Anda di halaman 1dari 16

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Ketika materi ditempatkan dalam medan magnet, kekuatan magnetik dari bahan yang
berelektron tersebut akan terpengaruh. Efek ini dikenal sebagai Hukum Faraday Induksi
Magnetik. Namun, bahan dapat bereaksi sangat berbeda dengan kehadiran medan magnet dari
luar . reaksi ini tergantung pada sejumlah faktor, seperti struktur atom, molekul material, dan
medan magnet terkait dengan atom. Momen magnetik yang berhubungan dengan atom
memiliki tiga penyebab, antara lain gerakan orbital elektron, perubahan dalam gerak orbit yang
disebabkan oleh medan magnet luar, dan spin dari elektron.

Pada sebagian besar atom, setiap elektron memiliki pasangan. Spin elektron dalam
pasangan di arah yang berlawanan. Jadi, ketika elektron dipasangkan bersama-sama, mereka
berputar berlawanan menyebabkan mereka untuk membatalkan medan magnet satu sama lain.
Oleh karena itu, tidak ada medan magnet bersih. Selain itu, bahan dengan beberapa elektron
berpasangan akan memiliki medan magnet bersih dan akan bereaksi lebih untuk bidang
eksternal. Kebanyakan bahan dapat diklasifikasikan sebagai diamagnetik atau ferromagnetik.

Berdasarkan sifat medan magnetik atomis, bahan dibagi menjadi tiga golongan yaitu,
diamagnetik, paramagnetik, dan ferromagnetik. Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan
medan magnet atomis masing-masing atom atau molekulnya adalah nol, tetapi orbit dan
spinnya tidak sama dengan nol. Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet
atomis masing-masing atom atau molekulnya tidak sama dengan nol, tetapi resultan medan
magnet atomis total seluruh atom atau molekul dalam bahan adalah nol. Sedangkan, bahan
ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis yang besar, hal ini
terutama disebabkan oleh momen magnetik spin elektronnya (Halliday & Resnick, 1989).

1.1. Rumusan Masalah


1) Bagaimana sifat-sifat kemagnetan dalam bahan?
2) Bagaimana hubungan antara magnetisasi dan rapat arus magnetisasi.

1.2. Tujuan Penulisan


1) Memahami sifat-sifat kemagnetan dalam bahan.
2) Mengetahui hubungan antara magnetisasi dan arus magnetisasi.

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 1


BAB II
Pembahasan

2.1. Magnetisasi
Secara mikroskopis di dalam bahan magnet terdapat arus-arus kecil. Arus-arus kecil tersebut
disebabkan oleh gerakan elektron mengelilingi inti atau gerakan elektron pada sumbunya (spin).
Sedangkan secara makroskopis, dalam bahan magnet terdapat dipol-dipol magnet. Arah dipol-
dipol magnet ini adalah acak sehingga saling meniadakan.

Seperti halnya bahan yang dipengaruhi oleh medan listrik akan terjadi polarisasi, maka
bahan yang dipengaruhi medan magnet juga akan terjadi polarisasi magnetik atau magnetisasi.
Magnetisasi timbul disebabkan oleh pengaruh medan magnet tersebut membentuk pembarisan
dipol-dipol magnet sehingga arahnya teratur seolah-olah terbentuk pengutuban magnet.

Analog dengan definisi polarisasi, maka magnetisasi (=M) didefinisikan sebagai momen dipol
magnet (=m) per satuan volume, dan dituliskan sebagai berikut ;

∑𝑚⃗⃗
⃗⃗ =
𝑀 ……………………… (1)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

atau

𝑑𝑚 ⃗⃗ 𝑑𝑉 ……………………… (2)
⃗⃗ = 𝑀

Sehingga,

𝑚
⃗⃗ = ⃗⃗ 𝑑𝑉 ……………………… (3)
∫ 𝑀
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

Satuan 𝑀⃗⃗ adalah ampere/meter. Arah polarisasi listrik adalah searah dengan arah medan listrik
𝐸⃗. Sedangkan arah magnetisasi 𝑀
⃗⃗ adalah ;

⃗ untuk bahan paramagnetik.


a. searah dengan medan magnet 𝐵
b. berlawanan arah dengan medan magnet 𝐵⃗ , untuk bahan diamagnetik.
⃗⃗ searah dengan 𝐵
c. untuk bahan ferromagnetik, 𝑀 ⃗.

2.2. Rapat Arus Magnetisasi


Misalkan di dalam suatu system terdapat bahan pemagnet maka dapat ditentukan potensial
vector di suatu titik yang berada sejauh r di luar bahan tersebut.

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 2


Gambar 1 Potensial vektor di titik P di luar bahan pemagnet

Momen dipol dari volume dV sebagaimana persamaan (2) 𝑑𝑚 ⃗⃗ 𝑑𝑉 memberikan sumbangan


⃗⃗ = 𝑀
terhadap potensial vector yaitu

⃗⃗ × 𝑅̂
𝜇0 𝑑𝑚
𝑑𝐴 =
4𝜋 𝑅2
⃗⃗ × 𝑅̂ 𝑑𝑉
𝜇0 𝑀
𝑑𝐴 = ………………………... (4)
4𝜋 𝑅2

dengan 𝑅⃗ = 𝑟 − 𝑟′.

