Anda di halaman 1dari 148

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PECAHAN SEDERHANA MELALUI PENDEKATAN


MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN MEDIA LEGO
PADA SISWA KELAS III MI MA’ARIF DUKUH KOTA SALATIGA
TAHUN AJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk Meraih Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Seviyanti

NIM. 23040160129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2020
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PECAHAN SEDERHANA MELALUI PENDEKATAN
MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN MEDIA LEGO
PADA SISWA KELAS III MI MA’ARIF DUKUH KOTA SALATIGA
TAHUN AJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk Meraih Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Seviyanti

NIM. 23040160129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING

iv
v
vi
MOTTO

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil”
(Mario Teguh)
“Sebaik-baiknya manusia yaitu yang bermanfaat bagi manusia lainnya”

(HR. Ahmad)

Yakinkan dengan iman, usahakan dengan ilmu dan sampaikan dengan amal

vii
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,

skripsi ini kami persembahkan untuk :

1. Orang tuaku, ibu (Siti Musaemah) dan bapakku (Miskam) tercinta, yang

senantiasa mendoakan, memberikan kasih sayang, dorongan, semangat dan

selalu bekerja keras untuk anakk anak-anaknya supaya dapat menggapai cita-

cita. Semoga Bapak Ibu selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan dan umur

yang panjang;

2. Adikku tersayang, Salsabila Nur Khasanah yang selalu memberikan semangat

dan keceriaan dalam setiap hari-hariku, semoga adikku selalu diberikan

kebahagiaan dan segala cita-citanya tercapai;

3. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku, semoga

keluargaku selalu dalam rahmat dan bimbingan Allah Swt;

4. Sahabat-sahabatku yang ku sayang, Niken, Ervian yang selalu menghibur di

kala susah, selalu memberi semangat serta motivasi, semoga sahabat-

sahabatku selalu sukses dalam mencapai cita-citanya;

5. Teman sekaligus keluarga kos seperjuangan saya di perantauan Nila, Nia,

Naya, Setia, Anggi, Marlina dan Atika.

6. Teman- teman KKN seperjuanganku Aini, Aina, Yuni, Dessy, Renni dan

Rizky

7. Teman Organisasi HMI Cabang Salatiga khusunya Komisariat Karnoto

Zarkasyi tempat saya berdiskusi,mendapatkan ilmu dan pengalaman baru.

viii
8. Dosen pembimbing saya Bapak Saiful Marom yang membimbing dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PGMI 2016.

10. Pembaca yang budiman.

ix
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillah robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah

Swt yang telah memberikah nikmat, rahmat, kasih sayang dan petunjuk-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Sederhana Melalui

Pendekatan Matematika Realistik Berbantuan Media Lego Pada Siswa Kelas III

MI Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga Tahun Ajaran 2019/2020”.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Agung Rasulullah

SAW, kepada keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang selalu setia dan

menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia

yang telah membawa risalah islam yang penuh kedamaian, seorang revolusioner

sejati pembawa perubahan kemasa yang lebih baik.

Penulisan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak. Ucapan banyak terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag selaku Rektor Institut Agama Islam


Negeri Salatiga;
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga
3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
4. Bapak Saiful Marom, M. Sc selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing, memberi motivasi dan meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

x
xi
ABSTRAK

Seviyanti. 2020. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan


Sederhana Melalui Pendekatan Matematika Realistik Berbantuan
Media Lego pada Siswa Kelas III MI Ma’arif Dukuh Kota Salatiga
Tahun Ajaran 2019/2020. Skripsi, Salatiga: Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing :
Saiful Marom, M.Sc.
Kata Kunci: Hasil belajar matematika; pendekatan matematika realistik; dan
media lego
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta untuk
mencapai target kriteria ketuntasan belajar matematika materi pecahan sederhana
pada siswa kelas III MI Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga. Dalam penelitian ini
pembelajaran dilakukan dengan menerapakan pendekatan matematika realistik
yang menggunakan masalah konstekstual berbantuan media lego.
Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang dilaksanakan
dengan dua siklus. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes,
pengamatan dan dokumentasi. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2020
dan siklus II pada tanggal 28 Januari 2020. Subyek dari penelitian ini adalah kelas
III MI Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga dengan jumlah siswa 21 orang.
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa siklus I yang tuntas sebanyak 15 siswa
atau 71,42% dan yang belum tuntas 6 siswa atau 28,78% dengan rata-rata kelas
67,2. Siklus II yang tuntas sebanyak 17 siswa atau 80,95% dan yang belum tuntas
siswa atau 19,05% dengan rata-rata kelas 71,4 sedangkan hasil belajar siklus III
belum dapat diperoleh karena terhambat oleh masa darurat Pandemi Coronavirus
Disase (COVID-19) berkaitan dengan kebijakan pembelajaran dari rumah. Hal ini
menunjukan bahwa pendekatan matematika realistik berbantuan media lego
belum dapat dikatakan meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan
pada siswa kelas III MI Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga Tahun Ajaran 2019/2020.

xii
DAFTAR ISI

Sampul Judul i
Lembar Berlogo ii
Halaman Judul iii
Persetujuan Pembimbing iv
Pengesahan Kelulusan v
Pernyataan keaslian tulisan dan kesediaan publikasi vi
Motto vii
Persembahan viii
Kata Pengantar x
Abstrak xii
Daftar Isi xiii
Daftar Table xvii
Daftar Gambar xviii
Daftar Grafik xix
Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 6

F. Definisi Operasional 7

G. Metode Peneltian 10

1. Rancangan Penelitian 10

2. Subjek Penelitian 12

xiii
3. Langkah-Langkah Penelitian 12

4. Instrument Penelitian 15

5. Teknik Pengumpulan Data 16

6. Analisis Data 17

H. Sistematika Penulisan 19

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori 21

1. Hakikat Hasil Belajar 21

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 23

3. Pembelajaran Matematika 25

4. Materi Pecahan Sederhana Kelas III 27

5. Pendekatan Matematika Realistik 30

6. Media Pembelajaran 32

7. Media Lego 37

8. Kriteria Ketuntasan Minimum 41

B. Kajian Pustaka 48

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian 52

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 54

1. Deskripsi Pra Siklus I 54

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I 60

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II 68

4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III 68

xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Paparan Siklus 72

1. Deskripsi Pra Siklus I 72

2. Deskripsi Data Siklus I 74

3. Deskripsi Data Siklus II 80

4. Deskripsi Data Siklus III 80

B. Pembahasan 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 90

B. Saran 91

DAFTAR PUSTAKA 93

LAMPIRAN 95

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kriteria Ketuntasan Minimal Matematika 17

Tabel 3.1 Keadaan Jumlah Siswa dan Ruang Kelas 54

Tabel 3.2 Sarana Pra sarana MI Ma‟arif Dukuh 55

Table 3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 57

Tabel 3.4 Daftar Nilai Pra Siklus 59

Tabel 4.1 Daftar Nilai Pra Siklus 73

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru pada Siklus I 75

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Siswa pada Siklus I 77

Tabel 4.4 Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus I 79

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Guru pada Siklus II 81

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siswa pada Siklus II 83

Tabel 4.7 Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus II 84

Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus 86

Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus I dan II 87

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 PTK Model Kemmis dan Mc.Tagart 15

Gambar 2.1 Materi Pecahan Lego 29

Gambar 2.2 Contoh Pecahan Lego 29

Gambar 2.3 Contoh Pecahan Lego 29

Gambar 2.4 Skema Langkah penetapan KKM 47

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I 87

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II 88

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus-Siklus II 89

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 89

Lampiran 2. Lembar Evaluasi Siklus I 94

Lampiran 3. Lembar Pengamatan Guru Siklus I 96

Lampiran 4. Lembar Pengamatan Siswa Siklus I 98

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 100

Lampiran 6. Lembar Evaluasi Siklus II 105

Lampiran 7. Lembar Pengamatan Guru Siklus II 107

Lampiran 8. Lembar Pengamatan Siswa Siklus II 109

Lampiran 9. Dokumentasi 111

Lampiran 10. Hasil Tes Evaluasi Siklus I 114

Lampiran 11. Hasil Tes Evaluasi Siklus II 115

Lampiran 12. Surat Permohonan Pembimbing Skripsi 116

Lampiran 13. Lembar Konsultasi 117

Lampiran 14. Surat Penelitian 119

Lampiran 15. Surat Keterangan Penelitian 120

Lampiran 16. Nilai SKK 121

Lampiran 17. Daftar Riwayat Hidup 122

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu matematika merupakan ilmu yang harus dimiliki dan

dikembangan setiap individu. Matematika akan selalu digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Matematika menjadi subjek yang sangat penting

dalam sistem pendidikan di seluruh dunia. Pelajaran matematika perlu

diberikan kepada siswa sejak Sekolah Dasar (SD) bahkan semenjak TK

hingga perguruan tinggi.

Pemahaman konsep matematika penting dilakukan agar nantinya

siswa mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang

disesuaikan dengan pengalaman nyata. Banyak siswa yang berangapan

bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan rumit, oleh

karena itu memerlukan kesungguhan agar siswa benar-benar menguasi

matematika.

Salah satu materi pada mata pelajaran matematika yaitu pecahan

sederhana, dasar materi pecahan sederhana kelas III semester genap adalah

mengenal dan membandingkan pecahan. Adapun ayat-ayat Al-Quran yang

berkaitan dengan pecahan pada surah An-Nissa tepatnya ayat 11

menegaskan bahwa dalam konsep pecahan yang diterapkan berada dalam

konteks pokok-pokok hukum waris yang dijadikan kiblat bagi umat muslim

manakala mengatasi permasalahan waris.


1
ِ ْ َ‫ْي فَِإ ْن ُك َّن نِساء فَو َق اثْنَت‬ ِ ْ َ‫ظ األنْثَي‬ِّ ‫لذ َك ِر ِمثْل َح‬ َّ ِ‫الد ُكم ل‬
ِ ِ
‫ْي فَلَ ُه َّن ثُلُثَا‬ ْ ًَ ُ ْ ‫يُوصي ُك ُم اللَّهُ ِِف أ َْو‬
‫س ِِمَّا تَ َرَك إِ ْن َكا َن‬ ُّ ‫اح ٍد ِمْن ُه َما‬
ُ ‫الس ُد‬
ِ ‫اح َد ًة فَلَها النِّصف وألب وي ِه لِ ُك ِّل و‬
َ ْ ََ َ ُ ْ َ
ِ ‫ما تَرَك وإِ ْن َكانَْت و‬
َ َ َ َ
‫س ِم ْن‬ ُ ‫الس ُد‬ ُّ ‫ألم ِه‬ِّ َ‫ث فَِإ ْن َكا َن لَهُ إِ ْخ َوةٌ ف‬ ُ ُ‫ألم ِه الثُّل‬
ِّ ‫لَهُ َولَ ٌد فَِإ ْن ََلْ يَ ُك ْن لَهُ َولَ ٌد َوَوِرثَهُ أَبَ َو ُاه َف‬
‫يضةً ِم َن‬ ِ ِ ٍِ ِ
َ ‫ب لَ ُك ْم نَ ْف ًعا فَ ِر‬ُ ‫بَ ْعد َوصيَّة يُوصي ِبَا أ َْو َديْ ٍن آبَا ُؤُك ْم َوأَبْنَا ُؤُك ْم ال تَ ْد ُرو َن أَيُّ ُه ْمأَقْ َر‬
ِ ِ ‫إِ َّن‬ ‫اللَّ ِه‬
‫يما۝‬ ً ‫َحك‬ ‫يما‬ً ‫َعل‬ ‫َكا َن‬ َ‫اللَّه‬

Artinya : Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-


anakmu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua
orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih
dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia
memperoleh setengah harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagian
masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka
ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-
pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau
(dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-
anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih
dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, [QS: An-
Nissa: 11].

Kesulitan belajar matematika dialami oleh siswa kelas III MI Ma‟arif

Dukuh Kota Salatiga. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru

kelas, hasil nilai matematika dari data dokumen guru menunjukan bahwa 21

siswa dalam satu kelas terdapat 14 siswa belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 70. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan siswa belum mencapai KKM mata pelajaran matematika

yaitu pembelajaran yang ada dikelas masih terpusat pada guru dimana siswa

hanya mendengarkan guru berbicara didepan dan melihat apa yang guru
2
sampaikan, siswa merasa kesulitan dalam memahami konsep matematika,

serta siswa cenderung sibuk sendiri dan bermain pada proses pembelajaran

kelas.

Keberhasilan belajar matematika juga sangat dipengaruhi oleh peran

guru dalam proses pembelajaran. Upaya untuk menunjang keberhasilan

pembelajaran adalah dengan digunakannya pendekatan, model atau metode

pembelajaran maupun media pembelajaran yang menarik sesuai dengan

karakteristik siswa dan mata pelajaran matematika itu sendiri. Pembelajaran

matematika mempunyai berbagai macam pendekatan dalam pengajaran.

