Anda di halaman 1dari 38

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


2.1.1 Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan dapat didefinisikan sebagai suatu proses koordinasi
dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai perawatan, tujuan pelayanan dan obejektif (Nursalam 2014).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan
oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan
serta mengawasi sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat (Suyanto, 2008).
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan
sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena manajemen
adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat manajer klinis,
yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada
instusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit.
Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat
memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi
keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer
mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan
(Swanburg, 2000).
Menurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam
tiga tingkatan yaitu:
1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori,
keterampilan berfikir.

4
5

2) Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik.


3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam
berinteraksi dengan individu atau kelompok.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keperawatan
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Kepegawaian),
Directing (Pengarahan), Controlling (Pengendalian/Evaluasi).
a. Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen,
oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut
Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas
akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program
yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut.
1)      Tujuan Perencanaan
a) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
b) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
c) Membantu dalam koping dengan situasi kritis
d) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan
masa lalu dan akan datang
6

f) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah


g) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2) Tahap Dalam Perencanaan
a) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
c) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
d) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai
e) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program
f) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
3) Jenis Perencanaan
a)      Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses
yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan
kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa
depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan
ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat
dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki
alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur
pekerjaan divisi keperawatan.
b)      Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan
digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard
untuk mengevaluasi perawatan pasien. Di dalam perencanaan operasional terdiri dari
dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah
rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang
terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan
rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.
7

4) Manfaat Perencanaan
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan
b) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
c) Memudahkan kordinasi
d) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional
secara jelas
e) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
g) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
h) Menghemat waktu dan dana
5) Keuntungan Perencanaan
a) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif
b) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
c) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama
fungsi keperawatan
d) Memodifikasi gaya manajemen
e) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
6) Kelemahan Perencanaan
a) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan
fakta-fakta tentang masa yang akan datang
b) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
c) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
d) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
e) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan
dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang
8

seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi


pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek
personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Muninjaya, 1999). Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat
dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah
bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja
di antara para pekerjanya.
1) Manfaat Pengorganisasian
a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut
melalui kegiatan yang dilakukannya
c) Pendelegasian wewenang
d) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
2) Langkah-langkah Pengorganisasian
a) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam
fungsi perencanaan
b) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan
c) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis
d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan
e) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
f) Mendelegasikan wewenang
c. Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil
suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses
pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol
9

termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana


penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK
meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan
perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola
program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang
mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam
sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan
staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya
dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis
staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain
memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff
medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter,
waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis
pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang
diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur
departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi
dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan
prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik
terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen,
seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.
Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi
untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi
pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi
baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika
mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara
10

terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk
pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan
diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift
10-12 jam dan metode lain yang biasa.
d. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan
oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan
pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut
Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang
mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan
mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa
kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu
(pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang
sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu 
untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan
(memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok
organisasi. Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya
kepemimpinan yaitu:
1) Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung
menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
2) Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara
11

manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas


dan kepuasan kerja.
3) Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan
kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat
mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan
professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi,
membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.
e. Controlling (Pengendalian/Evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang
lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan,
serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas seorang
manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan
manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut:
12

1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah
diukur, misalnya menepati jam kerja
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi
3) Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen
terhadap kegiatan program
4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat
untuk memperbaiki kinerja
5) Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik:
a) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
b) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c) Harus memandang ke depan
d) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
e) Harus objektif
f) Harus fleksibel
g) Harus menunjukkan pola organisasi
h) Harus ekonomis
i) Harus mudah dimengerti
j) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.
Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai
kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan
penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control
ditujukan untuk perubahan yang cepat. Dua metode pengukuran yang digunakan
untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:
1)      Analisa tugas:
Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam
pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik
13

saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam
keperawatan.
2) Kontrol kualitas:
Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari
pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan
tepat, maka akan diperoleh manfaat:
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standard atau rencana kerja
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar
4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan
latihan lanjutan
2.1.3 Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
b. Tahap perencanaan terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran,
identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi
c. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan
adalah menganalisis dan mengkaji system, mengatur strategi organisasi dan
menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya
organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada dan aktivitas yang spesifik
serta prioritasnya
d. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang  efektif
e. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan
f. Manajemen keperawatan harus terorganisasi
g. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
14

h. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman,


dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara
pegawai dalam suatu tatanan organisasi
i. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