Potensial vector pada posisi r dapat diperoleh dengan mengintegralkan persamaan (4), yaitu

⃗⃗ (𝑟′) × 𝑅̂ 𝑑𝑉′
𝜇0 𝑀
𝐴(𝑟) = ∫
4𝜋 𝑅2
𝑉′

𝜇0 1
𝐴(𝑟) = ⃗⃗ (𝑟 ′ ) × ∇′ ( ) 𝑑𝑉 ′ …………………… (5)
∫𝑀
4𝜋 𝑅
𝑉′

Berdasarkan sifat identitas vector, maka integran dari persamaan (5) dapat dinyatakan sebagai
berikut;

1 ⃗⃗
∇′ 𝑥𝑀 ⃗⃗
𝑀
⃗⃗ × ∇′ ( ) =
∫𝑀 − ∇′ 𝑥 ( ) ……………… (6)
𝑅 𝑅 𝑅
𝑉′

Persamaan (6) disubtitusikan ke persamaan (5), maka diperoleh

⃗⃗
𝜇0 ∇′ × 𝑀 𝜇0 ⃗⃗⃗
𝑀
𝐴(𝑟) = ∫ 𝑑𝑉 ′ + ∫ [−∇′ × ( ) 𝑑𝑉′] …………(7)
4𝜋 𝑅 4𝜋 𝑅
𝑉′ 𝑉′

⃗⃗𝑀
Menurut teorema integral, ∫𝑉 ′ −∇′ × ( ) 𝑑𝑉′ dapat diubah menjadi integral luasan yaitu
𝑅
⃗⃗𝑀 ⃗⃗ ×𝑛̂
𝑀
∫𝑉 ′ −∇′ × ( 𝑅 ) 𝑑𝑉′ = ∮𝑆′ 𝑅 𝑑𝐴′ , sehingga persamaan (7) berbentuk,

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 3


⃗⃗
𝜇0 ∇′ × 𝑀 𝜇0 𝑀 ⃗⃗ × 𝑛̂
𝐴(𝑟) = ∫ 𝑑𝑉 ′ + ∮ 𝑑𝐴′ ………………(8)
4𝜋 𝑅 4𝜋 𝑅
𝑉′ 𝑆′

dengan S’ adalah permukaan terikat volume V’ dari bahan dan 𝑛̂ vector normal dengan arah ke
luar. Potensial vektor pada persamaan (8) dihasilkan oleh rapat muatan arus volume 𝑗𝑚
terdistribusi seluruh volume dan rapat arus permukaan 𝐾 ⃗ 𝑚 pada permukaan terikat pada
volume. Oleh karena itu dapat dituliskan

⃗⃗ ………………(9)
𝑗𝑚 = ∇′ × 𝑀

⃗𝑚 = 𝑀
𝐾 ⃗⃗ × 𝑛̂………………(10)

dari persamaan (8) menjadi,

𝜇0 𝑗𝑚 (𝑟) 𝜇0 𝐾 ⃗ 𝑚 (𝑟)
𝐴(𝑟) = ∫ 𝑑𝑉′ + ∫ 𝑑𝐴′ ……………(11)
4𝜋 𝑅 4𝜋 𝑅
𝑉′ 𝑉′

Untuk kepentingan praktis, pada umumnya persamaan (9) dan (10) dituliskan

⃗⃗
𝑗𝑚 = ∇ × 𝑀 dan ⃗𝑚 = 𝑀
𝐾 ⃗⃗ × 𝑛̂………………(12)

Dengan pengertian bahwa diferensiasi terhadap koordinat titik sumbu dan 𝑛̂ normal keluar.
⃗⃗ × 𝑛̂ adalah garis singgung terhadap permukaan. Hal yang tidak boleh dilupakan
Sedangkan 𝑀
⃗ 𝑚 ditentukan dengan nilai 𝑀
bahwa 𝐾 ⃗⃗ × 𝑛̂ di permukaan.

2.3. Medan H
Persamaan hukum Ampere dalam bentuk diferensial adalah

⃗ = 𝜇0 𝑗…………………(13)
∇×𝐵

dengan 𝑗 = rapat arus total. Sementara itu telah dibahas bahwa efek dari magnetisasi akan
menghasilkan rapat arus magnetisasi

⃗⃗ ………………(14)
𝑗𝑚 = ∇ × 𝑀

Misalkan suatu bahan magnetik dililiti oleh kawat berarus, maka dalam system tersebut akan
muncul dua rapat arus yaitu rapat konduksi (= 𝑗𝑓 ) dan rapat arus magnetisasi (= 𝑗𝑚 ). Rapat arus
konduksi adalah rapat arus dalam kawat penghantar, sedangkan rapat arus magnetisasi adalah
rapat arus yang terjadi di dalam bahan magnetik bahan magnetik akibat efek magnetisasi.
Dengan demikian rapat arus total dalam sistem tersebut adalah,

