DIABETES MELITUS
OLEH :
18E10007
DIABETES MELITUS
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2012).
karena defisiensi insulin yang absolut maupun relatif. Kurangnya hormon insulin
darah erat diatur oleh insulin sebagai regulator utama perantara metabolisme. Hati
sebagai organ utama dalam transport glukosa yang menyimpan glukosa sebagai
2006).
jaringan matiyang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri
pada bagian tubuh sehinggasuplai darah terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat
nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akibat penyakit diabetes mellitus.
streptococcus (Soeatmaji, 1999). Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki
2. Klasifikasi
a) Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
usia, obesitas, riwayat dan keluarga. Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu:
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
b. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua
golongan:
Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN ) Terjadi kerusakan syaraf somatik dan
otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering,
hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki
teraba baik.
3. Patofisiologi
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan
a. Etiologi
1) Neuropati diabetic .Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar
dalam darah yang bisa merusakurat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau
(wedangan : bahasa jawa), rasa tebal ditelapak kaki, kram, badan sakitsemua
kecil pada penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah.
tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik yaitu luka pada kaki yang
sembuh.
b. Proses Terjadi
Menurut Amin Huda N dan Hardhi Kusuma (2015) mengatakan bahwa proses terjadi
Faktor pencetus diabetes seperti faktor genetic, infeksi genetic, infeksi virus,
berakibat pada gula darah yang tidak dapat dibawa massuk ke dalam sel yang dapat
ambang batas ginjal dapat menyebabkan gluko uria. Syok hiperglikemi dapat
darah lambat dan menyebabkan iskemik pada jaringan yang dapat menimbulkan
Dieresis osmotic dapat menyebabkan poli uri hingga retensi urin yang mengakibatkan
hilangnya elektrolit dalam sel, hilangnya elektrolit dalam sel dapat mengakibatkan
dehidrasi, dehidrasi yang tidak ditangani dapat menimbulkan resiko syok. Kehilangan
sel akan merangsang hipotalamus bagian pusat lapar dan haus yang mengakibatkan
munculnya rasa lapar dan haus yang berlebihan (polidipsia, polipagia), selain itu sel
menghasilkan keton dan ureum. Keton dan asam lemak yang berikatan dapat
menyebabkan ketosidosis. Sel juga akan melakukan pembakaran lemak dan protein
yang akan digunakan untuk metabolism, hal ini dapat mengakibatkan berat badan
antibodi yang berakibat pada penurunan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan
tubu menurun dapat menyebabkan resiko infeksi dan neuropati sensori perifer.
Neuropati sensori perifer dapat menyebabkan klien tidak merasakan sakit dan
mengakibatkan nekrosis pada luka, yang mengakibatkan luka akan menjadi gangrene
dan menimbulkan masalah kerusakan intergritas jaringan (Amin Huda N dan Hardi
Kusuma, 2015).
c. Manifestasi Klinis
walaupunnekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan,
dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus pada
sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 5P, yaitu:
1) Pain (nyeri).
2) Paleness (kepucatan).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
Fontaine,yaitu 4 :
d. Komplikasi
1) Komplikasi Akut
nefropati.
1990).
2) Komplikasi kronik
makrovaskular.
a) Neuropati diabetik
b) Retinopati diabetik
c) Nefropati diabetik
d) Proteinuria
e) Kelainan koroner
Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatiksebagai
patokan penyaring
2) Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
3) Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi dan
4) Tes Saring
a) GDP
b) GDS
a) Mikroalbuminuria : urin
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Diet
kandungan kalorinya.
Keterangan :
• Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi.
yaitu:
ditambah
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status
TB (cm) – 100
Keterangan Hasil:
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
Obat
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
b) Insulin
(1) DM tipe I
(2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
(3) DM kehamilan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
Lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam
memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat
suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah
suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit
setelah suntikan.
(3) Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan
degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
a. Data Subjektif
Data Subjektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah Kesehatan. Data
subjektif dari :
1) Identitas penderita
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2) Keluhan Utama adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
penderita.
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
d) Riwayat psikososial
penyakit penderita.
b. Data Objektif
Pemeriksaan data subjektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran
a) Biologis
(a) Pola nutrisi
b) Sosial
2) Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
tebal, ludah menjadi lebihkental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji
pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit
di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
c. Diagnosa Keperawatan
tubuh, hipovolemia
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
(diabetes mellitus)
dehidrasi.
h. Keletihan
j. Resiko Jatuh
k. Defisiensi Pengetahuan
2. Perencanaan keperawatan
3) Resiko syok
5) Resiko infeksi
6) Retensi urin
aktivitas jasmani
a) Rencana Tujuan :
b) Kriteria hasil :
c) Rencana Tindakan :
adekuat
terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
(5) Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan
diet diabetik.
a) Rencana Tujuan :
b) Kriteria hasil :
c) Rencana Tindakan :
lebih dini.
segera.