Pendekatan dapat membantu proses pembelajaran agar menjadi lebih

bermakna. Pendekatan matematika realistik merupakan suatu teori

pembelajaran yang dikembangkan khusus untuk mata pelajaran

matematika.

Penggunaan media juga dapat membantu siswa untuk memahami

konsep matematika yang diberikan. Bidang studi matematika yang bersifat

abstrak, media dapat digunakan untuk mengkonkretkan keabstrakan

tersebut. Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang

merangsang untuk belajar (Ngalimun, 2017:82).

Adanya permasalahan yang terjadi pada siswa kelas III MI Ma‟arif

Dukuh harapan peneliti bahwa guru serta peneliti dapat berkolaborasi untuk

melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan pendekatan matematika

realistik berbantuan media pembelajaran yang relevan. Pemilihan lego untuk

3
media pembelajaran materi pecahan dikarenakan media lego yang berbentuk

seperti balok dapat menarik perhatian siswa, serta dapat melatih kerja sama

dan konsentrasi siswa. Harapannya dengan menggunakan media tersebut

dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika. Selain itu juga dapat

membantu anak dalam mengenal pecahan dan membandingkan dua

pecahan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan judul “UPAYA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

PECAHAN SEDERHANA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA

REALISTIK BERBANTUAN MEDIA LEGO PADA SISWA KELAS III

MI MA‟ARIF DUKUH KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN

2019/2020”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengajukan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan pendekatan matematika realistik berbantuan

media lego dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi

pecahan sederhana pada siswa kelas III MI Ma‟arif Dukuh Kota

Salatiga tahun ajaran 2019/2020?

2. Apakah penerapan pendekatan matematika realistik berbantuan

media lego dapat mencapai kriteria ketuntasan belajar matematika

4
materi pecahan pada siswa kelas III MI Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga

tahun ajaran 2019/2020?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi

pecahan sederhana menggunakan pendekatan matematika realistik

berbantuan media lego pada siswa kelas III MI Ma‟arif Dukuh Kota

Salatiga tahun ajaran 2019/2020.

2. Untuk mengetahui pencapaian target kriteria ketuntasan belajar

matematika materi pecahan sederhana menggunakan pendekatan

matematika realistik berbantuan media lego pada siswa kelas III MI

Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga tahun ajaran 2019/2020.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai dasar pengembangan kajian mata pelajaran matematika

khususnya pada pokok bahasan pecahan sederhana serta membantu

mengoptimalkan pendekatan matematika realistik berbantuan media lego

dalam proses belajar mengajar di sekolah.

5
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Pembelajaran yang menarik dapat memotivasi siswa,

menumbuhkan potensi yang dimiliki siswa serta dapat meningkatkan

hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran matematika.

b. Bagi Guru

Sebagai sarana pengembangan dan meningkatkan ketrampilan

guru untuk mengatasi kesulitan belajar siswa khususnya pada pokok

bahasan pecahan sederhana dengan menggunakan pendekatan

matematika realistik berbantuan media lego.

c. Bagi Peneliti

Dapat menemukan langkah-langkah pembelajaran melalui

penerapan pendekatan matematika realistik berbantuan media lego pada

mata pelajaran matematika khususnya dalam pokok bahasan pecahan

sederhana.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan penelitian tindakan


kelas adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan

pendekatan matematika realistik berbantuan media lego dapat

6
meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan siswa kelas III MI

Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga.

2. Indikator Keberhasilan

Penggunaan pendekatan matematika realistik berbantuam media

permainan lego pecahan dapat dikatakan meningkat jika hasil belajar

yang diharapkan bisa tercapai. Adapun indikatornya dapat dirumuskan

sebagai berikut:

a. Secara Individual

Siswa mendapatkan nilai mencapai KKM yaitu ≥ 70 yang

telah ditetapkan oleh sekolah pada mata pelajaran matematika materi

pecahan sederhana.

b Secara Klasikal

Siswa mendapatkan nilai mencapai KKM yaitu ≥ 70 pada

mata pelajaran matematika materi pecahan sederhana dan

pelaksanaanya mencapai kategori dengan persentase ≥ 85% dari

jumlah total siswa 1 kelas(Trianto, 2009:241).

7
F. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran mengenai judul penelitian, berikut ini

uraian dari judul penelitian:

1. Hasil Belajar Matematika

Proses belajar dipengaruhi oleh unsur internal individu yang

melibatkan unsur kognitif, afektif (motivasi) dan psikomotor, dalam hal

ini pancaindra tempat pesan dan kesan masuk ke dalam sistem kognitif.

Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu

(Dafinta, 2015:19). Hasil belajar berupa perubahan tingkah laku yang

relatif permanen pada individu, yang ditunjukkan oleh adanya

kemampuan bereaksi, dimana kemampuan bereaksi itu akan terbentuk

dengan kuat jika ada pengulangan dan penguatan (Deni, 2014:4).

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang

terjadi pada diri siswa setelah mempelajari materi pelajaran di sekolah.

Hasil belajar sering digunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk

bermacam-macam terhadap apa yang telah dicapai oleh siswa, misalnya

ulangan harian, tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama

pelajaran berlangsung, tes akhir semester dan sebagainya.

Hasil belajar dalam penelitian ini yang dimaksud adalah hasil tes

tiap siklus. Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang diperoleh


8
anak setelah melalui kegiatan belajar yang dialami siswa pada mata

pelajaran matematika.

2. Pecahan

Bilangan pecahan sudah dikenal sejak zaman Mesir Kuno sekitar

tahun 1500 SM. Pecahan dapat diartikan sebagai suatu bagian dari

keseluruhan. Pecahan adalah bilangan yang menyatakan bagian dari

keseluruhan bagian yang utuh yang dinyatakan dalam bentuk , dengan

syarat a dan b adalah bilangan bulat, b ≠ 0, dan a bukan kelipatan dari b

(Achmad, 2018:245). Secara sederhana pecahan adalah bagian dari

sesuatu yang utuh, materi dalam penelitian ini mengenai mengenal,

membandingkan pecahan sederhana.

3. Pendekatan Matematika Realistik

Pendekatan matematika realistik adalah suatu teori pembelajaran

yang dikembangkan khusus untuk mata pelajaran matematika.

Pendekatan matematika realistik di Indonesia mulai dikenalkan pada

tahun 2001 dibeberapa perguruan tinggi secara kolaboratif melalui

proyek pendekatan matematika realistik di sekolah dasar (Misel,

2016:27). Pendekatan matematika realistik dikembangkan berdasarkan

pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika

merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan

realitas. Dalam pendekatan matematika realistik proses belajar

mempunyai peranan penting, rute belajar (learning route) di mana siswa


9
mampu menemukan sendiri konsep dan ide matematika harus dipetakan

(Daryanto, 2012:149).

4. Media Lego

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti “tengah”,”perantara” atau “ pengantar”. Media adalah perantara

atau pengantar. Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan

pesan yang merangsang untuk belajar (Ngalimun, 2017:82).

Media lego berkaitan kuat dengan kecakapan matematika dan

sangat efektif digunakan untuk mengenalkan dan memperkuat

kemampuan matematika (Rejeki, S. dkk. 2016:120). Pemilihan lego

untuk media pembelajaran materi pecahan dikarenakan media lego yang

berbentuk seperti balok dapat menarik perhatian siswa, serta dapat

melatih kerja sama dan konsentrasi siswa saat menyusun lego.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam skripsi penelitian tindakan kelas adalah

sebagai berikut:

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian tindakan

kelas. Tindakan yang direncanakan dalam penelitian berupa penggunaan

pendekatan matematika realistik berbantuan media lego dengan tujuan

10
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III MI Ma‟arif

Dukuh, Kota Salatiga.

Secara harfiah, penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa

Inggris, yaitu classroom action research, yang berarti action research

(penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas. Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan

terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersamaan. PTK dapat diartikan sebagai upaya yang

ditunjukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan

masalah yang dihadapi dalam pembelajaran (Suyadi, 2010:18).

Penelitian menggunakan PTK dengan pertimbangan adanya

permasalah yang terjadi di kelas III MI Ma‟arif Dukuh yaitu,

pembelajaran yang ada dikelas masih terpusat pada guru dimana siswa

hanya mendengarkan guru berbicara didepan dan melihat apa yang guru

sampaikan, siswa merasa kesulitan dalam memahami konsep

matematika, serta siswa cenderung sibuk sendiri bermain pada proses

pembelajaran kelas. Tujuan dari pelaksanaan PTK adalah untuk

memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik belajar

mengajar, memperbaiki pemahaman dari praktik belajar mengajar, serta

memperbaiki situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilakukan

(Suyadi, 2010:22).

11
Jadi, dilakukannya PTK ini diharapkan peneliti dan guru

berkolaborasi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam

pelaksanaan proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar

matematika melalui pendekatan matematika realistik berbantuan media

lego pokok bahasan pecahan sederhana di kelas III MI Ma‟arif Dukuh

Kota Salatiga tahun ajaran 2019/2020.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru beserta siswa kelas III MI

Ma‟arif Dukuh tahun ajaran 2019/2020. Siswa kelas III ini

berjumlah 21 terdiri dari 13 laki-laki dan 8 perempuan. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan januari awal semester II sampai selesai.

Penelitian dilakukan dengan 2 siklus yaitu siklus I dilanjutkan siklus II

yang disesuaikan dengan situasi pembelajaran.

3. Langkah-langkah Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas merupakan suatu rangkaian

siklus yang berkelanjutan. Rangkaian siklus tersebut terdapat informasi

sebagai balikan (feedback) terhadap apa yang telah dilakukan oleh

peneliti. Tindakan dilaksanakan sejalan dengan rencana pembelajaran

dan tidak boleh menganggu atau menghambat kegiatan pembelajaran.

PTK biasa dilakukan guru dengan penekanan pada penyempurnaan atau

peningkatkan proses dari praktik pembelajaran.

12
a. Perencanaan

Peneliti merancang tindakan yang dilakukan dalam penelitian

yaitu meliputi membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

mempersiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran, membuat

lembar pengamatan, mempersiapkan soal-soal yang diberikan pada

setiap siklus yang disusun oleh peneliti.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi

rancangan, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

pendekatan matematika realistik berbantuan media lego. Pada tahapan

ini dilaksanakan secara kolaboratif, peran peneliti sebagai berikut:

1) Bekerjasama dengan guru kelas dalam melaksanakan tindakan

yang direncanakan.

2) Pelaksanaan dengan didampingi guru kelas untuk memberi

pengarahan, motivasi dan stimulus.

3) Peneliti ikut memperhatikan guru dalam melakukan pengajaran

pembelajaran di kelas.

c. Pengamatan

Pengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau

kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat

pengamatan peneliti haruslah mencatat semua peristiwa atau hal

yang terjadi di kelas penelitian (Wijaya, 2010:40). Pengamatan


13
dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan oleh peneliti.

Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui jalannya

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik

berbantuan media lego.

d. Refleksi

Pada prinsipnya refleksi ialah perbuatan merenung atau

memikirkan sesuatu upaya evaluasi yang dilakukan oleh para

kolaborator atau partisipan yang terkait dengan PTK yang

dilaksanakan. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan

(replanning) selanjutnya ditentukan (Wijaya, 2010:40). Guru kelas

dan peneliti menganalisis data dan merenungkannya untuk

mengetahui apakah ada persoalan penting yang dapat direfleksikan

ke dalam tindakan selanjutnya agar pelaksanaan pembelajaran

matematika di kelas III yang menggunakan pendekatan matematika

realistik berbantuan media lego tersebut dapat meningkatkan hasil

belajar. Apabila hasil yang diharapkan belum tercapai maka tahap-

tahap siklus diulang dengan tindakan yang berbeda.

Model atau desain yang digunakan dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah model Kemmis dan Taggart, dimana dalam

satu siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),

14
pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Adapun siklusnya

dapat digambarkan sebagai berikut:

Pelaksanaan

Siklus I Pengamatan
Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Siklus II
Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Gambar 1.1 PTK Model Kemmis dan Mc.Tagart

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah:

a. Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan digunakan sebagai pedoman untuk

melaksanakan pengamatan di dalam kelas. Lembar pengamatan

inilah peneliti bisa mengetahui gambaran aktivitas yang dilakukan

guru dan siswa pada mata pelajaran matematika pokok bahasan


15
pecahan dengan menggunakan pendekatan matematika realistik

berbantuan media lego.

b. Soal

Soal adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran

dan penilaian di bidang pendidikan yang berbentuk pemberian

tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan

atau perintah perintah sehingga dapat dihasilkan nilai yang

melambangkan tingkah laku atau prestasi. Untuk mengukur hasil

belajar kognitif siswa, peneliti menggunakan soal-soal pada setiap

siklusnya.

c. RPP

RPP adalah detail rencana aktivitas pembelajaran untuk

mencapai satu KD tertentu (Deni,2014:122). Rencana

pelaksanaan pembelajaran adalah rancangan yang dibuat oleh

peneliti sendiri yang sudah diberikan inovasi-inovasi yang

cocok menurut peneliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam penelitian ini merupakan langkah-langkah yang

harus ditempuh dan diatur secara baik. Adapun teknik pengumpulan

data yang dilakukan peneliti adalah:

16
a. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman

siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan mengetahui

kemajuan hasil belajar siswa. Tes dalam penelitian ini berupa soal

soal yang harus dikerjakan secara individu setiap siklus.

b. Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar

pengamatan yang telah dipersiapkan. Lembar pengamatan

digunakan untuk mancatat hal-hal yang terjadi selama proses

pembelajaran di kelas. Data diperoleh dari apa yang peneliti

lihat, dialami dan didengar.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan untuk mengetahui data-data

yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa,

dokumentasi foto dilakukan untuk merekam situasi ruang kelas

dan data visual tentang proses kegiatan pembelajaran selama

kegiatan berlangsung.