𝑗 = 𝑗𝑓 + 𝑗𝑚 …………………(15)

Oleh karena itu bila persamaan (15) disubtitusikan ke persamaan (13), maka diperoleh

⃗ = 𝜇0 (𝑗𝑓 + 𝑗𝑚) ……………… (16)


∇×𝐵

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 4


Kemudian persamaan (14) disubtitusikan ke persamaan (16) dapat diperoleh

⃗ = 𝜇0 (𝑗𝑓 + ∇ × 𝑀
∇×𝐵 ⃗⃗ )

𝐵⃗
∇× ⃗⃗
= 𝑗𝑓 + ∇ × 𝑀
𝜇0

𝐵⃗
∇× ⃗⃗ = 𝑗𝑓
−∇×𝑀
𝜇0

𝐵⃗
∇×( ⃗⃗ ) = 𝑗𝑓 …………… (17)
−𝑀
𝜇0

Persamaan (17) hanya menampilkan rapat arus bebas, dan disarankan bahwa dapat digunakan
⃗ yang didefinisikan sebagai berikut :
medan vektor baru 𝐻

𝐵⃗
⃗ =
𝐻 ⃗⃗ ………………… (18)
−𝑀
𝜇0

Oleh karena itu persamaan (17) dapat dituliskan

⃗ = 𝑗𝑓 ……………...… (19)
∇×𝐻

Vektor 𝐻⃗ disebut medan magnet atau kadang-kadang disebut medan 𝐻 ⃗ . Pada dasarnya
⃗ dan alas an penting untuk memperkenalkannya adalah Curl 𝐻
karakteristik dari 𝐻 ⃗ = (∇ ×
⃗ ) hanya tergantung pada rapat arus. Dimensi dari 𝐻
𝐻 ⃗ adalah sama dengan 𝑀
⃗⃗ dan 𝐻⃗ akan diukur
dalam ampere/meter. Persamaan (19) dapat dituliskan dalam bentuk integral :

⃗ . 𝑑𝑙 = ∫ 𝑗𝑓 . 𝑑𝐴 = 𝐼𝑗 …………………… (20)
∮𝐻
𝐶 𝑆

Dan disebut hukum Ampere untuk 𝐻 ⃗ , dengan 𝐼𝑗 adalah arus bebas yang melalui permukaan S
dengan lintasan sembarang dari integrasi C. Arus bebas 𝐼𝑓 dapat diukur dengan mudah.

⃗ = 0, sehingga berdasarkan persamaan (18) dapat


Telah dibicarakan bahwa ∇ ∙ 𝐵
dinyatakan bahwa

⃗ +𝑀
∇ ∙ 𝜇0 (𝐻 ⃗⃗ ) = 0, sehingga

⃗ = −∇ ∙ 𝑀
∇∙𝐻 ⃗⃗ ………………… (21)

⃗⃗ = 0, maka ∇ ∙ 𝐻
Jika ∇ ∙ 𝑀 ⃗ = ∇∙𝑀
⃗⃗ = 0, sehingga dalam hal ini 𝐵
⃗ = 𝜇0 𝐻
⃗ untuk 𝑀
⃗⃗ = 0.

⃗ berperan dalam magnetostatik sebagaimana 𝐷


𝐻 ⃗ dalam elektrostatik. Bahkan 𝐷
⃗ dapat
dituliskan sebagaimana hukum Gauss yang hanya memperhatikan muatan bebas. Demikian juga
⃗ dapat dinyatakan sebagai hukum Ampere yang hanya memperhatikan arus bebas (= 𝐼𝑓 ) yang
𝐻
⃗ adalah ampere/meter.
tercakup dalam permukaan S. Satuan 𝐻

