Anda di halaman 1dari 2

Nama : Putu Riko Ardy Pratama

NIM : 81922057

Mata kuliah : Logika Hukum

Identifikasikan masing-masing 2 aturan Imperatif dan Fakultatif. Kemudian berikan


komentar efektif atau tidaknya aturan tersebut berserta alasannya!

1. Aturan Imperatif (memaksa)

Aturan imperatif hukum merupakan aturan yang bersifat memaksa seseorang untuk mentaati
serta mematuhinya. Aturan yang bersifat imperatif hukum dapat diidentifikasi pula dalam hal
adanya sanksi yang tegas bagi orang yang tidak patuh terhadap hukum tersebut.

Contoh :

- Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No. 12 Tahun 1951


“Barangsiapa, yang tanpda hak memasukan ke Indonesia, membuat, menerima,
mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,
membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya,
menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari
Indonesia sesuatu senjata api, munisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan
hukuman mati atau hukuman penjara seumut hidup atau hukuman penjara sementara
setinggi-tingginya dua puluh tahun”.
- Pasal 285 KUHP
“Barangsiapa denngan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang
bukan istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman
penjara selama-lamanya dua belas tahun”

2. Aturan Fakultatif (mengatur)

Aturan fakultatif merupakan aturan yang bersifat mengatur yang berisi baik berupa perintah
atau larangan. Sifat fakultatif juga dikatakan sebagai aturan yang bersifat pelengkap atau
menambahkan, dikatakan demikian karena aturan ini dapat dikesampingkan jika dalam
kasusnya terdapat perjanjian, kesepakatan, atau hal-hal lain yang terjadi atau dibuat oleh pihak-
pihak yang bersangkutan sehingga membuat aturan tersebut dapat tidak ditaati.

Contoh :

- Pasal 5 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974


“Persetujuan yang dimaksud dalam ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi
seorang suami apabila istri/istri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak
dapat menjadi pihak dalam perjanjian; atau apabila tidak ada kabar dari istrinya selama
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu
mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan”
- Pasal 45A UU No. 35 Tahun 2014
”Setiap orang dilarang melakukan aborsi terhadap anak yang masih dalam kandungan,
kecualli dengan alasan dan tata cara yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perudang-undangan”

Pada dasarnya setiap aturan tentunya mengharapkan kebermanfaatan hukum dalam


penerapannya di masyarakat. Efektif atau tidaknya sebuah aturan menurut saya dapat dilihat
dari perubahan yang terjadi di masyarakat setelah peraturan itu ditetapkan.

- Pada aturan imperatif dengan contoh tentang kepemilikan senjata api illegal dan juga
pemerkosaan dapat dibayangkan jika perbuatan-perbuatan tersebut tidak dibuatkan
seuatu aturan maka akan banyak terjadi tindak kriminal yang melibatkan senjata api dan
juga keberadaan perempuan akan sangat terancam di tengah lingkungan sosial. Contoh
aturan diatas menurut pandangan saya hingga saat ini sudah efektif penerapannya
untuk mencegah dan memberikan sanksi kepada seseorang yang melanggar ketentuan.
Hal tersebut dapat dilihat dari tertangkapnya para pelaku pedagang gelap ataupun
produsen gelap senjata api di Indonesia dan juga pelaku tindak pidana pemerkosaan di
masyarakat. Namun hal ini dapat menjadi tidak efektif bila kontrol penegak hukum
menjadi lengah terhadap masyarakat, kecenderungan kasus serupa dapat terjadi lagi
dan cenderung meningkat dan juga pelaku sebelumnya yang sudah dibina dalam
lembaga pemasyarakatan melakukan kembali melakukan tindak kriminal, maka
keefektifitasan aturan tersebut harus ditingkatkan kembali.

- Pada aturan fakultatif dengan contoh tentang poligami dan juga aborsi dapat dilihat
esensi dari aturan fakultatif tersebut bersifat melengkapi dari aturan lain yang berkaitan.
Aturan fakultatif tidak menjelaskan tentang sanksi yang mengikat di dalamnya dan lebih
cenderung memberikan informasi. Menurut saya aturan yang bersifat fakultatif juga
efektif jika dilihat bukan hanya dari penjatuhan hukumann Jika dibandingkan dengan
aturan yang berisikan sanksi maka aturan fakultatif cenderung akan berkesan tidak
efektif untuk memberikan penghukuman atau efek jera terhadap pelaku. Namun
eketifitas dari aturan fakultatif lebih menitikberatkan tentang hak-hak lain dari seseorang
yang juga dilindungi oleh undang-undang. Jika saya ibaratkan seorang suami berhak
untuk memiliki lebih dari seorang istri jika dalam faktanya terjadi hal-hal tertentu.
Undang-undang melindungi hak dari suami untuk mengajukan permohonan memiliki istri
lebih dari satu dan undang-undang juga melindungi hak dari istri sebelumnya dengan
menyatakan bahwa dalam mengajukan permohonan, suami harus mendapatkan
persetujuan dari istri sebelumnya. Namun jika istri sebelumnya tidak dapat memberikan
persetujuan atau terlibat dalam perjanjian tersebut karena hal-hal yang terjadi yang
diatur dalam undang-undang maka suami berhak untuk mengesampingkan persetujuan
istri dan digantikan dengan penilaian hakim. Begitu juga dengan seorang perempuan
yang mengandung seorang anak namun dari analisis secara medis terdapat kelainan
baik pada ibu atau janin yang dapat mengancam nyawa keduanya maka dokter
menyarankan untuk melangsungkan aborsi. Dari kedua kasus di atas efektifitas aturan
fakultatif dapat dilihat dari kepentingan pihak-pihak dan hal-hal yang ada di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai