Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Pengamalan Kewajiban Berbakti


Kepada Kedua Orang Tua (Kajian Al-Qur’an Surat Al-Isra’
Ayat 23-24)”
Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Pengembangan Kurikulum PAI
Dosen Pengampu: Amin Nur Baedi, M.Pd.I.

Disusun Oleh:
Tema 2
PAI F
Alfi Himmatul Azizah (23010170311)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019

i
PRAKATA

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inaya-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pengembangan Kurikulum PAI tentang “Nilai-Nilai
Kependidikan Dalam Pengamalan Kewajiban Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
(Kajian Al-Qur’an Surat Al-Isra’ Ayat 23-24)”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami semoga Allah meridhoi segala usaha, dan kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca
yang mungkin masih jauh dari kata sempurna.

Salatiga, 12 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
PRAKATA.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
ABSTRAK.......................................................................................................................iv
ABSTRACT......................................................................................................................v
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Masalah........................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Redaksi Surat Al-Isra’ Ayat 23-24............................................................................3
B. Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Al-Isra’ 23-24.................................................3
1. Pendidikan Tauhid.................................................................................................3
2. Pendidikan Birul Walidaini...................................................................................4
C. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ Ayat 23-
24 Dalam Konteks Kekinian..........................................................................................8
1. Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua...............................................................8
2. Sabar Merawat Kedua Orang Tua.........................................................................9
3. Tidak Menyakiti Hati Orang Tua...........................................................................9
4. Bersikap Baik dan Sopan.....................................................................................10
5. Bersikap Tawadhu’..............................................................................................10
6. Mendoakan Kedua Orang Tua.............................................................................10
BAB III............................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
A. Kesimpulan.............................................................................................................12
B. Rekomendasi..........................................................................................................12
C. Implikasi.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
PROFIL PENYUSUN.....................................................................................................15

iii
ABSTRAK

Makalah ini membahas nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S Al-
Isra‟ Ayat 23-24 dan aktualisasinya dalam dunia modern. Kajiannya dilatarbelakangi
oleh minimnya pendidikan aqidah (Mengesakan Allah) dan berbuat baik kepada kedua
orang tua (birrul walidaini). Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan:(1)
Apa nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S. Al-Isra‟ ayat 23- 24? (2)
Bagaimanakah aktualisasi nilai-nilai pendidikan agama berdasarkan Q.S Al-Isra‟ ayat
23-25 dalam dunia modern? Permasalahan tersebut dibahas melalui kitab suci Al-Quran
yang menjadi pedoman hidup orang Islam.

Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan yang terkandung


dalam Q.S Al-Isra‟ ayat 23-24 yaitu pertama, pendidikan akidah yakni Allah
mewajibkan hamba-hamba-Nya untuk mengesakanNya dalam ibadah dan dalam
penyembahan serta melarang mereka menyekutukan Allah dengan apa pun atau siapa
pun. (2) aktualisasi nilai-nilai pendidikan berdasarkan Q.S Al-Isra‟ ayat 23-24 dalam
dunia modern yaitu pertama, pendidikan akidah di sekolahan hendaknya mengajarkan
kepada peserta didik bertauhid meng-Esakan Allah bahwa tidak ada tuhan yang patut
disembah selain Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Kata Kunci: Nilai-Nilai, Pendidikan Akhlak, Pendidikan Islam

iv
ABSTRACT

This paper discusses the educational values contained in Q.S Al-Isra 'Verses
23-24 and their actualization in the modern world. His study was motivated by the lack
of aqidah education (Confessing God) and doing good to both parents (birrul
walidaini). This study is intended to answer the problem: (1) What are the educational
values contained in the Q.S. Al-Isra 'verses 23-24? (2) How is the actualization of
religious education values based on Q.S Al-Isra 'verses 23-25 in the modern world?
These problems are discussed through the Holy Qur'an which guides the life of
Muslims.

This study shows that: (1) Educational values contained in the QS Al-Isra
'verses 23-24 namely first, the education of faith which is Allah obliges His servants to
impose Him in worship and worship and forbid them associating God with anything or
anyone. (2) actualization of educational values based on QS Al-Isra 'verses 23-24 in the
modern world that is first, the education of faith in schools should teach students of
Tawheed to say to Allah that there is no god worthy of worship other than Allah God
Almighty.

