OLEH :
a. Pengertian Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki
organ tubuh. Hal ini dapat kita lihat dari perbandingan struktur dan fungsi
organ antara manusia yang berumur 70 tahun dengan mereka yang berumur 30
tahun, yaitu berat otak pada lansia 56%, aliran darah ke otak 80%, cardiac
output 70%, jumlah glomerulus 56%, glomerulus filtration rate 69%, vital
capacity 56%, asupan O2 selama olahraga 40%, jumlah dari axon pada syaraf
spinal 63%, kecepatan pengantar impuls saraf 90%, dan berat badan 88%.
Adapun faktor yang memepengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi atas
dua bagian. Pertama, faktor genetik, yang melibatkan perbaikan DNA, respons
2016).
13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
Maryam, dkk. 2008 dalam Sunaryo, dkk. 2016 yaitu teori biologi, teori
psikologi, teori kultural, teori sosial, teori genetika, teori rusaknya sistem imun
tubuh, teori menua akibat metabolisme, dan teori kejiwaan sosial. Berdasarkan
menjadi tua (menua) yang hingga saat ini dianut oleh gerontologis, maka
1. Teori Biologis
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada perubahan
Menurut Sunaryo, dkk (2016) Teori biologis dapat dibagi menjadi dua
nonstokastik/nonstokastik theories
kejadian yang terjadi secara acak atau random dan akumulasi setiap
usan, Teori imunitas, Teori radikal bebas dan teori ikatan silang
1) Teori Kesalahan (Error Theory)
sel dan akan terjadi penuaan yang berakibat pada kematian. Sejalan
substansi DNA.
dkk, 2016).
pra program yaitu proses yang terjadi akibat akumulasi stress dan
silang kimiawi. Hasil akhir dari proses ikatan silang ini adalah
2016).
teori meunua lingkup proses menua biologis dan bagian dari teori
Immunity Theory.
1) Programmed Theory
2) Immunity Theory
2. Teori Psikologi
3. Teori Kultural
4. Teori Sosial
Teori ini dikemukakan oleh Lemon (1972). Teori social meliputi teori
menyatakan lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
angsur orang tersebut mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Dan
tak perlu diganti dan lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara
adaptasi.
5. Teori Genetika
komponen genetik. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan bahwa anggota
keluarga yang sama cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka
seluruh mitokondria mamalia berasal dari telur dan tidak ada satupun
akibat penyakit usai lanjut, seperti atheroma derajat berat pada usianya
yang masih belasan tahun atau permulaan remaja. Serupa dengan itu, pada
kontrol pada kebanyakan orang dengan umur sama. Akan tetapi, hal ini
masih sangat jauh dari bukti akhir bahwa penuaan merupakan kondisi
Teori ini dikemukakan oleh Hadi Martono (2006), pada zaman dulu
inkontinensia urin).
theory mengatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang
bahwa perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
dia mulai melepaskan diri dari pergaulan sosialnya atau menarik diri dari
kulit dan jaringan ikat, sistem reproduksi dan kegiatan seksual, dan sistem
a. Sel
Jumlah pada sel lansia lebih sedikit, ukurannya lebih besar, jumlah
darah, dan hati menurun. Di samping itu jumlah sel di otak juga
dkk. 2016).
1) Penglihatan
dekat.
cahaya
2) Pendengaran
proses menua.
konduksi.
(2) Kedua, pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya
peningkatan keratin.
3) Perabaan
dan pendengaran
4) Pengecapan
perasa lidah.
5) Penciuman
dan usia
c. Sistem Integumen
3) Elastisitas menurun
4) Vaskularisasi menurun
d. Sistem Muskuloskletal
2) Bungkuk (kifosis)
e. Sistem Persyarafan
2) Defisit memori
f. Sistem Kardiovaskuler
1) Katup jantung
dan volume)
darah meningkat
g. Sistem Respirasi
barat
h. Sistem Endokrin
i. Sistem Genitourinaria
resistensi urin
j. Sistem Pencernaan
3) Esophagus melebar
karbohidrat)
darah berkurang.
k. Sistem Reproduksi
1) Pada Wanita
warna.