6. Analisis Data

Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul

guna mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam

penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010:85). Teknik

analisis data dalam penelitian ini untuk menguji hasil belajar


17
matematika melalui pendekatan matematika realistik berbantuan

media lego pokok bahasan pecahan sederhana kelas III MI Ma‟arif

Dukuh Kota Salatiga dengan cara memberikan soal-soal pada setiap

siklus. Penelitian tindakan kelas ini meliputi data kuantitatif dan

kualitatif. Analisa data kuantitatif yaitu data yang diambil dari hasil

tes belajar digunakan untuk membandingkan hasil belajar sebelum

dan sesudah penerapan pendekatan matematika realistik berbantuan

media lego yaitu pada pra siklus, siklus I, siklus II dan seterusnya

sampai mencapai KKM yang ditentukan. Sedangkan data kualitatif

mencakup data hasil pengamatan (observasi) kegiatan pembelajaran

di kelas.

Hasil perhitungan ketuntasan belajar secara individual

kemudian dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar

minimum yang ditetapkan oleh MI Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga,

dengan kriteria tuntas dan tidak tuntas seperti berikut:

Tabel 1.1 Kriteria Ketuntasan Minimal Matematika MI Ma’arif


Dukuh Kota Salatiga

Kriteria Ketuntasan Kualifikasi

Tuntas

Tidak Tuntas

Sumber:Data Primer

Nilai rata-rata ditentukan dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh


siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa didalam kelas, dengan
rumus:
18
∑x
X=
N

Keterangan :

X : Nilai rata-rata siswa

∑x : Jumlah nilai siswa

N : Jumlah siswa

Persentase ketuntasan belajar siswa dapat dihitung menggunakan

rumus siswa:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠


P= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
×1

Keterangan :

P : Presentase ketuntasan belajar siswa

Dalam penelitian ini, jika siswa mampu mencapai ketuntasan

belajar yaitu 85% dengan nilai minimal 70, maka penerapan

pendekatan matematika realistik berbantuan media lego di Kelas III MI

Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga berhasil meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran matematika materi pecahan sederhana.

H. Sistematika Penulisan
Isi dan sistematika PTK dibagi menjadi tiga bagian yaitu, bagian
awal, bagian inti dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Bagian Awal meliputi:


a. Halaman Sampul
b. Halaman Judul
19
c. Lembar Logo IAIN
d. Persetujuan Pembimbing
e. Pernyataan Keaslian Tulisan
f. Pengesahan Kelulusan
g. Moto dan Persembahan
h. Kata Pengantar
i. Abstrak
j. Daftar Isi
k. Daftar Tabel
l. Daftar Gambar
m. Daftar Lampiran

2. Bagian Inti
Bagian inti skripsi PTK memuat: pendahuluan, landasan teori,
pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, penutup.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
F. Definisi Operasional
G. Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
2. Subyek Penelitian
3. Langkah-langkah Penelitian
4. Instrumen Penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
20
6. Analisis Data
H. Sistematika Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI


A. Kajian Teori
B. Kajian Pustaka
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Paparan Siklus
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

3. Bagian Akhir
Bagian akhir terdiri dari:
Daftar Pustaka
Lampiran

21
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

Kajian teori berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam

penelitian. Kajian teori ini akan membahas tentang hasil belajar, faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar, pembelajaran matematika, materi

pecahan sederhana kelas III, pendekatan matematika realistik dan media

pembelajaran dan media lego.

1. Hasil Belajar

Belajar adalah proses aktif internal individu dimana melalui

pengalamannya berinterkasi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya

perubahan tingkah laku yang relatif permanen. Belajar sebagai proses

internal individu yang melibatkan unsur kognitif, afektif (motivasi dan

minat) dan psikomotor, dalam hal ini pancaindra tempat dimana pesan

dan kesan masuk ke dalam sistem kognitif (Deni, 2014:4). Sedangkan

menurut (Sudjana, 1989; Syah, 2001; Deni, 2014:4) memandang bahwa

belajar adalah perubahan tingkah laku individu akibat adanya

pengalaman, atau berinteraksi dengan lingkungan. Menurut R. Gagne

bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana suatu

oraganisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Menurut

E.R Hilgard, belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap

lingkungan. Perubahan kegiatan yan dimaksud mencakup pengetahuan,


22
kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman).

Hilgard menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang

terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman

dan sebagainya(Ahmad Susanto, 2013:2-3).

Dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses aktif

internal yang menyebabkan terjadinya perubahaan tingkah laku yang

melibatkan unsur kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar sutau proses

penting bagi perubahan setiap individu yang mencakup segala sesuatu

pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar diatas, dapat dipahami

makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kogniti, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Nawawi bahwa hasil belajar

dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh

dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu(Ahmad

Susanto, 2013:5). Menurut Erman S (dalam Tukiran, 2010:69) hasil

belajar mencakup aspek yang berkenaan dengan perubahan dan

kemampuan yang telah dimiliki siswa pada ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor. Perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki tersebut bisa

berupa komunikasi, interaksi, kreativitas, dan sebagainya. Hasil Belajar

adalah proses belajar yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah

23
laku. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen

pada individu, yang ditunjukkan oleh adanya kemampuan bereaksi,

dimana kemampuan bereaksi itu akan terbentuk dengan kuat jika ada

pengulangan dan penguataan (Deni, 2014:8). Menurut Bloom (dalam

Deni, 2014:10), menggolongkan hasil belajar itu menjadi tiga bagian

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa berupa baik aspek

kognitif, afektif maupun psikomotorik yang akan terbentuk dari proses

belajar mengajar. Hasil belajar siswa mencakup segala hal berkaitan

dengan mata pelajaran yang dipelajari di sekolah. Hasil belajar

dipengaruhi oleh pengalaman siswa sebagai hasil interaksi dengan

lingkungan dan tergantung pada masing-masing pemahaman diri setiap

individu.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Kualitas proses belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Menurut (Syah,2001;Deni,2014:15) dengan merujuk pada teori

belajar kognitif, bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi belajar itu

dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu faktor internal, faktor

eksternal dan faktor pendekatan belajar yang digunakan. Faktor- faktor

ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi sebagai berikut:

24
a. Faktor Internal

Faktor internal terdiri atas unsur jasmaniah (fisiologis) dan

rohaniah (psikologis) pembelajar. Unsur jasmaniah yaitu kondisi

umum sistem otot (tonus) dan kondisi dari organ-organ khusus

terutama pancaindra. Unsur psikologis yang berpengaruh terhadap

kualitas proses dan hasil belajar siswa, namun yang paling menonjol

diantaranya yaitu tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat, minat

dan motivasi.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang ada di lingkungan diri

pembelajar yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non

sosial. Lingkungan sosial yaitu keluarga, guru dan staf sekolah,

masyarakat dan teman ikut berpengaruh juga terhadap kualitas belajar

individu. Lingkungan eksternal yang masuk kategori non sosial

diantaranya yaitu keadaan rumah, sekolah, peralatan dan alam.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan

kegiatan mempelajari materi pelajaran. Pendekatan belajar bagaimana

yang digunakan pembelajar akan berpengaruh terhadap kualitas

belajar (Deni, 2014:22-23).

25
3. Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan mata pelajaran yang memberdayakan

siswa untuk berpikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang

pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Kaitannya dengan

pembelajaran matematika di sekolah, siswa yang harus berpikir secara

aktif merumuskan konsep dan mengambil makna.

a. Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari kata Yunani “mathein” atau

“manthenein”, yang artinya “mempelajari”. Mungkin juga kata

tersebut erat hubungannya dengan kata Sansakerta “medha” atau

“widya” yang artinya “kepandaian”, “ketahuan”, atau “intelegensi”

(Masykur, 2017:42). Matematika merupakan bagian dari ilmu

pengetahuan yang bersifat pasti (eksakta). Menurut Russefendi bahwa

matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak

didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di

mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara

umum karena itulahh matematika sering disebut ilmu-deduktif.

Menurut James dan James (1976) bahwa matematika adalah ilmu

tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-

konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Menurut Johnson dan

Rising dalam Russeendi (1972) matematika adalah pola berpikir, pola

mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah

bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,


26
jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih

berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Menurut Reys (1984) matematika adalah telaahan tentang pola dan

hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan

suatu ide.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diambil kesimpulan

bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan bersifat pasti yang

bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan

ilmu yang mempelajari hal-hal berkaitan dengan proses perhitungan

dan pengukuran berupa angka-angka atau simbol-simbol. Dalam

pembelajaran matematika, siswa memerlukan pendukung untuk proses

pembelajaran berupa pendekatan matematika realistik melalui media

lego sehingga dapat memudahkan siswa memahami dan memperjelas

materi yang disampaikan oleh guru.

b. Fungsi dan Tujuan Matematika

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan

menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus

matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan yang

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui bilangan,pengukuran,

dan pengelolaan data.

27
Tujuan Pembelajaran Matematika adalah :

1) Melatih cara berfikir dan menalar dalam menarik kesimpulan,

misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,

menunjukan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,

intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran ingin tahu,

orisinil, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan (Depag RI,

2001; Sofiatun, 2018:30).

4. Materi Pecahan Sederhana Kelas III

Pecahan merupakan salah satu cabang dalam bidang ilmu

matematika yang mempelajari tentang bilangan. Pecahan dapat diartikan

sebagai suatu bagian dari keseluruhan. Pecahan adalah bilangan yang

menyatakan bagian dari keseluruhan bagian yang utuh yang dinyatakan

dalam bentuk , dengan syarat a dan b adalah bilangan bulat, b ≠ 0, dan

a bukan kelipatan dari b (Achmad, 2018:245).

Menurut Heruman (dalam Sofiana, 2015:30) berpendapat bahwa,

pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.

Dalam ilustrasi lego, bagian yang dimaksud adalah bagian yang

28
diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan warna. Adapun bagian yang

utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan

penyebut. Sofiana (2015) berpendapat pecahan adalah bagian dari bagian

dari bilangan rasional yang bukan bilangan bulat dan dapat dinyatakan

dengan bentuk , dimana a dan b merupakan pasangan terurut dari

bilangan cacah dengan b ≠ 0, a disebut pembilang dan b disebut

penyebut.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah

bagian bagian dari keseluruhan bagian yang utuh yang dinyatakan dalam

bentuk , dengan syarat a dan b adalah bilangan bulat, b ≠ 0, dimana a

disebut pembilang dan b disebut penyebut. Materi pecahan dalam

penelitian ini yang akan diajarkan yaitu mengenal dan membandingkan

pecahan sederhana.

a. Mengenal pecahan sederhana

Pecahan merupakan bilangan untuk menyatakan suatu bagian dari

bagian keseluruhan.

Contoh :

1 potong lego warna kuning dari 4 potong lego dinyatakan sebagai

pecahan adalah karena bentuk , dengan syarat a sebagai pembilang

dan b sebagai penyebut. Dalam ilustrasi lego, bagian yang dimaksud

29
adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan

arsiran atau warna.

Gambar 2.1 Pecahan Lego

b. Membandingkan pecahan menggunakan media lego

Media lego mempunyai berbagai warna yang dapat digunakan

dalam proses pembelajaran. Pada gambar 2.2 merupakan pecahan

sedangkan gambar 2.3 merupakan pecahan sehingga dari gambar dapat

dilihat bahwa bagian lebih besar bagian. Sebaliknya, bisa dikatakan

bagian lebih kecil bagian. Pecahan ini dapat dituliskan sebagai berikut.

atau <

Notasi “>” dibaca “lebih besar dari”, sedangkan notasi “<” dibaca “lebih

kecil dari”.

Gambar 2.2 Gambar 2.3

30
5. Pendekatan Matematika Realistik

Sebelum menerapkan pendekatan matematika realistik guru harus

terlebih dahulu mengetahui gambaran pembelajaran pendekatan

matematika realistik. Untuk lebih rincinya akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengertian Pendekatan Matematika Realistik


Pendekatan matematika realistik adalah sebuah pendekatan

belajar matematika yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh

sekelompok ahli matematika dari Freudenthal Institute, Utrecht

University di Belanda. Menurut pendekatan ini, kelas matematika

bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa,

melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep

matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata.