Keywords: Values, Moral Education, Islamic Education

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Quran merupakan kalam Allah yang mu’jiz, yang diturunkan kepada
Nabi dan Rasul terakhir (Muhammad SAW) melalui perantara malaikat Jibril ditulis
dalam lembaran-lembaran (mashahif) sampai kepada umat manusia secara
mutawatir dan membacanya termasuk ibadah, diawali dengan surat al-Fatihah dan
ditutup dengan surat al-Nas. Al-Quran juga sebagai sumber utama ajaran agama
Islam. Di dalamnya mencakup ajaran tentang I’tiqad (keyakinan), akhlak (etika),
sejarah, serta amaliyah (tindakan praktis).
Al-Quran diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk (hudan) dan
pedoman bagi manusia dalam menata perjalanan hidupnya di dunia sampai akhirat.
Al-Quran sebagai petunjuk tidak akan bermanfaat sebagaimana mestinya, jika tidak
dibaca, dipahami maknanya (kognitif), dihayati kandungannya (afektif), dan
kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (psikomotor) Al Quran bukanlah
merupakan kitab undang-undang dan lebih lagi bukan buku sains dan teknologi.1
Menurut Quraish Shihab bahwa tujuan pokok Al-Quran adalah ajaran
moral. Jika melihat kebelakang, keadaan dimana pertama kali Al-Quran diturunkan,
maka akan ditemui keadaan masyarakat Makkah yang penuh dengan berbagai
problem sosial. Dari yang paling kronis berupa praktek-praktek politeisme
penyembahan kepada berhala-berhala, eksploitasi terhadap orang miskin-miskin,
penyalahgunaan dalam perdagangan, sampai pada tidak adanya tanggung jawab
umum terhadap masyarakat. Merespon situasi masyarakat seperti itu, Al-Quran
meletakkan ajaran tauhid atau ketuhanan Yang Maha Esa, dimana setiap manusia
harus bertanggung jawab kepadanya, dan pemberantasan kejahatan sosial dan
ekonomi dari tingkat yang paling bawah sampai ke tingkat yang paling atas.2

1
Siti Maftukhatul Arifah, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an Surat Al-Isrȃ’ Ayat 23-24”,
Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Salatiga 2017, hlm. 2.
2
M. Quraish Sihab, Tafsir Al-Mishbah, ( Jakarta, Lentera Hati, 2002), hlm, 72-73.

1
Selain pelajaran mengenai aqidah, dapat juga diidentifikasi masalah lain
yang menjadi pokok kandungannya, yaitu aspek akhlak yang menjelaskan tentang
birrul walidain (berbuat baik pada kedua orang tua). Dimana akhlak seorang anak
terhadap kedua orangtua saat-saat mereka sangat membutuhkan yakni disaat kedua
orang tua dalam usia lanjut. Bagaimana seorang anak berbuat baik kepeda kedua
orang tua karena pada saat lanjut usia perilaku mereka berubah seperti anak-anak
dan banyak lupa. Ini termasuk bagian dari perilaku birrul walidain seorang anak
terhadap kedua orang tua.3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana redaksi surat Al-Isra’ ayat 23-24?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang diajarkan dalam al-Qur’an surat al-
Isra’ ayat 23-24?
3. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan islam dalam al-Qur’an surat al-
Isra’ ayat 23-24 dalam konteks kekinian?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui redaksi surat Al-Isra’ ayat 23-24.
2. Untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai pendidikan yang diajarkan dalam al-
Qur’an surat al-Isra’ ayat 23-24?.
3. Untuk mengetahui bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan islam dalam al-
Qur’an surat al-Isra’ ayat 23-24 dalam konteks kekinian.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi mahasiswa, selain memberikan secarik wawasan baru dalam dunia
pendidikan, peneliti juga akan lebih memahami sejauh mana interpretasi dan
ekspektasi dari ayat-ayat tentang akhlak yang telah diteliti tersebut.
2. Institusi pendidikan diharapkan dapat mengajarkan dan menganalisi hak dan
kewajiban kepada orang tua sesuai dengan surat Al-Isra’ ayat 23-24.
3. Bagi masyarakat, manfaat dari penelitian yang dibuat ini, bisa mempermudah
untuk memahami pendidikan Islam dalam berakhlak terhadap orang tua
sebagaimana tertera dalam surat Al-Isra’ ayat23-24.