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 5


2.4. Bahan Linier dan Tak Linier
2.4.1. Suseptibilitas Magnet dan Permeabilitas
Bila diingat tentang magnetisasi, maka dapat diasumsikan bahwa kekurangan
fungsional antara 𝑀⃗⃗ dan 𝐵
⃗ dapat dituliskan 𝑀
⃗⃗ = 𝑀
⃗⃗ (𝐵
⃗ ), dan diharapkan bahwa bentuk
eksak hubungan tersebut akan tergantung dari bahan dan akan ditentukan dengan
eksppelinum. Sesuai jalan pikiran yang sama, maka hubungan M dan H dapat dituliskan
dengan 𝑀⃗⃗ = 𝑀
⃗⃗ (𝐵
⃗ ). Bentuk fungsional dari 𝑀
⃗⃗ (𝐵
⃗ ) dapat dicari untuk tiap-tiap bahan, juga
dengan eksperimen atau dengan perhitungan.
⃗ = 0 dan 𝑀
Jika 𝐻 ⃗⃗ (0) ≠ 0, maka bahan masih memiliki kekuatan magnet walaupun
tidak ada medan dari luar. Bahan itu dikatakan memiliki magnetisasi permanen dan disebut
magnet permanen. Beberapa bahan untuk 𝑀 ⃗⃗ (0) ≠ 0 memiliki ketergantungan dari 𝑀
⃗⃗ pada
⃗ , hal itu menunjukkan bahwa hubungan tersebut tak linier. Sebagian besar bahan
𝐻
⃗⃗ dengan medan luar dan sejajar dengan medan
menunjukkan sifat hubungan linier antara 𝑀
magnet dan dinyatakan dengan persamaan berikut ;
⃗⃗ = 𝜒𝑚 𝐻
𝑀 ⃗ ………………… (24)
dengan, 𝜒𝑚 = suseptibilitas magnetik dan merupakan karakteristik tetapan dari bahan. Jika
𝜒𝑚 > 0, maka bahan disebut paramagnetik dan 𝜒𝑚 < 0, bahan merupakan diamagnetik.
Untuk bahan yang memenuhi persamaan (24) disebut bahan linier. Kombinasi dari
persamaan (18) dan (24) diperoleh
𝐵⃗ = 𝜇0 (1 + 𝜒𝑚 )𝐻⃗ = 𝐾𝑚 𝜇0 𝐻
⃗ = 𝜇𝐻
⃗ ……………… (25)
Dengan, 𝐾𝑚 = 1 + 𝜒𝑚 = 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑒𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
𝜇 = 𝜇0 𝐾𝑚 = 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑒𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘
⃗ juga sebanding terhadap 𝐻
Dari persamaan (25) dapat dinyatakan bahwa 𝐵 ⃗
⃗ = 𝜇𝐻
𝐵 ⃗ …………… (26)
⃗ = 𝜇𝐻
⃗ atau 𝐻 ⃗⁄
⃗ = 𝐵
Hubungan 𝐵 𝜇 adalah contoh lain dari persamaan konstitutif dan bukan

merupakan persamaan fundamental dalam elektromagnetik, keadaan itu berlawanan


dengan persamaan (18).

Berdasarkan persamaan (14) dan (24) diperoleh hubungan :


⃗⃗ = ∇ × 𝜒𝑚 𝐻
𝑗𝑚 = ∇ × 𝑀 ⃗ = 𝜒𝑚 𝑗𝑓 ……………… (27)
Persamaan (27) menunjukkan bahwa sepintas lalu rapat lalu rapat arus magnetisasi
sebanding dengan rapat arus bebas.

2.4.2. Ferromagnetik
Bahan-bahan seperti besi, nikel dan kobalt termasuk ferromagnetik. Bahan
⃗⃗ besar tanpa
ferromagnetik adalah bahan yang dapat mempunyai magnetisasi spontan 𝑀
adanya medan magnet luar, maka medan magnet 𝐵 ⃗ di dalam bahan menjadi ribuan kali
medan magnet di luar. Semakin besar magnet luar maka medan magnet dalam bahan
semakin besar, tetapi pada suatu ketika akan mencapai tingkat kejenuhan. Artinya walaupun

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 6


medan luar ditambahkan terus, maka medan dalam bahan tidak bertambah lagi. Keadaan
⃗ dan 𝐻
tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara 𝐵 ⃗ tidak linier lagi.

Perilaku suatu bahan ferromagnetik yang dipengaruhi oleh medan luar, ditunjukkan
⃗ dan 𝐻
oleh suatu kurva histerisis 𝐵 ⃗.

Gambar 2 Kurva Histerisis

Kurva histerisis tersebut menggambarkan bahwa misalnya suatu bahan ferromagnet


berada dalam suatu toroida (sebagai inti toroida). Jika toroida dialiri arus yang makin lama
makin besar, maka dalam toroida akan timbul medan H yang berangsur-angsur diperbesar
⃗ akan diperbesar dengan mengikuti gerak grafik dari o sampai a. Jika pada
dari H = 0, dan 𝐵
saat di a nilai H diperkecil sampai H = 0, ternyata nilai B tetap (mencapai saturasi).
Selanjutnya nilai H di perkecil sampai H = 0, ternyata gerakan grafiknya tidak melalui a-o
tetapi melewati a→b. Pada saat H = 0, ternyata 𝐵 ≠ 0, artinya masih ada sisa magnet dan
disebut kemagnetan remanen. Jika nilai H dibuat negative, maka kemagnetan remanen
berkurang sehingga mencapai nol (di c) dan nilai H pada saat B remanen nol disebut gaya
koersivitas. Jika nilai H negative diperbesar terus, maka akan muncul kemagnetan kembali
sampai tingkat kejenuhan kembali (saturasi). Selanjutnya bila H magnetik pada saat B
saturasi diperkecil terus, maka akan didapatkan grafik seperti Gambar 3 (oabcdefa).

Akibat adanya kurva histerisis ialah terjadinya panas dalam zat ferromagnetik yang
merupakan kerugian tenaga, misalnya zat ferromagnetik yang digunakan sebagai
transformator atau alat-alat lain yang menggunakan arus bolak-balik.

