Pendahuluan
Pada sebagian besar atom, setiap elektron memiliki pasangan. Spin elektron dalam
pasangan di arah yang berlawanan. Jadi, ketika elektron dipasangkan bersama-sama, mereka
berputar berlawanan menyebabkan mereka untuk membatalkan medan magnet satu sama lain.
Oleh karena itu, tidak ada medan magnet bersih. Selain itu, bahan dengan beberapa elektron
berpasangan akan memiliki medan magnet bersih dan akan bereaksi lebih untuk bidang
eksternal. Kebanyakan bahan dapat diklasifikasikan sebagai diamagnetik atau ferromagnetik.
Berdasarkan sifat medan magnetik atomis, bahan dibagi menjadi tiga golongan yaitu,
diamagnetik, paramagnetik, dan ferromagnetik. Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan
medan magnet atomis masing-masing atom atau molekulnya adalah nol, tetapi orbit dan
spinnya tidak sama dengan nol. Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet
atomis masing-masing atom atau molekulnya tidak sama dengan nol, tetapi resultan medan
magnet atomis total seluruh atom atau molekul dalam bahan adalah nol. Sedangkan, bahan
ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis yang besar, hal ini
terutama disebabkan oleh momen magnetik spin elektronnya (Halliday & Resnick, 1989).
2.1. Magnetisasi
Secara mikroskopis di dalam bahan magnet terdapat arus-arus kecil. Arus-arus kecil tersebut
disebabkan oleh gerakan elektron mengelilingi inti atau gerakan elektron pada sumbunya (spin).
Sedangkan secara makroskopis, dalam bahan magnet terdapat dipol-dipol magnet. Arah dipol-
dipol magnet ini adalah acak sehingga saling meniadakan.
Seperti halnya bahan yang dipengaruhi oleh medan listrik akan terjadi polarisasi, maka
bahan yang dipengaruhi medan magnet juga akan terjadi polarisasi magnetik atau magnetisasi.
Magnetisasi timbul disebabkan oleh pengaruh medan magnet tersebut membentuk pembarisan
dipol-dipol magnet sehingga arahnya teratur seolah-olah terbentuk pengutuban magnet.
Analog dengan definisi polarisasi, maka magnetisasi (=M) didefinisikan sebagai momen dipol
magnet (=m) per satuan volume, dan dituliskan sebagai berikut ;
∑𝑚⃗⃗
⃗⃗ =
𝑀 ……………………… (1)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
atau
𝑑𝑚 ⃗⃗ 𝑑𝑉 ……………………… (2)
⃗⃗ = 𝑀
Sehingga,
𝑚
⃗⃗ = ⃗⃗ 𝑑𝑉 ……………………… (3)
∫ 𝑀
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Satuan 𝑀⃗⃗ adalah ampere/meter. Arah polarisasi listrik adalah searah dengan arah medan listrik
𝐸⃗. Sedangkan arah magnetisasi 𝑀
⃗⃗ adalah ;
⃗⃗ × 𝑅̂
𝜇0 𝑑𝑚
𝑑𝐴 =
4𝜋 𝑅2
⃗⃗ × 𝑅̂ 𝑑𝑉
𝜇0 𝑀
𝑑𝐴 = ………………………... (4)
4𝜋 𝑅2
dengan 𝑅⃗ = 𝑟 − 𝑟′.
