Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKAD MUSYARAKAH

AKUNTANSI SYARIAH

DISUSUN OLEH ;
JULIAWATI ( 186602123 )
FACHRUL RAHMAN (186602092)
CAHAYA PUTRIA NINGSIH (186602187 )

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM-ENAM KENDARI


TA 2019/2020

i
Daftar Isi

Daftar Isi .............................................................................................................................. i

Kata Pengantar .................................................................................................................. ii

Bab 1 : Pendahuluan .......................................................................................................... 2

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................


2

C. Tujuan .....................................................................................................................
3

Bab 2 : Pembahasan ........................................................................................................... 4

A. Pengertian Musyarakah .......................................................................................


4
B. Jenis-jenis Musyarakah ........................................................................................
5
C. Karakteristik Musyarakah ................................................................................... 7
D. Jurnal Pembiayaan Musyarakah ...................................................................... 16
Bab 3 : Penutup ................................................................................................................ 19

Kesimpulan .......................................................................................................... 19

Daftar Pustaka .......................................................................................................................


20

ii
Kata Pengantar

Syukur alhamdulilah selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
karunia yang Ia berikan, hingga sampai saat ini saya masih dapat menjalankan segala
aktivitas seperti biasanya tanpa kekurangan satu apapun. Atas karunia itu, salah satunya
ialah selesainya tugas ke-8 mata kuliah Akuntansi Syari’ah dengan judul “ Akuntansi Akad
Musyarakah “ ini dengan sebaik-baiknya. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
sistem pembiayaan musyarakah dan bagaimana bentuk sistem pencatatan akuntansinya.

Demikian sedikit kata sebagai salam pembuka, jika ada kekurangan saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun akan saya terima sebagai
penyempurnaan untuk tulisan-tulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para
pembaca sekalian yang diberkahi Allah SWT. Aamiin....

iii
Bab 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dalam upaya melaksanakan kerja sama usaha, salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan kerja sama dengan akad musyarakah. Kerja sama ini pada
dasarnya adalah dua orang atau dua pihak yang saling mengikatkan diri memberikan modal
yang dimilikinya demi terwujudnya tujuan usaha bersama dengan konsekuensi untung atau
rugi dibagi sesuai kesepakatan.

Musyarakah dapat diaplikasikan pada kerja sama usaha secara umum, ataupun
pembiayaan. Sebagai salah satu dari instrumen yang ada pada lembaga keuangan syari’ah,
musyarakah memiliki karakteristik sendiri, baik dari segi pengertian, sumber hukum, jenis,
syarat atau rukun dan pencatatnnya dalam akuntansi. Akad kerja sama ini dalam bahasa
yang lebih sederhana, pada batasan-batasan tertentu dapat disebut dengan usaha
patungan. Hal ini karena dalam tujuan usaha tertentu, setiap pihak memberikan kontribusi
yang dimiliki.

Tentu dalam pencatatannya di laporan akuntansi, musyarakah memiliki karakteristik


dan aturan tersendiri. Secara singkat tentang musyarakah telah disebutkan di atas, namun
penjelasan yang lebih padat tentang musyarakah masih belum banyak diketahui. Begitu pula
tantang pencatatan akuntansi akad ini yang memiliki karakteristik sendiri, seperti halnya
akad lain dalam keuangan syariah. Dalam tulisan ini akan dibahas dan diuraikan pengenai
akad musyarakah dalam literatur pembiayaan dan bagaimana pencatatan akuntansinya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, persoalan yang akan dibahas pada tulisan
kali ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan musyarakah ?


2. Apa saja jenis-jenis musyarakah ?
3. Bagaimana karakteristik musyarakah ?
4. Bagaimana jurnal pencatatan akuntansi pada akad pembiayaan musyarakah ?