2.1.4 Komponen Manajemen Keperawatan


a.       Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas.
b.      Proses
Pada umumnya  merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan kegiatan
yang cukup penting dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil yang
diharapkan suatu tatanan organisasi.
c.       Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan pengembangan
staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
d.      Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya meningkatkan
kualitas hasil. Control dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuat prosedur yang sesuai standard akreditasi.
e.       Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan
kegiatan yang akan dating. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan
15

keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
2.2 Sumber Daya Manusia (M1/ MAN)
2.2.1 Umur
Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinan keluar dari
pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh kesempatan pekerjaan
lain. Di samping itu karyawan yang bertambah tua biasanya telah bekerja lebih lama,
memperoleh gaji yang lebih besar dan berbagai keuntungan lainnya. Hubungan usia
dengan kinerja atau produktivitas dipercaya menurun dengan bertambahnya usia. Hal
ini disebabkan karena ketrampilan-ketrampilan fisiknya sudah mulai menurun. Tetapi
produktivitas seseorang tidak hanya tergantung pada ketrampilan fisik serupa itu.
Karyawan yang bertambah tua, bisa meningkat produktivitasnya karena pengalaman
dan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan (Nursalam 2014).
2.2.2 Jenis Kelamin
Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman dan pendapat-
pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan pria ketika
bekerja. Misalnya ada/tidaknya perbedaan yang konsisten pria-wanita dalam
kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan, analisis, dorongan, motivasi,
sosiabilitas atau kemampuan bekerja (Robbins, 2001).
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas
kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen kerja karyawati lebih
sering tidak masuk kerja daripada laki-laki (Anonim, 2005). Alasan yang paling logis
adalah karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab urusan rumah
tangga dan keluarga. Bila ada anggota keluarga yang sakit atau urusan sosial seperti
kematian tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak sering tidak masuk kerja.
2.2.3 Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan produktivitas.
Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari prestasi kerja sebelumnya,
tetapi sampai ini belum dapat diambil kesimpulan yang meyakinkan antara dua
variabel tersebut. Hasil riset menunjukkan bahwa suatu hubungan yang positif antara
16

senioritas dan produktivitas pekerjaan. Masa kerja yang diekspresikan sebagai


pengalaman kerja, tampaknya menjadi peramal yang baik terhadap produktivitas
karyawan. Studi juga menunjukkan bahwa senioritas berkaitan negatif dengan
kemangkiran. Masa kerja berhubungan negatif dengan keluar masuknya karyawan
dan sebagai salah satu peramal tunggal paling baik tentang keluar masuknya
karyawan (Mangkunegara, 2003).
2.2.4 Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005) yaitu
tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber
daya keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti
pelatihan perawatan keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan
interpersonal. Sebagian besar pendidikan perawat adalah vokasional (D3
Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin menjadi
perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan/Akademi
Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat harus segera ke D3
Keperawatan atau langsung ke S1 Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3
Keperawatan dapat melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1
dan Ners, baru ke Magister Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan
2.2.5 Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun masyarakat.
Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan
dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di dalamnya terjadi proses
perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses
pengembangannya diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara
17

maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup
manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian pendidikan
yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan
diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan
metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.
Alex S. Nitisemito mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai usaha
untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan pengetahuan, sesuai
dari keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan. Dengan
demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih luas, dan tidak terbatas
sematamata hanya untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja.
Pelatihan diberikan dengan harapan individu dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik biasanya akan
memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada individu yang tidak
mengikuti pelatihan.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan
pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman, dan sikap peserta pelatihan
tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu. Hal ini sejalan
dengan pendapat Henry Simamora yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan
serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan,
pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu atau kelompok dalam
menjalankan tugas tertentu.
2.3 Sarana dan Prasarana (M2)
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek).
Untuk lebih memudahkan membedakan keduanya. Sarana lebih ditujukan untuk
benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin, sedangkan prasarana
lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung.
18

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan untuk
mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi. Prasarana adalah segala
sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya produksi