2.5. Paramagnetisma
Kemagnetan seperti yang kita kenal dalam pengalaman kita sehari-hari adalah suatu
cabang penting yang khusus dari pelajaran yang dinamakan ferromagnetisma. Di sini kita
membicarakan sebuah bentuk kemagnetan yang lebih lemah yang dinamakan paramagnetisma.

Untuk kebanyakan atom dan ion, maka efek-efek magnetik elektron termasuk kedua
gerakan spinnya dan gerak orbitalnya, persis saling meniadakan satu sama lain atau ion tersebut
tidak bersifat magnet. Hal ini benar untuk gas-gas mulia pada golongan VIIIA seperti Neon dan
untuk ion-ion seperti Cu2+, yang menjadikan tembaga biasa. Untuk atom dan ion lain maka efek-
efek magnetik elektron tidak saling menghilangkan, sehingga atom tersebut secara keseluruhan

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 7


mempunyai momen dipol magnet µ. Contoh-contoh dijumpai diantara unsur-unsur transisi,
seperti Mn2+; unsur tanah jarang, seperti Gd4+; dan unsur-unsur aktinida, seperti U4+.

Jika kita menempatkan sebuah bahan contoh yang terdiri dari N atom, yang masing-
masing mempunyai sebuah momen dipol magnet µ, didalam sebuah medan magnet, maka
dipol-dipol atom elementer tersebut cenderung berbaris dalam arah medan magnet.
Kecenderungan untuk menjajarkan ini dinamakan paramagnetisma. Untuk penjajaran yang
sempurna, maka bahan contoh tersebut secara keseluruhan harus mempunyai sebuah momen
dipol magnet sebesar Nµ. Akan tetapi, proses penjajaran ini sangat diganggu oleh efek-efek
agitasi termal. Pentingnya agitasi termal dapat diukur dengan membandingkan dua tenaga :
yang satunya (= 32 kT) adalah tenaga kinetik translasi dari sebuah atom gas pada temperatur T,
yang lainnya (= 2 µB) adalah perbedaan tenaga diantara atom yang disejajarkan dengan medan
magnet dan atom yang menunjukkan kearah yang berlawanan, maka efek tumbukan pada
temperatur sedang dan medan biasa adalah sangat besar. Bahan contoh tersebut memperoleh
sebuah momen magnet bila ditempatkan didalam sebuah medan magnet luar, tetapi momen ini
biasanya jauh lebih kecil daripada momen maksimum yang mungkin Nµ.

Jika kita menempatkan sebuah bahan paramagnetik didalam sebuah medan magnet
yang uniform, seperti medan magnet di dekat kutub dari sebuah magnet yang kuat, maka bahan
tersebut akan ditarik menuju daerah medan yang lebih tinggi, yakni menuju kutub tersebut. kita
dapat mengerti hal ini dengan menarik analogi dengan kasus listrik yang bersangkutan dari
Gambar 4, yang memperlihatkan sebuah contoh bahan dieletrik (sebuah bola) di dalam sebuah
medan listrik yang tak uniform. Gaya listrik netto menunjukkan tekanan didalam gambar
tersebut dan sama dengan

Fe = q (E0 + ∆E) – q (E0 - ∆E) = q(2∆E),

Yang dapat kita tuliskan sebagai

( 𝑄 ∆𝑋) 2∆𝐸 𝑑𝐸
𝐹𝐸 = 2∆𝐸 = 𝑝 ( ) ≅ 𝑝 ( ) 𝑚𝑎𝑘𝑠
∆𝑋 ∆𝑋 𝑑𝑥

Di sini 𝑝 ( = 𝑞 ∆𝑥) adalah momen dipol listrik imbas dari bola. Di dalam limit diferensial
dari sebuah bola yang sangat kecil maka (2∆𝐸⁄∆𝑥 ) mendekati (dE/dx)maks, yakni gradien medan
listrik di pusat bola.

Di dalam kasus magnet yang bersangkutan maka, berdasarkan analogi, kita peroleh.
𝑑𝐵
𝐹𝑀 = 𝜇 (𝑑𝑋) ………… (8)
𝒎𝒂𝒌𝒔

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 8


Gambar 3. Sebuah bola dielektrik di dalam medan listrik yang tak uniform. Muatan-muatan imbas efektif dinyatakan oleh
muatan-muatan titik +q dan -q.

Jadi, dengan mengukur gaya magnet Fm yang bekerja pada sebuah bahan paramagnetik
yang kecil bila kita menempatkan bahan tersebut di dalam sebuah medan magnet yang tak
uniform gradien medannya (dB/dx)maks diketahui, maka kita dapat mempelajari mengenai
momen dipol magnetnya µ. Magnetisasi M dari contoh bahan didefinisikan sebagai momen
magnet per satuan volume, atau
𝜇
𝑴= ,
𝑉

di mana V adalah volume bahan. Magnetisasi adalah sebuah vektor karena µ, yakni momen dipol
contoh bahan, adalah sebuah vektor.

