penggunaan komputer secara ilegal”. sedemikian rupa. Kehalusan kejahatan virtual atau
Dari beberapa pengertian di atas, Wisnubroto cybercrime membuat masyarakat luas, khususnya di
(1999) merumuskan computer crime sebagai negara berkembang yang memiliki kesenjangan
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan digital seperti Indonesia, tidak merasakannya sebagai
memakai komputer sebagai sarana/alat atau sebuah bentuk kejahatan. Padahal, sudah begitu
komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh banyak korban (victim) dan

256 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

kerugian moril dan materil akibat cybercrime. dan individu tak berdosa, yang tidak memiliki
Korbannya dapat berupa netizen (penduduk dunia keahlian bahkan pemahaman akan teknologi
virtual/penghuni cyberspace) dan masyarakat luas komunikasi, dapat menjadi korban. Tidak perlu jauh-
yang awam. jauh, kita semua masih ingat dengan kasus
Perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis mahasiswa dan artis “bugil” yang beredar di internet.
Sedikit sekali di antara mereka yang memahami mengatakan bahwa jaringan sistem komunikasi
teknologi komunikasi, tetapi mereka telah menjadi mereka sudah sangat canggih dan mustahil
korban. Sebut saja artis dengan inisial YS, KD, KF, dibobol, tidak dapat ditembus oleh siapa pun,
CK, dan masih banyak lagi. Itu salah satu contoh maka hacker tertantang untuk mencoba dan
kecil korban dari cybercrime. Meski memang ada setelah berhasil mereka memperingatkan betapa
publik yang tidak menyepakati cyberporn sebagai lemahnya sistem informasi perusahaan terrsebut.
cybercrime. Tetapi, kita telah melihat adanya korban Oleh karena itu, tidak sedikit dari mereka yang
akibat perbuatan pelaku cybercrime. Sebagai catatan akhirnya direkrut perusahaan untuk
penting, menurut Menteri Negara Komunikasi dan mengamankan sistem informasi dan komunikasi
Informasi, sekitar 50 persen kalangan muda yang di dunia maya.
menggunakan internet lebih suka untuk mengunjungi (2) Cracker
situs porno (Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002). Di dunia cyber, ada pula hacker yang memiki
Untuk memahami cybercrime, perlu kiranya sisi gelap. Mereka disebut cracker. Para cracker
dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan ini secara ilegal melakukan penyusupan dan
hacker, cracker dan beberapa lainnya. Karena, perusakan terhadap situs, website, dan sistem
seperti halnya kehidupan nyata, ada di antara mereka keamanan jaringan internet untuk memperoleh
yang “hitam” dan “putih”, ada yang berlaku seperti kesenangan dan keuntungan. Mereka bangga dan
pahlawan dan penjahat. sombong atas keberhasilan mereka merusak situs
sebuah perusahaan. Serangannya sangat luar
(1) Hacker
biasa. Kementerian Petahanan Amerika Serikat
Hacker secara harfiah berarti mencincang atau
di Pentagon mencatat serangan 100 cracker
membacok. Dalam arti luas adalah mereka yang
dalam satu hari (Republika, 6 Januari 2000).
menyusup melalui komputer ke dalam jaringan
(3) Carder
komputer (Republika, 22 Agustus 1999).
Carder adalah orang yang melakukan crack ing,
Menurut Ustadiyanto (2001:304), ada definisi
yakni pembobolan terhadap kartu kredit untuk
yang relevan, yakni hacker adalah orang-or ang
mencuri nomor kartu orang lain dan
yang ahli dalam bidangnya. Bila komputer, maka
menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
dia pandai menggunakannya. Ia sangat
Biasanya yang menjadi korbannya adalah
menguasai komputer. Hacker adalah orang orang
mereka yang memiliki kartu kredit dalam jumlah
yang gemar mempelajari seluk-beluk sistem
besar. Menurut hasil riset, pada tahun 2002,
komputer dan bereksperimen dengannya.
Indonesia menempati urutan kedua setelah
Mereka pandai untuk menyusup ke dalam
Ukraina dalam kejahatan carding.
jaringan komunikasi suatu institusi di dunia
maya. Hacker menjunjung tinggi etika atau (4) Deface
norma yang berlaku di dunia maya. Mereka anti Deface adalah tindakan menyusup ke suatu situs,
penyensoran, anti penipuan, dan lalu mengubah tampilan halaman dari situs
pemaksaan kehendak pada orang lain. Mereka dengan tujuan tertentu. Indonesia pernah
memegang prinsip bahwa meng-hack untuk diserang para deface yang mengubah situs TNI.
tujuan meningkatkan keamanan jaringan internet. Tampilan gambar Burung Garuda Pancasila
Misalnya, bila ada sebuah perusahaan perbankan diganti dengan lambang palu arit. Hompage Polri
diganti tampilannya dengan

257
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
gambar wanita telanjang. pendidikan formal sampai tingkat tertentu dan dapat
(5) Phreaker menggunakan atau mengoperasikan komputer. Para
Yaitu seseorang yang melakukan cracking craker adalah or ang yang berpendidikan, tidak buta
terhadap jaringan telepon, sehingga dapat teknologi, secara ekonomis mampu dan tidak
menelepon secara gratis ke daerah manapun termasuk dalam masyarakat lapisan bawah.
yang dituju (Komputeraktif, No. 43/18 Desember Kejahatan ini dapat dikategorikan kepada white
2002). Di Indonesia, kasus semacam ini pernah collar crime (kejahatan kerah putih). Jo Ann L.
terjadi pada wartel–wartel. Miller, mengkategorikan pelakunya menjadi 4
(empat).
Para pelaku hacking biasanya bukan dari
(a) Organizational occupational crime Pelakunya
kalangan lapisan bawah, pada umumnya mereka
adalah para eksekutif. Mereka melakukan
adalah kaum terpelajar, setidak-tidaknya mengenyam
perbuatan ilegal atau merugikan orang lain
melalui jaringan internet demi kepentingan atau materil maupun immateril (waktu, nilai, jasa,
keuntungan korporasi. uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan
(b) Government occupational crime Pelakunya informasi) yang cenderung lebih besar
adalah pejabat atau birokrat yang melakukan dibandingkan kejahatan konvensional
perbuatan ilegal melalui internet atas persetujuan (4) Pelakunya adalah orang yang menguasai
atau perintah negara atau pemerintah, meski penggunaan internet beserta aplikasinya (5)
dalam banyak kasus, bila terungkap hal itu akan Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara
disangkal. transnasional/melintasi batas negara.
(c) Professional occupational crime Berbagai profesi
yang melakukan kejahatan secara sengaja “Cybercrime” di Indonesia
(malpractice).
Di antara negara berkembang, Indonesia
(d) Individual occupational crime
termasuk negara yang lambat mengikuti
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para
perkembangan teknologi komunikasi modern. In
pengusaha, pemilik modal atau orang-orang
donesia tidak memrioritaskan strategi pengembangan
independen lainnya, walau mungkin tidak tinggi
dan penguasaan teknologi. Yang terjadi kemudian,
tingkat sosial ekonominya. Dalam bidang
transfer teknologi dari negara maju tidak serta merta
kerjanya kalangan ini memilih jalan yang
diikuti dengan penguasaan teknologi oleh negara
menyimpang yang melanggar hukum atau
berkembang seperti Indo nesia. Bandingkan saja
merugikan orang lain.
dengan Malaysia yang telah memproduksi secara
Karakteristik “Cybercrime” massal software, per sonal Computer (PC), dan
ponsel. Sungguh ironis memang, karena menjelang
Cybercrime memiliki karakter yang khas 1980-an Indonesia adalah negara Asia Tenggara
dibandingkan kejahatan konvensional, yaitu pertama yang memiliki satelit komunikasi. Singapura
antara lain (CYBERCRIME_files\ inline_files\ dan Malay sia yang saat itu masih menyewa satelit
SI10.HTM): Palapa dari Indonesia, kini menjadi negara maju
(1) Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak berbasis teknologi komunikasi modern.
atau tidak etis tersebut terjadi di ruang/ wilayah Meski masih diperdebatkan, dapat dikatakan
maya (cyberspace), sehingga tidak dapat Indonesia merupakan negara yang memiliki
dipastikan yurisdiksi hukum negara mana yang kesenjangan digital yang cukup lebar. Kesenjangan
berlaku terhadapnya. digital dapat diartikan sebagai adanya jurang di
(2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan antara mereka yang mampu mengakses teknologi
menggunakan peralatan apapun yang bisa komunikasi dan yang tidak mampu (Staubhaar & La
terhubung dengan internet. Rose, 2000:9). Selain masih senjangnya tingkat
(3) Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian pendidikan dan ekonomi di Indonesia, kesempatan

258 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 1: Model Pusat-Pinggiran Akses Teleteknologi

SES rendah
Belum pernah mendengar Internet
Belum pernah menggunakan komputer sebelumnya

Tidak terpengaruh
oleh kemajuan

Akses Internet dan Komputer publik


Memiliki komputer tanpa Internet
Akses Pinggiran Menggunakan
Pelayanan “on-line” namun
bukan sebagai sarana (alat)
informasi dan komunikasi yang
utama
Pengguna (kaum Pinggiran) Pusat
SES Tinggi
Informasi
Sumber: Wilhelm (2003:119)
Masyarakat

untuk menggunakan teknologi komunikasi di In Notebook bermerk Sony seharga 20 Juta yang
donesia belum merata. Ketimpangan, ketidakmilikan dipesan melalui carding, dijual seharga 4 Juta ru
informasi dan telekomunikasi dapat dibagi dalam piah. Untuk yang satu ini, ClearCommerce,
beberapa kategori. Yang paling banyak aksesnya, perusahaan keamanan internet yang berbasis di
tentu saja, yang paling dekat dengan pusat informasi Texas, Amerika Serikat, memasukkan Indonesia ke
masyarakat. dalam daftar negara-negara terburuk untuk kejahatan
yang memanfaatkan kecanggihan teknologi
Meskipun terdapat kesenjangan digital, di In
komunikasi. Setidaknya, 20 persen transaksi kartu
donesia marak sekali kejahatan cyber. Kasus yang
kredit internet yang berasal dari Indonesia
paling sering terjadi adalah pembobolan kartu kredit
merupakan penipuan. Berikut ini adalah data
oleh para hacker hitam. Mereka bisa memperoleh
kejahatan yang memanfaatkan internet:
barang apa pun yang diinginkan, mulai dari berlian,
Dari data di bawah (Koran Tempo, 26 Maret
radar laut, corporate software, com puter server,
2003), Yogyakarta menempati urutan pertama dan
Harley Davidson, hingga senjata M 16 (Warta
Bandung kedua dalam cybercrime jenis carding di
Ekonomi.com, 23 Desember 2002) dengan
Indonesia. Yang melakukan jenis kejahatan itu
menggunakan kartu kredit milik orang lain.
adalah kalangan muda, biasanya mahasiswa. Seorang
Istilahnya adalah carding. Para carder (hacker
mahasiswa universitas swasta di Bandung pernah
hitam) memesan barang-barang melalui internet
memesan 5 buah ponsel Nokia Communicator yang
untuk dikirimkan ke negara mereka berada. Barang
ia jual seharga 5 Juta rupiah, padahal saat itu
yang dipesan dapat digunakan sendiri, dapat pula
harganya berkisar 10 Juta rupiah.
dijual dengan harga yang sangat murah. Misalnya,

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 259


Gambar 2: Kejahatan Umum yang Memanfaatkan Internet
Agar tidak diketahui identitasnya, ia melakukan
carding di warnet sekitar kampus dan saat
mengambil pesanan, agar dimudahkan, ia
bekerjasama dan memberi sejumlah uang kepada
oknum karyawan biro pengiriman paket terkemuka di
Indonesia.
Indonesia tampaknya akan semakin
mengukuhkan diri sebagai negara kampiun penipuan
kartu kredit di internet Dalam berbagai urusan yang
berkonotasi buruk, Indonesia memang seringkali
termasuk di dalamnya, mulai dari pendapatan
perkapita yang rendah, mutu
pendidikan, tingkat korupsi, termasuk cybercrime
jenis carding.
Kejahatan memang tidak dapat diprediksi
kejadiannya, tidak mempedulikan tempat dan
suasana ketika hendak muncul, tidak pula
membanding-bandingkan siapa pelaku dan
korbannya, tidak mengenal kasta ataupun status
sosial pelaku dan korbannya. Saat muncul, ia dapat
menjadi bahan yang menarik untuk dibicarakan, baik
di media massa maupun ruang-ruang seminar.
Apalagi saat kejahatan itu dipadukan dengan
kecanggihan teknologi komunikasi. Tanpa sadar

260 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 3. Bagan Konstruksi Kejahatan dari “Hacking”

1 Menyusup/ menjelajah sistem Membuat


Mempelajari Sistem masuk jaringan komputer mencari akses backdoor
operasi Target sasaran komputer lebih tinggi hilangkan jejak
2 3 4
Pemanfaatan Internet dirusak dan diganti oleh para hacker hitam.
Internet oleh Berikut ini adalah kasus-kasus yang pernah terjadi
pemerintah, dunia usaha dan kegiatan lain
Crime ringan/ CRIME Pelanggaran (Raharjo, 202:35):
(a) Tahun 1997 ketika masalah Timor-Timur
menghangat, situs milik Departemen Luar Ne gri
dan ABRI (TNI, pen) dijebol oleh craker Porto
(Portugis) yang pro-kemerdekaan. Mereka juga
1. Public wrong merusak situs-situs bisnis dan pendidikan.
2. Moral wrong
Serangan dari craker Porto ini mendapat balasan
dari craker Indonesia. Hal ini dilakukan karena,
menurut mereka, craker Porto dinilai keterlaluan,
serangannya membabi-buta, tidak mempedulikan
apakah itu situs milik pemerintah ataupun bukan,
situs
bisnis maupun situs pendidikan.
(b) Tahun 1998, tampilan depan atau frontpage Pusat
Dokumentasi Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu
Proses konstruksi sosial kejahatan Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) diganti
sehubungan dengan pemanfataan internet dengan gambar wanita telanjang.
(c) Tahun 1998, setelah kerusuhan 13–14 Mei,
craker yang diduga berasal dari Cina
menghantam situs milik pemerintah, yaitu
Sumber: Raharjo (2002) BKKBN. Serangan ini merupakan reaksi atas
pemberitaan media mengenai kerusuhan Mei
yang menyebabkan etnis Cina di Indonesia
menjadi korban pembantaian dan pemerkosaan.
di sekeliling kita terdapat kejahatan yang “inno
(d) Juni 1999, homepage POLRI diganti dengan
cent”, seolah tanpa dosa dan begitu halus. Adapun
gambar telanjang, kemudian diganti lagi dengan
konstruksi kejahatan Hacking dapat dilihat pada
gambar yang mirip logo PDI Perjuangan.
gambar 3.
(e) Januari 2000, situs yang diserang, antara lain
Selain cybercrime jenis carding, di Indone sia
Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bank Central Asia dan
juga sering terjadi kasus deface. Tampilan si tus di
Indosatnet.

261
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
(f) September dan Oktober 2000, Fabian Clone (KAHMI). Serangan ini merupakan reaksi atas
berhasil menjebol web milik Bank Bali, ditangkapnya pimpinan dari Pasukan Komando
sebelumnya juga berhasil menjebol web milik Jihad.
Bank Lippo. Kedua bank itu memberikan Bila tidak ditangani dengan baik, ada
layanan Internet Banking, kerugian yang diderita kemungkinan jumlah kasus berikut korban akan
lebih besar dibandingkan kerugian yang diderirta bertambah, baik cybercrime dalam bentuk card ing
BEJ. maupun deface, termasuk cyberporn meskipun tidak
(g) Januari 2001, situs milik PT. Ajinomoto Indo semua publik sepakat bahwa itu adalah suatu
nesia diserang craker. Serangan ini merupakan kejahatan. Namun, dapat dibayangkan bila orang
reaksi atas penggunaan enzim porcine (babi) orang di sekitar kita, misalnya isteri dan anak kita
yang digunakan sebagai katalis dalam proses yang tidak bersalah, tiba-tiba fotonya terpampang di
pembuatan bumbu penyedap rasa. Situs internet dalam keadaan tanpa pakaian dengan teknik
Ajinomoto hhtp://www.mjk.ajinomoto.co.id rekayasa foto melalui komputer.
ketika dibuka yang muncul adalah gambar seekor
babi yang tengah tersenyum dengan tulisan Babi, Urgensi Penyelesaian “Cybercrime” di
open in December 2K, “Ajinomoto You Lied to Indonesia
Us”, “Ajinomoto: Berdasarkan berbagai kasus cybercrime yang
HARAM...HARAM...HARAM”. telah terjadi dan pasti akan bertambah, perlu kiranya
(h) Pada 8 Mei 2001, situs Polri mendapat serangan dilakukan percepatan dalam menuntaskan kasus
dari Kesatuan Aksi Hacker Muslim Indonesia cybercrime. Untuk menghadapi sekian banyak varian
dan modifikasi modus kejahatan di Internet, maka bahwa peningkatan penetrasi Internet di Indone sia
langkah represif dan reaktif yang selama ini akan berbanding lurus dengan meningkatnya angka
dilakukan oleh aparat penegak hukum tidaklah kejahatan Internet secara kuantitatif dan kualitatif.
memadai. Aparat tidak siap menghadapinya. Ujung-ujungnya, hal tersebut justru akan
Maraknya cybercrime menunjukkan menghancurkan kegiatan usaha/bisnis dan industri
ketidakberdayaan pemerintah dalam internet di Indonesia. Seperti pemblokiran yang
menyelesaikannya. Oleh karena itu, pemerintah harus dilakukan komunitas internet internasional terhadap
meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur pengguna internet dengan nomor Internet Provider
penegak hukum mengenai upaya pencegahan, (IP) Indonesia, sehingga kegiatan bisnis di dunia
investigasi, dan penuntutan perkara perkara yang cyber tidak mungkin dilakukan. Itu semua akan
berhubungan dengan cybercrime. Aparat kepolisian menghancurkan kegiatan ekonomi melalui internet.
perlu menanggapi secara serius kejahatan saiber. Tidak kalah pentingnya pula, pemerintah harus
Tentunya, harus dibarengi pula dengan bergegas membuat UU Cyberlaw untuk menuntaskan
serangkaian langkah proaktif dan antisipatif yang kasus cybercrime. Perlu dipahami bahwa kegiatan
dilakukan oleh beragam institusi terkait di Indone sia. bisnis melalui internet telah mengubah tatanan
Misalnya, asosiasi yang membawahi para Internet ekonomi konvesional. Hal itu memunculkan
Service Provider (ISP) dan warnet di In donesia ketidakpastian, karena pihak yang berkomunikasi
harus memikirkan langkah yang akan diambil untuk tidak bertemu secara tatap muka. Untuk memberikan
melindungi para konsumen. kepastian, perlu dilindungi oleh cyberlaw. Meskipun
Selanjutnya, adalah dengan melakukan pengguna internet di Indo nesia kurang dari 5 % total
kampanye dan edukasi tentang ber-internet yang populasi penduduk (data lainnya menyebutkan hanya
aman secara komprehensif dan berkala kepada 1,9 % atau sekitar 4,38 juta), cyberlaw tetap
masyarakat umum. Jika hal tersebut tidak segera diperlukan sebagai pegangan hukum bagi aparat
dilakukan, maka kita harus siap menerima kenyataan dalam menuntaskan cybercrime. Akan lebih buruk
bila tak ada perangkat hukum yang memadai.