2
C. Tujuan
Penjelasan yang ada dalam tulisan ini, memiliki tujuan utama yang ingin dicapai
adalah :

1. Mengerti apa yang dimaksud dengan musyarakah


2. Mengetahui jenis-jenis musyarakah
3. Memahami karakteristik musyarakah
4. Mengetahui jurnal pencatatan akuntansi pembiayaan musyarakah

Bab 2

Pembahasan

A. Tentang Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau modal, dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan1. Dasar hukumnya dalam Al-Qur’an adalah Surat Shad ayat 24 dan An Nisa
ayat 122.

Dalam musyarakah para pihak sama-sama menyediakan modal untuk membiayai


usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru akan dilaksanakan. Semua
modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama.
Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan
oleh pelaksana proyek. Selanjutnya salah satu pihak (mitra usaha) dapat mengembalikan
modal yang diterima tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau
sekaligus kepada mitra kerjanya. Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk
kas, setara kas atau aktiva non kas, termasuk aktiva tidak berwujud, seperti lisensi dan hak
paten.

Karena setiap pihak tidak dapat menjamin modal mitra lainya, maka setiap pihak
dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang
1
Lihat PSAK Nomor 106
2
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, (Yogyakarta : UII Press, 2004) Hal. 93
3
disengaja (seperti pelanggaran terhadap akad antara lain : penyalahgunaan dana
pembiayaan, manipulasi biaya dan pendapatan operasianal, pelaksanaan yang tidak sesuai
dengan prinsip syariah, dll). Jika tidak ada kesepakatan antara pihak yang bersangkutan,
kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan badan arbitrase atau pengadilan.

Laba musyarakah dibagi di antara para pihak, baik secara proprsional sesuai
besarnya modal yang disetorkan (berupa kasa maupun aktiva lainnya) atau sesuai nisbah
yang disepakti oleh para pihak. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai
dengan besarnya modal yang disetorkan.

Berdasarkan definisi musyarakah di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembiayaan


Porsi Modal
musyarakah adalah pembiayaan yang diberikan oleh para pihak yang membuka atau
mengerjakan suatu usaha, dan para pihak tersebut juga ikut terlibat dalam pendanaan usaha
tersebut dengan kesepakatan yang telah diputuskan bersama.

B. Jenis-jenis Musyarakah
Musyarakah dapat bersifat permanen maupun menurun. Dalam musyarakah
permanen, bagian modal setiap pihak ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga
akhir masa akad. Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal salah satu pihak
(misalkan bank) akan dialihkan secara bartahap kepada mitra usaha sehingga bagian modal
pihak pertama akan menurun dan pada akhir  masa akad pihak kedua akan menjadi pemilik
usaha tersebut3. Dalam perjanjian kemitraan pada pembiayaan musyarakah, ada rukun-
rukun yang harus dipenuhi, yaitu adanya pihak yang berakad, objek akad (proyek atau
usaha dan modal dan kerja) serta shigat atau ucapan ijab qabul.
Menurut syariah, musyarakah dibagi menjadi dua jenis, yaitu musyarakah al-milk
(kepemilikan) dan musyarakah ‘uqud (kontrak)4. Musyarakah kepemilikan tercipta karena
suatu kondisi (misal memperoleh warisan atau kondisi lainnya) yang berakibat pemilikan
bersama suatu asset oleh atau dua orang atau lebih, tanpa membuat perjanjian kemitraan
yang resmi. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah
aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut. Sedangkan
musyarakah akad tercipta dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa
tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan
kerugian. Dengan kata lain bahwa para pihak dengan sengaja dan sukarela membuat suatu
perjanjian.