M. Quraish Sihab, Tafsir..., hlm. 257.


3

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Redaksi Surat Al-Isra’ Ayat 23-24


‫ك أَاَّل َت ْعبُ ُدوا إِاَّل إِيَّاهُ َوبِالْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َسانًا ۚ إِ َّما َيْبلُغَ َّن ِعْن َد َك الْ ِكَبَر‬
َ ُّ‫ضىٰ َرب‬
َ َ‫َوق‬
ٍّ ‫َح ُدمُهَا أ َْو كِاَل مُهَا فَاَل َت ُق ْل هَلَُما أ‬
٢٣ ‫ُف َواَل َتْن َه ْرمُهَا َوقُ ْل هَلَُما َق ْواًل َك ِرميًا‬ َ‫أ‬
‫صغِ ًريا‬ ِّ ‫الرمْح َِة َوقُ ْل َر‬
َّ ‫الذ ِّل ِم َن‬ ِ ‫و‬
٢٤ َ ‫ب ْارمَح ْ ُه َما َك َما َربَّيَايِن‬ ُّ ‫اح‬
َ َ‫ض هَلَُما َجن‬
ْ ‫اخف‬
ْ َ
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil".4

B. Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Al-Isra’ 23-24

1. Pendidikan Tauhid
Secara bahasa tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhiidan,
yang berarti menjadikan sesuatu satu. Secara syara’ tauhid berarti mengesakan
Allah dalam penciptaan dan pengaturan, mengikhlaskan ibadah hanya kepada-
Nya dan meninggalkan ibadah kepada yang lain, menetapkan Asmaul Husna dan
Sifat yang Mulia bagi-Nya, dan membersihkan-Nya dari sifat kurang dan
tercela.5 Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra‟ ayat 23 yaitu:

Departemen Agama, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Depag, 2010), hlm. 218.
4

5
Fatkhul Manan Jazuli. “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Terhadap Orang Tua Dalam Al-
Qur’an Surat Al Isra 23-25”, Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri (Iain) Salatiga 2015, hlm. 27.

3
ُ‫ك أَاَّل َت ْعبُ ُدوا إِاَّل إِيَّاه‬
َ ُّ‫ضىٰ َرب‬
َ َ‫َوق‬

Maksud dari potongan ayat di atas adalah dan Tuhanmu memerintahkan


agar kamu (manusia) jangan menyembah selain Dia, karena ibadah adalah
puncak pengagungan yang tidak patut dilakukan kecuali terhadap Tuhan (Allah).
Dari pada-Nyalah keluar kenikmatan dan anugerah atas hamba-hambanya dan
tidak ada yang dapat memberi kenikmatan kecuali Dia (Allah).6

Allah SWT melarang manusia mengada-adakan tuhan yang lain selain


Allah, seperti menyembah patung dan arwah nenek moyang dengan maksud
supaya dapat mendekatkan diri kepadanya. Termasuk yang dilarang itu ialah
meyakini adanya tuhan selain Allah mengakui adanya kekuasaan yang lain
selain Allah yang dapat mempengaruhi dirinya, ataupun kekuatan ghaib yang
lain. Larangan ini ditujukan kepada seluruh manusia, agar mereka tidak tersesat
dan tidak menyesal karena melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan
terhadap penciptanya. Padahal mereka seharusnya mensyukuri nikmat Allah
yang telah dilimpahkan kepada mereka, tidak mengada-adakan Tuhan yang lain,
yang lain sebenarnya tidak berkuasa sedikitpun untuk memberikan pertolongan
kepada mereka, dan tidak berdaya pula untuk memberi mudarat.7

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan tauhid pada ayat ini adalah
Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya untuk mengesakan dan menyembah
kepada-Nya, serta melarang menyekutukan Allah dengan apapun oleh sebab itu
yang berhak disembah hanyalah Allah yang telah menciptakan alam dan semua
isinya. Maka apabila ada manusia yang memuja benda-benda alam ataupun
kekuatan ghaib berarti ia telah sesat, karena kesemua benda-benda itu adalah
makhluk Allah yang tak berkuasa memberi manfaat dan tak berdaya untuk
menolak kemudaratan serta tak berhak disembah.