262 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005

Daftar Pustaka A. Buku Raharjo, Agus. 2002. Cybercrime Pemahaman dan


Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 Tinggi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Staubhaar, J. & La Rose, R., Media Now, 2000.
merce. Yogyakarta: Andi
Wilhelm, Anthony G, Demokrasi di Era Digital.
Temporal, Paul, K.C. Lee. 2001. Hi-Tech Hi Touch 2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Branding. Jakarta: Salemba Empat.
Ustadiyanto, Riyeke. 2001. Framework e-Com B. Sumber lain:

Mahayana, Dimitri. 1999. Menjemput Masa Depan, Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Republika, 22 Agustus 1999.
Naisbitt, John, Naisbitt, Nana, & Philips, Douglas. komputeraktif, No. 43/18 Desember 2002.
2001. High Tech High Touch. Bandung: Mizan
Pustaka. Cybercrime_files\inline_files\SI10.HTM.
Piliang, Yasraf Amir. 2001. Sebuah Dunia yang Warta Ekonomi.com, 23 Desember 2002.
Menakutkan. Bandung: Mizan Pustaka.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 263
264 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

“Cybercrime”:
Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia

M.E. Fuady

ABSTRACT

It had been long known that technology, as Janus, has two side of coins: the good side, and the bad
side. Everybody knows the benefit of technology development. But there aren’t much who realize the
negative potent of technology. Cybercrime discussed in this article is an example
of how crime was developed sophisticatedly by using technological means. Cybercrime,
simply defined as criminal acts using cyber and Internet, has faced a new challenge for
lawmaker and law enforcement mission. In Indonesia, carding become serious issues to be
combated. Another type of cybercrime frequently occur in Indonesia are hacking and deface.
Although Internet user in Indonesia is estimated no more than 5% of total population (4.38
million persons), everybody must attended cybercrime issues seriously. The loss of
cybercrime reached unspeakable heights and damaged public safety
in communication and information flows.

Kata kunci: “cybercrime”, realitas virtual, dunia tanpa batas

Internet: Teknologi Pencipta berkomunikasi hanya dengan menekan keyboard dan


Dunia “Cyber” mouse di hadapannya. Informasi apa pun yang
dibutuhkan telah tersedia. Karena kemudahan yang
Kehadiran teknologi komunikasi modern seperti ditawarkan itulah banyak individu yang
internet telah membuat pandangan manusia menggunakannya. Dibandingkan radio dan televisi,
mengenai kehidupan berubah. Paradigma penetrasi internet di kalangan masyarakat, termasuk
komunikasi manusia dalam menjalani aktivitas yang paling cepat. Untuk mencapai pengguna
ekonomi, bisnis, interaksi sosial, dan politik, menjadi sebanyak 50 juta orang, internet hanya membutuhkan
berbeda. Sebelumnya, manusia didominasi oleh waktu 5 tahun, sementara radio membutuhkan waktu
aktivitas yang bersifat fisik, face to face. Manusia 38 tahun dan televisi 13 tahun (Temporal & Lee,
dihalangi oleh berbagai keterbatasan. Dengan 2002:7). Saat ini, diperkirakan pengguna internet
internet, ruang, jarak, dan waktu yang membatasi telah mencapai 220 juta orang.
manusia menghilang. Menurut Kenichi Ohmae Dengan menggunakan internet, user
(Mahayana, 1999:97), itulah dunia tanpa batas (the berkesempatan untuk berpetualang, berkelana,
borderless world). berselancar menelusuri cyberspace, sebuah dunia
Internet merupakan jaringan dari jutaan komunikasi berbasis komputer (computer mediated
komputer yang saling terhubungkan. Dengan communication). Realitas yang ditawarkan adalah
internet, setiap orang di seluruh dunia dapat realitas virtual, kehadirannya tidak dapat ditangkap

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 255


atau dipegang tangan, tetapi dikonstruksikan secara memakai komputer sebagai sarana/alat atau
sosial oleh orang-orang yang menggeluti teknologi komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh
komunikasi dan informasi. Realitas cyberspace keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak
adalah kenyataan yang melampaui dan artifisial lain. Secara ringkas, computer crime didefinisikan
(hyperreal). Menurut Piliang (2001), karena sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan
rekayasa sedemikian rupa, kenyataan (real) ditutupi dengan menggunakan teknologi komputer yang
oleh tanda kenyataan (sign of real) sedemikian rupa, canggih. Selanjutnya, disebabkan kejahatan itu
sehingga antara tanda dan relitas, antara model dan dilakukan di ruang cyber melalui internet, muncul
kenyataan, tidak lagi dapat dibedakan. istilah cybercrime.
Cyberspace menawarkan segala hal yang Bagi sebagian besar masyarakat yang terbiasa
diperlukan manusia, termasuk kesenangan, menggunakan media teknologi komunikasi
keuntungan, dan kemudahan tanpa bersusah payah (telekomunikasi), cybercrime bukanlah istilah yang
menggerakkan badan untuk memeroleh sesuatu. asing terdengar. Cybercrime atau kejahatan di ruang
Berbagai informasi gratis dari surat kabar dalam dan maya merupakan sebuah fenomena yang tidak
luar negeri dapat diperoleh tanpa membeli. Menikmati terbantahkan. Tidak terlihat namun nyata. Terdapat
musik tanpa harus membeli kaset. Bagi dosen, berbagai berbagai kasus cybercrime yang kian hari kian
literatur tersaji secara gratis tanpa harus pergi ke meningkat, terutama di negara-negara yang tidak
tempat berada. Inilah “zona mabuk teknologi” yang memiliki kepastian hukum dalam bidang teknologi
dikemukakan Philips dan Naisbitt (2001). komunikasi modern (convergence).
Kehidupan virtual yang disajikan cyberspace Teknologi komunikasi yang memiliki kekuatan
telah memunculkan bentuk aktivitas baru untuk dahsyat dalam merubah perilaku komunikasi
mencapai kepuasan, seperti teleshopping, telecon manusia, selain membawa keuntungan berupa
ference, virtual gallery, virtual museum, e-com kemudahan dalam berkomunikasi, ternyata memiliki
merce, namun juga memunculkan penyimpangan “sisi gelap”. Teknologi membawa kerugian, salah
penyimpangan seperti kejahatan dengan satunya berupa semakin dipermudahkannya
memanfaatkan internet atau cybercrime. “penjahat” dalam melakukan kejahatannya.
Kecanggihan teknologi memungkinkan penjahat
“Cybercrime”: Bentuk Kejahatan di
cyber memangsa korban-korbannya. Meski tidak
Dunia Maya mau disebut sebagai pelaku kriminal, sebagai akibat
Dalam beberapa literatur, cybercrime sering dari perbuatannya, mereka tidak ada bedanya dengan
diidentikkan sebagai computer crime. The U.S. seorang penjahat.
Department of Justice memberikan pengertian com Menurut Raharjo (2002:29), sebagai sebuah
puter crime sebagai:”…any illegal act requiring gejala sosial, kejahatan telah ada sejak awal
knowledge of computer technology for its perpe kehidupan manusia di dunia, namun kemajuan
tration, investigation, or prosecution”. Pengertian teknologi komunikasi membuat kejahatan dalam
lainnya diberikan oleh Organization of European bentuk primitif berubah menjadi sebuah kejahatan
Community Development, yaitu: “any illegal, un yang lebih maju (modern). Kejahatan konvensional
ethical or unauthorized behavior relating to the di dunia nyata muncul dalam dunia maya (virtual)
automatic processing and/or the transmission of dengan wajah kejahatan yang telah diperhalus
data”. Hamzah (1989) mengartikan: “kejahatan di sedemikian rupa. Kehalusan kejahatan virtual atau
bidang komputer secara umum dapat diartikan cybercrime membuat masyarakat luas, khususnya di
sebagai penggunaan komputer secara ilegal”. negara berkembang yang memiliki kesenjangan
Dari beberapa pengertian di atas, Wisnubroto digital seperti Indonesia, tidak merasakannya sebagai
(1999) merumuskan computer crime sebagai sebuah bentuk kejahatan. Padahal, sudah begitu
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan banyak korban (victim) dan

256 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

kerugian moril dan materil akibat cybercrime. yang awam.


Korbannya dapat berupa netizen (penduduk dunia Perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis
virtual/penghuni cyberspace) dan masyarakat luas dan individu tak berdosa, yang tidak memiliki
keahlian bahkan pemahaman akan teknologi tujuan meningkatkan keamanan jaringan internet.
komunikasi, dapat menjadi korban. Tidak perlu jauh- Misalnya, bila ada sebuah perusahaan perbankan
jauh, kita semua masih ingat dengan kasus mengatakan bahwa jaringan sistem komunikasi
mahasiswa dan artis “bugil” yang beredar di internet. mereka sudah sangat canggih dan mustahil
Sedikit sekali di antara mereka yang memahami dibobol, tidak dapat ditembus oleh siapa pun,
teknologi komunikasi, tetapi mereka telah menjadi maka hacker tertantang untuk mencoba dan
korban. Sebut saja artis dengan inisial YS, KD, KF, setelah berhasil mereka memperingatkan betapa
CK, dan masih banyak lagi. Itu salah satu contoh lemahnya sistem informasi perusahaan terrsebut.
kecil korban dari cybercrime. Meski memang ada Oleh karena itu, tidak sedikit dari mereka yang
publik yang tidak menyepakati cyberporn sebagai akhirnya direkrut perusahaan untuk
cybercrime. Tetapi, kita telah melihat adanya korban mengamankan sistem informasi dan komunikasi
akibat perbuatan pelaku cybercrime. Sebagai catatan di dunia maya.
penting, menurut Menteri Negara Komunikasi dan (2) Cracker
Informasi, sekitar 50 persen kalangan muda yang Di dunia cyber, ada pula hacker yang memiki
menggunakan internet lebih suka untuk mengunjungi sisi gelap. Mereka disebut cracker. Para cracker
situs porno (Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002). ini secara ilegal melakukan penyusupan dan
Untuk memahami cybercrime, perlu kiranya perusakan terhadap situs, website, dan sistem
dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan keamanan jaringan internet untuk memperoleh
hacker, cracker dan beberapa lainnya. Karena, kesenangan dan keuntungan. Mereka bangga dan
seperti halnya kehidupan nyata, ada di antara mereka sombong atas keberhasilan mereka merusak situs
yang “hitam” dan “putih”, ada yang berlaku seperti sebuah perusahaan. Serangannya sangat luar
pahlawan dan penjahat. biasa. Kementerian Petahanan Amerika Serikat
di Pentagon mencatat serangan 100 cracker
(1) Hacker
dalam satu hari (Republika, 6 Januari 2000).
Hacker secara harfiah berarti mencincang atau
(3) Carder
membacok. Dalam arti luas adalah mereka yang
Carder adalah orang yang melakukan crack ing,
menyusup melalui komputer ke dalam jaringan
yakni pembobolan terhadap kartu kredit untuk
komputer (Republika, 22 Agustus 1999).
mencuri nomor kartu orang lain dan
Menurut Ustadiyanto (2001:304), ada definisi
menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
yang relevan, yakni hacker adalah orang-or ang
Biasanya yang menjadi korbannya adalah
yang ahli dalam bidangnya. Bila komputer, maka
mereka yang memiliki kartu kredit dalam jumlah
dia pandai menggunakannya. Ia sangat
besar. Menurut hasil riset, pada tahun 2002,
menguasai komputer. Hacker adalah orang orang
Indonesia menempati urutan kedua setelah
yang gemar mempelajari seluk-beluk sistem
Ukraina dalam kejahatan carding.
komputer dan bereksperimen dengannya.
Mereka pandai untuk menyusup ke dalam (4) Deface
jaringan komunikasi suatu institusi di dunia Deface adalah tindakan menyusup ke suatu situs,
maya. Hacker menjunjung tinggi etika atau lalu mengubah tampilan halaman dari situs
norma yang berlaku di dunia maya. Mereka anti dengan tujuan tertentu. Indonesia pernah
penyensoran, anti penipuan, dan diserang para deface yang mengubah situs TNI.
pemaksaan kehendak pada orang lain. Mereka Tampilan gambar Burung Garuda Pancasila
memegang prinsip bahwa meng-hack untuk diganti dengan lambang palu arit. Hompage Polri
diganti tampilannya dengan

257
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
gambar wanita telanjang. kalangan lapisan bawah, pada umumnya mereka
(5) Phreaker adalah kaum terpelajar, setidak-tidaknya mengenyam
Yaitu seseorang yang melakukan crackingpendidikan formal sampai tingkat tertentu dan dapat
menggunakan atau mengoperasikan komputer. Para
terhadap jaringan telepon, sehingga dapat
craker adalah or ang yang berpendidikan, tidak buta
menelepon secara gratis ke daerah manapun
teknologi, secara ekonomis mampu dan tidak
yang dituju (Komputeraktif, No. 43/18 Desember
termasuk dalam masyarakat lapisan bawah.
2002). Di Indonesia, kasus semacam ini pernah
terjadi pada wartel–wartel. Kejahatan ini dapat dikategorikan kepada white
collar crime (kejahatan kerah putih). Jo Ann L.
Para pelaku hacking biasanya bukan dari Miller, mengkategorikan pelakunya menjadi 4
(empat). terhubung dengan internet.
(a) Organizational occupational crime Pelakunya (3) Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian
adalah para eksekutif. Mereka melakukan materil maupun immateril (waktu, nilai, jasa,
perbuatan ilegal atau merugikan orang lain uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan
melalui jaringan internet demi kepentingan atau informasi) yang cenderung lebih besar
keuntungan korporasi. dibandingkan kejahatan konvensional
(b) Government occupational crime Pelakunya (4) Pelakunya adalah orang yang menguasai
adalah pejabat atau birokrat yang melakukan penggunaan internet beserta aplikasinya (5)
perbuatan ilegal melalui internet atas persetujuan Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara
atau perintah negara atau pemerintah, meski transnasional/melintasi batas negara.
dalam banyak kasus, bila terungkap hal itu akan
disangkal. “Cybercrime” di Indonesia
(c) Professional occupational crime Berbagai profesi
yang melakukan kejahatan secara sengaja Di antara negara berkembang, Indonesia
(malpractice). termasuk negara yang lambat mengikuti
perkembangan teknologi komunikasi modern. In
(d) Individual occupational crime
donesia tidak memrioritaskan strategi pengembangan
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para
dan penguasaan teknologi. Yang terjadi kemudian,
pengusaha, pemilik modal atau orang-orang
transfer teknologi dari negara maju tidak serta merta
independen lainnya, walau mungkin tidak tinggi
diikuti dengan penguasaan teknologi oleh negara
tingkat sosial ekonominya. Dalam bidang
berkembang seperti Indo nesia. Bandingkan saja
kerjanya kalangan ini memilih jalan yang
dengan Malaysia yang telah memproduksi secara
menyimpang yang melanggar hukum atau
massal software, per sonal Computer (PC), dan
merugikan orang lain.
ponsel. Sungguh ironis memang, karena menjelang
Karakteristik “Cybercrime” 1980-an Indonesia adalah negara Asia Tenggara
pertama yang memiliki satelit komunikasi. Singapura
Cybercrime memiliki karakter yang khas dan Malay sia yang saat itu masih menyewa satelit
dibandingkan kejahatan konvensional, yaitu Palapa dari Indonesia, kini menjadi negara maju
antara lain (CYBERCRIME_files\ inline_files\ berbasis teknologi komunikasi modern.
SI10.HTM): Meski masih diperdebatkan, dapat dikatakan
(1) Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak Indonesia merupakan negara yang memiliki
atau tidak etis tersebut terjadi di ruang/ wilayah kesenjangan digital yang cukup lebar. Kesenjangan
maya (cyberspace), sehingga tidak dapat digital dapat diartikan sebagai adanya jurang di
dipastikan yurisdiksi hukum negara mana yang antara mereka yang mampu mengakses teknologi
berlaku terhadapnya. komunikasi dan yang tidak mampu (Staubhaar & La
(2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan Rose, 2000:9). Selain masih senjangnya tingkat
menggunakan peralatan apapun yang bisa pendidikan dan ekonomi di Indonesia, kesempatan

258 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 1: Model Pusat-Pinggiran Akses Teleteknologi

SES rendah
Belum pernah mendengar Internet
Belum pernah menggunakan komputer sebelumnya

Tidak terpengaruh
oleh kemajuan
Akses Internet dan Komputer publik
Memiliki komputer tanpa Internet

Akses Pinggiran Menggunakan


Pelayanan “on-line” namun
bukan sebagai sarana (alat)
informasi dan komunikasi yang
utama
Pengguna (kaum Pinggiran) Pusat
SES Tinggi
Informasi
Sumber: Wilhelm (2003:119)
Masyarakat

untuk menggunakan teknologi komunikasi di In Notebook bermerk Sony seharga 20 Juta yang
donesia belum merata. Ketimpangan, ketidakmilikan dipesan melalui carding, dijual seharga 4 Juta ru
informasi dan telekomunikasi dapat dibagi dalam piah. Untuk yang satu ini, ClearCommerce,
beberapa kategori. Yang paling banyak aksesnya, perusahaan keamanan internet yang berbasis di
tentu saja, yang paling dekat dengan pusat informasi Texas, Amerika Serikat, memasukkan Indonesia ke
masyarakat. dalam daftar negara-negara terburuk untuk kejahatan
yang memanfaatkan kecanggihan teknologi
Meskipun terdapat kesenjangan digital, di In
komunikasi. Setidaknya, 20 persen transaksi kartu
donesia marak sekali kejahatan cyber. Kasus yang
kredit internet yang berasal dari Indonesia
paling sering terjadi adalah pembobolan kartu kredit
merupakan penipuan. Berikut ini adalah data
oleh para hacker hitam. Mereka bisa memperoleh
kejahatan yang memanfaatkan internet:
barang apa pun yang diinginkan, mulai dari berlian,
Dari data di bawah (Koran Tempo, 26 Maret
radar laut, corporate software, com puter server,
2003), Yogyakarta menempati urutan pertama dan
Harley Davidson, hingga senjata M 16 (Warta
Bandung kedua dalam cybercrime jenis carding di
Ekonomi.com, 23 Desember 2002) dengan
Indonesia. Yang melakukan jenis kejahatan itu
menggunakan kartu kredit milik orang lain.
adalah kalangan muda, biasanya mahasiswa. Seorang
Istilahnya adalah carding. Para carder (hacker
mahasiswa universitas swasta di Bandung pernah
hitam) memesan barang-barang melalui internet
memesan 5 buah ponsel Nokia Communicator yang
untuk dikirimkan ke negara mereka berada. Barang
ia jual seharga 5 Juta rupiah, padahal saat itu
yang dipesan dapat digunakan sendiri, dapat pula
harganya berkisar 10 Juta rupiah.
dijual dengan harga yang sangat murah. Misalnya,

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 259


Gambar 2: Kejahatan Umum yang Memanfaatkan Internet
Agar tidak diketahui identitasnya, ia melakukan
carding di warnet sekitar kampus dan saat
mengambil pesanan, agar dimudahkan, ia
bekerjasama dan memberi sejumlah uang kepada
oknum karyawan biro pengiriman paket terkemuka di
Indonesia.
Indonesia tampaknya akan semakin
mengukuhkan diri sebagai negara kampiun penipuan
kartu kredit di internet Dalam berbagai urusan yang
berkonotasi buruk, Indonesia memang seringkali
termasuk di dalamnya, mulai dari pendapatan
perkapita yang rendah, mutu
pendidikan, tingkat korupsi, termasuk cybercrime
jenis carding.
Kejahatan memang tidak dapat diprediksi
kejadiannya, tidak mempedulikan tempat dan
suasana ketika hendak muncul, tidak pula
membanding-bandingkan siapa pelaku dan
korbannya, tidak mengenal kasta ataupun status
sosial pelaku dan korbannya. Saat muncul, ia dapat
menjadi bahan yang menarik untuk dibicarakan, baik
di media massa maupun ruang-ruang seminar.
Apalagi saat kejahatan itu dipadukan dengan
kecanggihan teknologi komunikasi. Tanpa sadar