4
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan aspek-aspek Hukumnya,(Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2014
4
Istilah lain dari musyarakah adalah shirkah atau syirkah. Dalam banyak buku fiqh, syirkah
‘ukud dibagi dalam beberapa jenis5, yaitu :

 Syirkah al-‘Inan
Adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih, di mana setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua
pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati antara
mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau
bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
Mayoritas ulama membolehkan syirkah ini.
 Syirkah Mufawadhah
Adalah kerja sama antara dua orang atau lebih, di mana setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak
membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat utama
dari jenis al-musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung
jawab dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.
 Syirkah A’maal
Adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan bersama
dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Para pihak menyumbangkan keahlian
dan tenaganya tanpa memberikan modal. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek
untuk menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang penjahit untuk
menerima order pembuatan seragam sebuah kantor. Syirkah ini kadang-kadang
disebut syirkah abdan.
 Syirkah Wujuh
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki keahlian dan reputasi yang
baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu
perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam
keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan
oleh tiap mitra. Jenis syirkah ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara
kredit berdasarkan pada jaminan tersebut.

C. Karakteristik Musyarakah
Berikut ini adalah penjelasan mengenai karakteristik musyarakah, dalam literatur
pembiayaan (misalkan bank dengan nasabah yang mengajukan pembiayaan), yaitu :

5
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan aspek-aspek Hukumnya,(Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2014) Hal. 335
5
 Ketentuan Umum Pembiayaan Musyarakah
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola
bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan
usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk
menjalankan proyek musyarakah tidak boleh melakukan tindakan seperti :
- Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
- Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik modal
lainnya
- Memberi pinjaman kepada pihak lain6
Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaannya atau digantikan oleh pihak
lain. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama apabila :
- Menarik diri dari perserikatan
- Meninggal dunia
- Menjadi tidak cakap hukum
Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus
diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal. Proyek yang akan dijalankan harus
disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana
tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

 Persyaratan Akad
- Ijab dan Qobul
 Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit  menunjukkan
tujuan kontrak
 Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak
 Akad dituangkan secara tertulis, melalui  korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern7.
- Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum
 Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan
 Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakil
6
http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-syariah.html diakses pada
Minggu, 30 September 2014 pukul 23:00:12
7
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah : Konsep dan Implementasi PSAK Syariah, (Yogyakarta :
P3EI Press, 2008) Hal. 287
6
 Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam
proses bisnis  normal
 Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk
mengelola aset
 Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau
menginvestasikan dana untuk kepentingan sendiri8.
- Obyek Akad
 Modal
Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang
nilainya sama. Modal dapat terdiri dari asset perdagangan seperti
barang-barang, property dan sebagainya. Jika modal berbentuk asset,
harus lebih dulu dinilai dengan uang tunai dan disepakati oleh para
pihak
 Kerja
Partisipasi para pihak dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan
syarat. Salah satu pihak boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari
yang lainnya, dan dalam hal ini boleh menuntut bagian keuntungan
tambahan bagi dirinya. Setiap pihak melaksanakan kerja dalam
musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan
masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak
 Keuntungan
Keuntungan harus dikuantifikasikan dengan jelas untuk
menghindarkan pebedaan dan sengketa pada waktu alokasi
keuntungan atau ketika penghentian musyarakah. Setiap keuntungan
masing-masing pihak harus dibagikan secara proporsional atas dasar
seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang
ditetapkan bagi para pihak. Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa
jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase
itu diberikan kepadanya. Sistem pembagian keuntungan harus
tertuang dengan jelas dalam akad
 Kerugian
Kerugian harus dibagi antara para pihak secara proporsional menurut
saham masing-masing dalam modal. Sedangkan biaya operasional
dibebankan pada modal bersama9.
8
Ibid
9
Ibid Hal. 287
7
 Aplikasi dalam Perbankan
a. Pembiayaan proyek
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek di mana
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek
tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank
b. Modal Ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam
kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal
ventura. Penanaman modal dilakukan jangka waktu tertentu dan setelah dana
tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank10.