2. Pendidikan Birul Walidaini


Menurut keluasan pengertiannya, istilah Al-Birr meliputi aspek
kemanusiaan dan pertanggungjawaban ibadah kepada Allah SWT. dalam jalur

Fatkhul Manan Jazuli. “Konsep..., hlm. 27.


6

Fatkhul Manan Jazuli. “Konsep..., hlm. 27-28.


7

4
hubungan kemanusiaan dalam atau hubungan hidup keluarga dan masyarakat
wajib dipahami bahwa kedua orang tua yaitu ayah dan ibu menduduki posisi
yang paling utama. Walaupun demikian, kewajiban beribadah kepada Allah dan
taat kepada Rasul tetap berada di atas hubungan horisontal kemanusiaan. Berarti
bahwa, dalam tertib kewajiban berbakti, mengabdi dan menghormati kedua
orang tua (ayah dan ibu) menjadi giliran berikutnya setelah beribadah kepada
Allah dan taat kepada Rasul-Nya.8
Sesudah Allah memerintahkan supaya menyembah jangan menyembah
selain Dia lalu Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar mereka
benarbenar memperhatikan urusan kebaktian kepada kedua ibu bapak dan tidak
menganggapnya sebagai urusan yang remeh, dengan menjelaskan bahwa
Tuhanlah yang lebih mengetahui apa yang tergetar dalam hati mereka, apakah
mereka benar-benar mendambakan kebaktiannya kepada kedua ibu bapak
dengan rasa kasih sayang dan penuh kesadaran, ataukah kebaktian mereka
hanyalah pernyataan lahiriyah saja, sedang di dalam hati mereka sebenarnya
durhaka dan membangkang. Itulah sebabnya Allah menjanjikan bahwa apabila
mereka benar-benar orang orang yang berbuat baik, yaitu benar-benar mentaati
tuntunan Allah, berbakti kepada kedua ibu bapak dalam arti yang sebenar-
benarnya, maka Allah akan memberikan ampunan kepada mereka atas
perbuatannya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 23-24 yaitu:

‫ك أَاَّل َت ْعبُ ُدوا إِاَّل إِيَّاهُ َوبِالْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َسانًا ۚ إِ َّما َيْبلُغَ َّن ِعْن َد َك الْ ِكَبَر‬
َ ُّ‫ضىٰ َرب‬
َ َ‫َوق‬
٢٣ ‫ُف َواَل َتْن َه ْرمُهَا َوقُ ْل هَلَُما َق ْواًل َك ِرميًا‬ ٍّ ‫َح ُدمُهَا أ َْو كِاَل مُهَا فَاَل َت ُق ْل هَلَُما أ‬ َ‫أ‬
٢٤ ‫صغِ ًريا‬ ِّ ‫الرمْح َِة َوقُ ْل َر‬ َّ ‫الذ ِّل ِم َن‬ ِ ‫و‬
َ ‫ب ْارمَح ْ ُه َما َك َما َربَّيَايِن‬ ُّ ‫اح‬ َ َ‫ض هَلَُما َجن‬ ْ ‫اخف‬
ْ َ
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang

M. Quraish Sihab, Tafsir..., hlm, 256-257.


8

5
mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"

Kata “ihsan” dalam ayat ini disebut tanpa alif lam ta’rif, sehingga
mengandung makna umum. Ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan
berbuat baik kepada orang tua dengan kebaikan berupa apa saja baik secara
perbuatan, perkataan, perlakuan baik, dengan badan ataupun dengan harta
benda. Kemudian Allah menegaskan pentingnya hal tersebut saat mereka berdua
telah berusia lanjut. Karena pada saat itu mereka berdua sangat membutuhkan
untuk diperlakukan dengan baik, lemah lembut, kasih sayang, hormat dan
dimuliakan.9