2) Pada Pria
usia
pembesaran prostat.
2. Perubahan Mental
Dari segi mental perubahannya yang terjadi antara lain sering muncul
3. Perubahan Psikososial
4. Perubahan Spiritual
Menurut Muray & Zentner ( dalam wahit Iqbal Mubarak dkk., 2006)
matang. Hal ini dapat dilihat dari cara berfikir dan bertindak sehari-hari.
e. Tipe-tipe Lanjut Usia
1) Tipe arif bijaksana: lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
2) Tipe mandiri: lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang
3) Tipe tidak puas: lanjut usia ini yang selalu mengalami konflik lahir batin,
4) Tipe pasraru lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
1) Permasalahan Umum
lanjut usia
kesehjahtraan lansia.
2) Permasalah Khusus
masyarakat individualistic
Aspiani,2014).
ini merupakan terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan
kemih.
anxietas.
dengan kondisi akut dan berlangsung dengan lama (lebih dari 6 bulan)
persisten:
1) Inkontinensia urin tipe stress: Inkontinensia urin terjadi
lemah.
pada spinal cord trauma atau bersifat temporer pada wanita hamil dengan struktur
Meskipun inkontinensia urine dapat terjadi pada pasien dari berbagai usia,
menjadi 2 fase. Pada keadaan normal selama fase pengisian tidak terjadi
isi kandung kemih memperbesar keinginan ini. Pada keadaan normal, dalam hal
demikian pun tidak terjadi kebocoran di luar kesadaran. Pada fase pengosongan,
isi seluruh kandung kemih dikosongkan sama sekali. Orang dewasa dapat
fase pengisian otot kandung kemih tetap kendor sehingga meskipun volume
tegang. Dengan demikian maka uretra tetap tertutup. Sewaktu miksi, tekanan di
urine memancar keluar. Ada semacam kerjasama antara otot-otot kandung kemih
dan uretra, baik semasa fase pengisian maupun sewaktu fase pengeluaran. Pada
kedua fase itu urine tidak boleh mengalir balik ke dalam ureter (refluks).
kendali. Sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul berada dibawah control
volunter dan disuplai oleh saraf pudenda, sedangkan otot detrusor kandung kemih
dan sfingter uretra internal berada di bawah kontrol sistem safar otonom,yang
mungkin dimodulasi oleh korteks otak. Kandung kemih terdiri atas 4 lapisan,
yakni lapisan serosa, lapisan otot detrusor, lapisan submukosa dan lapisanmukosa.
Ketika otot detrusor berelaksasi, pengisian kandung kemih terjadi dan bila otot
berlangsung. otot detrusor adalah otot kontraktil yang terdiri atas beberapa lapisan
seseorang mulai terisi oleh urin, rangsangan saraf diteruskan melalui saraf pelvis
dan medula spinalis ke pusar saraf kortikal dan subkortikal. Pusat subkortikal
pengeluaran urin. Gangguan pada pusat kortikaldan subkortikal karena obat atau
kemih dan rongga perut. Mekanisme sfingter berkemih memerlukan agulasi yang
tepat antara urethra dan kandung kemih.Fungsi sfingter urethra normal juga
tergantung pada posisi yang tepat dari urethra sehiingga dapat meningkatkan
posisi yang tepat, urin tidak akan keluar pada saat tekanan atau batuk yang
oleh refleks-refleks yang berpusat dimedula spinalis segmen sakral yang dikenal
sebagai pusat berkemih. Pada fase pengisian kandung kemih, terjadi peningkatan
leher kandung kemih. Proses reflek ini dipengaruhi oleh sistem saraf yang lebih
tinggi yaitu batang otak, korteks serebri dan serebelum. Pada usia lanjut biasanya
ada beberapa jenis inkontinensia urin yaitu ada inkontinensia urin tipe stress,
Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk
dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi
organ kemih, antara lain : melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan
berkali-kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan
seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan)
abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru
Urine (IU) antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah,
karena infeksi. Inkontinensia Urine juga bisa terjadi karena produksi urine
melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama sembilan bulan. Proses
persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan otot
dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan
pada wanita di usia menopause (50 tahun ke atas), akan terjadi penurunan tonus
otot vagina dan otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan
terjadinya inkontinensia urine. Faktor risiko yang lain adalah obesitas atau
inkontinensia urine, karena terjadi perubahan struktur kandung kemih dan otot
dasar panggul.