Potensial vector pada posisi r dapat diperoleh dengan mengintegralkan persamaan (4), yaitu
⃗⃗ (𝑟′) × 𝑅̂ 𝑑𝑉′
𝜇0 𝑀
𝐴(𝑟) = ∫
4𝜋 𝑅2
𝑉′
𝜇0 1
𝐴(𝑟) = ⃗⃗ (𝑟 ′ ) × ∇′ ( ) 𝑑𝑉 ′ …………………… (5)
∫𝑀
4𝜋 𝑅
𝑉′
Berdasarkan sifat identitas vector, maka integran dari persamaan (5) dapat dinyatakan sebagai
berikut;
1 ⃗⃗
∇′ 𝑥𝑀 ⃗⃗
𝑀
⃗⃗ × ∇′ ( ) =
∫𝑀 − ∇′ 𝑥 ( ) ……………… (6)
𝑅 𝑅 𝑅
𝑉′
⃗⃗
𝜇0 ∇′ × 𝑀 𝜇0 ⃗⃗⃗
𝑀
𝐴(𝑟) = ∫ 𝑑𝑉 ′ + ∫ [−∇′ × ( ) 𝑑𝑉′] …………(7)
4𝜋 𝑅 4𝜋 𝑅
𝑉′ 𝑉′
⃗⃗𝑀
Menurut teorema integral, ∫𝑉 ′ −∇′ × ( ) 𝑑𝑉′ dapat diubah menjadi integral luasan yaitu
𝑅
⃗⃗𝑀 ⃗⃗ ×𝑛̂
𝑀
∫𝑉 ′ −∇′ × ( 𝑅 ) 𝑑𝑉′ = ∮𝑆′ 𝑅 𝑑𝐴′ , sehingga persamaan (7) berbentuk,
dengan S’ adalah permukaan terikat volume V’ dari bahan dan 𝑛̂ vector normal dengan arah ke
luar. Potensial vektor pada persamaan (8) dihasilkan oleh rapat muatan arus volume 𝑗𝑚
terdistribusi seluruh volume dan rapat arus permukaan 𝐾 ⃗ 𝑚 pada permukaan terikat pada
volume. Oleh karena itu dapat dituliskan
⃗⃗ ………………(9)
𝑗𝑚 = ∇′ × 𝑀
⃗𝑚 = 𝑀
𝐾 ⃗⃗ × 𝑛̂………………(10)
𝜇0 𝑗𝑚 (𝑟) 𝜇0 𝐾 ⃗ 𝑚 (𝑟)
𝐴(𝑟) = ∫ 𝑑𝑉′ + ∫ 𝑑𝐴′ ……………(11)
4𝜋 𝑅 4𝜋 𝑅
𝑉′ 𝑉′
Untuk kepentingan praktis, pada umumnya persamaan (9) dan (10) dituliskan
⃗⃗
𝑗𝑚 = ∇ × 𝑀 dan ⃗𝑚 = 𝑀
𝐾 ⃗⃗ × 𝑛̂………………(12)
Dengan pengertian bahwa diferensiasi terhadap koordinat titik sumbu dan 𝑛̂ normal keluar.
⃗⃗ × 𝑛̂ adalah garis singgung terhadap permukaan. Hal yang tidak boleh dilupakan
Sedangkan 𝑀
⃗ 𝑚 ditentukan dengan nilai 𝑀
bahwa 𝐾 ⃗⃗ × 𝑛̂ di permukaan.
2.3. Medan H
Persamaan hukum Ampere dalam bentuk diferensial adalah
⃗ = 𝜇0 𝑗…………………(13)
∇×𝐵
dengan 𝑗 = rapat arus total. Sementara itu telah dibahas bahwa efek dari magnetisasi akan
menghasilkan rapat arus magnetisasi
⃗⃗ ………………(14)
𝑗𝑚 = ∇ × 𝑀
Misalkan suatu bahan magnetik dililiti oleh kawat berarus, maka dalam system tersebut akan
muncul dua rapat arus yaitu rapat konduksi (= 𝑗𝑓 ) dan rapat arus magnetisasi (= 𝑗𝑚 ). Rapat arus
konduksi adalah rapat arus dalam kawat penghantar, sedangkan rapat arus magnetisasi adalah
rapat arus yang terjadi di dalam bahan magnetik bahan magnetik akibat efek magnetisasi.