Allah melarang untuk berbuat buruk kepada mereka. Membangkang,


mengucapkan “Ah” kepada mereka, mengangkat suara dimuka mereka,
menghardik dan memaki, menjelek-jelekan dan merendahkan mereka. Allah
SWT. Berfirman, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya dengan perkataan “Ah” atau, jangan menyakiti mereka walaupun
dengan cara yang paling ringan”. Janganlah engkau menampakkan rasa bosanmu
atau rasa terbebani dalam dirimu di depan mereka. Tetap bersabar dalam
menghadapi kemungkinan mereka berbuat salah atau lupa di hadapanmu.
Kemudian Allah berfirman, “janganlah engkau membentak mereka. Yakni
jangan mengangkat suara di muka mereka atau berbicara dengan menunjukkan
wajah kesal. Jangan pula menatap mereka dengan tatapan ketidaksenangan atau
mengibaskan tanganmu dan meninggalkan mereka berdua.10

Setelah melarang mengucapkan kata-kata jelek dan berbuat buruk, Allah


memerintahkan untuk mempergauli mereka dengan ucapan dan perbuatan baik.
Dia berfirman, “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. Atau
ucapan yang lemah lembut dan baik dengan hormat dan etika. Hal ini
disesuaikan dengan kondisi, kesempatan, waktu dan tempat. 11 Di dalam ayat ini

9
M. Quraish Sihab, Tafsir.., 257.
10
M. Quraish Sihab, Tafsir..., 257-258.
11
M. Quraish Sihab, Tafsir..., hlm. 258.

6
nampak adanya beberapa ketentuan dan sopan santun yang harus diperhatikan
sang anak terhadap kedua ibu bapaknya antara lain:

a. Anak tidak boleh mengucapkan kata “Ah” kepada kedua orang tua ibu
bapaknya hanya karena sesuatu sikap atau perbuatan mereka yang kurang
disenangi akan tetapi dalam keadaan serupa itu hendaklah anak-anaknya
berlaku sabar, sebagaimana perlakuan kedua orang tua ketika mereka
merawat dan mendidiknya di waktu anak itu masih kecil. Inilah awal
tingkatan dalam memelihara kedua orang tua dengan penuh tata krama.12
b. Anak tidak boleh menghardik atau membentak kedua orang tua sebab
dengan bentakan itu kedua orang tua akan terlukai perasaannya. Menghardik
kedua orang tua adalah mengeluarkan kata-kata kasar pada saat anak
menolak pendapat kedua orang tua atau menyalahkan pendapat mereka
sebab pendapat mereka tidak sesuai dengan pendapat anaknya. Larangan
menghardik dalam ayat ini adalah sebagai penguat dari larangan mengatakan
“Ah” yang biasanya diucapkan oleh seorang anak terhadap kedua orang tua
pada saat ia tidak menyetujui pendapat kedua orang tuanya.13
c. Hendaklah anak mengucapkan kepada kedua orang tua dengan kata-kata
yang mulia. Kata-kata yang mulia ialah kata-kata yang diucapkan dengan
penuh khidmat dan hormat, yang menggambarkan tata adab yang sopan
santun dan penghargaan yang penuh terhadap orang lain. Ini merupakan
sikap positif yang sangat tinggi tingkatannya, yakni hendaknya ucapan sang
anak kepada kedua orang tuanya menunjukkan sikap hormat dan cinta.
Kemudian Allah berfirman, “dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua”. Merendahkan diri di depan mereka berdua dengan perbuatanmu
sebagai wujud kasih sayangmu dan penghormatan atas jasa-jasa mereka.
Layanilah mereka seperti layaknya pembantu melayani majikannya. Taati
mereka dalam kebaikan, penuhi panggilannya, tunaikan kebutuhannya, tutupi
kesalahannya, lakukan hal-hal yang bisa membahagiakan mereka dan jauhi hal-
hal yang menyakiti dan dibenci mereka.14

12
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6, (Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1990). Hlm. 218-220.
13
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah..., hlm. 220.
14
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah..., hlm 221.

7
Pada akhir ayat 24 yang dimaksud doa kepada kedua orang tua yang
diperintahkan di sini menggunakan alasan kamaa rabbayaanii shagiiraa
dipahami oleh sementara ulama dalam arti disebabkan karena mereka telah
mendidikku di waktu kecil. Jika berkata sebagaimana, maka rahmat yang
dimintakan itu adalah yang kualitas dan kuantitasnya sama dengan apa yang
seorang anak peroleh dari keduanya. Adapun bila disebabkan karena, maka
limpahan rahmat yang dimohonkan anak kepada keduanya itu diserahkan
kepada kemurahan Allah SWT.15