260 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 3. Bagan Konstruksi Kejahatan dari “Hacking”

1 Menyusup/ menjelajah sistem Membuat


Mempelajari Sistem masuk jaringan komputer mencari akses backdoor
operasi Target sasaran komputer lebih tinggi hilangkan jejak
2 3 4
Pemanfaatan Internet dirusak dan diganti oleh para hacker hitam.
Internet oleh Berikut ini adalah kasus-kasus yang pernah terjadi
pemerintah, dunia usaha dan kegiatan lain
Crime ringan/ CRIME Pelanggaran (Raharjo, 202:35):
(a) Tahun 1997 ketika masalah Timor-Timur
menghangat, situs milik Departemen Luar Ne gri
dan ABRI (TNI, pen) dijebol oleh craker Porto
(Portugis) yang pro-kemerdekaan. Mereka juga
1. Public wrong merusak situs-situs bisnis dan pendidikan.
2. Moral wrong
Serangan dari craker Porto ini mendapat balasan
dari craker Indonesia. Hal ini dilakukan karena,
menurut mereka, craker Porto dinilai keterlaluan,
serangannya membabi-buta, tidak mempedulikan
apakah itu situs milik pemerintah ataupun bukan,
situs
bisnis maupun situs pendidikan.
(b) Tahun 1998, tampilan depan atau frontpage Pusat
Dokumentasi Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu
Proses konstruksi sosial kejahatan Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) diganti
sehubungan dengan pemanfataan internet dengan gambar wanita telanjang.
(c) Tahun 1998, setelah kerusuhan 13–14 Mei,
craker yang diduga berasal dari Cina
menghantam situs milik pemerintah, yaitu
Sumber: Raharjo (2002) BKKBN. Serangan ini merupakan reaksi atas
pemberitaan media mengenai kerusuhan Mei
yang menyebabkan etnis Cina di Indonesia
menjadi korban pembantaian dan pemerkosaan.
di sekeliling kita terdapat kejahatan yang “inno
(d) Juni 1999, homepage POLRI diganti dengan
cent”, seolah tanpa dosa dan begitu halus. Adapun
gambar telanjang, kemudian diganti lagi dengan
konstruksi kejahatan Hacking dapat dilihat pada
gambar yang mirip logo PDI Perjuangan.
gambar 3.
(e) Januari 2000, situs yang diserang, antara lain
Selain cybercrime jenis carding, di Indone sia
Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bank Central Asia dan
juga sering terjadi kasus deface. Tampilan si tus di
Indosatnet.

261
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
(f) September dan Oktober 2000, Fabian Clone (KAHMI). Serangan ini merupakan reaksi atas
berhasil menjebol web milik Bank Bali, ditangkapnya pimpinan dari Pasukan Komando
sebelumnya juga berhasil menjebol web milik Jihad.
Bank Lippo. Kedua bank itu memberikan Bila tidak ditangani dengan baik, ada
layanan Internet Banking, kerugian yang diderita kemungkinan jumlah kasus berikut korban akan
lebih besar dibandingkan kerugian yang diderirta bertambah, baik cybercrime dalam bentuk card ing
BEJ. maupun deface, termasuk cyberporn meskipun tidak
(g) Januari 2001, situs milik PT. Ajinomoto Indo semua publik sepakat bahwa itu adalah suatu
nesia diserang craker. Serangan ini merupakan kejahatan. Namun, dapat dibayangkan bila orang
reaksi atas penggunaan enzim porcine (babi) orang di sekitar kita, misalnya isteri dan anak kita
yang digunakan sebagai katalis dalam proses yang tidak bersalah, tiba-tiba fotonya terpampang di
pembuatan bumbu penyedap rasa. Situs internet dalam keadaan tanpa pakaian dengan teknik
Ajinomoto hhtp://www.mjk.ajinomoto.co.id rekayasa foto melalui komputer.
ketika dibuka yang muncul adalah gambar seekor
babi yang tengah tersenyum dengan tulisan Babi, Urgensi Penyelesaian “Cybercrime” di
open in December 2K, “Ajinomoto You Lied to Indonesia
Us”, “Ajinomoto: Berdasarkan berbagai kasus cybercrime yang
HARAM...HARAM...HARAM”. telah terjadi dan pasti akan bertambah, perlu kiranya
(h) Pada 8 Mei 2001, situs Polri mendapat serangan dilakukan percepatan dalam menuntaskan kasus
dari Kesatuan Aksi Hacker Muslim Indonesia cybercrime. Untuk menghadapi sekian banyak varian
dan modifikasi modus kejahatan di Internet, maka bahwa peningkatan penetrasi Internet di Indone sia
langkah represif dan reaktif yang selama ini akan berbanding lurus dengan meningkatnya angka
dilakukan oleh aparat penegak hukum tidaklah kejahatan Internet secara kuantitatif dan kualitatif.
memadai. Aparat tidak siap menghadapinya. Ujung-ujungnya, hal tersebut justru akan
Maraknya cybercrime menunjukkan menghancurkan kegiatan usaha/bisnis dan industri
ketidakberdayaan pemerintah dalam internet di Indonesia. Seperti pemblokiran yang
menyelesaikannya. Oleh karena itu, pemerintah harus dilakukan komunitas internet internasional terhadap
meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur pengguna internet dengan nomor Internet Provider
penegak hukum mengenai upaya pencegahan, (IP) Indonesia, sehingga kegiatan bisnis di dunia
investigasi, dan penuntutan perkara perkara yang cyber tidak mungkin dilakukan. Itu semua akan
berhubungan dengan cybercrime. Aparat kepolisian menghancurkan kegiatan ekonomi melalui internet.
perlu menanggapi secara serius kejahatan saiber. Tidak kalah pentingnya pula, pemerintah harus
Tentunya, harus dibarengi pula dengan bergegas membuat UU Cyberlaw untuk menuntaskan
serangkaian langkah proaktif dan antisipatif yang kasus cybercrime. Perlu dipahami bahwa kegiatan
dilakukan oleh beragam institusi terkait di Indone sia. bisnis melalui internet telah mengubah tatanan
Misalnya, asosiasi yang membawahi para Internet ekonomi konvesional. Hal itu memunculkan
Service Provider (ISP) dan warnet di In donesia ketidakpastian, karena pihak yang berkomunikasi
harus memikirkan langkah yang akan diambil untuk tidak bertemu secara tatap muka. Untuk memberikan
melindungi para konsumen. kepastian, perlu dilindungi oleh cyberlaw. Meskipun
Selanjutnya, adalah dengan melakukan pengguna internet di Indo nesia kurang dari 5 % total
kampanye dan edukasi tentang ber-internet yang populasi penduduk (data lainnya menyebutkan hanya
aman secara komprehensif dan berkala kepada 1,9 % atau sekitar 4,38 juta), cyberlaw tetap
masyarakat umum. Jika hal tersebut tidak segera diperlukan sebagai pegangan hukum bagi aparat
dilakukan, maka kita harus siap menerima kenyataan dalam menuntaskan cybercrime. Akan lebih buruk
bila tak ada perangkat hukum yang memadai.

262 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005

Daftar Pustaka A. Buku Raharjo, Agus. 2002. Cybercrime Pemahaman dan


Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 Tinggi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Staubhaar, J. & La Rose, R., Media Now, 2000.
merce. Yogyakarta: Andi
Wilhelm, Anthony G, Demokrasi di Era Digital.
Temporal, Paul, K.C. Lee. 2001. Hi-Tech Hi Touch 2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Branding. Jakarta: Salemba Empat.
Ustadiyanto, Riyeke. 2001. Framework e-Com B. Sumber lain:

Mahayana, Dimitri. 1999. Menjemput Masa Depan, Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Republika, 22 Agustus 1999.
Naisbitt, John, Naisbitt, Nana, & Philips, Douglas. komputeraktif, No. 43/18 Desember 2002.
2001. High Tech High Touch. Bandung: Mizan
Pustaka. Cybercrime_files\inline_files\SI10.HTM.
Piliang, Yasraf Amir. 2001. Sebuah Dunia yang Warta Ekonomi.com, 23 Desember 2002.
Menakutkan. Bandung: Mizan Pustaka.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 263
264 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

“Cybercrime”:
Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia

M.E. Fuady

ABSTRACT

It had been long known that technology, as Janus, has two side of coins: the good side, and the bad
side. Everybody knows the benefit of technology development. But there aren’t much who realize the
negative potent of technology. Cybercrime discussed in this article is an example
of how crime was developed sophisticatedly by using technological means. Cybercrime,
simply defined as criminal acts using cyber and Internet, has faced a new challenge for
lawmaker and law enforcement mission. In Indonesia, carding become serious issues to be
combated. Another type of cybercrime frequently occur in Indonesia are hacking and deface.
Although Internet user in Indonesia is estimated no more than 5% of total population (4.38
million persons), everybody must attended cybercrime issues seriously. The loss of
cybercrime reached unspeakable heights and damaged public safety
in communication and information flows.

Kata kunci: “cybercrime”, realitas virtual, dunia tanpa batas

Internet: Teknologi Pencipta berkomunikasi hanya dengan menekan keyboard dan


Dunia “Cyber” mouse di hadapannya. Informasi apa pun yang
dibutuhkan telah tersedia. Karena kemudahan yang
Kehadiran teknologi komunikasi modern seperti ditawarkan itulah banyak individu yang
internet telah membuat pandangan manusia menggunakannya. Dibandingkan radio dan televisi,
mengenai kehidupan berubah. Paradigma penetrasi internet di kalangan masyarakat, termasuk
komunikasi manusia dalam menjalani aktivitas yang paling cepat. Untuk mencapai pengguna
ekonomi, bisnis, interaksi sosial, dan politik, menjadi sebanyak 50 juta orang, internet hanya membutuhkan
berbeda. Sebelumnya, manusia didominasi oleh waktu 5 tahun, sementara radio membutuhkan waktu
aktivitas yang bersifat fisik, face to face. Manusia 38 tahun dan televisi 13 tahun (Temporal & Lee,
dihalangi oleh berbagai keterbatasan. Dengan 2002:7). Saat ini, diperkirakan pengguna internet
internet, ruang, jarak, dan waktu yang membatasi telah mencapai 220 juta orang.
manusia menghilang. Menurut Kenichi Ohmae Dengan menggunakan internet, user
(Mahayana, 1999:97), itulah dunia tanpa batas (the berkesempatan untuk berpetualang, berkelana,
borderless world). berselancar menelusuri cyberspace, sebuah dunia
Internet merupakan jaringan dari jutaan komunikasi berbasis komputer (computer mediated
komputer yang saling terhubungkan. Dengan communication). Realitas yang ditawarkan adalah
internet, setiap orang di seluruh dunia dapat realitas virtual, kehadirannya tidak dapat ditangkap

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 255


atau dipegang tangan, tetapi dikonstruksikan secara memakai komputer sebagai sarana/alat atau
sosial oleh orang-orang yang menggeluti teknologi komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh
komunikasi dan informasi. Realitas cyberspace keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak
adalah kenyataan yang melampaui dan artifisial lain. Secara ringkas, computer crime didefinisikan
(hyperreal). Menurut Piliang (2001), karena sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan
rekayasa sedemikian rupa, kenyataan (real) ditutupi dengan menggunakan teknologi komputer yang
oleh tanda kenyataan (sign of real) sedemikian rupa, canggih. Selanjutnya, disebabkan kejahatan itu
sehingga antara tanda dan relitas, antara model dan dilakukan di ruang cyber melalui internet, muncul
kenyataan, tidak lagi dapat dibedakan. istilah cybercrime.
Cyberspace menawarkan segala hal yang Bagi sebagian besar masyarakat yang terbiasa
diperlukan manusia, termasuk kesenangan, menggunakan media teknologi komunikasi
keuntungan, dan kemudahan tanpa bersusah payah (telekomunikasi), cybercrime bukanlah istilah yang
menggerakkan badan untuk memeroleh sesuatu. asing terdengar. Cybercrime atau kejahatan di ruang
Berbagai informasi gratis dari surat kabar dalam dan maya merupakan sebuah fenomena yang tidak
luar negeri dapat diperoleh tanpa membeli. Menikmati terbantahkan. Tidak terlihat namun nyata. Terdapat
musik tanpa harus membeli kaset. Bagi dosen, berbagai berbagai kasus cybercrime yang kian hari kian
literatur tersaji secara gratis tanpa harus pergi ke meningkat, terutama di negara-negara yang tidak
tempat berada. Inilah “zona mabuk teknologi” yang memiliki kepastian hukum dalam bidang teknologi
dikemukakan Philips dan Naisbitt (2001). komunikasi modern (convergence).
Kehidupan virtual yang disajikan cyberspace Teknologi komunikasi yang memiliki kekuatan
telah memunculkan bentuk aktivitas baru untuk dahsyat dalam merubah perilaku komunikasi
mencapai kepuasan, seperti teleshopping, telecon manusia, selain membawa keuntungan berupa
ference, virtual gallery, virtual museum, e-com kemudahan dalam berkomunikasi, ternyata memiliki
merce, namun juga memunculkan penyimpangan “sisi gelap”. Teknologi membawa kerugian, salah
penyimpangan seperti kejahatan dengan satunya berupa semakin dipermudahkannya
memanfaatkan internet atau cybercrime. “penjahat” dalam melakukan kejahatannya.
Kecanggihan teknologi memungkinkan penjahat
“Cybercrime”: Bentuk Kejahatan di
cyber memangsa korban-korbannya. Meski tidak
Dunia Maya mau disebut sebagai pelaku kriminal, sebagai akibat
Dalam beberapa literatur, cybercrime sering dari perbuatannya, mereka tidak ada bedanya dengan
diidentikkan sebagai computer crime. The U.S. seorang penjahat.
Department of Justice memberikan pengertian com Menurut Raharjo (2002:29), sebagai sebuah
puter crime sebagai:”…any illegal act requiring gejala sosial, kejahatan telah ada sejak awal
knowledge of computer technology for its perpe kehidupan manusia di dunia, namun kemajuan
tration, investigation, or prosecution”. Pengertian teknologi komunikasi membuat kejahatan dalam
lainnya diberikan oleh Organization of European bentuk primitif berubah menjadi sebuah kejahatan
Community Development, yaitu: “any illegal, un yang lebih maju (modern). Kejahatan konvensional
ethical or unauthorized behavior relating to the di dunia nyata muncul dalam dunia maya (virtual)
automatic processing and/or the transmission of dengan wajah kejahatan yang telah diperhalus
data”. Hamzah (1989) mengartikan: “kejahatan di sedemikian rupa. Kehalusan kejahatan virtual atau
bidang komputer secara umum dapat diartikan cybercrime membuat masyarakat luas, khususnya di
sebagai penggunaan komputer secara ilegal”. negara berkembang yang memiliki kesenjangan
Dari beberapa pengertian di atas, Wisnubroto digital seperti Indonesia, tidak merasakannya sebagai
(1999) merumuskan computer crime sebagai sebuah bentuk kejahatan. Padahal, sudah begitu
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan banyak korban (victim) dan

256 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

kerugian moril dan materil akibat cybercrime. yang awam.


Korbannya dapat berupa netizen (penduduk dunia Perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis
virtual/penghuni cyberspace) dan masyarakat luas dan individu tak berdosa, yang tidak memiliki
keahlian bahkan pemahaman akan teknologi tujuan meningkatkan keamanan jaringan internet.
komunikasi, dapat menjadi korban. Tidak perlu jauh- Misalnya, bila ada sebuah perusahaan perbankan
jauh, kita semua masih ingat dengan kasus mengatakan bahwa jaringan sistem komunikasi
mahasiswa dan artis “bugil” yang beredar di internet. mereka sudah sangat canggih dan mustahil
Sedikit sekali di antara mereka yang memahami dibobol, tidak dapat ditembus oleh siapa pun,
teknologi komunikasi, tetapi mereka telah menjadi maka hacker tertantang untuk mencoba dan
korban. Sebut saja artis dengan inisial YS, KD, KF, setelah berhasil mereka memperingatkan betapa
CK, dan masih banyak lagi. Itu salah satu contoh lemahnya sistem informasi perusahaan terrsebut.
kecil korban dari cybercrime. Meski memang ada Oleh karena itu, tidak sedikit dari mereka yang
publik yang tidak menyepakati cyberporn sebagai akhirnya direkrut perusahaan untuk
cybercrime. Tetapi, kita telah melihat adanya korban mengamankan sistem informasi dan komunikasi
akibat perbuatan pelaku cybercrime. Sebagai catatan di dunia maya.
penting, menurut Menteri Negara Komunikasi dan (2) Cracker
Informasi, sekitar 50 persen kalangan muda yang Di dunia cyber, ada pula hacker yang memiki
menggunakan internet lebih suka untuk mengunjungi sisi gelap. Mereka disebut cracker. Para cracker
situs porno (Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002). ini secara ilegal melakukan penyusupan dan
Untuk memahami cybercrime, perlu kiranya perusakan terhadap situs, website, dan sistem
dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan keamanan jaringan internet untuk memperoleh
hacker, cracker dan beberapa lainnya. Karena, kesenangan dan keuntungan. Mereka bangga dan
seperti halnya kehidupan nyata, ada di antara mereka sombong atas keberhasilan mereka merusak situs
yang “hitam” dan “putih”, ada yang berlaku seperti sebuah perusahaan. Serangannya sangat luar
pahlawan dan penjahat. biasa. Kementerian Petahanan Amerika Serikat
di Pentagon mencatat serangan 100 cracker
(1) Hacker
dalam satu hari (Republika, 6 Januari 2000).
Hacker secara harfiah berarti mencincang atau
(3) Carder
membacok. Dalam arti luas adalah mereka yang
Carder adalah orang yang melakukan crack ing,
menyusup melalui komputer ke dalam jaringan
yakni pembobolan terhadap kartu kredit untuk
komputer (Republika, 22 Agustus 1999).
mencuri nomor kartu orang lain dan
Menurut Ustadiyanto (2001:304), ada definisi
menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
yang relevan, yakni hacker adalah orang-or ang
Biasanya yang menjadi korbannya adalah
yang ahli dalam bidangnya. Bila komputer, maka
mereka yang memiliki kartu kredit dalam jumlah
dia pandai menggunakannya. Ia sangat
besar. Menurut hasil riset, pada tahun 2002,
menguasai komputer. Hacker adalah orang orang
Indonesia menempati urutan kedua setelah
yang gemar mempelajari seluk-beluk sistem
Ukraina dalam kejahatan carding.
komputer dan bereksperimen dengannya.
Mereka pandai untuk menyusup ke dalam (4) Deface
jaringan komunikasi suatu institusi di dunia Deface adalah tindakan menyusup ke suatu situs,
maya. Hacker menjunjung tinggi etika atau lalu mengubah tampilan halaman dari situs
norma yang berlaku di dunia maya. Mereka anti dengan tujuan tertentu. Indonesia pernah
penyensoran, anti penipuan, dan diserang para deface yang mengubah situs TNI.
pemaksaan kehendak pada orang lain. Mereka Tampilan gambar Burung Garuda Pancasila
memegang prinsip bahwa meng-hack untuk diganti dengan lambang palu arit. Hompage Polri
diganti tampilannya dengan