Teori pendekatan matematika realistik sejalan dengan teori

belajar yang berkembang saat ini, seperti konstruktivisme dan

pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning),

disingkat CTL. Namun, baik konstruktivisme maupun CTL mewakili

teori belajar secara umum, Pendekatan Matematika Realistik (PMR)

adalah suatu teori pembelajaran yang dikembangkan khusus untuk

matematika. Konsep matematika muncul dari proses matematisasi,

yaitu dimulai dari penyelesaian yang berkait dengan konteks (context-

link solution), siswa secara perlahan mengembangkan alat dan

pemahaman matematik ke tingkat yang lebih formal (Daryanto,

2012:150).
31
b. Langkah-langkah Pendekatan Matematika Realistik

Langkah-langkah pembelajaran matematika realistik dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus

benar-benar memahami masalah dan memiliki pendekatan yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.

Pendekatan matematika realistik inilah yang menjadi jalan siswa

dalam menyelesaikan masalah secara kontekstual.

2) Pembukaan

Bagian ini siswa diperkenalkan dengan pendekatan

pembelajaran yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah

dari dunia nyata. Kemudian siswa diminta untuk memecahkan

masalah tersebut dengan cara mereka sendiri.

3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba untuk menyelesaikan masalah sesuai

dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok. Setiap siswa mempresentasikan hasil

kerjanya di depan siswa lain. Guru mengamati jalannya proses

pembelajaran dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa

untuk mendapatkan hasil terbaik serta menemukan aturan atau

prinsip yang bersifat lebih umum.

32
4) Penutup

Guru membimbing siswa menarik kesimpulan dari

pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal

dalam bentuk matematika formal(Zulkardi, 2002; Aisyah, 2007;

Dafinta, 2018:42).

6. Media Pembelajaran

Media merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran agar

lebih bermakna, secara lebih rinci mengenai media pembelajaran dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti „tengah‟, „perantara‟. atau „pengantar‟. Secara lebih khusus,

pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan

sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,

memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Menurut Gagne dan Briggs (dalam Azhar, 2011:4) secara

emplisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang

secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran.

Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang

mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat

merangsang siswa untuk belajar.

33
Menurut Sadiman dkk, media adalah segala sesuatu yang

digunakan untuk menyalurakan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta

perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Menurut Gerlac dan Ely mengatakan media dipahami secara garis besar

adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang

membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan dan sikap. Media

adalah sarana yang dapat digunakan dalam pemebelajaran matematika

aggar dapat menarik perhatian siswa untuk mempermudah dan

mempercepat penyampaian informasi dari pendidik kepada siswa

supaya tujuan pemebelajaran tercapai(Fatrima, 2016:120).

Berdasarakan berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaaran adalah alat bantu atau perantara yang digunakan untuk

menyampaikan isi materi dalam proses belajar mengajar. Media yang

digunakan harus sesuai dengan kebutuhan proses belajar mengajar dan

sebagai alat bantu agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

b. Fungsi Media

Media berfungsi untuk merangsang proses pembelajaran sebagai berikut:

a) Menghadirkan objek sederhana dan objek langkah.

b) Menduplikasikan dari objek.

c) Membuat konsep abstrak ke konsep konkret.

d) Memberi kesamaan presepsi.

34
e) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak.

f) Menyajikan ulang informasi seacara konsisten.

g) Memberi suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai,


dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan belajar.

c. Ciri-ciri Media

Menurut Gerlach & elly (dalam Azhar, 2011:12-14) mengemukakan

tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan

dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin

guru tidak mampu (atau kurang efesien) melakukannya :

1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,

menyimpan, melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau

objek.

2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena

media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu

berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau

tiga menit dengan teknik pengambilan gambar.

3) Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri media distributif adalah suatu objek atau objek

ditansportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadaian

35
tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus

pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.

d. Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Sudjana & Rivai (dalam Azhar, 2011:24)

mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,

yaitu:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga mudah

dipahami oleh siswa dan mencapai tujuan pembelajaran.

3) Guru dalam mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga

siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru

mengajar pada setiap jam pelajaran.

4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti

mengamati, melakukan, mendemontrasikan, memerankan, dan lain-

lain.

Dapat disimpulkan bahwa manfaat media untuk proses belajar

mengajar sangatlah penting dalam memperjelas penyajian pesan dan

informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan hasil

36
belajar, media digunakan untuk meningkatkan dan mengarahkan

perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, serta

dapat memberikan kesan pengalaman kepada siswa tentang

peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka.

e. Kriteria Pemiliihan Media

Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahawa media

merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk

itu, ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media

sebagai berikut:

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan

tujuan instruksional telah ditetapkan yang secara umum mengacu

kepada salah satu gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif

dan psikomotor.

2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,

prinsip, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran

secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan

tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.

3) Praktis, luwes dan bertahan. Media yang dipilih sebaiknya dapat

digunakan dimana pun dan kapan pun dengan peralatan yang

tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke

mana-mana.

37
4) Guru terampil menggunakannya, nilai dan manfaat media amat

ditentukan oleh guru yang menggunakannya.

5) Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar

belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil

atau perorangan.

6) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotografi

harus memenuhi persyaratan teknis tertentu.

7. Media Lego

Media lego merupakan media pembelajaran inovatif yang disajikan

secara menarik dan mendukung kegiatan belajar mengajar sehingga bisa

dimanfaatkan di dunia pendidikan. Secara lebih rincinya dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Pengertian Media Lego

Menurut Setyani (dalam Inas dkk., 2019:6) bahwa “lego adalah

sebuah mainan plastik yang berwarna-warni dan dapat dibongkar

pasang dengan berbagai macam cara”. Karena bentuknya yang

menarik yang dapat dibongkar pasang dan berwarna-warni, lego

menjadi permainan yang sangat disukai oleh anak-anak.

Menurut Nath & Szucs (dalam Rejeki dkk., 2016:120) bahwa

permainan lego berkaitan kuat dengan kecakapan matematika dan

sangat efektif digunakan untuk mengenalkan dan memperkuat

38
kemampuan matematika. Lego akan lebih memudahkan siswa dalam

memahami materi pembelajaran matematika dan sekaligus memperkuat

kemampuan matematika sehingga dapat mengoptimalkan hasil

belajarnya. Jadi media lego tidak hanya membentuk atau

mengkonstruksi benda-benda lain tetapi lego juga bisa mengajarkan

konsep-konsep matematika serta melalui lego guru dapat melibatkan

siswa untuk secara aktif bekerjasama dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini, media lego digunakan untuk mengkonkritkan

mengenal dan membandingkan pecahan. Bentuk dan ukuran media lego

yang berbentuk kotak berguna untuk memperagakan bentuk pecahan

dan perbandingan pecahan. Media lego memudahkan siswa dalam

memahami konsep pengenalan pecahan dan perbandingan pecahan.

Lego dapat digunakan untuk memperagaakan bentuk pecahan

berpenyebut sama dan berpenyebut berbeda.

b. Langkah-langkah dalam menggunakan media lego

Langkah langkah dalam menggunakan media lego pada proses


pembelajaran:

1) Guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang pecahan

2) Guru menampilkan dengan media lego tentang mengenal pecahan

dan membandingkan pecahan.

3) Guru membimbing siswa dalam mengenal dan membandingkan

pecahan.

39
4) Guru memberikan tugas kepada siswa yang berkaitan dengan materi

yang disampaikan.

c. Kelebihan Media Lego

Lego dapat menjadi pilihan guru untuk dijadikan media

pembelajaran sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi

kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Lego memiliki beberapa kelebihan jika digunakan guru dalam proses

pembelajaran:

1) Meningkatkan kreativitas siswa. Melalui lego anak dapat bermain

yang menimbulkan imajinasi dan daya pikir sehingga kreativitas

anak menjadi meningkat.

2) Memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika. Lego

sebagai media penunjang yang merangsang pemikiran anak untuk

memecahkan suatu masalah matematika. Mengingat lego yang

memiliki bentuk unik dapat dibongkar pasang sehingga membantu

anak dalam memecahkan persoalan matematika.

3) Membangun kerjasama siswa dan memfasilitasi guru dalam

pembelajaran.

4) Mempermudah dalam memahami konsep matematika yang

abstrak.

5) Lego sebagai permainan motorik, lego dapat melatih kecerdasan

intelektual matematika, sosial, dan emosi.

40
d. Kekurangan Media Lego

Adapun kekurangan dalam media lego :

1) Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan.

2) Perlu kesediaan berkorban secara materiil.

3) Ukuran media lego yang kecil.

4) Sulit diterapkan pada suatu kelas yang besar (40 – 45 siswa), karena
guru kesulitan mengamati dan memberi bantuan kepada siswa yang
menemui kesulitan belajar.

e. Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Berbantuan Media

Lego dalam Pecahan

Sebelum melaksanakan pembelajaran materi pecahan melalui

pendekatan matematika realistik berbantuan media lego, guru

hendaknya merancang kegiatan pembelajaran sesuai dengan kegiatan

pembelajaran dalam pendekatan matematika realistik.

1) Tahap Persiapan

Sebelum pelaksanaan pembelajaran, guru mempersiapkan

hal-hal sebagai berikut:

a) Mempelajari dan menganalisis materi pecahan sederhana.

b) Merancang tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa.

c) Merancang situasi masalah kontekstual yang akan

diselesaikan siswa.

d) Menyiapkan lego sebagai media.

41
e) Merancang teknik dan prosedur penilaian hasil belajar yang

akan diterapkan.

f) Menyiapkan RPP pecahan dengan pendekatan matematika

realistik berbantuan media lego.

2) Tahap Pembukaan

Tahap pembukaan merupakan tahap awal guru mengajar di

kelas. Pada tahap ini yang dilakukan oleh guru adalah:

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi

siswa.

b) Guru melakukan apersepsi dengan ice breaking.

c) Guru menyampaikan masalah kontekstual pada siswa.

3) Proses Pembelajaran

Pada proses pembelajaran ini, siswa lebih aktif

menemukan dengan mencoba dan melakukan dengan arahan dan

bimbingan guru.

a) Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok.

b) Guru memberikan suatu masalah nyata.

c) Siswa mencoba memecahkan masalah yang diberikan guru

secara berkelompok/individu.

d) Guru mengamati dan melakukan bimbingan baik kepada

kelompok maupun individu.

42
e) Setelah selesai, guru memberikan penjelasan mendalam

mengenai pengenalan bentuk pecahan dan perbandingan

pecahan dengan peragaan media lego.

4) Penutup

a) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan konsep

bentuk dan perbandingan pecahan.

b) Guru mengadakan evaluasi pembelajaran dan menutup

pelajaran.

8. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

a. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis

kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni

menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan

peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta

didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria batas ketuntasan

minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan

lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan Kriteria tidak diubah

secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma,

kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar

peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai

akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan

sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva.

43
Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan

tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan

layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan

pengayaan bagi yang sudah melampui kriteria ketuntasan minimal.

Kriteria Ketuntasan Minimal ditetapkan oleh satuan

pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di

satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki

barakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau

forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama

penetapan KKM. Kriteria Ketuntasan menunjukkan persentase

tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka

maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria

ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan

mencapai minimal 75. Satuan Pendidikan dapat memulai dari kriteria

ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan

secara bertahap.

Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama

pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh

karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di

sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu

melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah

oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria Ketuntasan

44
Minimal (KKM) harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar

(LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.

Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi

tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal

mungkin untuk melampui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan

pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan

pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan

pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara

bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu

pendidikan bagi masyarakat(Sasmito, 2016:17-18).

b. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal

1) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta

didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap

kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan

KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon

yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk

pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan.

2) Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri

mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar

(KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan

dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat

mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai

45
nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai,

peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan

perlu perbaikan.

3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan

evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat

dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur.

Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang

ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang

peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara

perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan

sarana-prasarana belajar di sekolah.

4) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta

didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat.

Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus

di lakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan

satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya

pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran

dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM

dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta

mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang

tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan

46
dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti

pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya

memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung

terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah.

5) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian

kompetensi tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus

berupaya semaks imal mungkin untuk melampaui KKM yang

ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah

satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam

menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan

dengan KKM yang tinggi di laksanakan secara bertanggung

jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi

masyarakat.

c. Prinsip Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal

Penetapan kriteria ketuntasan minimal perlu mempertimbangkan

beberapa ketentuan sebagai berikut :

1) Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang

dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif.

Metode kualitatif dapat dilakukan melalui profesional judgement,

mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman

pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan

47
metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang

disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan.

2) Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui

analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan

memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta

didik untuk mencapai ketuntasan kompeteni dasar dan standar

kompetensi.

3) Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD)

merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam

Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah

mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang

bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang

telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut;

4) Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK)

merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat

dalam SK tersebut.

5) Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran merupakan rata -

rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester

atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan

Hasil Belajar (LHB /Rapor ) peserta didik.

48
6) Indikator merupakan acuan / rujukan bagi pendidik untuk membuat

soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah

Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS).

7) Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan

adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal.

d. Langkah-langkah Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal

Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru

mata pelajaran. Langkah-langkah penetapan KKM adalah sebagai

berikut :

1) Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata Pelajaran

dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas,

daya dukung, dan intake peserta didik dengan skema sebagai

berikut:
KKM KKM

Indikator KD

KKM KKM

MP SK

Gambar 2.4 Skema Langkah penetapan KKM

Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK

hingga KKM mata pelajaran.

49
2) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata

pelajaran disahkan oleh Kepala Sekolah untuk dijadikan patokan

guru dalam melakukan penilaian.

3) KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;

KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan

kepada orangtua peserta didik.

B. Kajian Pustaka

Hasil penelitian terdahulu yang revelan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Sofiana (2015), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan

pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Grenggeng

Kebumen. Peningkatan ini ditandai dari rata-rata hasil belajar adalah

62,92 pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 70,32 pada siklus II.

Pada siklus I siswa yang tuntas belajar hanya 54,29% meningkat

menjadi 75,68% pada siklus II.

2. Dafinta Sarastuti, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

penggunaan pendekatan matematika realistik berbantuan kertas origami

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN

Kaligesing Kabupaten Purworejo tahun pelajaran 2014/2015.

Peningkatan ini ditandai pada siklus I, rata-rata nilai hasil belajar siswa

50
mencapai 82,89 dengan persentase tuntas klasikal sebesar 85,29%.

Pada siklus II rata-rata nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi

90,46 dengan persentase tuntas belajar klasikal sebesar 91,18%.

3. Bernardinus Adhe Setyobudi, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

penggunaan lego pecahan (GOPEC) dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas III SD Negeri 1 Besuki, Kabupaten Wonosobo

tahun ajaran 2018/2019. Peningkatan ini ditandai dari presentase

ketuntasan hasil belajar siswa (KKM ≥72) siklus I dan siklus II

sebanyak 15 siswa (70,4%) menjadi 25 siswa (92,5%), dengan

peningkatan rata-rata hasil belajar yaitu 12,35 dari 75,25 menjadi 87,6.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu memiliki

kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penggunaan

pendekatan matematika realistik berbantuan media lego untuk

meningkatkan hasil belajar, sedangkan perbedaaanya terdapat pada subyek,

materi pelajaran, tempat dan waktu pelaksanaan penelitian. Berdasarkan

tiga hasil penelitian tentang penggunaan pendekatan matematika realistik

berbantuan media lego pecahan di atas, menunjukkan adanya peningkatan

hasil belajar siswa melalui pendekatan matematika realistik berbantuan

media lego.

51
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian

Peneliti ingin memaparkan lokasi dilaksanakannya penelitian karena

di pandang perlu untuk menghindari persepsi yang salah mengenai lokasi

penelitian.

1. Identitas Sekolah

Berikut ini identitas MI Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga secara lengkap:

a. Nama : MI Ma‟arif NU Dukuh

b. Alamat : Jalan Wisnu rt 04 rw 01

c. Kelurahan : Dukuh

d. Kecamatan : Sidomukti

e. Kota : Salatiga

f. Provinsi : Jawa Tengah

g. KodePos : 50716

h. Telepon : (0298) 341918

i. Jenjang : MI

j. Status : Swasta

k. Jumlah Siswa : 188

l. Jumlah Guru : 11

m. Jumlah Kelas : 10

n. Kepala Madrasah : Muhamad Muzaqi, S.Pd. I


52
2. Visi dan Misi Madrasah

a. Visi MI Ma‟arif Dukuh:

“ HEBBAT “

Terwujudnya peserta didik yang handal, cerdas dan berakhlakul

karimah, bertaqwa, aktif dan bertehnologi.

b. Misi MI Ma‟arif Dukuh:

”Belajar Enjoy Sepanjang Hayat”

Rincian Misi:

1) Menanamkan kesadaran prinsip hidup “Belajar Sepanjang

Hayat”.

2) Mengembangkan model pembelajaran yang ENJOY

(Efektif, Nyaman, Jelas, Obyektif dan Islami)

3) Membentuk pribadi yang handal dalam segala hal.

4) Membangun rasa cinta dan bangga terhadap agama, bangsa

dan tanah air.

5) Membentuk pribadi berahlak mulia dan berprestasi tinggi

dan bertaqwa.

6) Membentuk pribadi yang selalu aktif dalam segala hal.

7) Membekali sains- tehnologi tepat guna.

53
3. Keadaan Siswa

Jumlah siswa tahun pelajaran 2019-2020: 188 Siswa.

Tabel 3.1 Keadaan jumlah siswa dan ruang kelas

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah


1 1A 9 11 20
2 1B 13 8 21
3 2A 9 8 17
4 2B 9 7 16
5 3A 9 9 18
6 3B 13 8 21
7 4A 12 8 20
8 4B 11 5 16
9 5 16 9 25
10 6 11 3 14
Jumlah Total 99 76 188
(Sumber: Data Primer)

4. Keadaan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Dukuh memiliki dua cakupan

mata pelajaran secara umum yaitu: mata pelajaran umum dan mata

pelajaran agama dengan didukung oleh tenaga pendidik yang

professional yang terdiri dari 11 guru S1, 2 diantaranya sedang

menempuh S2. Diantaranya terdiri dari 3 guru PNS dan 8 guru

sertifikasi.

5. Gambaran Umum

Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Dukuh Salatiga, Kec.

Sidomukti, Kota Salatiga. Berada di desa di dalam kota Salatiga.

Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Dukuh mudah dijangkau

dari berbagai penjuru. Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Dukuh


54
merupakan lembaga pendidikan dibawah naungan Yayasan Ma‟arif

Nadhatul Ulama‟ yang berdiri sejak tahun 1969 dalam

perjalanannya Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Dukuh di kelola

dengan manajemen yang baik, rasa kekeluargaan yang erat dan

tentu saja seluruh ilmu yang diajarkan bermuara pada ajaran Islam

sehingga mampu mencetak anak didik yang mampu bersaing di era

global dan tetap pada iman islamnya.

6. Sarana Pra Sarana

Sarana pra sarana yang tersedia di Madrasah Ibtidaiyah

Ma‟arif Dukuh diantaranya:

Tabel. 3.2 Sarana Pra sarana MI Ma’arif Dukuh

Meja Kursi
Kelas
Guru Siswa Guru Siswa
1A 1 20 1 20
1B 1 21 1 21
2A 1 17 1 17
2B 1 16 1 16
3A 1 18 1 18
3B 1 21 1 21
4A 1 20 1 20
4B 1 16 1 16
5 1 25 1 25
6 1 14 1 14
(Sumber: Data Primer)

7. Perangkat Administrasi Sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Dukuh Salatiga dalam

perjalanannya berupaya untuk melakukan pembenahan pada bidang

administrasi, hingga saat ini telah tersedia dua puluh tujuh perangkat

administrasi yang terdiri dari silabus, kalender pendidikan, program

55
tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran,

rencana pelaksanaan harian, buku pelaksanaan harian atau laporan

bulanan, presensi siswa, catatan hambatan belajar siswa, daftar buku

pegangan guru dan siswa, analisis Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM), kisi-kisi soal, soal-soal ulangan, buku informasi penilaian,

analisis butir soal, analisis hasil ulangan, program atau pelaksanaan

perbaikan, program pelaksanaan pengayaan, daftar pengembalian

hasil ulangan, buku ulangan bergilir, daftar nilai, laporan penilaian

akademik akhlak mulia dan kepribadian siswa, buku tugas

terstruktur, buku tugas mandiri, SK pembagian tugas, mengisi buku

kemajuan kelas, dan jadwal mengajar yang digunakan oleh para

pengajar untuk dijadikan pedoman dalam penyusunannya. Perangkat

mengajar kesemuanya ada pada guru masing-masing.

8. Karakter Siswa dan Guru di Sekolah

Karakter siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Dukuh berbeda-

beda. Mengingat keberadaan para siswa berada pada lingkungan

daerah dan latar belakang yang berbeda. Sehingga memiliki karakter

yang bervariasi. Oleh karenanya kemampuan siswa dalam KBM

memiliki tingkat perbedaan yang tinggi, begitu pula dengan para

guru yang memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan

yang lain.

56
9. Kolaboratif Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bersifat

kolaboratif. Guru kelas yang melakukan kegiatan proses

pembelajaran. Peneliti membantu guru dalam menyiapkan media

pembelajaran dan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang

dilakukan guru serta siswa selama proses pembelajaran di dalam

kelas menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan

media lego.

10. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini di laksanakan sebanyak dua kali

pertemuan (2 Siklus) di MI Ma‟arif Dukuh. Adapun pelaksanaan

penelitian tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas


No. Siklus Pelaksanaan Penelitian

1. Pra Siklus Jum‟at, 10 Januari 2020

2. Siklus I Senin, 20 Januari 2020

3. Siklus II Selasa, 28 Januari 2020

4. Siklus III -

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian


Deskripsi pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dua

siklus penelitian. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

57
.

1. Deskripsi Pra Siklus

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi dengan mengambil

data hasil belajar materi mengenal pecahan sebelumnya pada hari

Ju‟mat tanggal 10 Januari 2020. MI Ma‟arif Dukuh ini merupakan

tempat yang dipilih untuk mengadakan penelitian tindakan kelas,

dengan subyek yang dikenai tindakan adalah siswa kelas III yang

berjumlah 21 siswa. Fokus penelitian pada pembelajaran matematika

semester genap dengan menggunakan kurikulum 2013 berbasis tematik

pada materi pecahan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan dan media yang

berbeda dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru di kelas.

Hal ini mengingat salah satu tujuan penelitian tindakan kelas adalah

untuk memperbaiki hasil belajar siswa di kelas, karena peneliti

menyadari bahwa proses pembelajaran yang selama ini berlangsung

belum mampu membangkitakan keaktifan dan motivasi belajar siswa

yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk

mengatasi masalah tersebut, peneliti mencoba menerapkan pendekatan

matematika realistik dan media lego dengan tujuan untuk menarik

perhatian siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang

meningkat. Selain itu, pendekatan matematika realistik berbantuan

media lego ini dapat membantu guru dalam mengembangkan gagasan

mengenai pembelajaran kreatif, inovatif, dan menyenangkan yang dapat

58
memicu tercapainya kompetensi pada setiap siwa. Adapun hasil belajar

mata pelajaran matematika tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.4 Daftar Nilai Pra Siklus

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1. ASR 70 Tuntas
2. AAGI 35 Belum Tuntas
3. HM 45 Belum Tuntas
4. ISA 75 Tuntas
5. KGP 65 Belum Tuntas
6. IWS 65 Belum Tuntas
7. AMA 85 Tuntas
8. RK 55 Belum Tuntas
9. ANA 60 Belum Tuntas
10. KITB 80 Tuntas
11. REN 40 Belum Tuntas
12. MIS 65 Belum Tuntas
13. ASK 75 Tuntas
14. LFH 35 Belum Tuntas
15. RDK 60 Belum Tuntas
16. YKAAS 60 Belum Tuntas
17. KL 40 Belum Tuntas
18. AFU 60 Belum Tuntas
19. MAA 75 Tuntas
20. MZDA 75 Tuntas
21. RDS 40 Belum Tuntas

Rata-Rata 60
(Sumber: Data Primer)
Keterangan:
Tuntas : 7 siswa

Belum Tuntas : 14 siswa

59
Hasil data yang diperoleh membuktikan bahwa hasil belajar

siswa yang masih rendah berada pada presentase 33,33% yang masih

jauh dari kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Oleh

karena itu, hasil olah data tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk

melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan agar dapat

meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan pendekatan

matematika realistik berbantuan media lego pada mata pelajaran

matematika materi pecahan sederhana di MI Ma‟arif Dukuh Kota

Salatiga tahun ajaran 2019/2020.

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Deskripsi pelaksanaan siklus I akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap

perencanaann tindakan adalah sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata

pelajaraan matematika materi pecahan sederhana dengan

menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan

media lego.

2) Peneliti menyiapkan perangkat penunjang proses pembelajaran

berupa lembar evaluasi siswa yang bertujuan untuk mengetahui

hasil belajar siswa pada siklus I.

3) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran berupa

media lego.

60
4) Peneliti menyiapkan lembar pengamatan untuk mengamati

kegiatan siswa dan guru saat pembelajaran berlangsung.

5) Melakukan dokumentasi.

b. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus I pada hari Senin tanggal 20

Januari 2020 pukul 09.30 sampai 11.00 WIB diruang kelas III MI

Ma‟arif Dukuh dengan jumlah sebanyak 21 siswa dan seluruh siswa

hadir. Penelitian ini berlangsung selama satu kali tatap muka ( 2 x

35 menit). Materi yang diajarkan pada tahap ini adalah mengenal

pecahan sederhana. Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan

siklus I.