 Persyaratan Pembiayaan
Persyaratan ini harus juga dipenuhi sebagai syarat sahnya kerja sama yang
dilakukan, yaitu :
- Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan nasabah bertindak sebagai pihak atau
mitra usaha dengan bersama-sama menyediakan dana dan atau barang
untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu
- Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan LKS sebagai mitra usaha
dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan
wewenang yang disepakati
- LKS berdasarkan kesepakatan dengan nasabah dapat menunjuk nasabah
untuk mengelola usaha
- Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan atau barang
- Jika pembiayaan diberikan dalam bentuk barang maka barang yang
diserahkan harus dinilai secara tunai berdasarkan kesepakatan
- Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara LKS dan nasabah
- Biaya operasional dibebankan pada modal bersama sesuai kesepakatan
- Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk
nisbah yang disepakati
- LKS dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut porsi
modal masing-masing, kecuali jika terjadi kecurangan, kelalaian, atau
menyalahi perjanjian dari salah satu pihak
10
http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-syariah.html Diakses pada
Minggu, 30 November 2014 pukul 23:00:12
8
- Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu
investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak dan tidak berlaku surut
- Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang yang besarnya berbeda-
beda berdasarkan kesepakatan pada awal akad
- Pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan metode bagi untung atau rugi
(profit and loss sharing) atau metode bagi hasil pendapatan (revenue sharing)
- Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha sesuai dengan laporan
keuangan nasabah
- Pengembalian pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode akad atau
dilakukan secara angsuran berdasarkan aliran kas masuk (cash in flow) usaha
- LKS dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi risiko apabila
nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban sebagai mana dimuat dalam akad
karena kelalaian dan atau kecurangan

 Dasar Akuntansi
Yaitu PSAK Nomor 106 yang mengatur tentang akuntansi musyarakah, dan
merupakan penyempurnaan dari PSAK Nomor 59 tentang akuntansi perbankan
syariah yang mengatur mengenai musyarakah. Penjelasannya adalah :
- PSAK 106 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi  musyarakah baik
sebagai mitra aktif dan mitra pasif
- Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan
akuntansi untuk mitra aktif dan akuntansi untuk mitra pasif dalam transaksi
musyarakah
- Kewajiban bagi mitra aktif untuk membuat catatan akuntansi terpisah atas
usaha musyarakah yang dilakukan
- Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra aktif,
penyempurnaan dilakukan untuk (1) pengukuran pada akad atas penyetoran
investasi musyarakah aset non-kas diukur sebesar nilai wajar (2) penerimaan
dana musyarakah dari mitra pasif di akui sebagai musyarakah dan di sisi lain
diakui syirkah temporer
- Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra pasif,
penyempurnaan di lakukan untuk (1) pengukuran pada saat akad atas
penyetoran investasi musyarakah aset non kas di ukur sebesar nilai wajar (2)
keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset non kas diserahkan pada
nilai wajar disajikan sebagai pos lawan dari investasi musyarakah

9
 Pencatatan Akuntansi11
- Akuntansi Mitra Aktif
Pada saat Akad :
 Investasi musyarakah diakui pada saat menyisihkan kas atau aset
non-kas untuk usaha musyarakah
 Pengukuran investasinya adalah :
Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang disisihkan
Dalam bentuk aset non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika
terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset non-kas,
maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset
musyarakah dalam ekuitas
 Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama masa akad
musyarakah. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai
wajar yang disusutkan dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan
:
Penyusutan yang dihitung dengan historical cost models
ditambah dengan
Penyusutan atas kenaikan nilai aset  karena penilaian kembali
saat penyisihan aset non kas untuk usaha musyarakah
 Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan
nilai aset, maka penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugaian
 Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai
investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah
 Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif diakui sebagai investasi
musyarakah dan disisi lain sebagai dana syirkah temporer sebesar :
Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima
Dana dalam bentuk asset non kas di nilai sebesarnilai wajar
dan disusutkan selama masa akad apabila aset tersebut tidak
akan dikembalikan kepada mitra pasif
Selama Akad Berlangsung :
 Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana
mitra diakhir akad dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan dan nilai
tercatat aset musyarakah non-kas