257
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
gambar wanita telanjang. kalangan lapisan bawah, pada umumnya mereka
(5) Phreaker adalah kaum terpelajar, setidak-tidaknya mengenyam
Yaitu seseorang yang melakukan crackingpendidikan formal sampai tingkat tertentu dan dapat
menggunakan atau mengoperasikan komputer. Para
terhadap jaringan telepon, sehingga dapat
craker adalah or ang yang berpendidikan, tidak buta
menelepon secara gratis ke daerah manapun
teknologi, secara ekonomis mampu dan tidak
yang dituju (Komputeraktif, No. 43/18 Desember
termasuk dalam masyarakat lapisan bawah.
2002). Di Indonesia, kasus semacam ini pernah
terjadi pada wartel–wartel. Kejahatan ini dapat dikategorikan kepada white
collar crime (kejahatan kerah putih). Jo Ann L.
Para pelaku hacking biasanya bukan dari Miller, mengkategorikan pelakunya menjadi 4
(empat). terhubung dengan internet.
(a) Organizational occupational crime Pelakunya (3) Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian
adalah para eksekutif. Mereka melakukan materil maupun immateril (waktu, nilai, jasa,
perbuatan ilegal atau merugikan orang lain uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan
melalui jaringan internet demi kepentingan atau informasi) yang cenderung lebih besar
keuntungan korporasi. dibandingkan kejahatan konvensional
(b) Government occupational crime Pelakunya (4) Pelakunya adalah orang yang menguasai
adalah pejabat atau birokrat yang melakukan penggunaan internet beserta aplikasinya (5)
perbuatan ilegal melalui internet atas persetujuan Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara
atau perintah negara atau pemerintah, meski transnasional/melintasi batas negara.
dalam banyak kasus, bila terungkap hal itu akan
disangkal. “Cybercrime” di Indonesia
(c) Professional occupational crime Berbagai profesi
yang melakukan kejahatan secara sengaja Di antara negara berkembang, Indonesia
(malpractice). termasuk negara yang lambat mengikuti
perkembangan teknologi komunikasi modern. In
(d) Individual occupational crime
donesia tidak memrioritaskan strategi pengembangan
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para
dan penguasaan teknologi. Yang terjadi kemudian,
pengusaha, pemilik modal atau orang-orang
transfer teknologi dari negara maju tidak serta merta
independen lainnya, walau mungkin tidak tinggi
diikuti dengan penguasaan teknologi oleh negara
tingkat sosial ekonominya. Dalam bidang
berkembang seperti Indo nesia. Bandingkan saja
kerjanya kalangan ini memilih jalan yang
dengan Malaysia yang telah memproduksi secara
menyimpang yang melanggar hukum atau
massal software, per sonal Computer (PC), dan
merugikan orang lain.
ponsel. Sungguh ironis memang, karena menjelang
Karakteristik “Cybercrime” 1980-an Indonesia adalah negara Asia Tenggara
pertama yang memiliki satelit komunikasi. Singapura
Cybercrime memiliki karakter yang khas dan Malay sia yang saat itu masih menyewa satelit
dibandingkan kejahatan konvensional, yaitu Palapa dari Indonesia, kini menjadi negara maju
antara lain (CYBERCRIME_files\ inline_files\ berbasis teknologi komunikasi modern.
SI10.HTM): Meski masih diperdebatkan, dapat dikatakan
(1) Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak Indonesia merupakan negara yang memiliki
atau tidak etis tersebut terjadi di ruang/ wilayah kesenjangan digital yang cukup lebar. Kesenjangan
maya (cyberspace), sehingga tidak dapat digital dapat diartikan sebagai adanya jurang di
dipastikan yurisdiksi hukum negara mana yang antara mereka yang mampu mengakses teknologi
berlaku terhadapnya. komunikasi dan yang tidak mampu (Staubhaar & La
(2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan Rose, 2000:9). Selain masih senjangnya tingkat
menggunakan peralatan apapun yang bisa pendidikan dan ekonomi di Indonesia, kesempatan

258 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 1: Model Pusat-Pinggiran Akses Teleteknologi

SES rendah
Belum pernah mendengar Internet
Belum pernah menggunakan komputer sebelumnya

Tidak terpengaruh
oleh kemajuan
Akses Internet dan Komputer publik
Memiliki komputer tanpa Internet

Akses Pinggiran Menggunakan


Pelayanan “on-line” namun
bukan sebagai sarana (alat)
informasi dan komunikasi yang
utama
Pengguna (kaum Pinggiran) Pusat
SES Tinggi
Informasi
Sumber: Wilhelm (2003:119)
Masyarakat

untuk menggunakan teknologi komunikasi di In Notebook bermerk Sony seharga 20 Juta yang
donesia belum merata. Ketimpangan, ketidakmilikan dipesan melalui carding, dijual seharga 4 Juta ru
informasi dan telekomunikasi dapat dibagi dalam piah. Untuk yang satu ini, ClearCommerce,
beberapa kategori. Yang paling banyak aksesnya, perusahaan keamanan internet yang berbasis di
tentu saja, yang paling dekat dengan pusat informasi Texas, Amerika Serikat, memasukkan Indonesia ke
masyarakat. dalam daftar negara-negara terburuk untuk kejahatan
yang memanfaatkan kecanggihan teknologi
Meskipun terdapat kesenjangan digital, di In
komunikasi. Setidaknya, 20 persen transaksi kartu
donesia marak sekali kejahatan cyber. Kasus yang
kredit internet yang berasal dari Indonesia
paling sering terjadi adalah pembobolan kartu kredit
merupakan penipuan. Berikut ini adalah data
oleh para hacker hitam. Mereka bisa memperoleh
kejahatan yang memanfaatkan internet:
barang apa pun yang diinginkan, mulai dari berlian,
Dari data di bawah (Koran Tempo, 26 Maret
radar laut, corporate software, com puter server,
2003), Yogyakarta menempati urutan pertama dan
Harley Davidson, hingga senjata M 16 (Warta
Bandung kedua dalam cybercrime jenis carding di
Ekonomi.com, 23 Desember 2002) dengan
Indonesia. Yang melakukan jenis kejahatan itu
menggunakan kartu kredit milik orang lain.
adalah kalangan muda, biasanya mahasiswa. Seorang
Istilahnya adalah carding. Para carder (hacker
mahasiswa universitas swasta di Bandung pernah
hitam) memesan barang-barang melalui internet
memesan 5 buah ponsel Nokia Communicator yang
untuk dikirimkan ke negara mereka berada. Barang
ia jual seharga 5 Juta rupiah, padahal saat itu
yang dipesan dapat digunakan sendiri, dapat pula
harganya berkisar 10 Juta rupiah.
dijual dengan harga yang sangat murah. Misalnya,

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 259


Gambar 2: Kejahatan Umum yang Memanfaatkan Internet
Agar tidak diketahui identitasnya, ia melakukan
carding di warnet sekitar kampus dan saat
mengambil pesanan, agar dimudahkan, ia
bekerjasama dan memberi sejumlah uang kepada
oknum karyawan biro pengiriman paket terkemuka di
Indonesia.
Indonesia tampaknya akan semakin
mengukuhkan diri sebagai negara kampiun penipuan
kartu kredit di internet Dalam berbagai urusan yang
berkonotasi buruk, Indonesia memang seringkali
termasuk di dalamnya, mulai dari pendapatan
perkapita yang rendah, mutu
pendidikan, tingkat korupsi, termasuk cybercrime
jenis carding.
Kejahatan memang tidak dapat diprediksi
kejadiannya, tidak mempedulikan tempat dan
suasana ketika hendak muncul, tidak pula
membanding-bandingkan siapa pelaku dan
korbannya, tidak mengenal kasta ataupun status
sosial pelaku dan korbannya. Saat muncul, ia dapat
menjadi bahan yang menarik untuk dibicarakan, baik
di media massa maupun ruang-ruang seminar.
Apalagi saat kejahatan itu dipadukan dengan
kecanggihan teknologi komunikasi. Tanpa sadar

260 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 3. Bagan Konstruksi Kejahatan dari “Hacking”

1 Menyusup/ menjelajah sistem Membuat


Mempelajari Sistem masuk jaringan komputer mencari akses backdoor
operasi Target sasaran komputer lebih tinggi hilangkan jejak
2 3 4
Pemanfaatan Internet dirusak dan diganti oleh para hacker hitam.
Internet oleh Berikut ini adalah kasus-kasus yang pernah terjadi
pemerintah, dunia usaha dan kegiatan lain
Crime ringan/ CRIME Pelanggaran (Raharjo, 202:35):
(a) Tahun 1997 ketika masalah Timor-Timur
menghangat, situs milik Departemen Luar Ne gri
dan ABRI (TNI, pen) dijebol oleh craker Porto
(Portugis) yang pro-kemerdekaan. Mereka juga
1. Public wrong merusak situs-situs bisnis dan pendidikan.
2. Moral wrong
Serangan dari craker Porto ini mendapat balasan
dari craker Indonesia. Hal ini dilakukan karena,
menurut mereka, craker Porto dinilai keterlaluan,
serangannya membabi-buta, tidak mempedulikan
apakah itu situs milik pemerintah ataupun bukan,
situs
bisnis maupun situs pendidikan.
(b) Tahun 1998, tampilan depan atau frontpage Pusat
Dokumentasi Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu
Proses konstruksi sosial kejahatan Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) diganti
sehubungan dengan pemanfataan internet dengan gambar wanita telanjang.
(c) Tahun 1998, setelah kerusuhan 13–14 Mei,
craker yang diduga berasal dari Cina
menghantam situs milik pemerintah, yaitu
Sumber: Raharjo (2002) BKKBN. Serangan ini merupakan reaksi atas
pemberitaan media mengenai kerusuhan Mei
yang menyebabkan etnis Cina di Indonesia
menjadi korban pembantaian dan pemerkosaan.
di sekeliling kita terdapat kejahatan yang “inno
(d) Juni 1999, homepage POLRI diganti dengan
cent”, seolah tanpa dosa dan begitu halus. Adapun
gambar telanjang, kemudian diganti lagi dengan
konstruksi kejahatan Hacking dapat dilihat pada
gambar yang mirip logo PDI Perjuangan.
gambar 3.
(e) Januari 2000, situs yang diserang, antara lain
Selain cybercrime jenis carding, di Indone sia
Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bank Central Asia dan
juga sering terjadi kasus deface. Tampilan si tus di
Indosatnet.

261
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
(f) September dan Oktober 2000, Fabian Clone (KAHMI). Serangan ini merupakan reaksi atas
berhasil menjebol web milik Bank Bali, ditangkapnya pimpinan dari Pasukan Komando
sebelumnya juga berhasil menjebol web milik Jihad.
Bank Lippo. Kedua bank itu memberikan Bila tidak ditangani dengan baik, ada
layanan Internet Banking, kerugian yang diderita kemungkinan jumlah kasus berikut korban akan
lebih besar dibandingkan kerugian yang diderirta bertambah, baik cybercrime dalam bentuk card ing
BEJ. maupun deface, termasuk cyberporn meskipun tidak
(g) Januari 2001, situs milik PT. Ajinomoto Indo semua publik sepakat bahwa itu adalah suatu
nesia diserang craker. Serangan ini merupakan kejahatan. Namun, dapat dibayangkan bila orang
reaksi atas penggunaan enzim porcine (babi) orang di sekitar kita, misalnya isteri dan anak kita
yang digunakan sebagai katalis dalam proses yang tidak bersalah, tiba-tiba fotonya terpampang di
pembuatan bumbu penyedap rasa. Situs internet dalam keadaan tanpa pakaian dengan teknik
Ajinomoto hhtp://www.mjk.ajinomoto.co.id rekayasa foto melalui komputer.
ketika dibuka yang muncul adalah gambar seekor
babi yang tengah tersenyum dengan tulisan Babi, Urgensi Penyelesaian “Cybercrime” di
open in December 2K, “Ajinomoto You Lied to Indonesia
Us”, “Ajinomoto: Berdasarkan berbagai kasus cybercrime yang
HARAM...HARAM...HARAM”. telah terjadi dan pasti akan bertambah, perlu kiranya
(h) Pada 8 Mei 2001, situs Polri mendapat serangan dilakukan percepatan dalam menuntaskan kasus
dari Kesatuan Aksi Hacker Muslim Indonesia cybercrime. Untuk menghadapi sekian banyak varian
dan modifikasi modus kejahatan di Internet, maka bahwa peningkatan penetrasi Internet di Indone sia
langkah represif dan reaktif yang selama ini akan berbanding lurus dengan meningkatnya angka
dilakukan oleh aparat penegak hukum tidaklah kejahatan Internet secara kuantitatif dan kualitatif.
memadai. Aparat tidak siap menghadapinya. Ujung-ujungnya, hal tersebut justru akan
Maraknya cybercrime menunjukkan menghancurkan kegiatan usaha/bisnis dan industri
ketidakberdayaan pemerintah dalam internet di Indonesia. Seperti pemblokiran yang
menyelesaikannya. Oleh karena itu, pemerintah harus dilakukan komunitas internet internasional terhadap
meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur pengguna internet dengan nomor Internet Provider
penegak hukum mengenai upaya pencegahan, (IP) Indonesia, sehingga kegiatan bisnis di dunia
investigasi, dan penuntutan perkara perkara yang cyber tidak mungkin dilakukan. Itu semua akan
berhubungan dengan cybercrime. Aparat kepolisian menghancurkan kegiatan ekonomi melalui internet.
perlu menanggapi secara serius kejahatan saiber. Tidak kalah pentingnya pula, pemerintah harus
Tentunya, harus dibarengi pula dengan bergegas membuat UU Cyberlaw untuk menuntaskan
serangkaian langkah proaktif dan antisipatif yang kasus cybercrime. Perlu dipahami bahwa kegiatan
dilakukan oleh beragam institusi terkait di Indone sia. bisnis melalui internet telah mengubah tatanan
Misalnya, asosiasi yang membawahi para Internet ekonomi konvesional. Hal itu memunculkan
Service Provider (ISP) dan warnet di In donesia ketidakpastian, karena pihak yang berkomunikasi
harus memikirkan langkah yang akan diambil untuk tidak bertemu secara tatap muka. Untuk memberikan
melindungi para konsumen. kepastian, perlu dilindungi oleh cyberlaw. Meskipun
Selanjutnya, adalah dengan melakukan pengguna internet di Indo nesia kurang dari 5 % total
kampanye dan edukasi tentang ber-internet yang populasi penduduk (data lainnya menyebutkan hanya
aman secara komprehensif dan berkala kepada 1,9 % atau sekitar 4,38 juta), cyberlaw tetap
masyarakat umum. Jika hal tersebut tidak segera diperlukan sebagai pegangan hukum bagi aparat
dilakukan, maka kita harus siap menerima kenyataan dalam menuntaskan cybercrime. Akan lebih buruk
bila tak ada perangkat hukum yang memadai.

262 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005

Daftar Pustaka A. Buku Raharjo, Agus. 2002. Cybercrime Pemahaman dan


Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 Tinggi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Staubhaar, J. & La Rose, R., Media Now, 2000.
merce. Yogyakarta: Andi
Wilhelm, Anthony G, Demokrasi di Era Digital.
Temporal, Paul, K.C. Lee. 2001. Hi-Tech Hi Touch 2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Branding. Jakarta: Salemba Empat.
Ustadiyanto, Riyeke. 2001. Framework e-Com B. Sumber lain:

Mahayana, Dimitri. 1999. Menjemput Masa Depan, Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Republika, 22 Agustus 1999.
Naisbitt, John, Naisbitt, Nana, & Philips, Douglas. komputeraktif, No. 43/18 Desember 2002.
2001. High Tech High Touch. Bandung: Mizan
Pustaka. Cybercrime_files\inline_files\SI10.HTM.
Piliang, Yasraf Amir. 2001. Sebuah Dunia yang Warta Ekonomi.com, 23 Desember 2002.
Menakutkan. Bandung: Mizan Pustaka.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 263
264 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

“Cybercrime”:
Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia

M.E. Fuady

ABSTRACT

It had been long known that technology, as Janus, has two side of coins: the good side, and the bad
side. Everybody knows the benefit of technology development. But there aren’t much who realize the
negative potent of technology. Cybercrime discussed in this article is an example
of how crime was developed sophisticatedly by using technological means. Cybercrime,
simply defined as criminal acts using cyber and Internet, has faced a new challenge for
lawmaker and law enforcement mission. In Indonesia, carding become serious issues to be
combated. Another type of cybercrime frequently occur in Indonesia are hacking and deface.
Although Internet user in Indonesia is estimated no more than 5% of total population (4.38
million persons), everybody must attended cybercrime issues seriously. The loss of
cybercrime reached unspeakable heights and damaged public safety
in communication and information flows.