Pada tahun 1895 Pierre Curie (1859-1906) secara eksperimental menemukan bahwa
magnetisasi M dari sebuah contoh bahan paramagnetik adalah berbanding langsung dengan B,
yakni nilai fektif medan magnet di dalam mana contoh bahan tersebut ditempatkan, dan
berbanding terbalik dengan temperatur, atau
𝐵
M= 𝐶 𝑇 , …….. (9)

Di mana C adalah sebuah konstanta. Persamaan ini di kenal sebagai hukum Curie. Secara fisis
maka hukum tersebut adalah wajar karena kenaikan B cenderung menjajarkan dipol-dipol
elementer di dalam contoh bahan, yakni memperbesar M, sedangkan kenaikan T cenderung
mengganggu penjajaran ini, yakni memperkecil M. Berlakunya hukum Curie telah terbukti secara
eksperimental, asalkan perbandingan B/T tidak menjadi terlalu besar.

M tidak dapat terus menerus bertambah besar tanpa batas seperti yang diartikan oleh
hukum Curie, tetapi harus mendekati sebuah nilai Mmaks (= µN/V) yang bersesuaian dengan
penjajaran lengkap dari N dipol yang terkandung di dalam voluma V dari contoh bahan tersebut.

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 9


37-8 memperlihatkan efek kejauhan untuk contoh bahan CrK(SO4)2 . 12H2O. Ion-ion Krom
bertanggung jawab untuk semua paramagnetisma garam ini, sedangkan elemen-elemen yang
lainnya secara paramagnetik adalah elemen mulia (inert element). Untuk mencapai kejenuhan-
kejenuhan sebesar 99,5%, maka kita perlu menggunakan medan magnet sampai setinggi 50,000
gauss (=5,0T) dan temperatur sampai serendah 1,3 K. Perhatikan bahwa untuk kondisi yang lebih
mudah dicapai, seperti B = 10,000 gauss (1,0T) dan T = 10 K, maka absis di dalam Gambar 37-8
hanyalah 1,0 sehingga hukum Curie kelihatannya akan dipenuhi (dituruti) dengan baiknya untuk
ini dan untuk semua nilai B/T yang lebih rendah. Kurva yang lewat melalui titik-titik
eksperimental di dalam gambar ini dihitung dari teori yang didasarkan pada fisika kuantum
modern; kurva tersebut sangat cocok dengan hasil eksperimen.

Gambar 4 Perbandingan M/Mmaks untuk sebuah garam paramagnetik. (Tawas kalium chrom) di dalam berbagai
medan magnet dan pada berbagai temperatur. Kurva yang melalui titik-tik eksperimental adalah sebuah kurva
teoretik yang dihitung dari fisika kuantum modern.

2.6. Diamagnetisma
Pada tahun 1846 Michael Faraday menemukan bahwa sebuah contoh bahan bismuth
yang didekatkan ke kutub sebuah magnet yang kuat akan ditolak. Dia menamakan zat-zat
semacam itu diagmagnetik (bertentangan dengan contoh bahan paramagnetik, yang ditarik oleh
kutub magnet). Diamagnetisma, yang ada di dalam semua zat, adalah suatu efek yang begitu
lemah sehingga kehadiran efek tersebut ditutupi (tidak terlihat) di dalam zat-zat yang terbuat
dari atom-atom yang mempunyai momen dipoll magnet netto, yakni, di dalam zat paramagnetik
atau zat ferromagnetik.

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 10


Gambar 5 (a) Sebuah elektron yang bersirkulasi di dalam sebuah atom. (b) sebuah elektron yang bersirkulasi di
dalam arah yang berlawanan. (c) sebuah medan magnet diperkenalkan (digunakan), yang mengurangi laju linear
elektron di dalam (a), yakni, V1 < V0. (d) medan magnet memperbesar laju linear elektron di dalam (b), yakni V2 > V0.

Gambar 6a dan 6b memperlihatkan sebuah elektron yang bersirkulasi di dalam sebuah


atom diamagnetik pada frekuensi sudut ω0 di dalam sebuah lintasan lingkaran yang dianggap
jari-jarinya r. setiap elektron bergerak di bawah pengaruh sebuah gaya sentripetal FE yang
asalnya dari sumber elektrostatik di mana, dari hukum Newton kedua,

𝐹𝐸 = 𝑚𝑎 = 𝑚𝜔0 2 𝑟………. (10)

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 11


Gambar 6 Momen-momen magnetik dari dua elektron yang bersirkulasi di dalam arah-arah yang berlawanan di
dalam sebuah atom akan saling menghilangkan bila tidak ada medan magnet luar, seperti di dalam (a), sebaliknya
tidak pada (b)

Setiap elektron yang berputar mempunyai momen magnetik orbital, tetapi untuk atom
tersebut secara keseluruhan maka lintasan-lintasan diarahkan secara sembarangan sehingga
tidak ada efek magnetik netto. Di dalam Gambar 6a, sebagai contoh momen dipol magnet µi
menunjuk keluar halaman gambar; di dalam gambar 6b efek yang dihasilkan untuk kedua-dua
lintasan yang diperlihatkan adalah saling menghilangkan. Efek yang saling menghilangkan ini
dihasilkan juga di sebelah kiri di dalam Gambar 7.

