LP Anemia Aplastik
LP Anemia Aplastik
KONSEP MEDIS
A. Definisi
yang disertai oleh pansitopenia pada darah tepi yang disebabkan kelainan
primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya
Cancer Society,2011)
dan volume hematokrit per 100 ml darah. Hal ini dapat disebabkan antara lain
B12 dan defisiensi besi. Hal lain yang dapat berperan dalam terjadinya anemia
adalah tekanan pada sumsum tulang karena tumor atau intoksikasi obat.
disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah yang
mati tidak diganti yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh
1
Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai
dapat pula dsebabkan kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang
yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur
Gejala-gejala yang timbul akan sesuai dengan jenis sel-sel darah yang
gejala anemia dari ringan sampai berat, antara lain lemah, letih, lesu, pucat,
pusing, sesak nafas, penurunan nafsu makan dan palpitasi. (Paquette, 2011)
penampakan klinis yang paling sering nampak adalah demam dan nyeri. Dan
2011).
2
Thailand diperkirakan 4 kasus per 1.000.000 orang. Frekwensi tertinggi terjadi
pada usia 15 dan 25 tahun, puncak tertinggi kedua pada usia 65 dan 69 tahun
B. Etiologi
berasal dari luar tubuh, bisa diakibatkan oleh paparan radiasi bahan kimia dan
obat, ataupun oleh karena penyebab lain seperti infeksi virus (hepatitis, HIV,
C. Patofisiologi
patofisiologi anemia aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori yang
yaitu CD 34, atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan induk
term marrow culture (LTMC), jumlah sel induk/ CD 34 sangat menurun hingga
3
1-10% dari normal. Demikian juga pengamatan pada cobble-stone area
Bukti klinis yang yang menyokong teori gangguan sel induk ini adalah
membuktikan bahwa dengan pemberian sel induk dari luar akan terjadi
dari sel stroma yang menghasilkan berbagai sitokin perangsang seperti GM-
CSF, G-CSF dan IL-6 dalam jumlah normal. Sel stroma pasien anemia aplastik
dapat menunjang pertumbuhan sel induk, tapi sel stroma normal tidak dapat
kimiawi seperti dosis tinggi pada radiasi dan zat kimia toksik. Untuk reaksi
metabolisme dari kebanyakan obat dan zat kimia, terutama jika bersifat polar
dan memiliki keterbatasan dalam daya larut dengan air, melibatkan degradasi
4
enzimatik hingga menjadi komponen elektrofilik yang sangat reaktif (yang
menentukan namun perubahan genetis ini hanya terlihat pada beberapa obat;
kompleksitas dan spesifitas dari jalur ini berperan terhadap kerentanan suatu
idiosinkronasi obat.
anemia aplastik bisa disebabkan oleh dua hal yaitu kerusakan pada sel induk
pluripoten yaitu sel yang mampu berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel-
sel darah yang terletak di sumsum tulang dan karena kerusakan pada
berkembang menjadi sel-sel darah yang baru. Umumnya hal ini dikarenakan
disebabkan oleh gangguan pada sel induk adalah terapi transplantasi sumsum
tulang.
5
Kerusakan pada microenvironment, ditemukan gangguan pada
darah.
inhibitor atau penghambat pertumbuhan sel. Hal ini dapat dibuktikan dengan
D. Klasifikasi Anemia
folat, vitamin B12 dan zat besi), gangguan fungsi sumsum tulang
6
c. Anemia karena meningkatnya detruksi/kerusakan sel darah merah,
(DNA) seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 atau asam folat,
7
Sedangkan klasifikasi untuk anemia aplastik menurut International
eritropoetik
agranulopoetik
trombopoetik
E. Manifestasi Klinik
1. Lelah, capek
pansitopenia
4. Konsentrasi kurang
6. Palpitasi
7. Pucat
9. Takikardi
11. Hepatosplenomegali
8
F. Diagnosis
(hemoglobin normal 13,8 – 17,2 g/dL pada laki-laki dan 12- 15,6 g/dL
perempuan 35-46%.) nilai tersebut dapat berbeda pada tiap klinik atau
rumah sakit.
9
Setelah diagnosis ditegakkan, maka tentukan tingkat kaparahan dari
anemia aplastik. Untuk klasifikasi derajat keparahan dari anemia aplastik dapat
2. Anemia aplastik berat dimana selulitas sumsum tulang < 25%, sitopenia
sedikitnya dua dari tiga seri sel darah yaitu hitung neutrofilnya <500/μL,
3. Anemia aplastik sangat berat, sama seperti dengan kriteria anemia aplastik
G. Pemeriksaan Penunjang
berikut:
a) Tes penyaring: tes ini dikerjakan pada tahap awal setiap kasus anemia.