Kata kunci: “cybercrime”, realitas virtual, dunia tanpa batas

Internet: Teknologi Pencipta berkomunikasi hanya dengan menekan keyboard dan


Dunia “Cyber” mouse di hadapannya. Informasi apa pun yang
dibutuhkan telah tersedia. Karena kemudahan yang
Kehadiran teknologi komunikasi modern seperti ditawarkan itulah banyak individu yang
internet telah membuat pandangan manusia menggunakannya. Dibandingkan radio dan televisi,
mengenai kehidupan berubah. Paradigma penetrasi internet di kalangan masyarakat, termasuk
komunikasi manusia dalam menjalani aktivitas yang paling cepat. Untuk mencapai pengguna
ekonomi, bisnis, interaksi sosial, dan politik, menjadi sebanyak 50 juta orang, internet hanya membutuhkan
berbeda. Sebelumnya, manusia didominasi oleh waktu 5 tahun, sementara radio membutuhkan waktu
aktivitas yang bersifat fisik, face to face. Manusia 38 tahun dan televisi 13 tahun (Temporal & Lee,
dihalangi oleh berbagai keterbatasan. Dengan 2002:7). Saat ini, diperkirakan pengguna internet
internet, ruang, jarak, dan waktu yang membatasi telah mencapai 220 juta orang.
manusia menghilang. Menurut Kenichi Ohmae Dengan menggunakan internet, user
(Mahayana, 1999:97), itulah dunia tanpa batas (the berkesempatan untuk berpetualang, berkelana,
borderless world). berselancar menelusuri cyberspace, sebuah dunia
Internet merupakan jaringan dari jutaan komunikasi berbasis komputer (computer mediated
komputer yang saling terhubungkan. Dengan communication). Realitas yang ditawarkan adalah
internet, setiap orang di seluruh dunia dapat realitas virtual, kehadirannya tidak dapat ditangkap

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 255


atau dipegang tangan, tetapi dikonstruksikan secara memakai komputer sebagai sarana/alat atau
sosial oleh orang-orang yang menggeluti teknologi komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh
komunikasi dan informasi. Realitas cyberspace keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak
adalah kenyataan yang melampaui dan artifisial lain. Secara ringkas, computer crime didefinisikan
(hyperreal). Menurut Piliang (2001), karena sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan
rekayasa sedemikian rupa, kenyataan (real) ditutupi dengan menggunakan teknologi komputer yang
oleh tanda kenyataan (sign of real) sedemikian rupa, canggih. Selanjutnya, disebabkan kejahatan itu
sehingga antara tanda dan relitas, antara model dan dilakukan di ruang cyber melalui internet, muncul
kenyataan, tidak lagi dapat dibedakan. istilah cybercrime.
Cyberspace menawarkan segala hal yang Bagi sebagian besar masyarakat yang terbiasa
diperlukan manusia, termasuk kesenangan, menggunakan media teknologi komunikasi
keuntungan, dan kemudahan tanpa bersusah payah (telekomunikasi), cybercrime bukanlah istilah yang
menggerakkan badan untuk memeroleh sesuatu. asing terdengar. Cybercrime atau kejahatan di ruang
Berbagai informasi gratis dari surat kabar dalam dan maya merupakan sebuah fenomena yang tidak
luar negeri dapat diperoleh tanpa membeli. Menikmati terbantahkan. Tidak terlihat namun nyata. Terdapat
musik tanpa harus membeli kaset. Bagi dosen, berbagai berbagai kasus cybercrime yang kian hari kian
literatur tersaji secara gratis tanpa harus pergi ke meningkat, terutama di negara-negara yang tidak
tempat berada. Inilah “zona mabuk teknologi” yang memiliki kepastian hukum dalam bidang teknologi
dikemukakan Philips dan Naisbitt (2001). komunikasi modern (convergence).
Kehidupan virtual yang disajikan cyberspace Teknologi komunikasi yang memiliki kekuatan
telah memunculkan bentuk aktivitas baru untuk dahsyat dalam merubah perilaku komunikasi
mencapai kepuasan, seperti teleshopping, telecon manusia, selain membawa keuntungan berupa
ference, virtual gallery, virtual museum, e-com kemudahan dalam berkomunikasi, ternyata memiliki
merce, namun juga memunculkan penyimpangan “sisi gelap”. Teknologi membawa kerugian, salah
penyimpangan seperti kejahatan dengan satunya berupa semakin dipermudahkannya
memanfaatkan internet atau cybercrime. “penjahat” dalam melakukan kejahatannya.
Kecanggihan teknologi memungkinkan penjahat
“Cybercrime”: Bentuk Kejahatan di
cyber memangsa korban-korbannya. Meski tidak
Dunia Maya mau disebut sebagai pelaku kriminal, sebagai akibat
Dalam beberapa literatur, cybercrime sering dari perbuatannya, mereka tidak ada bedanya dengan
diidentikkan sebagai computer crime. The U.S. seorang penjahat.
Department of Justice memberikan pengertian com Menurut Raharjo (2002:29), sebagai sebuah
puter crime sebagai:”…any illegal act requiring gejala sosial, kejahatan telah ada sejak awal
knowledge of computer technology for its perpe kehidupan manusia di dunia, namun kemajuan
tration, investigation, or prosecution”. Pengertian teknologi komunikasi membuat kejahatan dalam
lainnya diberikan oleh Organization of European bentuk primitif berubah menjadi sebuah kejahatan
Community Development, yaitu: “any illegal, un yang lebih maju (modern). Kejahatan konvensional
ethical or unauthorized behavior relating to the di dunia nyata muncul dalam dunia maya (virtual)
automatic processing and/or the transmission of dengan wajah kejahatan yang telah diperhalus
data”. Hamzah (1989) mengartikan: “kejahatan di sedemikian rupa. Kehalusan kejahatan virtual atau
bidang komputer secara umum dapat diartikan cybercrime membuat masyarakat luas, khususnya di
sebagai penggunaan komputer secara ilegal”. negara berkembang yang memiliki kesenjangan
Dari beberapa pengertian di atas, Wisnubroto digital seperti Indonesia, tidak merasakannya sebagai
(1999) merumuskan computer crime sebagai sebuah bentuk kejahatan. Padahal, sudah begitu
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan banyak korban (victim) dan

256 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

kerugian moril dan materil akibat cybercrime. yang awam.


Korbannya dapat berupa netizen (penduduk dunia Perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis
virtual/penghuni cyberspace) dan masyarakat luas dan individu tak berdosa, yang tidak memiliki
keahlian bahkan pemahaman akan teknologi tujuan meningkatkan keamanan jaringan internet.
komunikasi, dapat menjadi korban. Tidak perlu jauh- Misalnya, bila ada sebuah perusahaan perbankan
jauh, kita semua masih ingat dengan kasus mengatakan bahwa jaringan sistem komunikasi
mahasiswa dan artis “bugil” yang beredar di internet. mereka sudah sangat canggih dan mustahil
Sedikit sekali di antara mereka yang memahami dibobol, tidak dapat ditembus oleh siapa pun,
teknologi komunikasi, tetapi mereka telah menjadi maka hacker tertantang untuk mencoba dan
korban. Sebut saja artis dengan inisial YS, KD, KF, setelah berhasil mereka memperingatkan betapa
CK, dan masih banyak lagi. Itu salah satu contoh lemahnya sistem informasi perusahaan terrsebut.
kecil korban dari cybercrime. Meski memang ada Oleh karena itu, tidak sedikit dari mereka yang
publik yang tidak menyepakati cyberporn sebagai akhirnya direkrut perusahaan untuk
cybercrime. Tetapi, kita telah melihat adanya korban mengamankan sistem informasi dan komunikasi
akibat perbuatan pelaku cybercrime. Sebagai catatan di dunia maya.
penting, menurut Menteri Negara Komunikasi dan (2) Cracker
Informasi, sekitar 50 persen kalangan muda yang Di dunia cyber, ada pula hacker yang memiki
menggunakan internet lebih suka untuk mengunjungi sisi gelap. Mereka disebut cracker. Para cracker
situs porno (Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002). ini secara ilegal melakukan penyusupan dan
Untuk memahami cybercrime, perlu kiranya perusakan terhadap situs, website, dan sistem
dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan keamanan jaringan internet untuk memperoleh
hacker, cracker dan beberapa lainnya. Karena, kesenangan dan keuntungan. Mereka bangga dan
seperti halnya kehidupan nyata, ada di antara mereka sombong atas keberhasilan mereka merusak situs
yang “hitam” dan “putih”, ada yang berlaku seperti sebuah perusahaan. Serangannya sangat luar
pahlawan dan penjahat. biasa. Kementerian Petahanan Amerika Serikat
di Pentagon mencatat serangan 100 cracker
(1) Hacker
dalam satu hari (Republika, 6 Januari 2000).
Hacker secara harfiah berarti mencincang atau
(3) Carder
membacok. Dalam arti luas adalah mereka yang
Carder adalah orang yang melakukan crack ing,
menyusup melalui komputer ke dalam jaringan
yakni pembobolan terhadap kartu kredit untuk
komputer (Republika, 22 Agustus 1999).
mencuri nomor kartu orang lain dan
Menurut Ustadiyanto (2001:304), ada definisi
menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
yang relevan, yakni hacker adalah orang-or ang
Biasanya yang menjadi korbannya adalah
yang ahli dalam bidangnya. Bila komputer, maka
mereka yang memiliki kartu kredit dalam jumlah
dia pandai menggunakannya. Ia sangat
besar. Menurut hasil riset, pada tahun 2002,
menguasai komputer. Hacker adalah orang orang
Indonesia menempati urutan kedua setelah
yang gemar mempelajari seluk-beluk sistem
Ukraina dalam kejahatan carding.
komputer dan bereksperimen dengannya.
Mereka pandai untuk menyusup ke dalam (4) Deface
jaringan komunikasi suatu institusi di dunia Deface adalah tindakan menyusup ke suatu situs,
maya. Hacker menjunjung tinggi etika atau lalu mengubah tampilan halaman dari situs
norma yang berlaku di dunia maya. Mereka anti dengan tujuan tertentu. Indonesia pernah
penyensoran, anti penipuan, dan diserang para deface yang mengubah situs TNI.
pemaksaan kehendak pada orang lain. Mereka Tampilan gambar Burung Garuda Pancasila
memegang prinsip bahwa meng-hack untuk diganti dengan lambang palu arit. Hompage Polri
diganti tampilannya dengan

257
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
gambar wanita telanjang. kalangan lapisan bawah, pada umumnya mereka
(5) Phreaker adalah kaum terpelajar, setidak-tidaknya mengenyam
Yaitu seseorang yang melakukan crackingpendidikan formal sampai tingkat tertentu dan dapat
menggunakan atau mengoperasikan komputer. Para
terhadap jaringan telepon, sehingga dapat
craker adalah or ang yang berpendidikan, tidak buta
menelepon secara gratis ke daerah manapun
teknologi, secara ekonomis mampu dan tidak
yang dituju (Komputeraktif, No. 43/18 Desember
termasuk dalam masyarakat lapisan bawah.
2002). Di Indonesia, kasus semacam ini pernah
terjadi pada wartel–wartel. Kejahatan ini dapat dikategorikan kepada white
collar crime (kejahatan kerah putih). Jo Ann L.
Para pelaku hacking biasanya bukan dari Miller, mengkategorikan pelakunya menjadi 4
(empat). terhubung dengan internet.
(a) Organizational occupational crime Pelakunya (3) Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian
adalah para eksekutif. Mereka melakukan materil maupun immateril (waktu, nilai, jasa,
perbuatan ilegal atau merugikan orang lain uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan
melalui jaringan internet demi kepentingan atau informasi) yang cenderung lebih besar
keuntungan korporasi. dibandingkan kejahatan konvensional
(b) Government occupational crime Pelakunya (4) Pelakunya adalah orang yang menguasai
adalah pejabat atau birokrat yang melakukan penggunaan internet beserta aplikasinya (5)
perbuatan ilegal melalui internet atas persetujuan Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara
atau perintah negara atau pemerintah, meski transnasional/melintasi batas negara.
dalam banyak kasus, bila terungkap hal itu akan
disangkal. “Cybercrime” di Indonesia
(c) Professional occupational crime Berbagai profesi
yang melakukan kejahatan secara sengaja Di antara negara berkembang, Indonesia
(malpractice). termasuk negara yang lambat mengikuti
perkembangan teknologi komunikasi modern. In
(d) Individual occupational crime
donesia tidak memrioritaskan strategi pengembangan
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para
dan penguasaan teknologi. Yang terjadi kemudian,
pengusaha, pemilik modal atau orang-orang
transfer teknologi dari negara maju tidak serta merta
independen lainnya, walau mungkin tidak tinggi
diikuti dengan penguasaan teknologi oleh negara
tingkat sosial ekonominya. Dalam bidang
berkembang seperti Indo nesia. Bandingkan saja
kerjanya kalangan ini memilih jalan yang
dengan Malaysia yang telah memproduksi secara
menyimpang yang melanggar hukum atau
massal software, per sonal Computer (PC), dan
merugikan orang lain.
ponsel. Sungguh ironis memang, karena menjelang
Karakteristik “Cybercrime” 1980-an Indonesia adalah negara Asia Tenggara
pertama yang memiliki satelit komunikasi. Singapura
Cybercrime memiliki karakter yang khas dan Malay sia yang saat itu masih menyewa satelit
dibandingkan kejahatan konvensional, yaitu Palapa dari Indonesia, kini menjadi negara maju
antara lain (CYBERCRIME_files\ inline_files\ berbasis teknologi komunikasi modern.
SI10.HTM): Meski masih diperdebatkan, dapat dikatakan
(1) Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak Indonesia merupakan negara yang memiliki
atau tidak etis tersebut terjadi di ruang/ wilayah kesenjangan digital yang cukup lebar. Kesenjangan
maya (cyberspace), sehingga tidak dapat digital dapat diartikan sebagai adanya jurang di
dipastikan yurisdiksi hukum negara mana yang antara mereka yang mampu mengakses teknologi
berlaku terhadapnya. komunikasi dan yang tidak mampu (Staubhaar & La
(2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan Rose, 2000:9). Selain masih senjangnya tingkat
menggunakan peralatan apapun yang bisa pendidikan dan ekonomi di Indonesia, kesempatan

258 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 1: Model Pusat-Pinggiran Akses Teleteknologi

SES rendah
Belum pernah mendengar Internet
Belum pernah menggunakan komputer sebelumnya

Tidak terpengaruh
oleh kemajuan
Akses Internet dan Komputer publik
Memiliki komputer tanpa Internet

Akses Pinggiran Menggunakan


Pelayanan “on-line” namun
bukan sebagai sarana (alat)
informasi dan komunikasi yang
utama
Pengguna (kaum Pinggiran) Pusat
SES Tinggi
Informasi
Sumber: Wilhelm (2003:119)
Masyarakat

untuk menggunakan teknologi komunikasi di In Notebook bermerk Sony seharga 20 Juta yang
donesia belum merata. Ketimpangan, ketidakmilikan dipesan melalui carding, dijual seharga 4 Juta ru
informasi dan telekomunikasi dapat dibagi dalam piah. Untuk yang satu ini, ClearCommerce,
beberapa kategori. Yang paling banyak aksesnya, perusahaan keamanan internet yang berbasis di
tentu saja, yang paling dekat dengan pusat informasi Texas, Amerika Serikat, memasukkan Indonesia ke
masyarakat. dalam daftar negara-negara terburuk untuk kejahatan
yang memanfaatkan kecanggihan teknologi
Meskipun terdapat kesenjangan digital, di In
komunikasi. Setidaknya, 20 persen transaksi kartu
donesia marak sekali kejahatan cyber. Kasus yang
kredit internet yang berasal dari Indonesia
paling sering terjadi adalah pembobolan kartu kredit
merupakan penipuan. Berikut ini adalah data
oleh para hacker hitam. Mereka bisa memperoleh
kejahatan yang memanfaatkan internet:
barang apa pun yang diinginkan, mulai dari berlian,
Dari data di bawah (Koran Tempo, 26 Maret
radar laut, corporate software, com puter server,
2003), Yogyakarta menempati urutan pertama dan
Harley Davidson, hingga senjata M 16 (Warta
Bandung kedua dalam cybercrime jenis carding di
Ekonomi.com, 23 Desember 2002) dengan
Indonesia. Yang melakukan jenis kejahatan itu
menggunakan kartu kredit milik orang lain.
adalah kalangan muda, biasanya mahasiswa. Seorang
Istilahnya adalah carding. Para carder (hacker
mahasiswa universitas swasta di Bandung pernah
hitam) memesan barang-barang melalui internet
memesan 5 buah ponsel Nokia Communicator yang
untuk dikirimkan ke negara mereka berada. Barang
ia jual seharga 5 Juta rupiah, padahal saat itu
yang dipesan dapat digunakan sendiri, dapat pula
harganya berkisar 10 Juta rupiah.
dijual dengan harga yang sangat murah. Misalnya,

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 259


Gambar 2: Kejahatan Umum yang Memanfaatkan Internet
Agar tidak diketahui identitasnya, ia melakukan
carding di warnet sekitar kampus dan saat
mengambil pesanan, agar dimudahkan, ia
bekerjasama dan memberi sejumlah uang kepada
oknum karyawan biro pengiriman paket terkemuka di
Indonesia.
Indonesia tampaknya akan semakin
mengukuhkan diri sebagai negara kampiun penipuan
kartu kredit di internet Dalam berbagai urusan yang
berkonotasi buruk, Indonesia memang seringkali
termasuk di dalamnya, mulai dari pendapatan
perkapita yang rendah, mutu
pendidikan, tingkat korupsi, termasuk cybercrime
jenis carding.
Kejahatan memang tidak dapat diprediksi
kejadiannya, tidak mempedulikan tempat dan
suasana ketika hendak muncul, tidak pula
membanding-bandingkan siapa pelaku dan
korbannya, tidak mengenal kasta ataupun status
sosial pelaku dan korbannya. Saat muncul, ia dapat
menjadi bahan yang menarik untuk dibicarakan, baik
di media massa maupun ruang-ruang seminar.
Apalagi saat kejahatan itu dipadukan dengan
kecanggihan teknologi komunikasi. Tanpa sadar

260 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 3. Bagan Konstruksi Kejahatan dari “Hacking”

1 Menyusup/ menjelajah sistem Membuat


Mempelajari Sistem masuk jaringan komputer mencari akses backdoor
operasi Target sasaran komputer lebih tinggi hilangkan jejak
2 3 4
Pemanfaatan Internet dirusak dan diganti oleh para hacker hitam.
Internet oleh Berikut ini adalah kasus-kasus yang pernah terjadi
pemerintah, dunia usaha dan kegiatan lain
Crime ringan/ CRIME Pelanggaran (Raharjo, 202:35):
(a) Tahun 1997 ketika masalah Timor-Timur
menghangat, situs milik Departemen Luar Ne gri
dan ABRI (TNI, pen) dijebol oleh craker Porto
(Portugis) yang pro-kemerdekaan. Mereka juga
1. Public wrong merusak situs-situs bisnis dan pendidikan.
2. Moral wrong
Serangan dari craker Porto ini mendapat balasan
dari craker Indonesia. Hal ini dilakukan karena,
menurut mereka, craker Porto dinilai keterlaluan,
serangannya membabi-buta, tidak mempedulikan
apakah itu situs milik pemerintah ataupun bukan,
situs
bisnis maupun situs pendidikan.
(b) Tahun 1998, tampilan depan atau frontpage Pusat
Dokumentasi Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu
Proses konstruksi sosial kejahatan Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) diganti
sehubungan dengan pemanfataan internet dengan gambar wanita telanjang.
(c) Tahun 1998, setelah kerusuhan 13–14 Mei,
craker yang diduga berasal dari Cina
menghantam situs milik pemerintah, yaitu
Sumber: Raharjo (2002) BKKBN. Serangan ini merupakan reaksi atas
pemberitaan media mengenai kerusuhan Mei
yang menyebabkan etnis Cina di Indonesia
menjadi korban pembantaian dan pemerkosaan.
di sekeliling kita terdapat kejahatan yang “inno
(d) Juni 1999, homepage POLRI diganti dengan
cent”, seolah tanpa dosa dan begitu halus. Adapun
gambar telanjang, kemudian diganti lagi dengan
konstruksi kejahatan Hacking dapat dilihat pada
gambar yang mirip logo PDI Perjuangan.
gambar 3.
(e) Januari 2000, situs yang diserang, antara lain
Selain cybercrime jenis carding, di Indone sia
Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bank Central Asia dan
juga sering terjadi kasus deface. Tampilan si tus di
Indosatnet.