Jika kita memakaikan sebuah medan luar B seperti di dalam Gambar 6c dan Gambar 6d,
maka sebuah gaya tambahan, yang diberikan oleh –e (V X B), bekerja pada elektron tersebut.
Gaya magnet selalu bekerja di dalam arah yang tegak lurus kepada arah gerakan; besarnya
adalah

𝐹𝐵 = 𝑒𝑣𝐵 = 𝑒(𝜔𝑟)𝐵………. (11)

Perlihatkan bahwa di dalam Gambar 6c FB dan FE menunjuk ke arah-arah yang


berlawanan dan bahwa di dalam Gambar 6d kedua gaya tersebut menunjuk kea rah yang sama.
Perhatikan bahwa karena gaya sentripetal berubah bila kita menghidupkan (to turn on) medan
magnet (jari-jarinya dapat diperhatikan tetap konstan), maka kecepatan sudut harus juga
berubah; jadi ω di dalam Persamaan (11) berbeda dari ω0 di dalam Persamaan (10).

Dengan memakaikan hukum Newton kedua pada Gambar 6c dan gambar 6d, dan
dengan membolehkan kedua-dua arah sirkulasi, maka dihasilkan gaya-gaya resultan pada
elektron-elektron sebesar

𝐹𝐸 ± 𝐹𝐵 = 𝑚𝑎 = 𝑚𝜔2 𝑟

Dengan mensubstitusikan Persamaan (10) dan persamaan (11) ke dalam persamaan ini
maka dihasilkan,

𝑚𝜔02 𝑟 ± 𝑒𝜔𝑟𝐵 = 𝑚𝜔2 𝑟

Atau
𝑒𝐵
𝜔2 ∓ ( 𝑚 ) 𝜔 − 𝜔02 = 0………. (12)

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 12


Kita dapat memecahkan persamaan kuadrat ini untuk 𝜔, yakni kecepatan sudut yang
baru. Daripada mengerjakan ini, maka kita akan mengambil keuntungan dari kenyataan (yang
disajikan tanpa bukti; bahwa 𝜔 hanya berbeda sedikit dari 𝜔0, walaupun di dalam medan-medan
magnet luar yang paling kuat. Jadi,

𝜔 = 𝜔0 + ∆𝜔, ………. (13)

di mana ∆𝜔 ≪ 𝜔0. Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke dalam Persamaan (12) maka
dihasilkan

[𝜔02 + 2𝜔0 ∆𝜔 + (∆𝜔)2 ] ∓ [𝛽𝜔0 + 𝛽∆𝜔 ] − 𝜔02 = 0,

di mana 𝛽 adalah singkatan yang memudahkan untuk eB/m. ke dua-dua suku 𝜔02 saling
menghilangkan satu sama lain; suku-suku (∆𝜔)2 dan 𝛽∆𝜔 adalah kecil dibandingkan kepada
suku-suku yang masih sisa dan kita dapat memilih suku-suku tersebut sama dengan nol dengan
hanya menimbulkan kesalahan kecil. Pemilihan ini, sebagai suatu aproksimasi yang sangat baik,
akan menghasilkan

1 𝑒𝐵
∆𝜔 ≅ ∓ 𝛽 = ± ……………… (14)
2 2𝑚

𝑒𝐵
Atau, dari Persamaan (13), 𝜔 = 𝜔0 ± .
2𝑚

Jadi efek pemakaian sebuah medan magnet adalah untuk memperbesar atau untuk
memperkecil (bergantung pada arah sirkulasi) kecepatan sudut. Ini , selanjutnya, akan
memperbesar atau memperkecil momen magnet orbital dari elektron yang bersikulasi tersebut.

Di dalam gambar 6c kecepatan sudut direduksi (karena gaya sentripetal direduksi)


sehingga besarnya momen magnet pun akan direduksi. Akan tetapi, didalam gambar 37-9d,
kecepatan sudut semakin besar sehingga besarnya µ1 pun semakin besar. Efek-efek ini
diperlihatkan disebelah kanan didalam Gambar 7, dimana akan terlihat bahwa kedua-dua
momen magnet tersebut tidak lagi saling menghilangkan.

Kita melihat bahwa jika kita memakai sebuah medan magnet B kepada sebuah zat
diamagnetik, maka sebuah momen magnet akan diimbas yang arahnya (keluar dari bidang
Gambar 6) adalah berlawanan dengan arah B; lihat juga Gambar 7. Hal ini adalah persis
merupakan kebalikan dari paramagnetisma, di dalam mana dipol-dipol magnet (yang permanen)
cenderung menunjuk di dalam arah yang sama seperti arah medan magnet yang dipakaikan.