Dengan demikian rapat arus total dalam sistem tersebut adalah,
𝑗 = 𝑗𝑓 + 𝑗𝑚 …………………(15)
Oleh karena itu bila persamaan (15) disubtitusikan ke persamaan (13), maka diperoleh
⃗ = 𝜇0 (𝑗𝑓 + ∇ × 𝑀
∇×𝐵 ⃗⃗ )
𝐵⃗
∇× ⃗⃗
= 𝑗𝑓 + ∇ × 𝑀
𝜇0
𝐵⃗
∇× ⃗⃗ = 𝑗𝑓
−∇×𝑀
𝜇0
𝐵⃗
∇×( ⃗⃗ ) = 𝑗𝑓 …………… (17)
−𝑀
𝜇0
Persamaan (17) hanya menampilkan rapat arus bebas, dan disarankan bahwa dapat digunakan
⃗ yang didefinisikan sebagai berikut :
medan vektor baru 𝐻
𝐵⃗
⃗ =
𝐻 ⃗⃗ ………………… (18)
−𝑀
𝜇0
⃗ = 𝑗𝑓 ……………...… (19)
∇×𝐻
Vektor 𝐻⃗ disebut medan magnet atau kadang-kadang disebut medan 𝐻 ⃗ . Pada dasarnya
⃗ dan alas an penting untuk memperkenalkannya adalah Curl 𝐻
karakteristik dari 𝐻 ⃗ = (∇ ×
⃗ ) hanya tergantung pada rapat arus. Dimensi dari 𝐻
𝐻 ⃗ adalah sama dengan 𝑀
⃗⃗ dan 𝐻⃗ akan diukur
dalam ampere/meter. Persamaan (19) dapat dituliskan dalam bentuk integral :
⃗ . 𝑑𝑙 = ∫ 𝑗𝑓 . 𝑑𝐴 = 𝐼𝑗 …………………… (20)
∮𝐻
𝐶 𝑆
Dan disebut hukum Ampere untuk 𝐻 ⃗ , dengan 𝐼𝑗 adalah arus bebas yang melalui permukaan S
dengan lintasan sembarang dari integrasi C. Arus bebas 𝐼𝑓 dapat diukur dengan mudah.
⃗ +𝑀
∇ ∙ 𝜇0 (𝐻 ⃗⃗ ) = 0, sehingga
⃗ = −∇ ∙ 𝑀
∇∙𝐻 ⃗⃗ ………………… (21)
⃗⃗ = 0, maka ∇ ∙ 𝐻
Jika ∇ ∙ 𝑀 ⃗ = ∇∙𝑀
⃗⃗ = 0, sehingga dalam hal ini 𝐵
⃗ = 𝜇0 𝐻
⃗ untuk 𝑀
⃗⃗ = 0.
2.4.2. Ferromagnetik
Bahan-bahan seperti besi, nikel dan kobalt termasuk ferromagnetik. Bahan
⃗⃗ besar tanpa
ferromagnetik adalah bahan yang dapat mempunyai magnetisasi spontan 𝑀
adanya medan magnet luar, maka medan magnet 𝐵 ⃗ di dalam bahan menjadi ribuan kali
medan magnet di luar. Semakin besar magnet luar maka medan magnet dalam bahan
semakin besar, tetapi pada suatu ketika akan mencapai tingkat kejenuhan. Artinya walaupun
Perilaku suatu bahan ferromagnetik yang dipengaruhi oleh medan luar, ditunjukkan
⃗ dan 𝐻
oleh suatu kurva histerisis 𝐵 ⃗.
Akibat adanya kurva histerisis ialah terjadinya panas dalam zat ferromagnetik yang
merupakan kerugian tenaga, misalnya zat ferromagnetik yang digunakan sebagai
transformator atau alat-alat lain yang menggunakan arus bolak-balik.
2.5. Paramagnetisma
Kemagnetan seperti yang kita kenal dalam pengalaman kita sehari-hari adalah suatu
cabang penting yang khusus dari pelajaran yang dinamakan ferromagnetisma. Di sini kita
membicarakan sebuah bentuk kemagnetan yang lebih lemah yang dinamakan paramagnetisma.
Untuk kebanyakan atom dan ion, maka efek-efek magnetik elektron termasuk kedua
gerakan spinnya dan gerak orbitalnya, persis saling meniadakan satu sama lain atau ion tersebut
tidak bersifat magnet. Hal ini benar untuk gas-gas mulia pada golongan VIIIA seperti Neon dan
untuk ion-ion seperti Cu2+, yang menjadikan tembaga biasa. Untuk atom dan ion lain maka efek-
efek magnetik elektron tidak saling menghilangkan, sehingga atom tersebut secara keseluruhan
Jika kita menempatkan sebuah bahan contoh yang terdiri dari N atom, yang masing-
masing mempunyai sebuah momen dipol magnet µ, didalam sebuah medan magnet, maka
dipol-dipol atom elementer tersebut cenderung berbaris dalam arah medan magnet.