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak Birrul walidaini pada


ayat ini adalah perintah Allah untuk berbuat baik kepada orang tua yaitu,
pertama untuk menjaga keridhaan dan kenyamanan hati orang tua. Menjaga
keridhaan tidak mudah karena persoalan ridha menyangkut urusan hati. Untuk
dapat menjaga keridhaan orang tua seorang anak harus betul-betul peka dan
empati atas keadaan orang tua sebab tidak jarang sesuatu yang seseorang anggap
baik, justru orang tua menganggap sebaliknya dan ini perlu disadari karena
pikiran anak berbeda dengan pikiran orang tua. Dan yang kedua yaitu
memelihara pergaulan dengan orang tua, misalnya merendahkan diri dihadapan
mereka, berkata lembut, bersikap sopan, dan sebagainya. Hal ini sangat penting
dan harus ada perhatian khusus karena setiap hari seorang anak berinteraksi
dengan kedua orang tua. Terlebih disaat orang tua telah memasuki usia lanjut
tentunya mereka sangat memerlukan perhatian lebih dari seorang anak.

C. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ Ayat


23-24 Dalam Konteks Kekinian

1. Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua


Tidak diragukan lagi bahwa mendidik anak merupakan sebuah tanggung
jawab yang sangat berat dan pekerjaan yang sangat melelahkan. Tanggung jawab
ini dimulai dari masa kehamilan, melewati masa menyusui, dan diakhiri dengan
masa pembentukan kepribadian dan pemberian perhatian kepada anak. Itu semua
merupakan sebuah tugas yang bersifat moril dan materiil. Berapa banyak ibu
yang merasakan tubuhnya lemah, uratnya letih, dan bebannya terasa semakin
berat akibat beratnya proses kehamilan.
15
Siti Maftukhatul Arifah, “Nilai..., hlm. 32-33.

8
Ditegaskan bahwa sikap rendah diri itu harus dilakukan dengan penuh
kasihsayang agar tidak sampai terjadi sikap rendah diri yang dibuat-buat hanya
untuksekedar menutupi celaan orang lain atau untuk menghindari rasa malu pada
oranglain, akan tetapi agar sikap merendahkan diri itu betul-betul dilakukan
karena kesadaran yang timbul dari hati nurani.16
Pendidikan Islam harus memperhatikan dua sudut dalam aspek
kehidupan manusia secara terpadu tanpa adanya pemisah.Seperti aspek
jasmaniah dan rohaniah, akliyah dan qolbiyah, individu dan sosial, duniawiyah
dan ukhrawiyah.Pendidikan Islam mengarahkan kepada pembentukan insan
kamil, yaknikhalifah Allah yang pada hakikatnya ialah menjadi manusia saleh
(manusia yang dapat menjadikan rahmat bagi semesta alam).17

2. Sabar Merawat Kedua Orang Tua


Janganlah kamu jengkel terhadap sesuatu yang kamu lihat dilakukan
oleh salah satu dari orang tua atau oleh kedua-duanya yang menyakitkan hati
orang lain, tetapi bersabarlah menghadapi semua itu dari mereka berdua, dan
mintalah pahala Allah atas hal itu, sebagaimana kedua orang tua itu pernah
bersikap sabar terhadapmu ketika kamu kecil.18

3. Tidak Menyakiti Hati Orang Tua


Janganlah kamu menyusahkan keduanya dengan suatu perkataan yang
membuat mereka berdua merasa tercela. Hal ini merupakan larangan
menampakkan perselisihan terhadap mereka berdua dengan perkataan yang
disampaikan dengan nada menolak atau mendustakan mereka berdua, di
samping ada larangan untuk menampakkan kejemuan, baik sedikit maupun
banyak.19

4. Bersikap Baik dan Sopan


Ucapkanlah dengan ucapan yang baik kepada kedua orang tua dan
perkataan yang manis, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, sesuai
dengan kesopanan yang baik, dan sesuai dengan tuntutan kepribadian yang
luhur. Seperti ucapan: Wahai Ayahanda, wahai Ibunda. Dan janganlah kamu
16
Muchlis M. Hanafi, Tafsir Al-Quran Tematik Spiritual dan Akhlak, (Jakarta: Aku Bisa,2012), hlm. 65.
17
Muchlis M. Hanafi, Tafsir..., hlm. 65.
18
Muchlis M. Hanafi, Tafsir..., hlm. 65-66.
19
Muchlis M. Hanafi, Tafsir..., hlm. 66.