1) Kegiatan Pendahuluan (5 menit)

a) Guru mengucapkan salam (religius).

b) Mengajak semua siswa berdo‟a, dan dipimpin oleh ketua

kelas.

c) Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa, (guru

melakukan presensi).

d) Guru menyiapkan fisik dan psikhis anak dalam mengawali

kegiatan pembelajaran serta menyapa anak.

e) Guru menginformasikan kompetensi dasar yang akan

dicapai. (Nasionalis).

f) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

61
2) Kegiatan Inti (60 menit)

a) Guru menjelaskan pengertian pecahan.

b) Guru memberikan pertanyaan menggenai pecahan

sederhana.

c) Guru menjelaskan tentang materi mengenal pecahan dan

lambang bilangan.

d) Siswa diberikan masalah nyata (pendekatan matematika

reaslistik) oleh guru tentang cara mengidentifikasikan

pecahan.

e) Siswa memperhatikan penjelasan guru menyelesaikan

masalah nyata (pendekatan matematika realistik) tentang

pengenalan pecahan dengan bantuan media lego.

f) Guru menekan kembali tentang pecahan dan lambang

pecahan dengan menggunakan media lego.

g) Guru meminta salah satu siswa mengulang mengidentifikasi

pecahan dengan menggunakan media lego.

h) Guru memberikan soal sebagai bahan evaluasi untuk siswa

materi pecahan sederhana.

3) Penutup (5 menit)

a) Siswa bersama dengan guru menyimpulkan pembelajaran.

b) Siswa di bawah bimbingan guru diminta untuk

menyampaikan aktivitas belajar yang telah dilakukan,

kesulitan-kesulitan yang dialami selama pembelajaran.

62
c) Guru memberikan umpan balik terhadap kesulitan-kesulitan

yang dialami siswa selama pembelajaran.

d) Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran

berikutnya.

e) Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan

keyakinan masing-masing untuk mengakhiri kegiatan

pembelajaran (Religius).

Peneliti memberi soal evaluasi siklus I sebanyak 10 soal

essay. Dari hasil tersebut diketahui 6 siswa yang mendapat nilai di

bawah KKM (70), dan 15 siswa mendapatkan nilai diatas KKM (70).

c. Pengamatan
Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung

melakukan pengamatan dengan lembar pengamatan yang telah

disusun. Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui bentuk

kegiatan didalam kelas meliputi kegiatan guru dan kegiatan siswa

pada proses pembelajaran menggunakan pendekatan matematika

realistik berbantuan media lego. Tindakan pada siklus I ini peneliti

mengamati adakah perubahan hasil belajar pada siswa.

d. Refleksi
Setelah melakukan pembelajaran pada siklus I dan

menganalis hasil pengamatan, peneliti mengadakan refleksi.

Ternyata dari 21 siswa, masih banyak siswa yang belum mencapai

63
KKM materi yang telah disampaikan. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu:

1) Media pembelajaran terlalu baru untuk siswa.

2) Siswa masih ada yang kesulitan dalam mengerjakan soal evaluasi.

3) Masih banyak siswa yang ramai dan bermain sendiri sehingga

membuat kondisi belajar menjadi kurang kondusif.

4) Ukuran media pembelajaran terlalu kecil sehingga siswa kesulitan

dalam penggunaan media dalam pembelajaran.

5) Hanya sebagian siswa saja yang aktif mengikuti kegiatan

pembelajaran.

6) Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi pecahan

menggunakan pendekatan matematika realistik, misalnya

pada penyampaian masalah nyata pada siswa.

Kelemahan-kelemahan tersebut merupakan salah satu

komponen yang menyebabkan indikator keberhasilan belum

terpenuhi, untuk itu pada siklus II akan dilakukan perbaikan melalui

pendekatan matematika realistik berbantuan media lego pada

pembelajaran matematika materi pecahan sederhana supaya pada

siklus berikutnya tidak terjadi lagi kelemahan yang sama. Rencana

perbaikan tersebut yaitu:

64
1) Guru mengenalkan terlebih dahulu mengenai media lego yang

baru dalam proses pembelajaran dan bagaimana cara penggunaan

media lego pada materi pecahan.

2) Guru memberikan peringatan kepada siswa supaya siswa lebih

teliti ketika mengerjakan soal evaluasi. Guru meminta siswa agar

meneliti jawaban evaluasi lebih dari satu kali.

3) Guru memberikan hukuman, hukuman itu berupa pemberian soal

untuk siswa yang ramai atau bermain sendiri saat kegiatan

pembelajaran berlangsung.

4) Guru mempersiapkan media pembelajaran dengan matang

sebelum pelaksanaan pembelajaran sehingga ketika proses

pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan semua siswa

terfasilitasi dalam kegiatannya seperti memperhatikan ukuran

lego yang kecil maka dari itu guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mencoba menyusun media lego yang

digunakan.

5) Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dilakukan

dengan semenarik mungkin sehingga siswa antuasis mengikuti

kegiatan pembelajaran. Guru menyemangati siswa dengan

melakukan ice breaking secara bersama sama, dengan demikian

diharapkan siswa lebih mudah untuk dikendalikan dalam kegiatan

pembelajaran.
65
6) Guru mengamati tingkat pemahaman siswa sehingga tidak terlalu

cepat dalam menyampaikan materi.

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Deskripsi pelaksanaan siklus II akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Data yang diperoleh pada siklus I dijadikan sebagai acuan

dalam melaksanakan tindakan pada siklus II dengan tujuan agar

diperoleh suatu peningkatan ketrampilan mengenai pecahan

sederhana pada mata pelajaran matematika dengan pendekatan

matematika realistik berbantuan media lego.

Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana tindakan

yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata


pelajaraan matematika materi pecahan sederhana dengan
menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan
media lego.

2) Peneliti menyiapkan perangkat penunjang proses pembelajaran

berupa lembar evaluasi siswa yang bertujuan untuk mengetahui

hasil belajar siswa pada siklus II.

3) Menyiapkan media lego sebagai sarana penunjang proses

pemahaman mengenai materi pecahan.

66
4) Peneliti menyiapkan lembar pengamatan untuk mengamati

kegiatan siswa dan guru saat pembelajaran berlangsung.

5) Melakukan dokumentasi.

b. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas siklus II pada hari Selasa tanggal 28

Januari 2020 pukul 08.15 sampai 09.50 WIB diruang kelas III MI

Ma‟arif Dukuh dengan jumlah sebanyak 21 siswa dan seluruh siswa

hadir. Penelitian ini berlangsung selama satu kali tatap muka ( 2 x 35

menit). Materi yang diajarkan pada tahap ini adalah mengenal dan

membandingkan pecahan sederhana. Berikut adalah langkah-langkah

pelaksanaan siklus II.

1) Kegiatan Pendahuluan (5 menit)

a) Guru mengucapkan salam (religius).

b) Mengajak semua siswa berdo‟a, dan dipimpin oleh ketua

kelas.

c) Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa, (guru

melakukan presensi).

d) Guru menyiapkan fisik dan psikhis anak dalam mengawali

kegiatan pembelajaran dengan memberikan pertanyaan “siapa

yang tau hari ini kita akan belajar tentang apa” dan

memberikan ice breaking supaya lebih bersemangat.

67
e) Guru menginformasikan kompetensi dasar yang akan dicapai.

(Nasionalis).

f) Guru menggali kemampuan siswa berkenaan dengan materi

yang akan dipelajari dan mengaitkan materi sebelumnya yang

sudah dipelajari mengenai pecahan biasa.

g) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti (60 menit)

a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi kembali seputar pecahan sederhana.

b) Guru meminta siswa membaca materi tentang pecahan

sederhana.

c) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa siapa di antara

kalian yang bisa menyebutkan contoh pecahan biasa, dan

ternyata banyak siswa yang antusias menjawab pertanyaan

guru.

d) Siswa membentuk kelompok yang beranggota 4 orang.

e) Guru menjelaskan tentang materi membandingkan pecahan

dengan mengaitkan masalah nyata (pendekatan matematika

realistik).

f) Siswa diberikan masalah nyata oleh guru tentang

perbandingan dua pecahan berpembilangan sama dan tidak

sama.

68
g) Guru menekan kembali cara mengenal pecahan dan

membandingkan pecahan dengan menggunakan media lego.

h) Siswa memperhatikan penjelasan guru menyelesaikan

masalah nyata (pendekatan matematika realistik) tentang

pengenalan pecahan dengan bantuan media lego.

i) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba

membandingkan pecahan dengan menggunakan media lego.

j) Guru memberikan soal pecahan sederhana dan

membandingkan pecahan sebagai bahan evaluasi.

3) Penutup (5 menit)

a) Siswa bersama dengan guru menyimpulkan pembelajaran

b) Guru memberikan umpan balik terhadap kesulitan-kesulitan

yang dialami siswa selama pembelajaran.

c) Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran

berikutnya.

d) Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan

keyakinan masing-masing untuk mengakhiri kegiatan

pembelajaran (Religius).

Peneliti memberi soal evaluasi siklus II sebanyak 10 soal

essay. Dari hasil tersebut diketahui 4 siswa yang mendapat nilai di

bawah KKM (70), dan 17 siswa mendapatkan nilai diatas KKM

(70).

69
c. Pengamatan

Selama proses pembelajaran, peneliti secara langsung

melakukan pengamatan dengan lembar pengamatan yang telah

disusun. Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui bentuk

kegiatan didalam kelas meliputi kegiatan guru dan kegiatan siswa

pada proses pembelajaran menggunakan pendekatan matematika

realistik berbantuan media lego. Tindakan pada siklus II ini peneliti

berkolaborasi dengan guru dalam proses pembelajaran dan

mengamati apakah ada perubahan tingkah laku dan hasil belajar

siswa dari siklus sebelumnya (siklus I).

d. Refleksi

Refleksi dilakukan peneliti terhadap hasil pelaksanaan

pembelajaran pada penelitian Siklus II untuk mengetahui

kelemahan dalam pembelajaran yang telah dilakukan guru dan

siswa sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk

melaksanakan perbaikan pada siklus berikutnya. Kelemahan yang

ditemukan dalam penelitian siklus II yaitu:

1) Siswa kurang fokus dalam pembelajaran yaitu terdapat 4

siswa.

2) Guru dalam menyampaikan materi masih kurang jelas

Peneliti bersama guru melakukan diskusi untuk mengatasi

kelemahan-kelemahan ynag dihadapi saat pelaksanaan

pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik


70
berbantuan media lego pada siklus I. Refleksi dilakukan untuk

merencanakan perbaikan supaya Siklus selanjutnya tidak terjadi

lagi kelemahan yang sama. Rencana perbaikan tersebut yaitu:

1) Guru memperhatikan seluruh siswa dalam proses pembelajaran.

2) Guru menyampaikan materi dengan jelas.

4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III

Deskripsi pelaksanaan siklus III akan dijelaskan sebagai berikut:

Kegiatan yang dilakukan pada siklus III ini belum dapat

terlaksana karena mengalami kendala dengan situasi darurat yang

terjadi di seluruh dunia adanya wabah penyakit (COVID-19) sehingga

pelaksanaan proses penelitian tidak dapat dilanjutkan. Dalam rangka

mencegah meluasnya penularan COVID-19 pada warga sekolah

khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan beberapa

surat edaran terkait pencegahaan dan penanganan COVID-19. Pertama,

Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang pencegahan dan

penanganan COVID-19 di Lingkungan Kemendikbud. Kedua, Surat

Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan COVID-19 pada

Satuan Pendidikan. Ketiga, Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang

Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran

Coronavirus Disease (COVID-19), dalam hal ini poin 2 yang

menyatakan, proses belajar dari Rumah dilaksanakan dengan ketentuan


71
sebagai berikut: a. Belajar dari rumah melalui pembelajaran

daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar

yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan

seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan; b

Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakpan hidup

antara lain mengenai pendemi COVID-19; c. Aktivitas dab tugas

pembelajaran belajar dari rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai

minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan

kesenjangan akses/asilitas belajar dari rumah; d. Bukti atau produk

aktivitas belajar dari rumah diberi umpan baik yang bersifat kualitatif

dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai

kuantitatif(Roida,2020:31). Sekolah menjadi aktivitas berkumpul dan

berinteraksi antara guru dan siswa dapat menjadi sarana penyebaran

COVID-19. Guna melindungi warga sekolah dari paparan COVID-19,

berbagai wilayah menetapkan kebijakan belajar dari rumah.Pada

dasarnya pelaksanaan penelitian tindakan kelas atau di sebut PTK ini

seharusnya proses pembelajaran berada di kelas, dan bertatap muka

secara langsung, namun dengan keadaan yang terjadi penelitian ini

berakhir di siklus II dan kriteria ketuntasan hasil belajar siswa belum

tercapai dengan presentase 80,95%. Berdasarkan presentase tersebut,

penelitian tindakan ini belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal

yang ditetapkan yaitu ≥ 85% dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai

diatas KKM.

72
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Paparan Siklus


Penelitian tindakan kelas yang direncanakan menggunakan 2 siklus,

sebelum melaksanakan siklus I dan siklus II dilaksanakan pra siklus. Siklus

pertama dan kedua menguraikan sub pokok bahasan yang berbeda yaitu

siklus 1 sub pokok bahasan “Mengenal Pecahan”. Siklus II sub pokok

bahasan “Mengenal dan Membandingkan Pecahan”. Waktu pelaksanaan 2 x

35 menit (2 jam pelajaran) dalam 1 kali pertemuan.