261
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
(f) September dan Oktober 2000, Fabian Clone (KAHMI). Serangan ini merupakan reaksi atas
berhasil menjebol web milik Bank Bali, ditangkapnya pimpinan dari Pasukan Komando
sebelumnya juga berhasil menjebol web milik Jihad.
Bank Lippo. Kedua bank itu memberikan Bila tidak ditangani dengan baik, ada
layanan Internet Banking, kerugian yang diderita kemungkinan jumlah kasus berikut korban akan
lebih besar dibandingkan kerugian yang diderirta bertambah, baik cybercrime dalam bentuk card ing
BEJ. maupun deface, termasuk cyberporn meskipun tidak
(g) Januari 2001, situs milik PT. Ajinomoto Indo semua publik sepakat bahwa itu adalah suatu
nesia diserang craker. Serangan ini merupakan kejahatan. Namun, dapat dibayangkan bila orang
reaksi atas penggunaan enzim porcine (babi) orang di sekitar kita, misalnya isteri dan anak kita
yang digunakan sebagai katalis dalam proses yang tidak bersalah, tiba-tiba fotonya terpampang di
pembuatan bumbu penyedap rasa. Situs internet dalam keadaan tanpa pakaian dengan teknik
Ajinomoto hhtp://www.mjk.ajinomoto.co.id rekayasa foto melalui komputer.
ketika dibuka yang muncul adalah gambar seekor
babi yang tengah tersenyum dengan tulisan Babi, Urgensi Penyelesaian “Cybercrime” di
open in December 2K, “Ajinomoto You Lied to Indonesia
Us”, “Ajinomoto: Berdasarkan berbagai kasus cybercrime yang
HARAM...HARAM...HARAM”. telah terjadi dan pasti akan bertambah, perlu kiranya
(h) Pada 8 Mei 2001, situs Polri mendapat serangan dilakukan percepatan dalam menuntaskan kasus
dari Kesatuan Aksi Hacker Muslim Indonesia cybercrime. Untuk menghadapi sekian banyak varian
dan modifikasi modus kejahatan di Internet, maka bahwa peningkatan penetrasi Internet di Indone sia
langkah represif dan reaktif yang selama ini akan berbanding lurus dengan meningkatnya angka
dilakukan oleh aparat penegak hukum tidaklah kejahatan Internet secara kuantitatif dan kualitatif.
memadai. Aparat tidak siap menghadapinya. Ujung-ujungnya, hal tersebut justru akan
Maraknya cybercrime menunjukkan menghancurkan kegiatan usaha/bisnis dan industri
ketidakberdayaan pemerintah dalam internet di Indonesia. Seperti pemblokiran yang
menyelesaikannya. Oleh karena itu, pemerintah harus dilakukan komunitas internet internasional terhadap
meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur pengguna internet dengan nomor Internet Provider
penegak hukum mengenai upaya pencegahan, (IP) Indonesia, sehingga kegiatan bisnis di dunia
investigasi, dan penuntutan perkara perkara yang cyber tidak mungkin dilakukan. Itu semua akan
berhubungan dengan cybercrime. Aparat kepolisian menghancurkan kegiatan ekonomi melalui internet.
perlu menanggapi secara serius kejahatan saiber. Tidak kalah pentingnya pula, pemerintah harus
Tentunya, harus dibarengi pula dengan bergegas membuat UU Cyberlaw untuk menuntaskan
serangkaian langkah proaktif dan antisipatif yang kasus cybercrime. Perlu dipahami bahwa kegiatan
dilakukan oleh beragam institusi terkait di Indone sia. bisnis melalui internet telah mengubah tatanan
Misalnya, asosiasi yang membawahi para Internet ekonomi konvesional. Hal itu memunculkan
Service Provider (ISP) dan warnet di In donesia ketidakpastian, karena pihak yang berkomunikasi
harus memikirkan langkah yang akan diambil untuk tidak bertemu secara tatap muka. Untuk memberikan
melindungi para konsumen. kepastian, perlu dilindungi oleh cyberlaw. Meskipun
Selanjutnya, adalah dengan melakukan pengguna internet di Indo nesia kurang dari 5 % total
kampanye dan edukasi tentang ber-internet yang populasi penduduk (data lainnya menyebutkan hanya
aman secara komprehensif dan berkala kepada 1,9 % atau sekitar 4,38 juta), cyberlaw tetap
masyarakat umum. Jika hal tersebut tidak segera diperlukan sebagai pegangan hukum bagi aparat
dilakukan, maka kita harus siap menerima kenyataan dalam menuntaskan cybercrime. Akan lebih buruk
bila tak ada perangkat hukum yang memadai.

262 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005

Daftar Pustaka A. Buku Raharjo, Agus. 2002. Cybercrime Pemahaman dan


Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 Tinggi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Staubhaar, J. & La Rose, R., Media Now, 2000.
merce. Yogyakarta: Andi
Wilhelm, Anthony G, Demokrasi di Era Digital.
Temporal, Paul, K.C. Lee. 2001. Hi-Tech Hi Touch 2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Branding. Jakarta: Salemba Empat.
Ustadiyanto, Riyeke. 2001. Framework e-Com B. Sumber lain:

Mahayana, Dimitri. 1999. Menjemput Masa Depan, Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Republika, 22 Agustus 1999.
Naisbitt, John, Naisbitt, Nana, & Philips, Douglas. komputeraktif, No. 43/18 Desember 2002.
2001. High Tech High Touch. Bandung: Mizan
Pustaka. Cybercrime_files\inline_files\SI10.HTM.
Piliang, Yasraf Amir. 2001. Sebuah Dunia yang Warta Ekonomi.com, 23 Desember 2002.
Menakutkan. Bandung: Mizan Pustaka.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 263
264 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

“Cybercrime”:
Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia

M.E. Fuady

ABSTRACT

It had been long known that technology, as Janus, has two side of coins: the good side, and the bad
side. Everybody knows the benefit of technology development. But there aren’t much who realize the
negative potent of technology. Cybercrime discussed in this article is an example
of how crime was developed sophisticatedly by using technological means. Cybercrime,
simply defined as criminal acts using cyber and Internet, has faced a new challenge for
lawmaker and law enforcement mission. In Indonesia, carding become serious issues to be
combated. Another type of cybercrime frequently occur in Indonesia are hacking and deface.
Although Internet user in Indonesia is estimated no more than 5% of total population (4.38
million persons), everybody must attended cybercrime issues seriously. The loss of
cybercrime reached unspeakable heights and damaged public safety
in communication and information flows.

Kata kunci: “cybercrime”, realitas virtual, dunia tanpa batas

Internet: Teknologi Pencipta berkomunikasi hanya dengan menekan keyboard dan


Dunia “Cyber” mouse di hadapannya. Informasi apa pun yang
dibutuhkan telah tersedia. Karena kemudahan yang
Kehadiran teknologi komunikasi modern seperti ditawarkan itulah banyak individu yang
internet telah membuat pandangan manusia menggunakannya. Dibandingkan radio dan televisi,
mengenai kehidupan berubah. Paradigma penetrasi internet di kalangan masyarakat, termasuk
komunikasi manusia dalam menjalani aktivitas yang paling cepat. Untuk mencapai pengguna
ekonomi, bisnis, interaksi sosial, dan politik, menjadi sebanyak 50 juta orang, internet hanya membutuhkan
berbeda. Sebelumnya, manusia didominasi oleh waktu 5 tahun, sementara radio membutuhkan waktu
aktivitas yang bersifat fisik, face to face. Manusia 38 tahun dan televisi 13 tahun (Temporal & Lee,
dihalangi oleh berbagai keterbatasan. Dengan 2002:7). Saat ini, diperkirakan pengguna internet
internet, ruang, jarak, dan waktu yang membatasi telah mencapai 220 juta orang.
manusia menghilang. Menurut Kenichi Ohmae Dengan menggunakan internet, user
(Mahayana, 1999:97), itulah dunia tanpa batas (the berkesempatan untuk berpetualang, berkelana,
borderless world). berselancar menelusuri cyberspace, sebuah dunia
Internet merupakan jaringan dari jutaan komunikasi berbasis komputer (computer mediated
komputer yang saling terhubungkan. Dengan communication). Realitas yang ditawarkan adalah
internet, setiap orang di seluruh dunia dapat realitas virtual, kehadirannya tidak dapat ditangkap

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 255


atau dipegang tangan, tetapi dikonstruksikan secara memakai komputer sebagai sarana/alat atau
sosial oleh orang-orang yang menggeluti teknologi komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh
komunikasi dan informasi. Realitas cyberspace keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak
adalah kenyataan yang melampaui dan artifisial lain. Secara ringkas, computer crime didefinisikan
(hyperreal). Menurut Piliang (2001), karena sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan
rekayasa sedemikian rupa, kenyataan (real) ditutupi dengan menggunakan teknologi komputer yang
oleh tanda kenyataan (sign of real) sedemikian rupa, canggih. Selanjutnya, disebabkan kejahatan itu
sehingga antara tanda dan relitas, antara model dan dilakukan di ruang cyber melalui internet, muncul
kenyataan, tidak lagi dapat dibedakan. istilah cybercrime.
Cyberspace menawarkan segala hal yang Bagi sebagian besar masyarakat yang terbiasa
diperlukan manusia, termasuk kesenangan, menggunakan media teknologi komunikasi
keuntungan, dan kemudahan tanpa bersusah payah (telekomunikasi), cybercrime bukanlah istilah yang
menggerakkan badan untuk memeroleh sesuatu. asing terdengar. Cybercrime atau kejahatan di ruang
Berbagai informasi gratis dari surat kabar dalam dan maya merupakan sebuah fenomena yang tidak
luar negeri dapat diperoleh tanpa membeli. Menikmati terbantahkan. Tidak terlihat namun nyata. Terdapat
musik tanpa harus membeli kaset. Bagi dosen, berbagai berbagai kasus cybercrime yang kian hari kian
literatur tersaji secara gratis tanpa harus pergi ke meningkat, terutama di negara-negara yang tidak
tempat berada. Inilah “zona mabuk teknologi” yang memiliki kepastian hukum dalam bidang teknologi
dikemukakan Philips dan Naisbitt (2001). komunikasi modern (convergence).
Kehidupan virtual yang disajikan cyberspace Teknologi komunikasi yang memiliki kekuatan
telah memunculkan bentuk aktivitas baru untuk dahsyat dalam merubah perilaku komunikasi
mencapai kepuasan, seperti teleshopping, telecon manusia, selain membawa keuntungan berupa
ference, virtual gallery, virtual museum, e-com kemudahan dalam berkomunikasi, ternyata memiliki
merce, namun juga memunculkan penyimpangan “sisi gelap”. Teknologi membawa kerugian, salah
penyimpangan seperti kejahatan dengan satunya berupa semakin dipermudahkannya
memanfaatkan internet atau cybercrime. “penjahat” dalam melakukan kejahatannya.
Kecanggihan teknologi memungkinkan penjahat
“Cybercrime”: Bentuk Kejahatan di
cyber memangsa korban-korbannya. Meski tidak
Dunia Maya mau disebut sebagai pelaku kriminal, sebagai akibat
Dalam beberapa literatur, cybercrime sering dari perbuatannya, mereka tidak ada bedanya dengan
diidentikkan sebagai computer crime. The U.S. seorang penjahat.
Department of Justice memberikan pengertian com Menurut Raharjo (2002:29), sebagai sebuah
puter crime sebagai:”…any illegal act requiring gejala sosial, kejahatan telah ada sejak awal
knowledge of computer technology for its perpe kehidupan manusia di dunia, namun kemajuan
tration, investigation, or prosecution”. Pengertian teknologi komunikasi membuat kejahatan dalam
lainnya diberikan oleh Organization of European bentuk primitif berubah menjadi sebuah kejahatan
Community Development, yaitu: “any illegal, un yang lebih maju (modern). Kejahatan konvensional
ethical or unauthorized behavior relating to the di dunia nyata muncul dalam dunia maya (virtual)
automatic processing and/or the transmission of dengan wajah kejahatan yang telah diperhalus
data”. Hamzah (1989) mengartikan: “kejahatan di sedemikian rupa. Kehalusan kejahatan virtual atau
bidang komputer secara umum dapat diartikan cybercrime membuat masyarakat luas, khususnya di
sebagai penggunaan komputer secara ilegal”. negara berkembang yang memiliki kesenjangan
Dari beberapa pengertian di atas, Wisnubroto digital seperti Indonesia, tidak merasakannya sebagai
(1999) merumuskan computer crime sebagai sebuah bentuk kejahatan. Padahal, sudah begitu
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan banyak korban (victim) dan

256 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

kerugian moril dan materil akibat cybercrime. yang awam.


Korbannya dapat berupa netizen (penduduk dunia Perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis
virtual/penghuni cyberspace) dan masyarakat luas dan individu tak berdosa, yang tidak memiliki
keahlian bahkan pemahaman akan teknologi tujuan meningkatkan keamanan jaringan internet.
komunikasi, dapat menjadi korban. Tidak perlu jauh- Misalnya, bila ada sebuah perusahaan perbankan
jauh, kita semua masih ingat dengan kasus mengatakan bahwa jaringan sistem komunikasi
mahasiswa dan artis “bugil” yang beredar di internet. mereka sudah sangat canggih dan mustahil
Sedikit sekali di antara mereka yang memahami dibobol, tidak dapat ditembus oleh siapa pun,
teknologi komunikasi, tetapi mereka telah menjadi maka hacker tertantang untuk mencoba dan
korban. Sebut saja artis dengan inisial YS, KD, KF, setelah berhasil mereka memperingatkan betapa
CK, dan masih banyak lagi. Itu salah satu contoh lemahnya sistem informasi perusahaan terrsebut.
kecil korban dari cybercrime. Meski memang ada Oleh karena itu, tidak sedikit dari mereka yang
publik yang tidak menyepakati cyberporn sebagai akhirnya direkrut perusahaan untuk
cybercrime. Tetapi, kita telah melihat adanya korban mengamankan sistem informasi dan komunikasi
akibat perbuatan pelaku cybercrime. Sebagai catatan di dunia maya.
penting, menurut Menteri Negara Komunikasi dan (2) Cracker
Informasi, sekitar 50 persen kalangan muda yang Di dunia cyber, ada pula hacker yang memiki
menggunakan internet lebih suka untuk mengunjungi sisi gelap. Mereka disebut cracker. Para cracker
situs porno (Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002). ini secara ilegal melakukan penyusupan dan
Untuk memahami cybercrime, perlu kiranya perusakan terhadap situs, website, dan sistem
dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan keamanan jaringan internet untuk memperoleh
hacker, cracker dan beberapa lainnya. Karena, kesenangan dan keuntungan. Mereka bangga dan
seperti halnya kehidupan nyata, ada di antara mereka sombong atas keberhasilan mereka merusak situs
yang “hitam” dan “putih”, ada yang berlaku seperti sebuah perusahaan. Serangannya sangat luar
pahlawan dan penjahat. biasa. Kementerian Petahanan Amerika Serikat
di Pentagon mencatat serangan 100 cracker
(1) Hacker
dalam satu hari (Republika, 6 Januari 2000).
Hacker secara harfiah berarti mencincang atau
(3) Carder
membacok. Dalam arti luas adalah mereka yang
Carder adalah orang yang melakukan crack ing,
menyusup melalui komputer ke dalam jaringan
yakni pembobolan terhadap kartu kredit untuk
komputer (Republika, 22 Agustus 1999).
mencuri nomor kartu orang lain dan
Menurut Ustadiyanto (2001:304), ada definisi
menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
yang relevan, yakni hacker adalah orang-or ang
Biasanya yang menjadi korbannya adalah
yang ahli dalam bidangnya. Bila komputer, maka
mereka yang memiliki kartu kredit dalam jumlah
dia pandai menggunakannya. Ia sangat
besar. Menurut hasil riset, pada tahun 2002,
menguasai komputer. Hacker adalah orang orang
Indonesia menempati urutan kedua setelah
yang gemar mempelajari seluk-beluk sistem
Ukraina dalam kejahatan carding.
komputer dan bereksperimen dengannya.
Mereka pandai untuk menyusup ke dalam (4) Deface
jaringan komunikasi suatu institusi di dunia Deface adalah tindakan menyusup ke suatu situs,
maya. Hacker menjunjung tinggi etika atau lalu mengubah tampilan halaman dari situs
norma yang berlaku di dunia maya. Mereka anti dengan tujuan tertentu. Indonesia pernah
penyensoran, anti penipuan, dan diserang para deface yang mengubah situs TNI.
pemaksaan kehendak pada orang lain. Mereka Tampilan gambar Burung Garuda Pancasila
memegang prinsip bahwa meng-hack untuk diganti dengan lambang palu arit. Hompage Polri
diganti tampilannya dengan

257
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
gambar wanita telanjang. kalangan lapisan bawah, pada umumnya mereka
(5) Phreaker adalah kaum terpelajar, setidak-tidaknya mengenyam
Yaitu seseorang yang melakukan crackingpendidikan formal sampai tingkat tertentu dan dapat
menggunakan atau mengoperasikan komputer. Para
terhadap jaringan telepon, sehingga dapat
craker adalah or ang yang berpendidikan, tidak buta
menelepon secara gratis ke daerah manapun
teknologi, secara ekonomis mampu dan tidak
yang dituju (Komputeraktif, No. 43/18 Desember
termasuk dalam masyarakat lapisan bawah.
2002). Di Indonesia, kasus semacam ini pernah
terjadi pada wartel–wartel. Kejahatan ini dapat dikategorikan kepada white
collar crime (kejahatan kerah putih). Jo Ann L.
Para pelaku hacking biasanya bukan dari Miller, mengkategorikan pelakunya menjadi 4
(empat). terhubung dengan internet.
(a) Organizational occupational crime Pelakunya (3) Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian
adalah para eksekutif. Mereka melakukan materil maupun immateril (waktu, nilai, jasa,
perbuatan ilegal atau merugikan orang lain uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan
melalui jaringan internet demi kepentingan atau informasi) yang cenderung lebih besar
keuntungan korporasi. dibandingkan kejahatan konvensional
(b) Government occupational crime Pelakunya (4) Pelakunya adalah orang yang menguasai
adalah pejabat atau birokrat yang melakukan penggunaan internet beserta aplikasinya (5)
perbuatan ilegal melalui internet atas persetujuan Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara
atau perintah negara atau pemerintah, meski transnasional/melintasi batas negara.
dalam banyak kasus, bila terungkap hal itu akan
disangkal. “Cybercrime” di Indonesia
(c) Professional occupational crime Berbagai profesi
yang melakukan kejahatan secara sengaja Di antara negara berkembang, Indonesia
(malpractice). termasuk negara yang lambat mengikuti
perkembangan teknologi komunikasi modern. In
(d) Individual occupational crime
donesia tidak memrioritaskan strategi pengembangan
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para
dan penguasaan teknologi. Yang terjadi kemudian,
pengusaha, pemilik modal atau orang-orang
transfer teknologi dari negara maju tidak serta merta
independen lainnya, walau mungkin tidak tinggi
diikuti dengan penguasaan teknologi oleh negara
tingkat sosial ekonominya. Dalam bidang
berkembang seperti Indo nesia. Bandingkan saja
kerjanya kalangan ini memilih jalan yang
dengan Malaysia yang telah memproduksi secara
menyimpang yang melanggar hukum atau
massal software, per sonal Computer (PC), dan
merugikan orang lain.
ponsel. Sungguh ironis memang, karena menjelang
Karakteristik “Cybercrime” 1980-an Indonesia adalah negara Asia Tenggara
pertama yang memiliki satelit komunikasi. Singapura
Cybercrime memiliki karakter yang khas dan Malay sia yang saat itu masih menyewa satelit
dibandingkan kejahatan konvensional, yaitu Palapa dari Indonesia, kini menjadi negara maju
antara lain (CYBERCRIME_files\ inline_files\ berbasis teknologi komunikasi modern.
SI10.HTM): Meski masih diperdebatkan, dapat dikatakan
(1) Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak Indonesia merupakan negara yang memiliki
atau tidak etis tersebut terjadi di ruang/ wilayah kesenjangan digital yang cukup lebar. Kesenjangan
maya (cyberspace), sehingga tidak dapat digital dapat diartikan sebagai adanya jurang di
dipastikan yurisdiksi hukum negara mana yang antara mereka yang mampu mengakses teknologi
berlaku terhadapnya. komunikasi dan yang tidak mampu (Staubhaar & La
(2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan Rose, 2000:9). Selain masih senjangnya tingkat
menggunakan peralatan apapun yang bisa pendidikan dan ekonomi di Indonesia, kesempatan

258 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 1: Model Pusat-Pinggiran Akses Teleteknologi

SES rendah
Belum pernah mendengar Internet
Belum pernah menggunakan komputer sebelumnya

Tidak terpengaruh
oleh kemajuan
Akses Internet dan Komputer publik
Memiliki komputer tanpa Internet