9
memanggil orangtua dengan nama mereka, jangan pula kamu meninggikan
suaramu di hadapan orangtua, apalagi kamu memelototkan matamu terhadap
mereka berdua.20

5. Bersikap Tawadhu’
Bersikaplah kepada kedua orang tua dengan sikap tawadhu‟ dan
merendahkan diri, dan taatlah kamu kepada mereka berdua dalam segala yang
diperintahkan terhadapmu, selama tidak berupa kemaksiatan kepada
Allah.Yakni, sikap yang ditimbulkan oleh belas kasih dan sayang dari mereka
berdua, karena mereka benar-benar memerlukan orang yang bersifat butuh pada
mereka berdua.Dan sikap seperti itulah, puncak ketundukan dan kehinaan yang
bisa dilakukan.21

6. Mendoakan Kedua Orang Tua


Hendaklah kamu berdoa kepada Allah agar dia merahmati kedua orang
tua dengan rahmat-Nya yang abadi, sebagai imbalan kasih sayang mereka 63
berdua terhadap dirimu ketika kamu kecil, dan belas kasih mereka yang baik
terhadap dirimu. Maksud dari keterangan di atas adalah Janganlah seorang anak
memandang kedua orang tua kecuali dengan belas kasih, jangan meninggikan
suara melebihi tingginya suara orang tua, jangan mendahului kehendaknya.22
Kalau diaktualisasikan dalam dunia modern ini, justru perlakuan terhadap
orang tua yang sudah lanjut usia sungguh terbalik. Di saat mereka membutuhkan
perhatian lebih dari orang-orang terdekat terutama seorang anak, malahan mereka
kebanyakan diasingkan dari keluarga dengan alasan supaya mendapatkan perhatian
yang lebih baik. Akhirnya, mereka dititipkan di panti jompo atau yang lain. Memang
memasukkan orang tua ke panti jompo bukanlah tindakan tercela. Tetapi alangkah
lebih baik jika seorang anak sendiri yang merawatnya. Bukankah dulu seorang anak
dirawat orang tuanya sendiri. Dulu orang tua sangat takut berpisah dengan anak
tetapi mengapa sekarang pada usia lanjut dipisah dengan dititipkan di panti jompo
dan lain sebagainya.
Inti ajaran Islam yang dibawa Rasulullah saw tidak lain adalah membentuk
manusia yang berakhlaq dan memiliki moralitas yang baik. Rasulullah sendiri
20
Muchlis M. Hanafi, Tafsir..., hlm. 66.
21
M. Quraish Sihab, Tafsir..., hlm. 257.
22
M. Quraish Sihab, Tafsir..., hlm. 258.

10
menyatakan:”Sesungguhnya aku diutus tidak lain dalam rangka menyempurnakan
akhlakul karimah”. Oleh karena itu Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
akhlaq, ia merupakan ruh dari semua perbuatan, aktivitas, kreasi dan karya manusia.
Kualitas perilaku seseorang diukur dari faktor moral/akhlak ini, sebagai cermin dari
kebaikan hatinya.23
Jadi dapat disimpulkan penanaman nilai birrul walidaini adalah berbuat
baik kepada orang tua yakni berbakti kepada orang tua. Allah memerintahkan
kepada manusia untuk berbakti kepada orang tua lebih-lebih saat mereka sudah usia
lanjut. Perintah untuk tetap berbakti kepada orang tua yang sudah lanjut usia
mengindikasikan bahwa ketaatan kepada orang tua harus dilakukan secara
menyeluruh. Menyeluruh artinya dalam seluruh hidup seorang anak. Selagi seorang
anak masih hidup di dunia maka seorang anak wajib berbakti kepada mereka.
Menyeluruh juga bisa diartikan berbakti kepada orang tua secara total baik dengan
hati, lisan, maupun anggota tubuh. Dengan hati seorang anak dapat mendoakan
orang tua. Dengan lisan seorang anak dapat bertutur kata dengan baik kepada
mereka. Dengan anggota tubuh seorang anak dapat bekerja untuk memenuhi
kebutuhan mereka di saat mereka sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhannya
sendiri.