Proses pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan lembar soal

evaluasi dan lembar pengamatan untuk mengukur sejauh mana hasil belajar

siswa dan target KKM yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran

matematika dengan menerapkan pendekatan matematika realistik

berbantuan media lego. Secara rinci, hasil penelitian akan diuraikan sebagai

berikut:

1. Deskripsi Pra Siklus

Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan

observasi terlebih dahulu di MI Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data mengenai kondisi

pembelajaran di MI Ma‟arif Dukuh. Proses pembelajaran yang

berlangsung masih berpusat pada guru, siswa kurang memperhatikan

dan kurang menggunakan pendekatan ataupun media pembelajaran yang


73
ada. Siswa juga masih kurang antusias mengikuti pembelajaran yang di

tunjukkan dengan masih banyak siswa yang berbicara sendiri ketika guru

sedang menjelaskan materi serta kurangnya minat siswa untuk

mengajukan pertanyaan kepada guru.

Data yang diperoleh dari observasi menunjukkan hasil penilaian

harian siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan sederhana

masih banyak yang belum dapat mencapai KKM sebesar 70. Berikut

ini adalah daftar nilai hasil belajar pra siklus siswa kelas III MI Ma‟arif

Dukuh:

Tabel 4.1 Daftar Nilai Pra Siklus


No Nama Siswa KKM Nilai Keterangan
1 ASR 70 70 Tuntas

2 AAGI 70 35 Belum Tuntas

3 HM 70 45 Belum Tuntas

4 ISA 70 75 Tuntas

5 KGP 70 65 Belum Tuntas

6 IWS 70 65 Belum Tuntas

7 AMA 70 85 Tuntas

8 RK 70 55 Belum Tuntas

9 ANA 70 60 Belum Tuntas

10 KITB 70 80 Tuntas

11 REN 70 40 Belum Tuntas

12 MIS 70 65 Belum Tuntas

13 ASK 70 75 Tuntas

14 LFH 70 35 Belum Tuntas

15 RDK 70 60 Belum Tuntas

16 YKAAS 70 60 Belum Tuntas

17 KL 70 40 Belum Tuntas

74
18 AFU 70 60 Belum Tuntas

19 MAA 70 75 Tuntas

20 MZDA 70 75 Tuntas

21 RDS 70 40 Belum Tuntas


Nilai Tertinggi 85
Nilai Terendah 35
Rata-rata 60
(Sumber: Data Primer)
Keterangan:
Tuntas : 7 siswa
Belum Tuntas: 14 siswa
Dari tabel diatas bahwa nilai pra siklus menunjukkan dari 21

siswa kelas III MI Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga tahun ajaran 2019/2020

dengan nilai standar KKM 70 hanya 33,33% (7 siswa) yang tuntas,

sedangkan 66,67% (14 siswa) belum tuntas.

2. Deskripsi Data Siklus I


Penelitian siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20

Januari 2020. Pembelajaran berlangsung selama 70 menit ( 2 x 35

menit). Materi pokok yang diajarkan pada siklus I adalah mengenal

pecahan, peneliti mendapat gambaran bahwa siswa kelas III terlihat

lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan

matematka realistik berbantuan media lego, meskipun belum semua

siswa memperhatikan penjelasan guru dan belum aktif apabila diberi

kesempatan bertanya pada guru.

Hasil pelaksanaan penelitian pada siklus I dapat dilakukan

refleksi untuk mengetahui kelemahan yang dilakukan guru dengan


75
siswa sehingga dapat digunakan untuk perbaikan pada siklus berikutnya

untuk mencapai indikator keberhasilan belajar. Pengamatan yang

dilakukan peneliti dikelas pada kegiatan pendahuluan sampai dengan

kegiatan penutup masih banyak kelemahan. Lembar pengamatan

digunakan untuk mengetahui kegiatan aktivitas guru dan siswa didalam

kelas saat guru mengajar dengan menerapkan pendekatan matematika

realistik berbantuan media lego.

Tabel. 4.2 Hasil Pengamatan Guru pada Siklus I

Aspek yang Keterangan


No Deksripsi
Diamati Ya Tidak
Menyiapkan alat
Guru sudah menyiapkan media
1 dan media
lego dengan baik.
pembelajaran
Guru sudah menyiapakan
Memeriksa
2 kesiapan siswa dengan
kesiapan siswa
menyapa dan memberi salam.
Menyampaikan Guru sudah menyampaikan
tujuan dan tujuan dan rencana kegiatan
kompetensi pembelajaran.
3
yang akan
dicapai dan
rencana kegiatan
Guru kurang dalam
Melakukan menyampaikan apersepsi untuk
4
apersepsi mengaktifkan siswa dan
memberi semangat.
Memulai Guru sudah menyampaikan
pelajaran pelajaran dengan mengaitkan
5 dengan masalah-masalah nyata
memberikan
masalah nyata
Memberikan Guru sudah menjelaskan
penjelasan tentang materi pelajaran
6
tentang materi
pecahan
Menggunakan Guru menggunakan media lego
7
media dalam menyampaikan materi
76
pembelajaran pecahan
Memberi Guru belum memberikan
kesempatan kesempatan untuk siswa dalam
pada siswa menemukan konsep pecahan
untuk
8 menemukan
konsep
matematis dari
peragaan
tentang pecahan
Meningkatkan Guru sudah meningkatkaan
keaktifan siswa keaktifan siswa dengan
9
dalam proses memancing menggunakan soal
pembelajaran kuis.
Melibatkan Guru belum mengikutsertakan
siswa dalam siswa dalam menggunakan
10
pemanfaatan media lego ketika
media pembelajaran berlangsung.
Membimbing Siswa dibawah bimbingan guru
siswa dalam diminta untuk menyampaikan
11
menyimpulkan kesimpulan dalam proses
materi pembelajaran.
Mengaitkan Guru sudah mengaitkan materi
materi pecahan dengan masalah
12 pembelajaran kehidupan nyata.
dengan
kehidupan nyata
Menyimpulkan Guru dan siswa bersama
hasil menyimpulkan pembelajaran
13 pembelajaran tentangg pecahan.
yag telah
dilaksanakan
Memberi Guru mencoba memancing
kesempatan siswa agar siswa mau bertanya
14
kepada siswa mengenai materi yang telah
untuk bertanya dipelajari.
Guru diakhir pelajaran
Memberikan memberikan soal untuk
15
soal evaluasi mengetahui hasil belajar siswa
pada materi pecahan.

77
Dari Tabel 4.2 didapat bahwa guru pada proses pembelajaran

masih banyak kekurangan akan tetapi dalam pelaksanaan proses

pembelajaran sudah dianggap cukup baik. Lembar pengamatan juga

digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa didalam kelas saat guru

mengajar dengan menerapkan pendekatan matematika realistik

berbantuan media lego.

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Siswa pada Siklus I

Aspek yang diamati

No Nama Keaktifan

A B C D

1 Aditya Syah Reza

2 A. Albas Ghofarul Ikhsan

3 Hilda Mustofa

4 Isnaini Syafa Aulia

5 Kanaya Gendis Pertiwi

6 Irfana Wildayyas Shulha

7 Ahmad Majid Attamimi

8 Rayhan Kurniawan

9 Alfareza Nadhif Arditama

10 Kharis Ihdiyan Tazyi Bilsafa

11 Rizky Eka Nanda

78
12 Muhammad Imam Syafii

13 Amelia Sanda Kharisma

14 Laila Faiqotul Himmah

15 Rizkyta Dwi Kurnia

16 Yusuf Kanzu Arsy As Sajjad

17 Khoirul Liya

18 Ahmad Faruq Ubaidillah

19 Muhammad Avril Ariyanto

20 Muhammad Zidan Den Aror

21 Raditya Dwi Sanjaya

Jumlah 40 33

Total 73

Kategori Baik

Keterangan:
A. Skor 4 : Nilai 80 – 100 (Sangat Baik)

B. Skor 3 : Nilai 60 – 79 (Baik)

C. Skor 2 : Nilai 40 – 59 (Sedang)

D. Skor 1 : Nilai 0 – 49 (Kurang)

Dari Tabel 4.3 didapat bahwa keaktifan dari siswa masih

tergolong baik pada saat pembelajaran berlangsung. Nilai hasil

belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.4.

79
Tabel 4.4 Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus I

No Nama Siswa KKM Nilai Keterangan


1 ASR 70 70 Tuntas

2 AAGI 70 40 Belum Tuntas

3 HM 70 50 Belum Tuntas

4 ISA 70 70 Tuntas

5 KGP 70 90 Tuntas

6 IWS 70 60 Belum Tuntas

7 AMA 70 80 Tuntas

8 RK 70 60 Belum Tuntas

9 ANA 70 70 Tuntas

10 KITB 70 70 Tuntas

11 REN 70 60 Tuntas

12 MIS 70 70 Tuntas

13 ASK 70 80 Tuntas

14 LFH 70 30 Belum Tuntas

15 RDK 70 70 Tuntas

16 YKAAS 70 70 Tuntas

17 KL 70 70 Tuntas

18 AFU 70 70 Tuntas

19 MAA 70 80 Tuntas

20 MZDA 70 90 Tuntas

21 RDS 70 60 Belum Tuntas


Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 30
Rata-rata 67,2
(Sumber: Data Primer)

Keterangan:
Tuntas : 15 siswa
Belum Tuntas : 6 siswa
Presentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:

80

Presentase ketuntasan = × 100%
ℎ ℎ

= × 100%

= 71,43%
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang

dicapai siswa pada siklus I mencapai 67,2 dari jumlah siswa kelas III.

Siswa yang tuntas belajar (mencapai KKM) terdapat 15 siswa

(71,43%), sedangkan siswa yang belum tuntas belajar 6 siswa

(28,57%). Siklus I ini pembelajaran belum tuntas belajar, karena siswa

yang memperoleh nilai 70 (nilai KKM) hanya mencapai 71,43%.

Hasil presentase belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 85%

seluruh siswa tuntas belajarnya dan presentase tersebut masih jauh dari

harapan peneliti jadi harus dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu siklus

II pada waktu yang telah ditentukan.

3. Deskripsi Data Siklus II

Penelitian siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Januari

2020. Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit).

Materi pokok yang diajarkan pada siklus II adalah mengenal dan

membandingkan pecahan. Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada

siklus I diperbaiki pada siklus II. Hasil pengamatan yang dilakukan

oleh peneliti dikelas, pada kegiatan pendahuluan sampai dengan

kegiatan penutup sudah banyak perubahan ke proses yang lebih baik.

Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui kegiatan aktivitas

81
guru dan siswa didalam kelas saat guru mengajar dengan menerapkan

pendekatan matematika realistik berbantuan media lego

Tabel. 4.5 Hasil Pengamatan Guru pada Siklus II

Aspek yang Keterangan


No Deskripsi
Diamati Ya Tidak
Menyiapkan alat Guru telah menyiapkan media
1 dan media lego sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Guru sudah menyiapakan
Memeriksa
2 kesiapan siswa dengan
kesiapan siswa
menyapa dan memberi salam.
Menyampaikan Guru sudah menyampaikan
tujuan dan tujuan dan menyampaikan
kompetensi rencana kegiatan
3
yang akan pembelajaran
dicapai dan
rencana kegiatan
Guru telah melakukan
Melakukan
4 apersepsi dengan ice breaking
apersepsi
mengaktifkan semangat siswa
Memulai Guru sudah menjelaskan
pelajaran materi dengan mengaitakan
5 dengan masalah nyata (pendekatan
memberikan matematika realistik).
masalah nyata
Memberikan Guru dalam menyampaikan
penjelasan materi pecahan sudah sangat
6
tentang materi baik dari sebelumnya.
pecahan
Guru dalam menyampaikan
materi pecahan sudah
Menggunakan
menggunakan media lego
7 media
secara baik sehingga proses
pembelajaran
pembelajaran sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
Memberi Guru sudah memberikan
kesempatan kesempatan pada siswa untuk
pada siswa menemukan konsep
8 untuk matematika dari peragaan
menemukan media lego tentang pecahan.
konsep
matematis dari
82
peragaan
tentang pecahan
Guru sudah meningkatkan
Meningkatkan keaktifan siswa dengan
keaktifan siswa memberikan pertanyaan
9
dalam proses kepada siswa sehingga
pembelajaran antusias siswa dalam
pembelajaran meningkat.
Melibatkan Guru melibatkan dan
siswa dalam memberikan kesempatan
10
pemanfaatan untuk siswa ikut serta dalam
media memanfaatkan media lego.
Membimbing Guru membimbing siswa
siswa dalam dalam menyimpulkan materi
11
menyimpulkan pecahan yang telah dipelajari.
materi
Mengaitkan Guru sudah mengaitkan
materi materi pecahan dengan
12 pembelajaran masalah kehidupan nyata.
dengan
kehidupan nyata
Menyimpulkan Siswa bersama dengan guru
hasil menyimpulkan pembelajaran.
13 pembelajaran
yag telah
dilaksanakan
Memberi Guru sudah mencoba
kesempatan memancing siswa untuk
14
kepada siswa bertanya mengenai pecahan
untuk bertanya dengan memberikan reward.
Guru memberikan soal
Memberikan
15 sebagai bahan evaluasi.
soal evaluasi

Dari Tabel 4.5 didapat bahwa guru pada proses pembelajaran

sudah dianggap cukup baik dari pembelajaran sebelumnya. Lembar

pengamatan juga digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa di kelas

saat guru mengajar dengan menerapkan pendekatan matematika

realistik berbantuan media lego.