Akses Pinggiran Menggunakan


Pelayanan “on-line” namun
bukan sebagai sarana (alat)
informasi dan komunikasi yang
utama
Pengguna (kaum Pinggiran) Pusat
SES Tinggi
Informasi
Sumber: Wilhelm (2003:119)
Masyarakat

untuk menggunakan teknologi komunikasi di In Notebook bermerk Sony seharga 20 Juta yang
donesia belum merata. Ketimpangan, ketidakmilikan dipesan melalui carding, dijual seharga 4 Juta ru
informasi dan telekomunikasi dapat dibagi dalam piah. Untuk yang satu ini, ClearCommerce,
beberapa kategori. Yang paling banyak aksesnya, perusahaan keamanan internet yang berbasis di
tentu saja, yang paling dekat dengan pusat informasi Texas, Amerika Serikat, memasukkan Indonesia ke
masyarakat. dalam daftar negara-negara terburuk untuk kejahatan
yang memanfaatkan kecanggihan teknologi
Meskipun terdapat kesenjangan digital, di In
komunikasi. Setidaknya, 20 persen transaksi kartu
donesia marak sekali kejahatan cyber. Kasus yang
kredit internet yang berasal dari Indonesia
paling sering terjadi adalah pembobolan kartu kredit
merupakan penipuan. Berikut ini adalah data
oleh para hacker hitam. Mereka bisa memperoleh
kejahatan yang memanfaatkan internet:
barang apa pun yang diinginkan, mulai dari berlian,
Dari data di bawah (Koran Tempo, 26 Maret
radar laut, corporate software, com puter server,
2003), Yogyakarta menempati urutan pertama dan
Harley Davidson, hingga senjata M 16 (Warta
Bandung kedua dalam cybercrime jenis carding di
Ekonomi.com, 23 Desember 2002) dengan
Indonesia. Yang melakukan jenis kejahatan itu
menggunakan kartu kredit milik orang lain.
adalah kalangan muda, biasanya mahasiswa. Seorang
Istilahnya adalah carding. Para carder (hacker
mahasiswa universitas swasta di Bandung pernah
hitam) memesan barang-barang melalui internet
memesan 5 buah ponsel Nokia Communicator yang
untuk dikirimkan ke negara mereka berada. Barang
ia jual seharga 5 Juta rupiah, padahal saat itu
yang dipesan dapat digunakan sendiri, dapat pula
harganya berkisar 10 Juta rupiah.
dijual dengan harga yang sangat murah. Misalnya,

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 259


Gambar 2: Kejahatan Umum yang Memanfaatkan Internet
Agar tidak diketahui identitasnya, ia melakukan
carding di warnet sekitar kampus dan saat
mengambil pesanan, agar dimudahkan, ia
bekerjasama dan memberi sejumlah uang kepada
oknum karyawan biro pengiriman paket terkemuka di
Indonesia.
Indonesia tampaknya akan semakin
mengukuhkan diri sebagai negara kampiun penipuan
kartu kredit di internet Dalam berbagai urusan yang
berkonotasi buruk, Indonesia memang seringkali
termasuk di dalamnya, mulai dari pendapatan
perkapita yang rendah, mutu
pendidikan, tingkat korupsi, termasuk cybercrime
jenis carding.
Kejahatan memang tidak dapat diprediksi
kejadiannya, tidak mempedulikan tempat dan
suasana ketika hendak muncul, tidak pula
membanding-bandingkan siapa pelaku dan
korbannya, tidak mengenal kasta ataupun status
sosial pelaku dan korbannya. Saat muncul, ia dapat
menjadi bahan yang menarik untuk dibicarakan, baik
di media massa maupun ruang-ruang seminar.
Apalagi saat kejahatan itu dipadukan dengan
kecanggihan teknologi komunikasi. Tanpa sadar

260 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 3. Bagan Konstruksi Kejahatan dari “Hacking”

1 Menyusup/ menjelajah sistem Membuat


Mempelajari Sistem masuk jaringan komputer mencari akses backdoor
operasi Target sasaran komputer lebih tinggi hilangkan jejak
2 3 4
Pemanfaatan Internet dirusak dan diganti oleh para hacker hitam.
Internet oleh Berikut ini adalah kasus-kasus yang pernah terjadi
pemerintah, dunia usaha dan kegiatan lain
Crime ringan/ CRIME Pelanggaran (Raharjo, 202:35):
(a) Tahun 1997 ketika masalah Timor-Timur
menghangat, situs milik Departemen Luar Ne gri
dan ABRI (TNI, pen) dijebol oleh craker Porto
(Portugis) yang pro-kemerdekaan. Mereka juga
1. Public wrong merusak situs-situs bisnis dan pendidikan.
2. Moral wrong
Serangan dari craker Porto ini mendapat balasan
dari craker Indonesia. Hal ini dilakukan karena,
menurut mereka, craker Porto dinilai keterlaluan,
serangannya membabi-buta, tidak mempedulikan
apakah itu situs milik pemerintah ataupun bukan,
situs
bisnis maupun situs pendidikan.
(b) Tahun 1998, tampilan depan atau frontpage Pusat
Dokumentasi Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu
Proses konstruksi sosial kejahatan Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) diganti
sehubungan dengan pemanfataan internet dengan gambar wanita telanjang.
(c) Tahun 1998, setelah kerusuhan 13–14 Mei,
craker yang diduga berasal dari Cina
menghantam situs milik pemerintah, yaitu
Sumber: Raharjo (2002) BKKBN. Serangan ini merupakan reaksi atas
pemberitaan media mengenai kerusuhan Mei
yang menyebabkan etnis Cina di Indonesia
menjadi korban pembantaian dan pemerkosaan.
di sekeliling kita terdapat kejahatan yang “inno
(d) Juni 1999, homepage POLRI diganti dengan
cent”, seolah tanpa dosa dan begitu halus. Adapun
gambar telanjang, kemudian diganti lagi dengan
konstruksi kejahatan Hacking dapat dilihat pada
gambar yang mirip logo PDI Perjuangan.
gambar 3.
(e) Januari 2000, situs yang diserang, antara lain
Selain cybercrime jenis carding, di Indone sia
Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bank Central Asia dan
juga sering terjadi kasus deface. Tampilan si tus di
Indosatnet.

261
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
(f) September dan Oktober 2000, Fabian Clone (KAHMI). Serangan ini merupakan reaksi atas
berhasil menjebol web milik Bank Bali, ditangkapnya pimpinan dari Pasukan Komando
sebelumnya juga berhasil menjebol web milik Jihad.
Bank Lippo. Kedua bank itu memberikan Bila tidak ditangani dengan baik, ada
layanan Internet Banking, kerugian yang diderita kemungkinan jumlah kasus berikut korban akan
lebih besar dibandingkan kerugian yang diderirta bertambah, baik cybercrime dalam bentuk card ing
BEJ. maupun deface, termasuk cyberporn meskipun tidak
(g) Januari 2001, situs milik PT. Ajinomoto Indo semua publik sepakat bahwa itu adalah suatu
nesia diserang craker. Serangan ini merupakan kejahatan. Namun, dapat dibayangkan bila orang
reaksi atas penggunaan enzim porcine (babi) orang di sekitar kita, misalnya isteri dan anak kita
yang digunakan sebagai katalis dalam proses yang tidak bersalah, tiba-tiba fotonya terpampang di
pembuatan bumbu penyedap rasa. Situs internet dalam keadaan tanpa pakaian dengan teknik
Ajinomoto hhtp://www.mjk.ajinomoto.co.id rekayasa foto melalui komputer.
ketika dibuka yang muncul adalah gambar seekor
babi yang tengah tersenyum dengan tulisan Babi, Urgensi Penyelesaian “Cybercrime” di
open in December 2K, “Ajinomoto You Lied to Indonesia
Us”, “Ajinomoto: Berdasarkan berbagai kasus cybercrime yang
HARAM...HARAM...HARAM”. telah terjadi dan pasti akan bertambah, perlu kiranya
(h) Pada 8 Mei 2001, situs Polri mendapat serangan dilakukan percepatan dalam menuntaskan kasus
dari Kesatuan Aksi Hacker Muslim Indonesia cybercrime. Untuk menghadapi sekian banyak varian
dan modifikasi modus kejahatan di Internet, maka bahwa peningkatan penetrasi Internet di Indone sia
langkah represif dan reaktif yang selama ini akan berbanding lurus dengan meningkatnya angka
dilakukan oleh aparat penegak hukum tidaklah kejahatan Internet secara kuantitatif dan kualitatif.
memadai. Aparat tidak siap menghadapinya. Ujung-ujungnya, hal tersebut justru akan
Maraknya cybercrime menunjukkan menghancurkan kegiatan usaha/bisnis dan industri
ketidakberdayaan pemerintah dalam internet di Indonesia. Seperti pemblokiran yang
menyelesaikannya. Oleh karena itu, pemerintah harus dilakukan komunitas internet internasional terhadap
meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur pengguna internet dengan nomor Internet Provider
penegak hukum mengenai upaya pencegahan, (IP) Indonesia, sehingga kegiatan bisnis di dunia
investigasi, dan penuntutan perkara perkara yang cyber tidak mungkin dilakukan. Itu semua akan
berhubungan dengan cybercrime. Aparat kepolisian menghancurkan kegiatan ekonomi melalui internet.
perlu menanggapi secara serius kejahatan saiber. Tidak kalah pentingnya pula, pemerintah harus
Tentunya, harus dibarengi pula dengan bergegas membuat UU Cyberlaw untuk menuntaskan
serangkaian langkah proaktif dan antisipatif yang kasus cybercrime. Perlu dipahami bahwa kegiatan
dilakukan oleh beragam institusi terkait di Indone sia. bisnis melalui internet telah mengubah tatanan
Misalnya, asosiasi yang membawahi para Internet ekonomi konvesional. Hal itu memunculkan
Service Provider (ISP) dan warnet di In donesia ketidakpastian, karena pihak yang berkomunikasi
harus memikirkan langkah yang akan diambil untuk tidak bertemu secara tatap muka. Untuk memberikan
melindungi para konsumen. kepastian, perlu dilindungi oleh cyberlaw. Meskipun
Selanjutnya, adalah dengan melakukan pengguna internet di Indo nesia kurang dari 5 % total
kampanye dan edukasi tentang ber-internet yang populasi penduduk (data lainnya menyebutkan hanya
aman secara komprehensif dan berkala kepada 1,9 % atau sekitar 4,38 juta), cyberlaw tetap
masyarakat umum. Jika hal tersebut tidak segera diperlukan sebagai pegangan hukum bagi aparat
dilakukan, maka kita harus siap menerima kenyataan dalam menuntaskan cybercrime. Akan lebih buruk
bila tak ada perangkat hukum yang memadai.

262 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005

Daftar Pustaka A. Buku Raharjo, Agus. 2002. Cybercrime Pemahaman dan


Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 Tinggi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Staubhaar, J. & La Rose, R., Media Now, 2000.
merce. Yogyakarta: Andi
Wilhelm, Anthony G, Demokrasi di Era Digital.
Temporal, Paul, K.C. Lee. 2001. Hi-Tech Hi Touch 2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Branding. Jakarta: Salemba Empat.
Ustadiyanto, Riyeke. 2001. Framework e-Com B. Sumber lain:

Mahayana, Dimitri. 1999. Menjemput Masa Depan, Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Republika, 22 Agustus 1999.
Naisbitt, John, Naisbitt, Nana, & Philips, Douglas. komputeraktif, No. 43/18 Desember 2002.
2001. High Tech High Touch. Bandung: Mizan
Pustaka. Cybercrime_files\inline_files\SI10.HTM.
Piliang, Yasraf Amir. 2001. Sebuah Dunia yang Warta Ekonomi.com, 23 Desember 2002.
Menakutkan. Bandung: Mizan Pustaka.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 263
264 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

“Cybercrime”:
Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia

M.E. Fuady

ABSTRACT

It had been long known that technology, as Janus, has two side of coins: the good side, and the bad
side. Everybody knows the benefit of technology development. But there aren’t much who realize the
negative potent of technology. Cybercrime discussed in this article is an example
of how crime was developed sophisticatedly by using technological means. Cybercrime,
simply defined as criminal acts using cyber and Internet, has faced a new challenge for
lawmaker and law enforcement mission. In Indonesia, carding become serious issues to be
combated. Another type of cybercrime frequently occur in Indonesia are hacking and deface.
Although Internet user in Indonesia is estimated no more than 5% of total population (4.38
million persons), everybody must attended cybercrime issues seriously. The loss of
cybercrime reached unspeakable heights and damaged public safety
in communication and information flows.

Kata kunci: “cybercrime”, realitas virtual, dunia tanpa batas

Internet: Teknologi Pencipta berkomunikasi hanya dengan menekan keyboard dan


Dunia “Cyber” mouse di hadapannya. Informasi apa pun yang
dibutuhkan telah tersedia. Karena kemudahan yang
Kehadiran teknologi komunikasi modern seperti ditawarkan itulah banyak individu yang
internet telah membuat pandangan manusia menggunakannya. Dibandingkan radio dan televisi,
mengenai kehidupan berubah. Paradigma penetrasi internet di kalangan masyarakat, termasuk
komunikasi manusia dalam menjalani aktivitas yang paling cepat. Untuk mencapai pengguna
ekonomi, bisnis, interaksi sosial, dan politik, menjadi sebanyak 50 juta orang, internet hanya membutuhkan
berbeda. Sebelumnya, manusia didominasi oleh waktu 5 tahun, sementara radio membutuhkan waktu
aktivitas yang bersifat fisik, face to face. Manusia 38 tahun dan televisi 13 tahun (Temporal & Lee,
dihalangi oleh berbagai keterbatasan. Dengan 2002:7). Saat ini, diperkirakan pengguna internet
internet, ruang, jarak, dan waktu yang membatasi telah mencapai 220 juta orang.
manusia menghilang. Menurut Kenichi Ohmae Dengan menggunakan internet, user
(Mahayana, 1999:97), itulah dunia tanpa batas (the berkesempatan untuk berpetualang, berkelana,
borderless world). berselancar menelusuri cyberspace, sebuah dunia
Internet merupakan jaringan dari jutaan komunikasi berbasis komputer (computer mediated
komputer yang saling terhubungkan. Dengan communication). Realitas yang ditawarkan adalah
internet, setiap orang di seluruh dunia dapat realitas virtual, kehadirannya tidak dapat ditangkap

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 255


atau dipegang tangan, tetapi dikonstruksikan secara memakai komputer sebagai sarana/alat atau
sosial oleh orang-orang yang menggeluti teknologi komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh
komunikasi dan informasi. Realitas cyberspace keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak
adalah kenyataan yang melampaui dan artifisial lain. Secara ringkas, computer crime didefinisikan
(hyperreal). Menurut Piliang (2001), karena sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan
rekayasa sedemikian rupa, kenyataan (real) ditutupi dengan menggunakan teknologi komputer yang
oleh tanda kenyataan (sign of real) sedemikian rupa, canggih. Selanjutnya, disebabkan kejahatan itu
sehingga antara tanda dan relitas, antara model dan dilakukan di ruang cyber melalui internet, muncul
kenyataan, tidak lagi dapat dibedakan. istilah cybercrime.
Cyberspace menawarkan segala hal yang Bagi sebagian besar masyarakat yang terbiasa
diperlukan manusia, termasuk kesenangan, menggunakan media teknologi komunikasi
keuntungan, dan kemudahan tanpa bersusah payah (telekomunikasi), cybercrime bukanlah istilah yang
menggerakkan badan untuk memeroleh sesuatu. asing terdengar. Cybercrime atau kejahatan di ruang
Berbagai informasi gratis dari surat kabar dalam dan maya merupakan sebuah fenomena yang tidak
luar negeri dapat diperoleh tanpa membeli. Menikmati terbantahkan. Tidak terlihat namun nyata. Terdapat
musik tanpa harus membeli kaset. Bagi dosen, berbagai berbagai kasus cybercrime yang kian hari kian
literatur tersaji secara gratis tanpa harus pergi ke meningkat, terutama di negara-negara yang tidak
tempat berada. Inilah “zona mabuk teknologi” yang memiliki kepastian hukum dalam bidang teknologi
dikemukakan Philips dan Naisbitt (2001). komunikasi modern (convergence).
Kehidupan virtual yang disajikan cyberspace Teknologi komunikasi yang memiliki kekuatan
telah memunculkan bentuk aktivitas baru untuk dahsyat dalam merubah perilaku komunikasi
mencapai kepuasan, seperti teleshopping, telecon manusia, selain membawa keuntungan berupa
ference, virtual gallery, virtual museum, e-com kemudahan dalam berkomunikasi, ternyata memiliki
merce, namun juga memunculkan penyimpangan “sisi gelap”. Teknologi membawa kerugian, salah
penyimpangan seperti kejahatan dengan satunya berupa semakin dipermudahkannya
memanfaatkan internet atau cybercrime. “penjahat” dalam melakukan kejahatannya.
Kecanggihan teknologi memungkinkan penjahat
“Cybercrime”: Bentuk Kejahatan di
cyber memangsa korban-korbannya. Meski tidak
Dunia Maya mau disebut sebagai pelaku kriminal, sebagai akibat
Dalam beberapa literatur, cybercrime sering dari perbuatannya, mereka tidak ada bedanya dengan
diidentikkan sebagai computer crime. The U.S. seorang penjahat.
Department of Justice memberikan pengertian com Menurut Raharjo (2002:29), sebagai sebuah
puter crime sebagai:”…any illegal act requiring gejala sosial, kejahatan telah ada sejak awal
knowledge of computer technology for its perpe kehidupan manusia di dunia, namun kemajuan
tration, investigation, or prosecution”. Pengertian teknologi komunikasi membuat kejahatan dalam
lainnya diberikan oleh Organization of European bentuk primitif berubah menjadi sebuah kejahatan
Community Development, yaitu: “any illegal, un yang lebih maju (modern). Kejahatan konvensional
ethical or unauthorized behavior relating to the di dunia nyata muncul dalam dunia maya (virtual)
automatic processing and/or the transmission of dengan wajah kejahatan yang telah diperhalus
data”. Hamzah (1989) mengartikan: “kejahatan di sedemikian rupa. Kehalusan kejahatan virtual atau
bidang komputer secara umum dapat diartikan cybercrime membuat masyarakat luas, khususnya di
sebagai penggunaan komputer secara ilegal”. negara berkembang yang memiliki kesenjangan
Dari beberapa pengertian di atas, Wisnubroto digital seperti Indonesia, tidak merasakannya sebagai
(1999) merumuskan computer crime sebagai sebuah bentuk kejahatan. Padahal, sudah begitu
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan banyak korban (victim) dan

256 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

kerugian moril dan materil akibat cybercrime. yang awam.


