Anda di halaman 1dari 3

Teori Belajar

1. Teori Belajar Gesalt. Tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi
belajar lebih meningkatkan belajar seseorang daripada hukuman dan ganjaran.
(Wertheimeimer) – Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta : PT. Pustaka Insan
Madani. –

2. Theory Koneksionisme. Menurut teori ini, tingkah laku manusia tidak lain dari suatu
hubungan antara perangsang dan jawaban atau stimulus dan respons. Belajar adalah
pembentukan hubungan stimulus dan respons yang sebanyak-banyaknya. Siapa yang
menguasai hubungan stimulus dan respons sebanyak banyaknya ialah orang pandai atau
yang berhasil dalam belajar. – Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. –

3. Social Learning Theory ( Teori belajar Sosial ). Pendekatan teori belajar sosial terhadap
proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning
(pembiasaan merespons ) dan imitation (peniruan ). – Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi
Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

4. Teori Conectionism. Menurut teori ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi-
situasi baru akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya mencoba-coba yang membabi-
buta. Jika dalam usaha mencoba-coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap
memenuhi tuntutan atau situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu akan
dipegangnya. Karena latihan yang terus-menerus, maka waktu yang di pergunakan untuk
melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama akan makin efisien. (Thorndike). –
Purwanto, Ngalim. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. –

5. Teori Apersepsi. Proses belajar dipandang sebagai proses menghubungkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang baru dikuasai anak. – Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. –

6. Teori Model Proses Informasi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan intelek komputer.
Maksudnya, ada kemungkinan memrogram digit untuk mengerjakan sesuatu yang dikerjakan
manusia. – Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta : CV Andi Ofset. –

7. Teori Psikologi Kognitif. Teori ini menekankan pada arti pentingnya proses internal, mental
manusia. Secara lahiriah seorang anak sedang belajar, membaca, dan menulis, menggunakan
perangkat jasmaniah untuk mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi,
perilaku itu bukan semata-mata respon atas stimulus yang ada melainkan karena dorongan
mental yang diatur oleh otaknya. Dalam hal ini pakar psikologi , piaget, menyimpulkan
bahwa, anak-anak memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya sendiri untuk belajar. –
Syah , Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosda
Karya. –

8. Teori Additive. Teori ini merupakan dasar hukum bahwa jiwa merupakan suatu gudang
dimana terkumpul fakta-fakta,oleh karena itu belajar merupakan proses memperoleh
fakta.Teori ini menitik beratkan pada faktor ingatan oleh karena anggapan bahwa untuk
belajar,fakta-fakta harus di ingat.Belajar dianggap sebagai suatu proses yang pasif dimana
yang belajar harus bersikap menerima sedang tugas yang mengajar adalah ‘mengisinya’. –
Koestoer. 1983. Dinamika dalam Psikologi Pendidikan Jilid III. Jakarta Pusat : Erlangga –

9. Teori humanistik,. Teori yang menempatkan guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar.
Menurut gagne dan briggs pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai–nilai dan
sikap pribadi yang di kehendaki secara sosial dan perolehan pengetauhan yang luas tentang
sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berfikir produktif. Menurut Hamaceek guru–guru
atau fasilitator yang baik adalah mereka yang mempunyai rasa humor, adil, menarik, lebih
demokratis, dan mereka mampu berhubungan dengan mudah dan wajar dengan para siswa
baik perorangan maupun kelompok. – Ahmadi, Abdul dan Widodo Supriyono. 1991.
Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. –

10. Teori Operant Conditioning. Menurut Skinner tingkah laku bukanlah sekedar respon
terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant. Operant ini dipengaruhi
oleh apa yang terjadi sesudahnya. Jadi operant conditioning itu melibatkan pengendalian
konsekuensi. Tingkah laku ialah perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu.
Tingkah laku ini terletak diantara dua pengaruh, yaitu pengaruh yang mendahuluinya
(antecendet) dan pegaruh yang mengikutinya (konsekuensi). (B. F Skinner). – Mahmud,
Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

11. Teori Sibernitik. Menurut teori ini, belajar adalah proses pengolahan informasi. Asumsi
lain dari Teori Sibernitik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk
segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Oleh karena itu, sebuah informasi mungkin
akan dipelajari seorang siswa dengan macam satu proses belajar, dan informasi yang sama
itu mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses belajar yang berbeda.
– Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi
Aksara. –

12. Teori Pembelajaran Observasional. Proses dimana individu mempelajari respons-respons


baru dengan mengobservasi perilaku orang lain (seorang model) dari pada pengalaman
langsung, terkadang disebut juga “vicoribus conditioning”. – Wade, Carole& Carol Travis.
2007. Psikologi. Jakarta : PT Glora Aksara Pratama. –

13. Teori Hadiah dan Hukuman. Teori ini menganggap bahwa orang akan belajar hal-hal atau
perbuatan-perbuatan yang ada hadiahnya dan akan menghindari yang ada hukumannya. Titik
berat pandangan ini adalah bahwa awal/sebab proses belajar berasal dari luar diri yang
belajar. – Partowisastro, Koestoer. 1983. Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Erlangga. –

14. Teori Pavlov. Belajar Merupakan suatu respon yang dikeluarkan suatu stimulus yang telah
dikenal (sudah menjadi suatu kebiasaan). – Nursalim, Mochammad, dkk. 2007. Psikologi
Pendidikan. Surabaya : Unesa University Press. –

15.Teori Asosiasi. Teori belajar ini merupakan yang paling tua, yakni hubungan antara stimulus
dan respon. Hubungan itu bertambah kuat bila sering diulangi, dan respon yang tepat diberi
ganjaran berupa makanan atau pujian atau cara lain yang memberi rasa puas dan senang. –
Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi
Aksara. –

Anda mungkin juga menyukai