23
Muchlis M. Hanafi, Tafsir..., hlm. 67.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan-pembahasan dan analisis pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Nilai Pendidikan Islam dalam al-
Qur’an Surat al-Isrȃ’ ayat 23-24 adalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam al-Qur’an surat
alIsrȃ ayat 23-24.
a. Pendidikan tauhid yakni perintah untuk menyembah hanya kepada Allah.
b. Pendidikan birrul walidaini yakni berbuat baik kepada kedua orang tua,
larangan berkata “ah” kepada kedua orang tua, berkata yang baik kepada
orang tua, serta mendo‟akan kedua orang tua.
2. Relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam al-Qur’an
surat al-Isrȃ’ ayat 23-24 dikaitkan dengan konteks kekinian.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia
sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan
perilakunya, baik ia sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk
individu dan sosial. Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan
manusia atas kemajuan yang dialami ditandai dengan adanya kecenderungan
menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah
nilai materil, sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan
nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan
mengendalikan akhlak manusia. Perlakuan terhadap orang tua yang sudah lanjut
usia sungguh terbalik. Di saat mereka membutuhkan perhatian lebih dari orang-
orang terdekat terutama seorang anak, malahan mereka kebanyakan diasingkan
dari keluarga dengan alasan supaya mendapat perhatian yang lebih baik.
Akhirnya, mereka dititipkan di panti jompo atau yang lain.

B. Rekomendasi
Sehubungan dengan terselesaikannya penyusunan makalah ini, ada
beberapa hal yang hendak perlu diperhatikan anak terhadap orang tua:

12
1. Hendaknya selalu menanamkan rasa syukur bahwa betapa mulianya jasa
orang tua dengan penuh kasih sayangnya dari masih dalam kandungan
hingga tumbuh besar.
2. Hendaknya berusaha untuk berbuat baik kepada orang tua, meskipun
mereka telah berusia lanjut.
3. Hendaknya bertawadhu‟ dan menaatinya dalam semua perintah yang
tidak mengakibatkan kedurhakaan kepada Allah dan berbicara dengan
kata-kata atau ucapan yang baik serta mendo’akan kedua orang tua untuk
memintakan ampunan kepada Allah.
4. Sebagai orang tua hendaknya memperhatikan dari pendidikan dan
kebutuhannya anak, sehingga potensi yang dimiliki mampu
memaksimalkan nya.

C. Implikasi
Dari penyususnan makalah ini kami kami harapkan dapat menjadi referensi
mengenai nilai-nilai pendidikan dalam surat al-Isra’ ayat 23-24 yang membahasa
mengenai Birrul Walidaini yang dapat dipegang teguh oleh anak-anak Islam agar
senantiasa menja, menghormati, dan mendoakan orang tua selamanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Agama Departemen. Al-Quran dan Tafsirnya. Jakarta: Depag. 2010.

Arifah Maftukhatul Siti. “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an Surat Al-Isrȃ’
Ayat 23-24”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga (IAIN). 2017.

Bahreisy Salim dan Bahreisy Said. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6.
Surabaya: PT Bina Ilmu. 1990.

Hanafi M, Muchlis. Tafsir Al-Quran Tematik Spiritual dan Akhlak. Jakarta: Aku Bisa.
2012.

Jazuli, Fatkhul, Manan. “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Terhadap Orang Tua Dalam
Al-Qur’an Surat Al Isra 23-25”. Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2015.

Sihab M Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta, Lentera Hati. 2002.

14
PROFIL PENYUSUN

Nama lengkap saya Alfi Himmatul Azizah. Biasa dipanggil Alfi. Saya lahir
pada waktu ashar tanggal 24 September 1998, di Kabupaten Semarang. TK dan SD saya
habiskan di kampung halaman yaitu Suruh. Kemudian saya melanjutkan SMP dan SMA
di Ponpes al-Muayyad Surakarta. Sekarang saya menjadi mahasiswi di IAIN Salatiga
program studi pendidikan agama islam, rencana besar saya tahun ini adalah mengikuti
scholarship di Singapura. Ingin lebih dekat dengan saya bisa melalui email:
alfihimm@gmail.com atau 085741266621 (WA).

15

Anda mungkin juga menyukai