1) Kadar hemoglobin
10
meliputi Laju Endap Darah (LED), hitung differensial, dan hitung
retikulosit
feritin serum
Hb
sitokimia
b) Faal endokrin
c) Asam urat
d) Biakan kuman
11
3. Pemeriksaan penunjang lain
berikut:
c. Pemeriksaan sitogenetik
pada tipe anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek
12
h. SDP: jumlah sel total sama dengan SDM (differensial) mungkin
tinggi (hemolitik)
s. Guaiak: mungkin positif untuk darah pada urine, feses dan isi gaster,
13
v. Pemeriksaan endoskopik dan radiografik: memeriksa sisi perdarahan;
perdarahan GI
H. Penatalaksanaan
1. Terapi Kausal
diketahui. Akan tetapi,hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas
2. Terapi suportif
1) Hygiene mulut
dan adekuat/.
cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau tanda payah jantung atau
14
d. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang, Obat untuk
dosis 2-3 mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek
neutrofil.
e. Terapi Definitif
jangka panjang. Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua
1) Terapi imunosuprersif
tinggi
15
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN (TEORI)
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
1. Biodata
2. Aktifitas / Istirahat
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
3. Sirkulasi
kompensasi).
16
b. Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan
kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai
lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
4. Integritas ego
b. Tanda : depresi.
5. Eliminasi
17
6. Makanan/cairan
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
b. Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
7. Neurosensori
18
8. Nyeri/kenyamanan
9. Pernapasan
a. Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
10. Keamanan
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
11. Seksualitas
19
B. Penyimpangan KDM
Defisit ko factor eritropoesis : Hematosis oleh aktivitas 1. Sumsum tulang tertekan
1. Defisiensi B12 system retikuloendotelia yang (tumor atau obat)
2. Defisiensi asam folat berlebihan 2. Kekurangan eritropoetin
3. Defisiensi iron 3. Abnormalitas produksi sel
Kehilangan cairan akut/kronis darah merah
Hipoksia jaringan
20
Peningkatan Peningkatan Frekuensi jantung Penurunan Perfusi Penurunan perfusi
Respirasi Rate jantung ke saluran cerna
Beban kerja jantung meningkat
Hipertrofi ventrikel
Pola nafas tidak
efektif
Penuruan loading LV Aliran darah sistemik Aliran darah tidak Anoreksia, nausea,
tidak adekuat adekuat ke jantung konstipasi, penurunan
Penurunan Cardiac Output dan otak Berat badan
Kondisi dan prognosis Kelemahan Fisik Sakit kepala, iskemia Nutrisi kurang dari
penyakit miokard kebutuhan
Iskemia miokard
Kecemasan
Gangguan pemenuhan Gangguan perfusi
aktivitas jaringan
Nyeri dada
21
C. Diagnosa Keperawatan
ke jaringan
22
D. Rencana Tindakan/ Intervensi Keperawatan
5. Pantau urine output Output < 600 cc/hari merupakan tanda syok
kardiogenik
23
9. Kolaborasi :
a. Pertahankan IV line adekuat Akses cepat pemberian obat emergency jika
b. Transfusi darah terjadi kegawatan dan akses tranfusi
Penilaian pasca intervensi
c. Pantau nilai laboratorium Menghentikan fungsi imunologis yang
d. Pemberian imunosupresif memperpanjang aplasia
24
Menurunkan volume plasma dan retensi
cairan di jaringan
25
Menurunkan stimulus nyeri eksternal dan
pembatasan pengunjung memungkinkan
pasien mendapatkan O2 maksimal
d. Managemen lingkungan :
tenang dan batasi pengunjung Meningkatkan asupan O2 dan
menghindarkan iskemia
26
2. Porsi makan meningkat 3. Sajikan makanan dalam keadaan Peningkatan selera makan dan mencegah
hangat, kecil dan diet TKTPRG mual
6. Kolaborasi :
a. Dengan nutrient tentang Pemenuhan kebutuhan vitamin dan
pemenuhan gizi pasien memperbaiki daya tahan tubuh
b. Pemberian multivitamin
27
seperti : bangun dari kursi, bila kuat beban aktivitas
lakukan ambulasi lalu istirahat
28
Keterlibatan orang terdekat memotivasi
pasien untuk tetap yakin dan bersemangat
6. Berikan privasi untuk pasien dan mengikuti proses pengobatannya
orang terdekatnya
29
E. Evaluasi
1. Perfusi Jaringan
b. Perfusi jaringan adekuat : tidak ada sianosis, akral hangat kering merah,
2. Nyeri dada
4. Ketidakseimbangan nutrisi
5. Cemas
6. Intoleransi aktivitas
30
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, Edisi 8, Unit
16. Editor : Smeltzer & Bare, Alih Bahasa : Agung Waluyo et al, Editor
Mutaqqin, Arif (2011) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan
Pierce, E. Evelyn (2011) Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. Alih bahasa : Sri
Silbernagi, S. & Florian, Lang (2006). Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Alih
EGC, Jakarta.
Wilkinson, Judith M. & Ahern Nancy R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Jakarta.
31