Korbannya dapat berupa netizen (penduduk dunia Perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis
virtual/penghuni cyberspace) dan masyarakat luas dan individu tak berdosa, yang tidak memiliki
keahlian bahkan pemahaman akan teknologi tujuan meningkatkan keamanan jaringan internet.
komunikasi, dapat menjadi korban. Tidak perlu jauh- Misalnya, bila ada sebuah perusahaan perbankan
jauh, kita semua masih ingat dengan kasus mengatakan bahwa jaringan sistem komunikasi
mahasiswa dan artis “bugil” yang beredar di internet. mereka sudah sangat canggih dan mustahil
Sedikit sekali di antara mereka yang memahami dibobol, tidak dapat ditembus oleh siapa pun,
teknologi komunikasi, tetapi mereka telah menjadi maka hacker tertantang untuk mencoba dan
korban. Sebut saja artis dengan inisial YS, KD, KF, setelah berhasil mereka memperingatkan betapa
CK, dan masih banyak lagi. Itu salah satu contoh lemahnya sistem informasi perusahaan terrsebut.
kecil korban dari cybercrime. Meski memang ada Oleh karena itu, tidak sedikit dari mereka yang
publik yang tidak menyepakati cyberporn sebagai akhirnya direkrut perusahaan untuk
cybercrime. Tetapi, kita telah melihat adanya korban mengamankan sistem informasi dan komunikasi
akibat perbuatan pelaku cybercrime. Sebagai catatan di dunia maya.
penting, menurut Menteri Negara Komunikasi dan (2) Cracker
Informasi, sekitar 50 persen kalangan muda yang Di dunia cyber, ada pula hacker yang memiki
menggunakan internet lebih suka untuk mengunjungi sisi gelap. Mereka disebut cracker. Para cracker
situs porno (Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002). ini secara ilegal melakukan penyusupan dan
Untuk memahami cybercrime, perlu kiranya perusakan terhadap situs, website, dan sistem
dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan keamanan jaringan internet untuk memperoleh
hacker, cracker dan beberapa lainnya. Karena, kesenangan dan keuntungan. Mereka bangga dan
seperti halnya kehidupan nyata, ada di antara mereka sombong atas keberhasilan mereka merusak situs
yang “hitam” dan “putih”, ada yang berlaku seperti sebuah perusahaan. Serangannya sangat luar
pahlawan dan penjahat. biasa. Kementerian Petahanan Amerika Serikat
di Pentagon mencatat serangan 100 cracker
(1) Hacker
dalam satu hari (Republika, 6 Januari 2000).
Hacker secara harfiah berarti mencincang atau
(3) Carder
membacok. Dalam arti luas adalah mereka yang
Carder adalah orang yang melakukan crack ing,
menyusup melalui komputer ke dalam jaringan
yakni pembobolan terhadap kartu kredit untuk
komputer (Republika, 22 Agustus 1999).
mencuri nomor kartu orang lain dan
Menurut Ustadiyanto (2001:304), ada definisi
menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
yang relevan, yakni hacker adalah orang-or ang
Biasanya yang menjadi korbannya adalah
yang ahli dalam bidangnya. Bila komputer, maka
mereka yang memiliki kartu kredit dalam jumlah
dia pandai menggunakannya. Ia sangat
besar. Menurut hasil riset, pada tahun 2002,
menguasai komputer. Hacker adalah orang orang
Indonesia menempati urutan kedua setelah
yang gemar mempelajari seluk-beluk sistem
Ukraina dalam kejahatan carding.
komputer dan bereksperimen dengannya.
Mereka pandai untuk menyusup ke dalam (4) Deface
jaringan komunikasi suatu institusi di dunia Deface adalah tindakan menyusup ke suatu situs,
maya. Hacker menjunjung tinggi etika atau lalu mengubah tampilan halaman dari situs
norma yang berlaku di dunia maya. Mereka anti dengan tujuan tertentu. Indonesia pernah
penyensoran, anti penipuan, dan diserang para deface yang mengubah situs TNI.
pemaksaan kehendak pada orang lain. Mereka Tampilan gambar Burung Garuda Pancasila
memegang prinsip bahwa meng-hack untuk diganti dengan lambang palu arit. Hompage Polri
diganti tampilannya dengan

257
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
gambar wanita telanjang. kalangan lapisan bawah, pada umumnya mereka
(5) Phreaker adalah kaum terpelajar, setidak-tidaknya mengenyam
Yaitu seseorang yang melakukan crackingpendidikan formal sampai tingkat tertentu dan dapat
menggunakan atau mengoperasikan komputer. Para
terhadap jaringan telepon, sehingga dapat
craker adalah or ang yang berpendidikan, tidak buta
menelepon secara gratis ke daerah manapun
teknologi, secara ekonomis mampu dan tidak
yang dituju (Komputeraktif, No. 43/18 Desember
termasuk dalam masyarakat lapisan bawah.
2002). Di Indonesia, kasus semacam ini pernah
terjadi pada wartel–wartel. Kejahatan ini dapat dikategorikan kepada white
collar crime (kejahatan kerah putih). Jo Ann L.
Para pelaku hacking biasanya bukan dari Miller, mengkategorikan pelakunya menjadi 4
(empat). terhubung dengan internet.
(a) Organizational occupational crime Pelakunya (3) Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian
adalah para eksekutif. Mereka melakukan materil maupun immateril (waktu, nilai, jasa,
perbuatan ilegal atau merugikan orang lain uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan
melalui jaringan internet demi kepentingan atau informasi) yang cenderung lebih besar
keuntungan korporasi. dibandingkan kejahatan konvensional
(b) Government occupational crime Pelakunya (4) Pelakunya adalah orang yang menguasai
adalah pejabat atau birokrat yang melakukan penggunaan internet beserta aplikasinya (5)
perbuatan ilegal melalui internet atas persetujuan Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara
atau perintah negara atau pemerintah, meski transnasional/melintasi batas negara.
dalam banyak kasus, bila terungkap hal itu akan
disangkal. “Cybercrime” di Indonesia
(c) Professional occupational crime Berbagai profesi
yang melakukan kejahatan secara sengaja Di antara negara berkembang, Indonesia
(malpractice). termasuk negara yang lambat mengikuti
perkembangan teknologi komunikasi modern. In
(d) Individual occupational crime
donesia tidak memrioritaskan strategi pengembangan
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para
dan penguasaan teknologi. Yang terjadi kemudian,
pengusaha, pemilik modal atau orang-orang
transfer teknologi dari negara maju tidak serta merta
independen lainnya, walau mungkin tidak tinggi
diikuti dengan penguasaan teknologi oleh negara
tingkat sosial ekonominya. Dalam bidang
berkembang seperti Indo nesia. Bandingkan saja
kerjanya kalangan ini memilih jalan yang
dengan Malaysia yang telah memproduksi secara
menyimpang yang melanggar hukum atau
massal software, per sonal Computer (PC), dan
merugikan orang lain.
ponsel. Sungguh ironis memang, karena menjelang
Karakteristik “Cybercrime” 1980-an Indonesia adalah negara Asia Tenggara
pertama yang memiliki satelit komunikasi. Singapura
Cybercrime memiliki karakter yang khas dan Malay sia yang saat itu masih menyewa satelit
dibandingkan kejahatan konvensional, yaitu Palapa dari Indonesia, kini menjadi negara maju
antara lain (CYBERCRIME_files\ inline_files\ berbasis teknologi komunikasi modern.
SI10.HTM): Meski masih diperdebatkan, dapat dikatakan
(1) Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak Indonesia merupakan negara yang memiliki
atau tidak etis tersebut terjadi di ruang/ wilayah kesenjangan digital yang cukup lebar. Kesenjangan
maya (cyberspace), sehingga tidak dapat digital dapat diartikan sebagai adanya jurang di
dipastikan yurisdiksi hukum negara mana yang antara mereka yang mampu mengakses teknologi
berlaku terhadapnya. komunikasi dan yang tidak mampu (Staubhaar & La
(2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan Rose, 2000:9). Selain masih senjangnya tingkat
menggunakan peralatan apapun yang bisa pendidikan dan ekonomi di Indonesia, kesempatan

258 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 1: Model Pusat-Pinggiran Akses Teleteknologi

SES rendah
Belum pernah mendengar Internet
Belum pernah menggunakan komputer sebelumnya

Tidak terpengaruh
oleh kemajuan
Akses Internet dan Komputer publik
Memiliki komputer tanpa Internet

Akses Pinggiran Menggunakan


Pelayanan “on-line” namun
bukan sebagai sarana (alat)
informasi dan komunikasi yang
utama
Pengguna (kaum Pinggiran) Pusat
SES Tinggi
Informasi
Sumber: Wilhelm (2003:119)
Masyarakat

untuk menggunakan teknologi komunikasi di In Notebook bermerk Sony seharga 20 Juta yang
donesia belum merata. Ketimpangan, ketidakmilikan dipesan melalui carding, dijual seharga 4 Juta ru
informasi dan telekomunikasi dapat dibagi dalam piah. Untuk yang satu ini, ClearCommerce,
beberapa kategori. Yang paling banyak aksesnya, perusahaan keamanan internet yang berbasis di
tentu saja, yang paling dekat dengan pusat informasi Texas, Amerika Serikat, memasukkan Indonesia ke
masyarakat. dalam daftar negara-negara terburuk untuk kejahatan
yang memanfaatkan kecanggihan teknologi
Meskipun terdapat kesenjangan digital, di In
komunikasi. Setidaknya, 20 persen transaksi kartu
donesia marak sekali kejahatan cyber. Kasus yang
kredit internet yang berasal dari Indonesia
paling sering terjadi adalah pembobolan kartu kredit
merupakan penipuan. Berikut ini adalah data
oleh para hacker hitam. Mereka bisa memperoleh
kejahatan yang memanfaatkan internet:
barang apa pun yang diinginkan, mulai dari berlian,
Dari data di bawah (Koran Tempo, 26 Maret
radar laut, corporate software, com puter server,
2003), Yogyakarta menempati urutan pertama dan
Harley Davidson, hingga senjata M 16 (Warta
Bandung kedua dalam cybercrime jenis carding di
Ekonomi.com, 23 Desember 2002) dengan
Indonesia. Yang melakukan jenis kejahatan itu
menggunakan kartu kredit milik orang lain.
adalah kalangan muda, biasanya mahasiswa. Seorang
Istilahnya adalah carding. Para carder (hacker
mahasiswa universitas swasta di Bandung pernah
hitam) memesan barang-barang melalui internet
memesan 5 buah ponsel Nokia Communicator yang
untuk dikirimkan ke negara mereka berada. Barang
ia jual seharga 5 Juta rupiah, padahal saat itu
yang dipesan dapat digunakan sendiri, dapat pula
harganya berkisar 10 Juta rupiah.
dijual dengan harga yang sangat murah. Misalnya,

M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 259


Gambar 2: Kejahatan Umum yang Memanfaatkan Internet
Agar tidak diketahui identitasnya, ia melakukan
carding di warnet sekitar kampus dan saat
mengambil pesanan, agar dimudahkan, ia
bekerjasama dan memberi sejumlah uang kepada
oknum karyawan biro pengiriman paket terkemuka di
Indonesia.
Indonesia tampaknya akan semakin
mengukuhkan diri sebagai negara kampiun penipuan
kartu kredit di internet Dalam berbagai urusan yang
berkonotasi buruk, Indonesia memang seringkali
termasuk di dalamnya, mulai dari pendapatan
perkapita yang rendah, mutu
pendidikan, tingkat korupsi, termasuk cybercrime
jenis carding.
Kejahatan memang tidak dapat diprediksi
kejadiannya, tidak mempedulikan tempat dan
suasana ketika hendak muncul, tidak pula
membanding-bandingkan siapa pelaku dan
korbannya, tidak mengenal kasta ataupun status
sosial pelaku dan korbannya. Saat muncul, ia dapat
menjadi bahan yang menarik untuk dibicarakan, baik
di media massa maupun ruang-ruang seminar.
Apalagi saat kejahatan itu dipadukan dengan
kecanggihan teknologi komunikasi. Tanpa sadar

260 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Gambar 3. Bagan Konstruksi Kejahatan dari “Hacking”

1 Menyusup/ menjelajah sistem Membuat


Mempelajari Sistem masuk jaringan komputer mencari akses backdoor
operasi Target sasaran komputer lebih tinggi hilangkan jejak
2 3 4
Pemanfaatan Internet dirusak dan diganti oleh para hacker hitam.
Internet oleh Berikut ini adalah kasus-kasus yang pernah terjadi
pemerintah, dunia usaha dan kegiatan lain
Crime ringan/ CRIME Pelanggaran (Raharjo, 202:35):
(a) Tahun 1997 ketika masalah Timor-Timur
menghangat, situs milik Departemen Luar Ne gri
dan ABRI (TNI, pen) dijebol oleh craker Porto
(Portugis) yang pro-kemerdekaan. Mereka juga
1. Public wrong merusak situs-situs bisnis dan pendidikan.
2. Moral wrong
Serangan dari craker Porto ini mendapat balasan
dari craker Indonesia. Hal ini dilakukan karena,
menurut mereka, craker Porto dinilai keterlaluan,
serangannya membabi-buta, tidak mempedulikan
apakah itu situs milik pemerintah ataupun bukan,
situs
bisnis maupun situs pendidikan.
(b) Tahun 1998, tampilan depan atau frontpage Pusat
Dokumentasi Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu
Proses konstruksi sosial kejahatan Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) diganti
sehubungan dengan pemanfataan internet dengan gambar wanita telanjang.
(c) Tahun 1998, setelah kerusuhan 13–14 Mei,
craker yang diduga berasal dari Cina
menghantam situs milik pemerintah, yaitu
Sumber: Raharjo (2002) BKKBN. Serangan ini merupakan reaksi atas
pemberitaan media mengenai kerusuhan Mei
yang menyebabkan etnis Cina di Indonesia
menjadi korban pembantaian dan pemerkosaan.
di sekeliling kita terdapat kejahatan yang “inno
(d) Juni 1999, homepage POLRI diganti dengan
cent”, seolah tanpa dosa dan begitu halus. Adapun
gambar telanjang, kemudian diganti lagi dengan
konstruksi kejahatan Hacking dapat dilihat pada
gambar yang mirip logo PDI Perjuangan.
gambar 3.
(e) Januari 2000, situs yang diserang, antara lain
Selain cybercrime jenis carding, di Indone sia
Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bank Central Asia dan
juga sering terjadi kasus deface. Tampilan si tus di
Indosatnet.

261
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia
(f) September dan Oktober 2000, Fabian Clone (KAHMI). Serangan ini merupakan reaksi atas
berhasil menjebol web milik Bank Bali, ditangkapnya pimpinan dari Pasukan Komando
sebelumnya juga berhasil menjebol web milik Jihad.
Bank Lippo. Kedua bank itu memberikan Bila tidak ditangani dengan baik, ada
layanan Internet Banking, kerugian yang diderita kemungkinan jumlah kasus berikut korban akan
lebih besar dibandingkan kerugian yang diderirta bertambah, baik cybercrime dalam bentuk card ing
BEJ. maupun deface, termasuk cyberporn meskipun tidak
(g) Januari 2001, situs milik PT. Ajinomoto Indo semua publik sepakat bahwa itu adalah suatu
nesia diserang craker. Serangan ini merupakan kejahatan. Namun, dapat dibayangkan bila orang
reaksi atas penggunaan enzim porcine (babi) orang di sekitar kita, misalnya isteri dan anak kita
yang digunakan sebagai katalis dalam proses yang tidak bersalah, tiba-tiba fotonya terpampang di
pembuatan bumbu penyedap rasa. Situs internet dalam keadaan tanpa pakaian dengan teknik
Ajinomoto hhtp://www.mjk.ajinomoto.co.id rekayasa foto melalui komputer.
ketika dibuka yang muncul adalah gambar seekor
babi yang tengah tersenyum dengan tulisan Babi, Urgensi Penyelesaian “Cybercrime” di
open in December 2K, “Ajinomoto You Lied to Indonesia
Us”, “Ajinomoto: Berdasarkan berbagai kasus cybercrime yang
HARAM...HARAM...HARAM”. telah terjadi dan pasti akan bertambah, perlu kiranya
(h) Pada 8 Mei 2001, situs Polri mendapat serangan dilakukan percepatan dalam menuntaskan kasus
dari Kesatuan Aksi Hacker Muslim Indonesia cybercrime. Untuk menghadapi sekian banyak varian
dan modifikasi modus kejahatan di Internet, maka bahwa peningkatan penetrasi Internet di Indone sia
langkah represif dan reaktif yang selama ini akan berbanding lurus dengan meningkatnya angka
dilakukan oleh aparat penegak hukum tidaklah kejahatan Internet secara kuantitatif dan kualitatif.
memadai. Aparat tidak siap menghadapinya. Ujung-ujungnya, hal tersebut justru akan
Maraknya cybercrime menunjukkan menghancurkan kegiatan usaha/bisnis dan industri
ketidakberdayaan pemerintah dalam internet di Indonesia. Seperti pemblokiran yang
menyelesaikannya. Oleh karena itu, pemerintah harus dilakukan komunitas internet internasional terhadap
meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur pengguna internet dengan nomor Internet Provider
penegak hukum mengenai upaya pencegahan, (IP) Indonesia, sehingga kegiatan bisnis di dunia
investigasi, dan penuntutan perkara perkara yang cyber tidak mungkin dilakukan. Itu semua akan
berhubungan dengan cybercrime. Aparat kepolisian menghancurkan kegiatan ekonomi melalui internet.
perlu menanggapi secara serius kejahatan saiber. Tidak kalah pentingnya pula, pemerintah harus
Tentunya, harus dibarengi pula dengan bergegas membuat UU Cyberlaw untuk menuntaskan
serangkaian langkah proaktif dan antisipatif yang kasus cybercrime. Perlu dipahami bahwa kegiatan
dilakukan oleh beragam institusi terkait di Indone sia. bisnis melalui internet telah mengubah tatanan
Misalnya, asosiasi yang membawahi para Internet ekonomi konvesional. Hal itu memunculkan
Service Provider (ISP) dan warnet di In donesia ketidakpastian, karena pihak yang berkomunikasi
harus memikirkan langkah yang akan diambil untuk tidak bertemu secara tatap muka. Untuk memberikan
melindungi para konsumen. kepastian, perlu dilindungi oleh cyberlaw. Meskipun
Selanjutnya, adalah dengan melakukan pengguna internet di Indo nesia kurang dari 5 % total
kampanye dan edukasi tentang ber-internet yang populasi penduduk (data lainnya menyebutkan hanya
aman secara komprehensif dan berkala kepada 1,9 % atau sekitar 4,38 juta), cyberlaw tetap
masyarakat umum. Jika hal tersebut tidak segera diperlukan sebagai pegangan hukum bagi aparat
dilakukan, maka kita harus siap menerima kenyataan dalam menuntaskan cybercrime. Akan lebih buruk
bila tak ada perangkat hukum yang memadai.

262 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005

Daftar Pustaka A. Buku Raharjo, Agus. 2002. Cybercrime Pemahaman dan


Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 Tinggi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Staubhaar, J. & La Rose, R., Media Now, 2000.
merce. Yogyakarta: Andi
Wilhelm, Anthony G, Demokrasi di Era Digital.
Temporal, Paul, K.C. Lee. 2001. Hi-Tech Hi Touch 2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Branding. Jakarta: Salemba Empat.
Ustadiyanto, Riyeke. 2001. Framework e-Com B. Sumber lain:

Mahayana, Dimitri. 1999. Menjemput Masa Depan, Kompas Cyber Media, 05 Mei 2002.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Republika, 22 Agustus 1999.
Naisbitt, John, Naisbitt, Nana, & Philips, Douglas. komputeraktif, No. 43/18 Desember 2002.
2001. High Tech High Touch. Bandung: Mizan
Pustaka. Cybercrime_files\inline_files\SI10.HTM.
Piliang, Yasraf Amir. 2001. Sebuah Dunia yang Warta Ekonomi.com, 23 Desember 2002.
Menakutkan. Bandung: Mizan Pustaka.
M.E. Fuady. Cybercrime: Fenomena Kejahatan melalui Internet di Indonesia 263
264 MEDIATOR, Vol. 6 No.2 Desember 2005

Anda mungkin juga menyukai