2.3.1 Ruang Lingkup Sarana dan Prasarana


1). Peralatan/perlengkapan berbentuk lembaran
Perlatan/perlengkapan yang berbentuk lembaran/helaian, yaitu kertas HVS,
kertas folio bergaris, kertas karbon, kertas stensil, formulir, kertas berkop, plastik
transparan, kertas karton, kertas buffalo, amplop dan map.
2). Peralatan/perlengkapan berbentuk nonlembaran
Peralatan/perlengkapan yang berbentuk nonlembaran (bukan berupa kertas
lembaran), yaitu pulpen, pensil, spidol, penghapus, penggaris, rautan, gunting,
pemotong kertas (cutter), pembuka surat (letter opener), pelubang kertas dll.
3). Peralatan/perlengkapan berbentuk buku
Peralatan/perlengkapan yang berbentuk buku, antara lain :
a. Buku catatan (block note), yaitu buku untuk menulis catatan harian
sekretaris.
b. Buku pedoman organisasi, yaitu buku panduan tentang informasi yang
berkaitan dengan organisasi, mulai sejarah, struktur, produk dan jasa, hingga
prosedur kerja.
c. Buku agenda surat, yaitu buku yang mencatat keluar masuknya surat sehari-
hari.
4). Peralatan/perlengkapan kantor dilihat dari penggunaannya :
a. Barang habis pakai
Barang habis pakai adalah barang/benda kantor yang pengguanaannya
hanya satu/beberapa kali pakai atau tidak tahan lama. Contoh :
kertas, tinta, karbon, klip, pensil dan pulpen.
b. Barang tidak habis pakai
19

Barang yang tidak habis pakai adalah barang/benda kantor yang


penggunaannya tahan lama. Contoh : stapler, perforator, cutter, dan
gunting.
2.4 M3 Metode Asuhan Keperawatan
2.4.1 Penerapan MAKP
Model perawatan Primary Nursing merupakan salah satu model praktek
Keperawatan professional dimana perawat bertanggung jawab penuh terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
Rumah Sakit. Model ini mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan selama
pasien di rawat. Model ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien di rawat. Konsep dasar dan model ini
adalah tanggung jawab dan tanggung gugat. Berikut sistem pemberian asuhan
keperawatan Primary Nursing.
Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menerapakan model asuhan
keperawatan primer. Adapun bagan model asuhan keperawatan adalah sebagai
berikut :

TIM MEDIS DAN TIM KEPALA RUANGAN


LAIN SARANA RS

PERAWAT PERAWAT
PRIMER PRIMER
PERAWAT PERAWAT
ASSOCIATE ASSOCIATE
KLIEN KLIEN
20

Kelebihan :
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
3. Pasien merasa diperlakukan sewajarnya karena terpenuhinya kebutuhan
secara individu
4. Tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan proteksi, informasi dan advokasi ( Gillies, 1989)
Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
pengambilan keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, Akontable
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin profesi.
2.4.1.1 Pembagian Tugas
Job Description Model Praktek Keperawatan primary nursing
1. Kepala ruangan
Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab
dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
Tugas pokok :
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang
rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
Uraian Tugas :
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga
lain sesuai kebutuhan
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan
sesuai kebutuhan
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
21

1) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan


ruang rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga
lain sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga baru atau tenaga
lain yang akan bekerja di ruang rawat.
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standart
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di
ruang rawat.
6) Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan
tenaga lain yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
7) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan
antara lain melalui pertemuan ilmiah
8) Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapai pelayanan yang optimal.
9) Menyusun permintaan rutin meliputi: kebutuhan alat, obat dan
bahan lain yang diperlukan di ruang rawat
10) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar
selalu dalam keadaan siap pakai
11) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventarisasi peralatan
12) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya,
meliputi penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib
ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaanya serta kegiatan
rutin sehari-hari di ruangan
13) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (Visite dokter)
untuk pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan, serta
menyampaikan kepada staf untuk melaksanakannya.
22

14) Mengelompokkan paien dan mengatur penempatannya di ruang


rawat menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi
untuk memudahkan pemberian asuhan keperawatan
15) Mengadakan pendekatan kepada tiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah yang dihadapinya
16) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
17) Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga
dalam batas kewenangan
18) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
19) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan
pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan
secara tepat dan benar untuk tindakan perawatan selanjutnya.
20) Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruangan yang
lain, seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan
kepala unit di RS
21) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberikan
ketenangan.
22) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan
23) Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien, kemudian
memeriksa dan meneliti ulang saat penyajian sesuai dengan diitnya
24) Memelihara buku register dan berkas catatan medik
25) Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan
kegiatan asuhan keperawatan, serta kegiatan lain di ruang rawat.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian, meliputi :
23