Kecenderungan untuk menjajarkan ini dinamakan paramagnetisma. Untuk penjajaran yang
sempurna, maka bahan contoh tersebut secara keseluruhan harus mempunyai sebuah momen
dipol magnet sebesar Nµ. Akan tetapi, proses penjajaran ini sangat diganggu oleh efek-efek
agitasi termal. Pentingnya agitasi termal dapat diukur dengan membandingkan dua tenaga :
yang satunya (= 32 kT) adalah tenaga kinetik translasi dari sebuah atom gas pada temperatur T,
yang lainnya (= 2 µB) adalah perbedaan tenaga diantara atom yang disejajarkan dengan medan
magnet dan atom yang menunjukkan kearah yang berlawanan, maka efek tumbukan pada
temperatur sedang dan medan biasa adalah sangat besar. Bahan contoh tersebut memperoleh
sebuah momen magnet bila ditempatkan didalam sebuah medan magnet luar, tetapi momen ini
biasanya jauh lebih kecil daripada momen maksimum yang mungkin Nµ.
Jika kita menempatkan sebuah bahan paramagnetik didalam sebuah medan magnet
yang uniform, seperti medan magnet di dekat kutub dari sebuah magnet yang kuat, maka bahan
tersebut akan ditarik menuju daerah medan yang lebih tinggi, yakni menuju kutub tersebut. kita
dapat mengerti hal ini dengan menarik analogi dengan kasus listrik yang bersangkutan dari
Gambar 4, yang memperlihatkan sebuah contoh bahan dieletrik (sebuah bola) di dalam sebuah
medan listrik yang tak uniform. Gaya listrik netto menunjukkan tekanan didalam gambar
tersebut dan sama dengan
( 𝑄 ∆𝑋) 2∆𝐸 𝑑𝐸
𝐹𝐸 = 2∆𝐸 = 𝑝 ( ) ≅ 𝑝 ( ) 𝑚𝑎𝑘𝑠
∆𝑋 ∆𝑋 𝑑𝑥
Di sini 𝑝 ( = 𝑞 ∆𝑥) adalah momen dipol listrik imbas dari bola. Di dalam limit diferensial
dari sebuah bola yang sangat kecil maka (2∆𝐸⁄∆𝑥 ) mendekati (dE/dx)maks, yakni gradien medan
listrik di pusat bola.
Di dalam kasus magnet yang bersangkutan maka, berdasarkan analogi, kita peroleh.
𝑑𝐵
𝐹𝑀 = 𝜇 (𝑑𝑋) ………… (8)
𝒎𝒂𝒌𝒔
Jadi, dengan mengukur gaya magnet Fm yang bekerja pada sebuah bahan paramagnetik
yang kecil bila kita menempatkan bahan tersebut di dalam sebuah medan magnet yang tak
uniform gradien medannya (dB/dx)maks diketahui, maka kita dapat mempelajari mengenai
momen dipol magnetnya µ. Magnetisasi M dari contoh bahan didefinisikan sebagai momen
magnet per satuan volume, atau
𝜇
𝑴= ,
𝑉
di mana V adalah volume bahan. Magnetisasi adalah sebuah vektor karena µ, yakni momen dipol
contoh bahan, adalah sebuah vektor.
Pada tahun 1895 Pierre Curie (1859-1906) secara eksperimental menemukan bahwa
magnetisasi M dari sebuah contoh bahan paramagnetik adalah berbanding langsung dengan B,
yakni nilai fektif medan magnet di dalam mana contoh bahan tersebut ditempatkan, dan
berbanding terbalik dengan temperatur, atau
𝐵
M= 𝐶 𝑇 , …….. (9)
Di mana C adalah sebuah konstanta. Persamaan ini di kenal sebagai hukum Curie. Secara fisis
maka hukum tersebut adalah wajar karena kenaikan B cenderung menjajarkan dipol-dipol
elementer di dalam contoh bahan, yakni memperbesar M, sedangkan kenaikan T cenderung
mengganggu penjajaran ini, yakni memperkecil M. Berlakunya hukum Curie telah terbukti secara
eksperimental, asalkan perbandingan B/T tidak menjadi terlalu besar.