1. Etilogi
oleh semua factor diatas maupun masalah klinis yang berhubungan. Alasan
kontraksi otot kandung kemih secara efektif ( otot detrusor ) dan mungkin juga
dipersulit oleh masalah lain, seperti keterbatasan gerak atau konfusi. Keinginan
untuk miksi datang sangat cepat dan sangat mendesak pada seseorang sehingga
Pada wanita, kelemahan otot spingter pada outlet sampai kandung kemih
kandung kemih tidak mampu dicegah selama masa peningkatan tekanan pada
kandung kemih. Adanya tekanan di dalam abdomen, seperti bersin, batuk, atau
umum terjadinya obstruksi aliran urine dari kandung kemih. Kondisi ini
inkontinensia ini dapat juga disebabkan oleh adanya obstruksi yang berakibat
konstipasi dan juga adanya massa maligna ( cancer ) dalam pelvis yang dialami
oleh pria dan wanita. Akibat dari obstruksi, tonus kandung kemih akan
menghilang sehingga disebut kandung kemih atonik. Kandung kemih yang
dapat terjadi saat tekanan urine di dalam kandung kemih menguasai kemampuan
otot spingter internal dan eksternal ( yang berturut – turut baik secara sadar
maupun tidak sadar ) untuk menahan urine, tetap berada dalam kandung kemih.
2. Proses Terjadi
3. Manifestasi klinis
3) Enuresis nocturnal : 10% anak usian 5 tahun dan 5% anak usia 10 tahun
mengompol selama tidur. Mengompol pada anak yang lebih tua merupakan
sesuatu yang abnormal dan menunjukan adanya kandung kemih yang tidak
stabil.
13) Kandung kemih terasa penuh walaupun telah buang air kecil.
4. Komplikasi
lain :
3) Problem tidur
d. Pemeriksaan diagnostic
a. Urinallisis, digunakan untuk melihat apakan ada bakteri, darah dan glukosa
dalam urine.
obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan mengukur laju aliran ketika
pasien berkemih.
kandung kemih dan uretra serta mengkaji hipertrofi lobus prostat, striktur uretra,
menyebabkan inkontinensia.
pengosongan kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa dalam kandung
e. Penatalaksanaan Medis
Ada beberapa cara untuk menangani pasien dengan kasus inkontinensia urin.