11
Ibid Hal. 290-291
10
Jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada
awal akad dikurangi dengan kerugian
Nilai tercatat aset musyarakah non-kas pada saat penyisihan
untuk usaha musyarakah setelah di kurangi penyusutan dan
kerugian
 Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar
jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah
dikembalikan kepada mitra pasif dan dikurangi kerugian
Pada saat Berkhirnya Akad :
Pada asat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dibayarkan
kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban

- Akuntansi Mitra Pasif


Pada saat Akad :
 Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau
penyerahan asset non kas kepada mitra aktif musyarakah
 Investasi musyarakah non kas yang diukur dengan nilai wajar aset
yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan
atas aset yang diserahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan
tangguhan
 Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai
bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh
mitra musyarakah

Selama Akad Berlangsung :


 Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana
mitra di akhir akad dinilai sebesar :
Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada
awal akad dikurangi dengan kerugian, atau
Nilai tercatat aset musyarakah non-kas pada saat penyerahan
untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan
kerugian
 Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar
jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
di kurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian

11
Pada saat Berakhirnya Akad :
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh
mitra aktif diakui sebagai piutang

 Dasar Pengakuan (Pengaturan dan Pengukuran)


- Pengakuan dan Pengukuran Awal Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai atau
penyerahan aktiva non-kas kepada mitra musyarkah. Pengukuran
pembiayaan musyarkah pada awal akad adalah sebagai berikut :
 Kas dinilai sebesar jumlah dibayarkan
 Aktiva non – kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih
antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non-kas, maka selisih tersebut
harus diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank pada saat
penyerahan
 Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan
musyarakah, kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah

- Pembiayaan Musyarakah Setelah Akad


Dalam pembiayaan musyarakah permanen, dinilai sebesar historis setelah
dikurangi kerugian (jika ada). Sedangkan dalam musyarakah menurun, kriteria
pengukurannya adalah :
 Dinilai sebesar historis dikurangi bagian pembiayaan bank yang telah
dikembalikan mitra (harga jual wajar) dan kerugian
 Selisih nilai historis dan nilai wajar bagian pembiayaan yang
dikembalikan diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank pada
periode berjalan
Dalam akad yang diakhiri sebelum jatuh tempo, saat pengembalian seluruh
atau sebagian modal, selisih nilai historis dan nilai pengembaliannya diakui
sebagai laba sesuai nisbah yang disepakati atau rugi sesuai dengan porsi
modal mitra. Sedangkan akad yang diakhiri, namun pembiayaan belum
dikembalikan oleh mitra, diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada mitra.
- Pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang
dibayarkan

12
- Pengakuan keuntungan atau pendapatan dan kerugian musyarakah, pada
pembiayaan musyarakah permanen yang melewati satu periode, maka :
 Laba diakui pada periode terjadinya sesuai dengan nisbah bagi hasil
yang telah disepakati
 Rugi diakui pada periode terjadinya kerugian tersebut dan mengurangi
pembiayaan musyarakah.
 Apabila dalam pembiayaan musyarakah menggunakan metode bagi
laba (profit sharing), dimana periode sebelumnya terjadi kerugian,
maka keuntungan yang diperoleh pada periode tersebut harus
dialokasikan terlebih dahulu untuk memulihkan pengurangan modal
akibat kerugian pada periode sebelumnya
- Dalam pembiayaan musyarakah menurun yang melewati satu periode laporan
dan terdapat pengembalian sebagian atau seluruh pembiayaan musyarakah,
maka :
 Laba diakui pada periode terjadinya sesuai dengan nisbah bagi hasil
yang telah disepakati
 Rugi diakui pada periode terjadinya secara proporsional sesuai
dengan kontribusi modal dan mengurangi pembiayaan musyarakah
 Apabila dalam pembiayaan musyarakah menggunakan metode bagi
laba (profit sharing), dimana periode sebelumnya terjadi kerugian,
maka keuntungan yang diperoleh pada periode tersebut harus
dialokasikan terlebih dahulu untuk memulihkan pengurangan modal
akibat kerugian pada periode sebelumnya
- Pada saat akad pembiayaan musyarakah berakhir, keuntungan yang belum
diterima bank dari mitra musyarakah diakui sebagai piutang musyarakah jatuh
tempo
- Apabila terjadi kerugian dalam musyarakah akibat kelalaian atau
penyimpangan mitra musyarakah, mitra yang melakukan kelalaian tersebut
menanggung beban kerugian itu. Kerugian bank yang diakibatkan kelalaian
atau penyimpangan mitra tersebut diakui sebagai piutang musyarakah jatuh
tempo
- Pada saat akad diakhiri, saldo pembiayaan musyarakah yang belum diterima
diakui sebagai piutang musyarakah jatuh tempo
- Penyisihan kerugian pembiayaan dan piutang musyarakah harus dibentuk
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku

13
 Laba atau Rugi Musyarakah
- Laba diakui sebesar bagian bank sesuai nisbah yang disepakati
- Rugi diakui secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal
- Pada musyarakah permanen yang melewati satu periode pelaporan, maka :
 Keuntungan diakui sesuai nisbah yang disepakati, pada periode
berjalan
 Kerugian diakui pada periode terjadinya kerugian dan mengurangi
pembiayaan musyarakah
- Sedangkan pada musyarakah menurun yang melewati satu periode
pelaporan, terdapat mengembalian sebagian atau seluruh modal :
 Laba diakui sesuai nisbah saat terjadinya
 Rugi diakui secara proporsional sesuai kontribusi modal dengan
mengurangi pembiayaan musyarakah, saat terjadinya
- Akad yang diakhiri dengan laba yang belum diterima dari mitra, maka :
 Musyarakah performing diakui sebagai piutang kepada mitra
 Musyarakah non-performing tidak diakui tapi diungkapkan dalam
catatan LK
- Kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian mitra kerja, maka :
 Ditanggung oleh mitra usaha
 Diperhitungkan sebagai pengurang modal mitra usaha, kecuali mitra
mengganti dengan dana baru

D. Jurnal Pembiayaan Musyarakah12


Dalam pembiayaan musyarakah, pencatatan jurnal pembiayaannya dapat
dirumuskan sesuai dengan aturan di bawah ini.

- Pada saat bank membayarkan uang tunai kepada mitra (syirkah)


D: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
K: Kas / Rekening mitra / Kliring Rp. xxxx

- Pada saat bank menyerahkan aktiva non-kas kepada mitra (syirkah)


Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas nilai buku, maka :
D: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
D: Kerugian penyerahan aktiva Rp. xxxx
12
https://imanph.files.wordpress.com/2007/12/pembiayaan_musyarakah.pdf diakses pada Senin, 30 September
2014 pukul 23:00:12
14
K: Aktiva non-kas Rp. xxxx
Jika nilai wajar aktiva yang diserah kan lebih tinggi atas nilai buku, maka :
D: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
K: Aktiva non-kas Rp. xxxx
K: Keuntungan penyerahan aktiva Rp. xxxx

- Pengeluaran biaya dalam rangka akad musyarakah


D: Uang muka dalam rangka akad musyarakah Rp. xxxx
K: Kas / Kliring Rp. xxxx

- Pengakuan biaya-biaya yang dikeluarkan atas pemberian pembiayaan musyarakah


Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai biaya pembiayaan musyarakah :
D: Biaya akad musyarakah Rp. xxxx
K: Uang muka dalam rangka akad musyarakah Rp. xxxx
Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai pembiayaan musyarakah
D: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
K: Uang muka dalam rangka akad musyarakah Rp. xxxx

- Penerimaan pendapatan atau keuntungan musyarakah


D: Kas / Rekening mitra / Kliring Rp. xxxx
K: Pendapatan/keuntungan musyarakah Rp. xxxx

- Pengakuan kerugian musyarakah


D: Kerugian musyarakah Rp. xxxx
K: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx

- Penurunan atau pelunasan modal musyarakah dengan mengalihkan kepada mitra


musyarakah lainnya
D: Kas / Rekening mitra Rp. xxxx
K: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx

 Pengakuan kerugian yang lebih tinggi dari modal mitra akibat kelalaian atau
penyimpangan mitra musyarakah
D: Piutang mitra jatuh tempo Rp. xxxx
K: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx

15
 Pengembalian modal musyarakah non-kas dengan nilai wajar lebih rendah dari nilai
historis
D: Aktivanon-kas Rp. xxxx
D: Kerugian penyelesaian pembiayaan musyarakah Rp. xxxx
K: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx

 Pengembalian modal musyarakah non-kas dengan nilai wajar lebih tinggi dari nilai
historis
D: Aktiva non-kas Rp. xxxx
K: Keuntungan penyelesaian pembiayaan musyarakah Rp.
xxxx
K: Pembiayaan musyarakah Rp. xxxx

Dalam pembiayaan musyarakah, Bank syariah mengungkapkan dasar penentuan


dan besar kerugian pembiayaan musyarakah dan piutang pada suatu periode
memperhatikan hal-hal berikut ini, yaitu :
 Rincian berdasarkan aktiva kas atau non-kas, modal mitra, jenis valuta, jenis
penggunaan dan sektor ekonomi
 Klasifikasi menurut jangka waktu akad pembiayaan, kualitas pembiayaan dan tingkat
bagi hasil rata-rata
 Jumlah yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
 Jumlah yang telah direstrukturisasi dan informasilain tentang pembiayaan
musyarakah yang direstrukturisasi selama periode berjalan
 Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko portofolio pembiayaan
musyarakah
 Besarnya pembiayaan musyarakah bermasalah dan penyisihannya untuk setiap
sektor ekonomi
 Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan penanganan
pembiayaan musyarakah bermasalah
 Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan mudharabah
bermasalah
 Ikhtisar yang dihapus buku yang menunjukkan saldo awal, penghapusan selama
tahun berjalan, penerimaan atas pembiayaan musyarakah yang telah dihapus
bukukan dan pembiayaan musyarakah yang telah dihapus tagih dan saldo akhir
pembiayaan musyarakah yang dihapus buku

16
 Kerugian atas penurunan nilai pembiayaan musyarakah (bila ada)13

Bab 3

Penutup

Kesimpulan

Musyarakah merupakan pembiayaan dilakukan oleh dua pihak yang bermitra untuk
melakukan suatu usaha,  setiap pihak saling menyediakan modal untuk membiayai suatu
usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang akan dijalankan. Selanjutnya para
pihak dapat mengembalikan modal usaha yang diberikan tersebut berikut penerimaan bagi
hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus. Pembiayaan musyarakah dapat
diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non- kas, termasuk aktiva tidak berwujud
seperti lisensi dan hak paten.

Dalam mekanisme akuntansi pembiayaan musyarakah terbagi kepada 2 pihak yang


dinamakan sebagai pihak mitra aktif dan pihak mitra pasif, dimana dua pihak ini mempunyai
hak-hak dan kewajiban dalam usaha bersama yang berbeda dan memiliki klasifikasi dalam
setiap laporan akuntansi yang berbeda pula.

13
Ibid
17
Daftar Pustaka

 Ridwan, Muhammad, 2004, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, Yogyakarta : UII


Press
 Widodo, Sugeng, 2014, Moda Pembiayaan Keuangan Islam : Perspektif Aplikatif,
Yogyakarta : Kaukaba
 Sjahdeini, Sutan Remy, 2014, Perbankan Syariah : Produk-produk dan Aspek-aspek
Hukumnya, Jakarta : Kencana Prenadamedia Group
 Muhammad, Rifqi, 2008, Akuntansi Keuangan Syariah : Konsep dan Implementasi
PSAK Syariah, Yogyakarta : P3EI Press
 https://imanph.files.wordpress.com/2007/12/pembiayaan_musyarakah.pdf
 http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-
syariah.html

18

Anda mungkin juga menyukai