M tidak dapat terus menerus bertambah besar tanpa batas seperti yang diartikan oleh
hukum Curie, tetapi harus mendekati sebuah nilai Mmaks (= µN/V) yang bersesuaian dengan
penjajaran lengkap dari N dipol yang terkandung di dalam voluma V dari contoh bahan tersebut.
Gambar 4 Perbandingan M/Mmaks untuk sebuah garam paramagnetik. (Tawas kalium chrom) di dalam berbagai
medan magnet dan pada berbagai temperatur. Kurva yang melalui titik-tik eksperimental adalah sebuah kurva
teoretik yang dihitung dari fisika kuantum modern.
2.6. Diamagnetisma
Pada tahun 1846 Michael Faraday menemukan bahwa sebuah contoh bahan bismuth
yang didekatkan ke kutub sebuah magnet yang kuat akan ditolak. Dia menamakan zat-zat
semacam itu diagmagnetik (bertentangan dengan contoh bahan paramagnetik, yang ditarik oleh
kutub magnet). Diamagnetisma, yang ada di dalam semua zat, adalah suatu efek yang begitu
lemah sehingga kehadiran efek tersebut ditutupi (tidak terlihat) di dalam zat-zat yang terbuat
dari atom-atom yang mempunyai momen dipoll magnet netto, yakni, di dalam zat paramagnetik
atau zat ferromagnetik.
Setiap elektron yang berputar mempunyai momen magnetik orbital, tetapi untuk atom
tersebut secara keseluruhan maka lintasan-lintasan diarahkan secara sembarangan sehingga
tidak ada efek magnetik netto. Di dalam Gambar 6a, sebagai contoh momen dipol magnet µi
menunjuk keluar halaman gambar; di dalam gambar 6b efek yang dihasilkan untuk kedua-dua
lintasan yang diperlihatkan adalah saling menghilangkan. Efek yang saling menghilangkan ini
dihasilkan juga di sebelah kiri di dalam Gambar 7.
Jika kita memakaikan sebuah medan luar B seperti di dalam Gambar 6c dan Gambar 6d,
maka sebuah gaya tambahan, yang diberikan oleh –e (V X B), bekerja pada elektron tersebut.
Gaya magnet selalu bekerja di dalam arah yang tegak lurus kepada arah gerakan; besarnya
adalah
Dengan memakaikan hukum Newton kedua pada Gambar 6c dan gambar 6d, dan
dengan membolehkan kedua-dua arah sirkulasi, maka dihasilkan gaya-gaya resultan pada
elektron-elektron sebesar
𝐹𝐸 ± 𝐹𝐵 = 𝑚𝑎 = 𝑚𝜔2 𝑟
Dengan mensubstitusikan Persamaan (10) dan persamaan (11) ke dalam persamaan ini
maka dihasilkan,
Atau
𝑒𝐵
𝜔2 ∓ ( 𝑚 ) 𝜔 − 𝜔02 = 0………. (12)
di mana ∆𝜔 ≪ 𝜔0. Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke dalam Persamaan (12) maka
dihasilkan
di mana 𝛽 adalah singkatan yang memudahkan untuk eB/m. ke dua-dua suku 𝜔02 saling
menghilangkan satu sama lain; suku-suku (∆𝜔)2 dan 𝛽∆𝜔 adalah kecil dibandingkan kepada
suku-suku yang masih sisa dan kita dapat memilih suku-suku tersebut sama dengan nol dengan
hanya menimbulkan kesalahan kecil. Pemilihan ini, sebagai suatu aproksimasi yang sangat baik,
akan menghasilkan
1 𝑒𝐵
∆𝜔 ≅ ∓ 𝛽 = ± ……………… (14)
2 2𝑚
𝑒𝐵
Atau, dari Persamaan (13), 𝜔 = 𝜔0 ± .
2𝑚
Jadi efek pemakaian sebuah medan magnet adalah untuk memperbesar atau untuk
memperkecil (bergantung pada arah sirkulasi) kecepatan sudut. Ini , selanjutnya, akan
memperbesar atau memperkecil momen magnet orbital dari elektron yang bersikulasi tersebut.