dengan satu modalitas terapi, tetapi melalui serangkaian terapi yang dilakukan secara
pads tertentu)
2) Intervensi tingkah laku (latihan otot dasar panggul, latihan kandung kemih,
penjadwalan berkemih)
c. Operasi
d. Kateterisasi
Intervensi pada tingkah laku pasien sangat memerlukan kerja sama yang baik
dari pasien tersebut. Secara umum yang dapat kita lakukan ialah meliputi edukasi
pada pasien dan pengasuhnya. Intervensi perilaku yang dapat meliputi bladder
training, habit training, prompted voiding dan latihan dasar otot panggul. Sedangkan
Apa saja intervensi tingkah laku yang dapat dilakukan? Berikut adalah daftar
1) Bladder training
Merupakan suatu jenis terapi yang cukup efektif dibanding teknik non
normal sehingga hanya mencapai 6-7 kali sehari atau 3-4 jam sekali. Pasien
diharapkan dapat menahan sensasi untuk berkemih. Misalnya awalnya interval waktu
satu jam, kemudian ditingkatkan perlahan hingga 2-3 jam. Agar tidak lupa, dapat
dibuat catatan harian untuk berkemih. Apabila pasien tidak mampu lagi menahan
dicatat dalam catatan hariannya. Sebisa mungkin catat volume urin yang keluar pada
saat miksi dan jumlah urin yang bocor.Fakta yang menarik yang penulis dapatkan
ialah bila seseorang tergoda untuk segera ke kamar kecil untuk muncul dorongan
berkemih, maka kandung kemihnya dapat terangsang dengan gerakan yang tergesa-
gesa tersebut. Latihan kandung kemih ini terbukti efektif terhadap inkontinensia tipe
Merupakan suatu jenis latihan yang dikembangkan oleh Arnold Kegel pada tahun
kesembuhan pada 84% subjek penelitian yaitu wanita yang menderita inkontinensia
berbagai tipe. Latihan yang dilakukan oleh Arnold Kegel ini sekarang lebih dikenal
Seperti yang kita ketahui bersama, otot pelvis seperti otot lainnya dapat
mengalami kelemahan akibat bertambahnya usia,. Latihan pada otot pelvis dapat
memperkuat otot-otot yang lemah di sekitar kandung kemih. Secara sederhana latihan
yang dapat dilakukan dideskripsikan mirip dengan usaha otot kita sewaktu menahan
Latihan ini dapat dilakukan beberapa kali sehari dengan waktu 10 menit untuk
tiap kali latihan. Dapat dipraktikkan dimana saja, paling baik saat berbaring di tempat
tidur. Pada saat melakukan latihan, usahakan bernapas dengan normal dan tidak
menggunakan otot paha, betis dan perut. Setelah melakukan latihan ini selama 4-6
minggu, diharapkan akan ada perbaikan kondisi yaitu berkurangnya kebocoran urin.
3) Latihan untuk menahan dorongan berkemih
Untuk mengurangi rasa ingin berkemih, cara ini dapat digunakan bila dorongan
tersebut muncul:
a) Berdiri tenang maupun duduk diam, lebih baik jika kaki disilangkan agar
waktunya.
Latihan yang ada diatas membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun bila
dapat digunakan agar pasien mampu menahan kontraksi involunter otot detrusor dari
kandung kemih. Stimulasi elektrik menggunakan kejutan kontraksi otot pelvis dengan
alat bantu pada vagina dan rektum. Neuromodulasi merupakan terapi yang
neuromodulasi merupakan salah satu cara yang dapat menangani kandung kemih yang
efektif terhadap inkontinensia urin tipe stress dan urgensi. Terapi ini dapat
dilaksanakan bila upaya terapi non-farmakologis telah dilakukan namun tidak dapat
Berikut adalah obat-obat yang dapat digunakan pada pasien dengan inkontinensia urin
:
Obat Yang Digunakan Untuk Inkontinensia Urin
Obat Dosis Tipe Inkontinensia Efek Samping
Hyoscamin 3 x 0,125 mg Urgensi atau Mulut kering, mata kabur,
mg
Pseudoephedri 3 x 30-60 Stress Sakit kepala, takikardi,
n mg hipertensi
Topikal Urgensi dan Stress Iritasi lokal
estrogen
Doxazosin 4 x 1-4 mg BPH dengan Hipotensi postural
Urgensi
Tamsulosin 1 x 0,4-0,8
mg
Terazosin 4 x 1-5 mg
sekarang telah dihentikan karena hasil uji klinik yang menunjukkan adanya resiko
stroke pasca penggunaan obat ini. Sebagai gantinya digunakan pseudoefedrin. Namun
penggunaan pseudoefedrin pun jarang ditemukan pada usia lanjut karena adanya
yang menetap. Namun penggunaan kateterisasi ini harus benar-benar dibatasi pada
penyembuhannya karena adanya inkontinensia urin ini. Komplikasi yang dapat timbul
sebagai efek dari penggunaan kateter ialah timbulnya batu saluran kemih, abses ginjal
kemudian hari. Selain itu, ada pula teknik pembedahan yang bertujuan melemahkan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
f. Pemeriksaan fisik
1) B1 (breathing)
Kaji adanya pernafasan adanya gangguan pada palo nafas, sianosis karena
suplai oksigen menurun. Kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi
2) B2 (blood)
3) B3 (brain)
4) B4 (bladder)
serta disertai keluhan keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder,
pembesaran daerah supra pubik lesi pada neatus uretra, banyak kencing
dan nyeri saat berkemih mendadah disurea akibat dari infeksi, apakah
Palpasi : rasa nyeri disapat pada daerah supra pubik atau pelvis, seperti
rasa terbakar di uretra luar sewaktu kencing atau dapat juga diluar waktu
kencing.