1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang


telah ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan di bidang perawatan
3) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat-obatan secara efektif dan efisien.
4) Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di
ruang rawat.
2. Perawat Primer
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk
memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif kepada klien.
Tugas pokok :
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana perawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila
diperlukan.
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan
6) Mendampingi dokter selama visite untuk pemeriksaan pasien dan
mencatat program pengobatan
7) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat.
8) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun
tertulis.
9) Membuat jadwal perjanjian klinik
10) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
11) Mempersiapkan pasien pulang
12) Membuat laporan harian
24

3. Perawat Associate
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk
memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
Tugas pokok :
1. Memberikan pelayanan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang.
1) Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disusun
2) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
3) Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan respon
klien pada catatan perawatan
2. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
1) Pemberian obat
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan klien yang akan dioperasi
3. Memperhatikan keseimbangan fisik, mental dan spiritual dari klien :
1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberikan rasa aman,
nyaman dan ketenangan.
3) Pendekatan dengan komunikasi terapeutik
4. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan perawatan dan pengobatan serta diagnostik
5. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannya
6. Memberi pertolongan segera pada pasien gawat atau sakratul maut
7. Membantu kepala ruangan dan perawat primer dalam ketatalaksanaan
ruangan serta administratif.
1) Menyiapkan data klien baru pulang atau meninggal
2) Sensus harian dan formulir
3) Pendekatan dengan komunikasi terapeutik
8. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan
25

9. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan


keindahan ruangan
10. Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/ malam secara bergantian
11. Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien tentang penyakitnya.
2.4.1.2 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan pasien (berdasarkan teori D. Orem :
Self-care Deficit)
1. Minimal Care
a. Pasien bisa mandiri / hampir tidak memerlukan bantuan :
1) Mampu naik – turun tempat tidur
2) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
3) Mampu makan dan minum sendiri
4) Mampu mandi sendiri / mandi sebagian dengan bantuan
5) Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
6) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
7) Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
b. Status psikologis stabil
c. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
d. Operasi ringan
2. Partial Care
a. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
1) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik – turun tempat tidur
2) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi / berjalan
3) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4) Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
5) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
b. Post operasi minor (24 jam)
c. Melewati fase akut dari post operasi mayor
d. Fase awal dari penyembuhan
e. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
26

f. Gangguan emosional ringan


3. Total Care
a. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawat yang lebih lama
1) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke
kereta dorong / kursi roda
2) Membutuhkan latihan pasif
3) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intra vena (infus)
atau NG tube (sonde)
4) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6) Dimandikan perawat
7) Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter

2.4.1.3 Konsep Penghitungan Ketenagaan (Ratna Sitorus, 2002)


Klasifikasi Pasien
Jumlah pasien Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

Tabel 2.3: jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat

2.4.1.4 BOR ( Bed Occupation Rate)


Penghitungan jumlah tempat tidur dan BOR :

Rumus Perhitungan BOR :

BOR = Jumlah Pasien X 100 %

Jumlah TT

2.4.2 Timbang terima


27

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima


suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan
kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar
shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan. (Nursalam, 2002)
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi.Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Pre conference adalah diskusi tentang aspek
klinik sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post
conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-
masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan
untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri
dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk
menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi
pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (Marelli,
et.al, 1997).
Tujuan pre conference adalah:
a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan.
c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Tujuan post conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
Syarat pelaksanaan
28

a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan


post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.
b. Waktu efektif yang diperlukan 10-15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, PP, dan PA (Jean,
et.Al, 1973)
Pedoman pelaksanaan conference:
a. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa
mendominasi dan memberi umpan balik
d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan
mengambil tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat
yang berbeda
f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin
dan kesesuainya dengan situasi lapangan
2.4.2.1 Tujuan
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
c. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2.4.2.2 Langkah-langkah
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan
hal-hal apa yang akan disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift
selanjutnya meliputi :
29

1) Jumlah pasien: jumlah pasien baru, jumlah pasien lama dan pasien
pulang
2) Identitas klien dan diagnosa medis
3) Masalah keperawatan
4) Data yang mendukung
5) Tindakan keperawatan yang sudah/ belum dilakukan
6) Rencana umum/ catatan khusus yang perlu dilakukan : pemeriksaan
penunjang, konsul, prosedur tindakan tertentu.
d. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien.
2.4.2.3 Prosedur Timbang Terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer
yang mengganti jaga pada shift berikutnya :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
2) Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga
berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a. Identitas klien dan diagnosa medis.
30

b. Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.


c. Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
d. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
e. Intervensi kolaboratif dan dependensi.
f. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya.
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi
tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan berhak
menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
6) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan melakukan
validasi data tidak lebih dari 5 menit.
c. Penutup
1) Kembali ke nurse station, klasifikasi data setelah keliling ke tiap pasien
2) Tanda tangan perawat dan kepala ruangan di lembar timbang terima
3) Laporan/ handover alat-alat yang dimiliki.
2.4.3 Ronde Keperawatan
2.4.3.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat
assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011)
2.4.3.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
31

5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan


benar.
2.4.3.3 Kriteria klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Klien dengan kasus baru atau langka

2.4.3.4 Peran masing-masing anggota tim


1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2. Perawat Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
2.4.4 Discharge Planning
2.4.4.1 Pengertian
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan suatu proses yang
dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito, 1990).
32

Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses terintegrasi


yang terdiri dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan
yang berkesinambungan (Raden dan Traft, 1990).
2.4.4.2 Tujuan Discharge Planning
Menurut Jipp dan Sirass (1999) perencanaan pulang (discharge planning)
bertujuan untuk:
1. Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
2. Meningkatkan kemandirian klien.
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada klien.
4. Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain.
5. Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan
sikap dalam mempertahankan status kesehatan klien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.
2.4.4.3 Manfaat Discharge Planning
Menurut Spath (2003), discharge planning mempunyai manfaat:
1. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada klien
yang dimulai dari rumah sakit
2. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan klien
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan klien
dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
4. Membantu kemandirian klien dalam kesiapan melakukan perawatan rumah
2.4.4.4 Komponen Discharge Planning
1. Kontrol (waktu dan tempat)
2. Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai diet, aktivitas dan istirahat, perawatan diri, perawatan
luka. Pemberian pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman klien
dan keluarga mengenai perawatan klien di rumah.
3. Obat-obatan yang masih diminumkan dan jumlahnya.
33

Pada klien yang akan pulang dijelaskan obat-obatan yang masih diminum,
dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat minum obat.
4. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan fotokopi hasil pemeriksaan
selama MRS dibawakan ke klien waktu pulang
a. Surat-surat seperti: surat keterangan istirahat, surat keterangan dirawat RS,
surat kontrol, dll.
b. Rujukan pelayanan kesehatan terdekat.

2.4.4.5 Tindakan Discharge Planning


Tindakan perawatan yang diberikan pada waktu perencanaan pulang yaitu
meliputi:
1. Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) pendidikan kesehatan diharapkan
bisa mengurangi angka kekambuhan dan meningkatkan pengetahuan klien.
2. Program pulang bertahap
Bertujuan untuk melatih klien kembali ke keluarga dan masyarakat antara
lain apa yang harus dilakukan klien di rumah dan apa yang harus dilakukan
keluarga.
3. Rujukan
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung
antara perawatan community dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui
perkembangan klien dirumah.
2.4.4.6 Bagian dari Discharge Planning
Menurut Boyle (1999) discharge planning terdiri dari:
1. Memastikan klien berada di lokasi yang aman setelah klien pulang
2. Memutuskan perawatan klien lanjut yang dibutuhkan, asisten yang dibutuhkan
atau peralatan spesial yang diperlukan kemudian.
3. Mengatur pelayanan keperawatan di rumah (home care).
34

4. Memilih tenaga kesehatan atau Puskesmas terdekat yang akan memonitor


kesehatan klien dan keperluan medis lainnya setelah tiba di rumah.
5. Memberi pelajaran singkat kepada keluarga yang akan menjaga klien di rumah
tentang keterampilan yang diperlukan untuk merawat klien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antara RS dengan masyarakat.
2.4.4.6 Jenis Discharge Planning
1. Conditional discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi klien bagus tidak terdapat kompilikasi. Klien
untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak
rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir
dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat
kembali maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3. Judical discharge (pulang paksa) kondisi ini klien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien
harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat Puskesmas
terdekat. Pada ruang Palem II jika pasien menginginkan pulang paksa maka
pasien atau keluarga harus mengisi informed consent terlebih dahulu, agar
pihak rumah sakit tidak disalahkan jika ada risiko setelah di rumah.
4. Meneruskan dengan obat jalan.
5. Meninggal.
2.4.4.7 Komponen Perencanaan Pulang (Komponen Discharge Planning)
a. Pada saat pasien masuk ruangan:
1. Menyambut kedatangan pasien
2. Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan denah ruangan
3. Memperkenalkan pasien pada teman sekamar, perawat, dokter dan tenaga
kesehatan lain
4. Melakukan pengkajian keperawatan
5. Menyampaikan kepada keluarga perkiraan lama masa perawatan.
b. Selama masa perawatan:
35

1. Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain


2. Melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang muncul sampai
dengan evaluasi perkembangan pasien selama dirawat.
3. Penyuluhan kesehatan: penyakit, perawatan, pengobatan, diet, aktivitas,
kontrol
c. Persiapan pasien pulang:
1. Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai aturan diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat
kontrol. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tingkat pemahaman klien
dan keluarga mengenai perawatan selama klien di rumah nanti, perawatan
lanjutan seperti perawatan luka, NGT, dll.
2. Obat-obatan yang masih dikonsumsi
klien dan dosisnya
Penjelasan mengenai obat-obatan klien yang masih harus diminumkan,
dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat untuk minum obat, efek samping
yang mungkin muncul.
3. Obat-obatan yang dihentikan
Pada pasien JPS atau Askes kalau ada obat-obatan yang tidak diminum
lagi oleh klien, dikembalikan ke depo farmasi dan untuk pasien umum
mendapat ganti berupa uang di apotek dia membeli obat.
4. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan foto selama dirawat di RS dibawakan pulang pada
klien, tetapi untuk hasil pemeriksaan laboratorium asli menjadi milik RS.
5. Surat-surat seperti: surat keterangan
sakit, surat kontrol, surat rujukan, dll.
2.4.4.8 Tindakan Keperawatan Pada Waktu Perencanaan Pulang
1. Mengkaji kebutuhan klien (fisiologis, psikologis, sosial dan kultural)
2. Mengembangkan rencana keperawatan yang sudah diterapkan dan
mendokumentasikan strategi discharge
36

3. Memberi pendidikan kepada keluarga dan klien (Patrice, 1999)


2.4.4.9 Peran Perawat Dalam Discharge Planning
1. Kepala Ruangan
a. Membuka acara discharge planning kepada pasien
b. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
2. Perawat Primer
a. Membuat rencana discharge planning
b. Membuat leaflet dan menyiapkan kartu discharge planning
c. Memberikan konseling
d. Memberikan pendidikan kesehatan
e. Menyediakan format discharge planning
f. Mendokumentasikan discharge planning
g. Melaksanakan agenda discharge planning (pada awal perawatan sampai
dengan akhir perawatan)
3. Perawat Associate
Ikut membantu melaksanakan discharge planning yang telah direncanakan
oleh perawat primer
2.4.4.10 Alur Discharge Planning

Dokter dan
PP dibantu PA
Tim Kesehatan
Keadaan pasien:
1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan
Pulang
Penyelesaian Lain-lain
administrasi
Program HE:

- Kontrol dan
obat/perawatan
- Gizi
- Aktivitas dan istirahat
37

Monitoring oleh petugas


kesehatan dan keluarga

2.5 Pembiayaan (M4/ MONEY)


2.5.1 Kompensasi
Kompensasi merupakan terminologi luas yang berhubungan dengan imbalan
finansial. Terminologi dalam kompensasi adalah:
a. Upah dan Gaji. Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per
jam. Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan, bulanan,
atau tahunan
b. Insentif. Insentif (incentive) adalah tambahan kompensasi di atas atau di luar
gaji atau upah yang diberikan organisasi
c. Tunjangan
d. Fasilitas (Simamora, 2004).
2.5.2 Reward
reward yaitu hadiah dan hukuman dalam situasi kerja, hadiah menunjukkan
adanya penerimaan terhadap perilaku dan perbuatan, sedangkan hukuman
menunjukkan penolakan perilaku dan perbuatannya.
Wahyuningsih (2009) juga mendefinisikan reward adalah penghargaan/hadiah
untuk sesuatu hal yang tercapai. Francisca (2006) memfokuskan definisi reward
sebagai hadiah atau bonus yang diberikan karena prestasi seseorang. Reward dapat
38