Kita melihat bahwa jika kita memakai sebuah medan magnet B kepada sebuah zat
diamagnetik, maka sebuah momen magnet akan diimbas yang arahnya (keluar dari bidang
Gambar 6) adalah berlawanan dengan arah B; lihat juga Gambar 7. Hal ini adalah persis
merupakan kebalikan dari paramagnetisma, di dalam mana dipol-dipol magnet (yang permanen)
cenderung menunjuk di dalam arah yang sama seperti arah medan magnet yang dipakaikan.
Kita sekarang dapat mengerti mengapa sebuah contoh bahan diamagnetik ditolak bila
didekatkan ke kutub sebuah magnet yang kuat. Jika kutub tersebut adalah sebuah kutub utara,
maka terdapat sebuah medan magnet yang tak uniform B yang menunjuk menjauhi kutub
tersebut. Jika sebuah bola yang terbuat dari bahan diamagnetik didekatkan ke kutub ini, maka
magnetisasi M yang diimbas di dalamnya menunjuk kearah kutub tersebut, yakni berlawanan
kearah B. jadi sisi bola yang paling dekat kepada magnet akan bersikap sebagai sebuah kutub
CONTOH :
Hitunglah perubahan momen magnet untuk sebuah elektron yang bersikulasi, seperti
yang dijelaskan di dalam contoh 2, jika sebuah medan magnet B sebesar 2,0 T (=20.000 gauss)
bekerja di dalam arah tegaklurus pada bidang lintasan.
1
perubahan µ adlalah ∆µ = 2 er2 ∆𝜔
1 𝑒𝐵 𝑒2 𝐵𝑟2
atau, dari persamaan 37-14 ∆𝜇 = ± 2
𝑒𝑟2 (2𝑚 )= ±
4𝑚
.
Di dalam contoh sebelumnya momen µ1 adalah 9,2 x 10-24 A.m2, sehingga perubahan
yang diimbas oleh sebuah medan magnet luar pun adalah agak kecil, dengan perbandingan
∆µ/µ2 adalah kira-kira 4 x 10-6
Kesimpulan
Pada sebagian besar atom, setiap elektron memiliki pasangan. Spin elektron dalam
pasangan di arah yang berlawanan. Jadi, ketika elektron dipasangkan bersama-sama, mereka
berputar berlawanan menyebabkan mereka untuk membatalkan medan magnet satu sama lain.
Oleh karena itu, tidak ada medan magnet bersih. Selain itu, bahan dengan beberapa elektron
berpasangan akan memiliki medan magnet bersih dan akan bereaksi lebih untuk bidang
eksternal.
Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing
atom atau molekulnya adalah nol, tetapi orbit dan spinnya tidak sama dengan nol. Bahan
diamagnetik tidak mempunyai momen dipol magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi
medan magnet luar, maka electron-elektron dalam atom akan berubah gerakannya sedemikian
hingga menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan. Bahan dapat
bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan tersebut mempunyai spin atom yang tidak
berpasangan, dalam bahan diamagnetik hamper semua spin electron berpasangan, akibatnya
bahan ini tidak menarik garis gaya.
Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing
atom atau molekulnya tidak sama dengan nol, tetapi resultan medan magnet atomis total
seluruh atom atau molekul dalam bahan adalah nol. Paramagnetisme adalah suatu bentuk
magnetism yang hanya terjadi karena adanya medan magnet.
Sedangkan, bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis yang
besar, hal ini terutama disebabkan oleh momen magnetik spin elektronnya. Medan magnet dari
masing-masing atom dalam bahan ferromagnetik sangat kuat.
J. D. Jackson. 1991. Classical Electrodynamics. USA: John Wiley & Sons Inc.
Jones, Edwin R. dan Richard L. Childers. 1993. Contemporary College Physics. USA: Addison-
Wesley Publishing Company, Inc.
Suyoso. 2007. Common Textbook : Listrik Magnet Edisi Revisi. Yogyakarta : FMIPA UNY.
Tipler, Paul. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 2 (alih bahasa: Bambang Soegijono).
Jakarta: Erlangga.