Kita sekarang dapat mengerti mengapa sebuah contoh bahan diamagnetik ditolak bila
didekatkan ke kutub sebuah magnet yang kuat. Jika kutub tersebut adalah sebuah kutub utara,
maka terdapat sebuah medan magnet yang tak uniform B yang menunjuk menjauhi kutub
tersebut. Jika sebuah bola yang terbuat dari bahan diamagnetik didekatkan ke kutub ini, maka
magnetisasi M yang diimbas di dalamnya menunjuk kearah kutub tersebut, yakni berlawanan
kearah B. jadi sisi bola yang paling dekat kepada magnet akan bersikap sebagai sebuah kutub

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 13


utara dan ditolak oleh kutub utara magnet yang didekatnya. Untuk sebuah bola paramagnetik,
vektor M menunjuk sepanjang arah dari B dan sisi bola yang paling dekat kepada magnet akan
merupakan sebuah kutub selatan, yang ditarik ke kutub utara magnet tersebut.

CONTOH :

Hitunglah perubahan momen magnet untuk sebuah elektron yang bersikulasi, seperti
yang dijelaskan di dalam contoh 2, jika sebuah medan magnet B sebesar 2,0 T (=20.000 gauss)
bekerja di dalam arah tegaklurus pada bidang lintasan.

Kita mendapatkan µ dari persamaan 37-3, atau


𝑒𝜔 1
𝜇 = 𝑁𝑖𝐴 = (1)(𝑒𝑣)(𝜋𝑟 2 ) = (1) ( 2𝜋 ) (𝜋𝑟 2 ) = 2
𝑒𝑟 2 𝜔.

1
perubahan µ adlalah ∆µ = 2 er2 ∆𝜔

1 𝑒𝐵 𝑒2 𝐵𝑟2
atau, dari persamaan 37-14 ∆𝜇 = ± 2
𝑒𝑟2 (2𝑚 )= ±
4𝑚
.

dengan mensubstitusikan bilangan-bilangan ke dalam persamaan tersebut maka dihasilkan

(1,6 × 10−19 𝐶)2 (2,0 𝑇)(5,3 × 10−11 𝑚)2


∆𝜇 = ± = ±4,0 × 10−29 𝐴. 𝑚 2
(4)(9,1 × 10−31 𝑘𝑔)

Di dalam contoh sebelumnya momen µ1 adalah 9,2 x 10-24 A.m2, sehingga perubahan
yang diimbas oleh sebuah medan magnet luar pun adalah agak kecil, dengan perbandingan
∆µ/µ2 adalah kira-kira 4 x 10-6

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 14


BAB III
Penutup

Kesimpulan
Pada sebagian besar atom, setiap elektron memiliki pasangan. Spin elektron dalam
pasangan di arah yang berlawanan. Jadi, ketika elektron dipasangkan bersama-sama, mereka
berputar berlawanan menyebabkan mereka untuk membatalkan medan magnet satu sama lain.
Oleh karena itu, tidak ada medan magnet bersih. Selain itu, bahan dengan beberapa elektron
berpasangan akan memiliki medan magnet bersih dan akan bereaksi lebih untuk bidang
eksternal.

Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing
atom atau molekulnya adalah nol, tetapi orbit dan spinnya tidak sama dengan nol. Bahan
diamagnetik tidak mempunyai momen dipol magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi
medan magnet luar, maka electron-elektron dalam atom akan berubah gerakannya sedemikian
hingga menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan. Bahan dapat
bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan tersebut mempunyai spin atom yang tidak
berpasangan, dalam bahan diamagnetik hamper semua spin electron berpasangan, akibatnya
bahan ini tidak menarik garis gaya.

Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing
atom atau molekulnya tidak sama dengan nol, tetapi resultan medan magnet atomis total
seluruh atom atau molekul dalam bahan adalah nol. Paramagnetisme adalah suatu bentuk
magnetism yang hanya terjadi karena adanya medan magnet.

Sedangkan, bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis yang
besar, hal ini terutama disebabkan oleh momen magnetik spin elektronnya. Medan magnet dari
masing-masing atom dalam bahan ferromagnetik sangat kuat.

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 15


Daftar Pustaka
Halliday & Resnick. 1978. Fisika Jilid II (Terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga.

J. D. Jackson. 1991. Classical Electrodynamics. USA: John Wiley & Sons Inc.

Jones, Edwin R. dan Richard L. Childers. 1993. Contemporary College Physics. USA: Addison-
Wesley Publishing Company, Inc.

Suyoso. 2007. Common Textbook : Listrik Magnet Edisi Revisi. Yogyakarta : FMIPA UNY.

Tipler, Paul. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 2 (alih bahasa: Bambang Soegijono).
Jakarta: Erlangga.

LISTRIK MAGNET – KEMAGNETAN DALAM BAHAN | FMIPA UNIMA 2016 16

Anda mungkin juga menyukai