berwujud banyak rupa. Paling sederhana berupa kata-kata seperti pujian adalah salah
satu bentuknya. Reward biasanya digunakan untuk mengendalikan jam kerja
seseorang dalam organisasi (Raharja, 2006).
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa ada kendali
langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya sesuai evaluasi kinerja
sebelumnya. Selebihnya, dengan reward seseorang dapat meningkatkan cara kerjanya
tanpa harus dikendalikan pimpinan. Hal ini juga ditegaskan Gouillart & Kelly dalam
Raharja (2006) bahwa reward yang diperoleh atau diharapkan akan diperoleh sebagai
konsekwensi dari apa yang mereka kerjakan akan merubah perilaku manusia secara
fundamental.
2.4.2 Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak tercapai/ pelanggaran.
Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setiap orang pasti beda persepsi dan beda
pendapat (Wahyuningsih, 2009).
Punishment merupakan penguatan yang negatif, tetapi diperlukan dalam
perusahaan. punishment yang di maksud disini adalah tidak seperti hukuman
dipenjara atau potong tangan, tetapi punishment yang bersifat mendidik. Selain itu
punishment juga merupakan alat pendidikan regresif, artinya punishment ini
digunakan sebagai alat untuk menyadarkan karyawan kepada hal-hal yang benar.
Ngalin purwanto (1988:238) membagi punishment menjadi dua macam yaitu:
a. Hukuman prefentif
yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud atau supaya tidak terjadi
pelanggaran. Hukuman ini bermaksud untuk mencegah agar tidak terjadi
pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran
dilakukan. Contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian dan ancaman
b. Hukuman refresif
yaitu hukuman yang dilakukan, oleh karena adanya pelanggaran, oleh adanya
dosa yang telah diperbuat. Jadi hukuman itu terjadi setelah terjadi kesalahan.
2.6 Pemasaran (M5/ MUTU)
2.6.1 Indeks Kepuasan Masyarakat
39

Kepuasan masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan


keberhasilan suatu badan usaha karena masyarakat adalah konsumen dari produk
yang dihasilkannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Hoffman dan Beteson (2011),
yaitu: ”weithout custumers, the service firm has no reason to exist”. Definisi
kepuasan masyarakat menurut Mowen (2011,): ”Costumers satisfaction is defined as
the overall attitudes regarding goods or services after its acquisition and uses”. Oleh
karena itu, badan usaha harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat
sehingga mencapai kepuasan masyarakat dan lebih jauh lagi kedepannya dapat
dicapai kesetiaan masyarakat. Sebab, bila tidak dapat memenuhi kebutuhan dan
kepuasan masyarakat sehingga menyebabkan ketidakpuasan masyarakat
mengakibatkan kesetiaan masyarakat akan suatu produk menjadi luntur dan beralih
ke produk atau layanan yang disediakan oleh badan usaha yang lain.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan
oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut:
a. Efektif
b. Sederhana
c. Kejelasan dan kepastian
d. Keterbukaan
e. Efisiensi
f. Ketepatan waktu
Berkembangnya era servqual juga memberi inspirasi pemerintah Indonesia
untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelayanan sektor publik. Salah satu
produk peraturan pemerintah terbaru tentang pelayanan publik yang telah dikeluarkan
untuk melakukan penilaian dan evaluasi terhadap kinerja unit pelayanan publik
instansi pemerintah adalah Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: KEP- 25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Pebruari 2004 tentang Pedoman
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Ke-14
indikator yang akan dijadikan instrumen pengukuran berdasarkan keputusan menteri
pendayagunaan aparatur negara di atas adalah sebagai berikut:
40

a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan


kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya.
c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas
yang memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan
tanggung jawab). Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan
petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi
waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Tanggung jawab petugas
pelayanan yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
d. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan
kepada masyarakat.
e. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
f. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
g. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah
serta saling menghargai dan menghormati.
h. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
i. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan.
j. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
41

k. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan


yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepada penerima pelayanan.
l. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnnya tingkat keamanan lingkungan
unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
Hak Pasien:
a.       Hak untuk memperoleh informasi meliputi:
1) Diagnosa penyakit yang di deritanya
2) Tindakan medis yang akan atau telah dilakukan
3) Kemunginan penyakit yang timbul sebagai akibat tersebut serta rencana
tindakan untuk mengatasainya
4) Perkiraaan biaya pengobatan
b.    Hak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya, sesuai
dengan peraturan yang berlaku dirumah sakit Pelabuhan Palembang
c.       Hak untuk memberikan persetujuan/ menolak untuk tindakan atau pemeriksaan
yang akan dilakukan atas dirinya sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
d.      Hak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi
kedokteran
e.       Hak mendapat pelayanan yang manusiawi tanpa diskriminasi
f.   Berhak memperoleh asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar profesi
keperawatan
g.   Hak atas “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk rekam
medisnya.

Anda mungkin juga menyukai