(3) Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya
Rasional: pasien dan keluarga perlu mengerti tanda dan gejala syok
pertama.
a) Rencana Tujuan :
b) Kriteria hasil :
c) Rencana Tindakan :
selanjutnya.
(3) Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara
mati.
kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotic yang tepat
perkembangan penyakit.
a) Rencana Tujuan :
terjadi
b) Kriteria hasil :
c) Rencana Tindakan :
infeksi.
(4) Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan
yang ditetapkan.
a) Rencana Tujuan :
kembali lancar
b) Kriteria hasil :
(2) Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mancatat output urine.
(4) Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan baud
an konsistensi urine).
a) Rencana Tujuan :
pasien efektif
b) Kriteria hasil :
sebagainya.
dari stres.
(HBO).
a) Rencana Tujuan :
b) Kriteria hasil :
(1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan
(2) Tekanan, darah, nadi dan suhu tubuh dalam batas normal
(3) Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane
c) Rencana Tindakan :
ortostatik.
takikardia.
(2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, torgor kulit dan membran
berlebihan.
8) Dx. 8 Keletihan
a) Rencana Tujuan :
teratasi
b) Kriteria hasil :
c) Rencana Tindakan :
efek keletihan.
maka akan dapat segera ditangani dan keletihan tidak akan terjadi.
(3) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien
a) Rencana Tujuan :
b) Kriteria hasil :
c) Rencana Tindakan :
takikardia.
asupan oral.
(7) Observasi bising usus dari sakit perut, kembung, mual atau
muntah.
10) Dx. 10 Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu
melihat.
a) Rencana Tujuan :
b) Kriteria hasil :
kemungkinan cedera
dari cedera.
c) Rencana Tindakan :
pada poin 1.
pada klien.
jatuh
klien
a) Rencana Tujuan :
b) Kriteria hasil :
secara benar
c) Rencana Tindakan :
(2) Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit
kebutuhan klien
terpercaya
dengan kesehatannya.
Rasional : kadang kala klien merasa tidak berani untuk bertanya karena belum
3. Pelaksanaan
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi, ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Oleh karena itu ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada
4. Evaluasi
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Dalam evaluasi
keperawatan menggunakan SOAP atau data subjektif, objektif, analisa dan planning
kedepannya. Jika masalah sudah teratasi intervensi tersebut dapat dihentikan, apabila belum
teratasi perlu dilakukan pembuatan planning kembali untuk mengatasi masalah tersebut.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah sebagai berikut.
1. Kondisi tubuh pasien stabil, tidak terjadi gangrene, tidak terjadi nyeri
4. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-
tanda malnutrisi.
Evaluasi ini merupakan evaluasi terhadap pasien dengan diabetes mellitus dan
apabila dari poin satu sampai dengan poin 8 tersebut sudah tercapai oleh seorang
pasien, maka dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut sudah sehat dan dapat
meninggalkan rumah sakit. Tetapi pasien tetap harus memperhatikan kadar gulu
dalam darahnya, dengan cara makan makanan yang sehat, bergizi dan rendah gula.
C. WOC (WEB OF CAUTION)
Diabetes Melitus
- Kurangnya keinginan
Sel otak tidak untuk mencari
memperoleh cukup informasi
Faktor genetic - Tidak mengetahui
bahan bakar infeksi virus sumber-sumber
Pengerusakan imunologik informasi yang tepat
Lemah pusing - Perilaku yang tidak
diaphoresis, pucat, sesuai
Kerusakan sel beta
takikardia, tremor, dan
perubahan mental
Ketidakseimbangan produksi insulin Defisiensi
Hipoglikemia Pengetahuan
Ketidakstabilan
Glukosa Darah hiperglikemia
Gula dalam darah tidak dapat masuk dlm sel
Diabetic Foot
Kerusakan integritas
jaringan
Resiko syok kehilangan kalori
merangsang hipotalamus Sel kekurangan bahan untuk metabolism e protein dan lemak dibakar BB menurun
ketoasidosis
Ketidakseimbangan
ketoasidosis
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DAFTAR PUSAKA
Aini, N. & Aridiana, L. (2016). Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin dengan
Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.
Nurarif, A., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis & Nanda NIC NOC Edisi
Wijaya & Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta : Nuha Medika.
Price, A.S (1995).Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi4), Jakarta: EGC
Brunner dan Suddarth. (2002).Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta:EGC
Mengetahui,