5) B5 (bowel)
6) B6 (bone)
2. Diagnosa Keperawatan
kemih.
tubuh, hipovolemia
lama.
urine
g. Keletihan
h. Resiko Jatuh
i. Defisiensi Pengetahuan
3. Perencanaan Keperawatan
1) Prioritas masalah
b) Risiko Jatuh
c) Defisiensi Pengetahuan
e) Risiko syok
g) Resiko infeksi
h) Retensi urin
i) Keletihan
2) Rencana keperawatan
kemih.
a) Tujuan :
b) Kriteria Hasil :
terjadinya enurasis
(3) Bila masih terjadi inkontinesia kurangi waktu antara berkemih yang
telah direncanakan
berkemih.
(4) Instruksikan pasien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada
dengan pasien berdiri jika tidak ada kebocoran yang lebih dulu.
ginjal
(6) Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan
hipovolemia
a) Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan resiko syok pada pasien
tidak terjadi
b) Kriteria hasil :
Rasional: Melihat adanya gejala awal syok agar dapat ditangani lebih
dini.
segera.
(3) Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok
Rasional: Pasien dan keluarga perlu mengerti tanda dan gejala syok
pertama.
lama.
a) Tujuan :
dengan nyaman.
b) Kriteria Hasil :
Urine jernih, urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukan tidak
adanya bakteri.
(1) Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien
(Merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur)
(3) Ikuti kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
(4) Kecuali dikontra indikasikan, ubah posisi pasien setiap 2 jam dan
urine
a) Tujuan :
kulit teratasi.
b) Kriteria hasil :
(2) Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdefekasi.
Yakinkan kulit bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru.
Potong lubang wafer kira-kira setengah inci lebih besar dan diameter
a) Tujuan :
kembali lancar
b) Kriteria hasil :
(2) Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mancatat output urine.
reflex bladder.
(4) Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan
konsistensi urine).
Rasional: Monitor gejala dan tanda ISK agar dapat ditemukan segera
6) Resiko defisien volume cairan tubuh berhubungan dengan intake yang adekuat
a) Tujuan :
seimbang
b) Kriteria Hasil :
mengkonsestrasikan urine
7) Keletihan
a) Tujuan :
teratasi
b) Kriteria Hasil :
dalam aktifitas.
(4) Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan,
(5) Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang
berenergi tinggi
a) Tujuan :
b) Kriteria Hasil :
kemungkinan cedera
(3) Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari
cedera.
tempat tidur dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1.
Rasional : modifikasi lingkungan dapat menurunkan resiko jatuh pada
pasien.
jatuh
a) Tujuan :
b) Kriteria Hasil :
secara benar
(3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yan dijelaskan
(2) Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit dengan cara
yang tepat
Rasional : Agar mengetahui tanda dan gejala yang dapat muncul pada
penyakit tesebut.
(3) Memberikan informasi yang tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan
pasien
kesehatannya.
Rasional : Kadang kala pasien merasa tidak berani untuk bertanya karena
4. Implementasi
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi, ke
status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Oleh
karena itu ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien terkait dengan
keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul di kemudian
hari
5. Evaluasi
pencapaian tujuan dan bila tujuan belum atau tidak tercapai, maka perlu melakukan