83
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siswa pada Siklus II

Aspek yang diamati

No Nama Keaktifan

A B C D

1 Aditya Syah Reza

2 A. Albas Ghofarul Ikhsan

3 Hilda Mustofa

4 Isnaini Syafa Aulia

5 Kanaya Gendis Pertiwi

6 Irfana Wildayyas Shulha

7 Ahmad Majid Attamimi

8 Rayhan Kurniawan

9 Alfareza Nadhif Arditama

10 Kharis Ihdiyan Tazyi Bilsafa

11 Rizky Eka Nanda

12 Muhammad Imam Syafii

13 Amelia Sanda Kharisma

14 Laila Faiqotul Himmah

15 Rizkyta Dwi Kurnia

16 Yusuf Kanzu Arsy As Sajjad

17 Khoirul Liya

84
18 Ahmad Faruq Ubaidillah

19 Muhammad Avril Ariyanto

20 Muhammad Zidan Den Aror

21 Raditya Dwi Sanjaya

Jumlah 68 12

Total 80

Kategori Sangat Baik

Keterangan:
A. Skor 4 : Nilai 80 – 100 (Sangat Baik)

B. Skor 3 : Nilai 60 – 79 (Baik)

C. Skor 2 : Nilai 40 – 59 (Sedang)

D. Skor 1 : Nilai 0 – 49 (Kurang)

Dari Tabel 4.6 didapat bahwa keaktifan dari siswa sudah

tergolong sangat baik pada saat proses pembelajaran menggunakan

pendekatan matematika realistik berbantuan media lego. Nilai hasil

belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus II

No Nama Siswa KKM Nilai Keterangan


1 ASR 70 80 Tuntas

2 AAGI 70 50 Belum Tuntas

3 HM 70 40 Belum Tuntas

4 ISA 70 70 Tuntas

5 KGP 70 100 Tuntas

6 IWS 70 70 Tuntas

7 AMA 70 100 Tuntas

8 RK 70 60 Belum Tuntas

85
9 ANA 70 90 Tuntas

10 KITB 70 80 Tuntas

11 REN 70 80 Tuntas

12 MIS 70 70 Tuntas

13 ASK 70 70 Tuntas

14 LFH 70 60 Belum Tuntas

15 RDK 70 80 Tuntas

16 YKAAS 70 100 Tuntas

17 KL 70 70 Tuntas

18 AFU 70 70 Tuntas

19 MAA 70 70 Tuntas

20 MZDA 70 90 Tuntas

21 RDS 70 70 Tuntas
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 40
Rata-rata 74,8
(Sumber: Data Primer)
Keterangan:
Tuntas : 17 siswa
Belum Tuntas : 4 siswa
Presentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:


Presentase ketuntasan = × 100%
ℎ ℎ

= × 100%

= 80,95%
Berdasarkan Tabel 4.7 bahwa dari jumlah siswa kelas III yakni

21 siswa menunjukkan siswa yang sudah tuntas belajar (mencapai

KKM) terdapat 17 orang (80,95%), sedangkan siswa yang belum tuntas

belajar terdapat 4 orang (19,05). Serta persentase ketuntasan klasikal

yang di capai dalam siklus II adalah 80,95%.Hasil belajar pada siklus II


86
menunjukkan bahwa pada ketuntasan klasikal belum tercapai karena

siswa yan memperoleh presentase nilai hasil belajar yaitu 85% dan

banyak dari siswa belum mencapai (KKM) hanya mencapai

80,95% atau sebanyak 17 siswa dari jumlah keseluruhan . Oleh karena

itu, proses pembelajaran perlu untuk dilaksankan kembali siklus

lanjutan,namun siklus lanjutan (siklus III) tidak dapat dilakukan karena

terhambat oleh masa darurat Pandemi Coronavirus Disase (COVID-19)

agar pelaksanaan kebijakan belajar dari rumah melalui pendidikan jarak

jauh dengan memanfatkan fasilitas dalam perangkat smart phone.

B. Pembahasan
Berdasarkan analisis pengumpulan data maka diperoleh kesimpulan

tentang data hasil belajar siswa. Rekapitulasi hasil belajar siswa dapat

dilihat pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II
Siklus Rata-rata Kategori Jumlah Presentase

Pra Siklus 60 Tuntas 7 33,33%

Belum Tuntas 14 66,67%

Siklus I 67,14 Tuntas 15 71,42%

Belum Tuntas 6 28,58%

Siklus II 74,76 Tuntas 17 80,95%

Belum Tuntas 4 19,05%

(Sumber: Data Primer)

87
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukan peningkaan hasil belajar

siswa secara individual setelah dilakukan sampai tahap siklus II. Hasil

belajar siswa yang mengalami peningkatan belum dapat dikatakan

sebagai bukti keberhasilan penggunaan pendekatan matematika realistik

berbantuan media lego pada proses pembelajaran.

Data ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat

pada Gambar 4.1.

Siklus I

28,58% Tuntas
71,42% Belum Tuntas

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I


(Sumber: Data Primer)
Berdasarkan gambar 4.1 Data yang diperoleh pada siklus I

menunjukan terdapat 15 siswa (71,42%) tuntas belajar dan 6 siswa

(28,58%) belum tuntas belajar dengan nilai rata-rata 67,2. Hasil

presentase belum mencapai indikator keberhasilan belajar secara

klasikal yang telah ditetapkan, sehingga peneliti melanjutkan pada

siklus II dengan materi dan waktu yang berbeda.

88
Data ketuntasan hasil belajar pada siklus II dapat dilihat pada

Gambar 4.2.

Siklus II

19,05%
Tuntas
80,95% Belum Tuntas

Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II


(Sumber: Data Primer)

Berdasarkan gambar 4.2 data yang diperoleh pada siklus II

menunjukkan terdapat 17 siswa (80,95%) tuntas belajar dan 4 siswa

(19,05%) belum tuntas belajar dengan nilai rata-rata 74,8. Hasil

presentase belajar siklus II belum mencapai kriteria ketuntasan secara

klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85% hanya mencapai 80,95%.

Berdasarkan peroleh nilai tersebut, dapat diketahui bahwa hasil

belajar dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan 9,53%.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II belum memenuhi

kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu

85%,seharusnya dilaksanakan kembali siklus III namun penelitian

berakhir di siklus II karena masa darurat COVID-19. Siswa yang belum

tuntas akan diberikan tindakan mandiri berupa latihan-latihan yang

89
dipantau oleh guru sehingga diharapkan semua siswa dapat tuntas

belajar.

Pembahasan terhadap ketuntasan belajar siswa dari pra siklus,


siklus I dan siklus II dapat di cermati pada Gambar 4.3.

100,00%
80,95%
80,00% 66,67% 71,42%
60,00%
Tuntas
40,00% 33,33%
28,58% Belum Tuntas
20,00% 19,05%

0,00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I


dan Siklus II
(Sumber: Data Primer)

Gambar 4.3 Menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah

penerapan pendekatan matematika realistik berbantuan media lego

terjadi peningkatan hasil belajar secara individu dari Siklus I terdapat

71,42% (15 siswa) tuntas belajar, siklus II terdapat 80,95% (17 siswa)

tuntas belajar. Peningkatan siswa yang tuntas belajar dari siklus I ke

siklus II sebanyak 9,53%. Berdasarkan data tersebut, penelitian

tindakan ini belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal yang

ditetapkan yaitu ≥ 85% dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai

diatas KKM.

90
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan

dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan matematika realistik

berbantuan media lego belum dapat dikatakan meningkatkan hasil

belajar matematika materi pecahan sederhana pada siswa kelas III MI

Ma‟arif Dukuh Kota Salatiga tahun ajaran 2019/2020. Peningkatan

hasil belajar siswa secara individu baru dibuktikan dari sebelum peneliti

melakukan tindakan kelas bahwa 14 siswa mendapatkan nilai di

bawah KKM selanjutnya pada siklus I siswa yang tuntas ada 15

siswa dengan persentase ketuntatasan 70,47%. Pada siklus II siswa

yang tuntas bertambah menjadi 17 siswa dengan persentase

ketuntasannya 80,95%. Pada siklus III tidak dapat dilakukan karena

terhambat oleh masa darurat Pandemi Coronavirus Disase (COVID-19)

berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan belajar dari rumah melalui

pembelajaran daring dengan menggunakan aplikasi Google Classroom,

Zoom, atau media lainnya dalam perangkat smart phone hingga masa

darurat COVID-19 telah berakhir. Kriteria ketuntasan belajar yang

diharapkan peneliti belum tercapai pada siklus II dengan persentase

80,95% sehingga belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara

klasikal yaitu ≥ 85% dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas

91
KKM. Demikian penelitian ini dinyatakan belum berhasil, siswa yang

belum tuntas akan diberikan tindakan mandiri berupa latihan-latihan

yang dipantau oleh guru sehingga diharapkan semua siswa dapat tuntas

belajar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti
Peneliti lain hendaknya lebih kritis dalam menghadapi

masalah yang muncul dalam dunia pendidikan, khususnya dalam

masalah pembelajaran matematika sehingga hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai referensi dalam memberikan informasi

tentang pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan matematika

realistik berbantuan media lego. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi peneliti lain dalam

menggunakan pendekatan dan media pembelajaran yang tepat

dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi Siswa
Siswa yang hasil belajarnya telah mencapai ketuntasan

diharapkan mampu mempertahankan hasil belajar tersebut dan

mampu lebih aktif dalam proses pembelajaran mata pelajaran

92
matematika pendekatan matematika realistik berbantuan media

lego.

3. Bagi Guru
Sebelum pelaksanaan pembelajaan dengan pendekatan

matematika realistik hendaknya guru mempersiapkan segala

kebutuhan baik alat atau bahan yang digunakan selama proses

pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Guru harus tetap menggunakan alur logika yang jelas dan prosedur

yang sistematis dalam melaksanakan PTK agar dapat mencapai

hasil maksimum.

4. Bagi Kepala Sekolah


Kepala sekolah hendaknya melaksanakan monitoring atau

pembinaan pelaksanaan pembelajaran-pembelajaran yang inovatif

seperti pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik

berbantuan media lego pada guru-guru MI.

93
DAFTAR PUSTAKA

Dafinta. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Penjumlahan dan


Pengurangan Pecahan Melalui Pendekatan Matemtika Realistik
Berbantuan Kertas Origami Siswa Kelas IV SDN Kaligesing Kabupaten
Purworejo, Skripsi. Tegal: Universitas Negeri Semarang. (Online).
https://lib.unnes.ac.id/22842/ Diakses pada 28 November 2019.
Daryanto dan Tasrial. 2012. Konsep Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta:
Penerbit Gava Media.
Fadhilah, Inas Nisrina. dkk. 2019. Pentingnya Model Pembelajaran TGT
Berbantuan Lego dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
Artikel Disajikan dalam Seminar Penelitian Mahasiswa di Tegal, PGSD
FKIP UNMA, 8 Agustus 2019
Firdaus, A. 2018. Pendekatan Matematika Realistik dengan Bantuan Puzzle
Pecahan untuk Siswa Sekolah Dasar. (Online), Vol. 8, No. 3,
(https://doi.org/htps://doi.org/10.24246/j.js.2018.v.13.p243-252 diakses
pada 28 November 2019).
Hastuti Noer, Sri. 2017. Strategi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:
Matematika.
Kementrian Agama RI. 2014. Al-quran dan Terjemahannya
Penerjemsh/Penafsir Al-quran Lajnah Pentashihah Mushaf Al-Quran.
Bandung: Sygma Creative Media Corp.
Kurniawan, Deni. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik dan
Penilaian). Bandung: Alfabeta.
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT Indeks.
Misel dan Erna Suwangsih. 2016. Penerapan Pendekatan Matematika Realistik
untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa.
Metodik Didaktik. Vol. 10, No. 2 Januari 2016.
Mulyasa, E. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah.Bandung: Remaja Rosdakarya.

2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
Nikmah, Sofiatun. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi
Pecahan Sederhana Melalui Media Visual pada Siswa Kelas III MI
Miftahul Ulum Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

94
Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi. Salatiga: Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
Ngalimun. 2017. Strategi Pembelajaran .Yogyakarta: Dua Satria Offet.
Pakpahan, Roida dan Yuni Fitriani. 2020. Analisa Pemanfaatan Tekhnologi
Informasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Tengah Pandemi Virus
Corona Covid-19. JISAMAR. Vol. 4, No. 2 Mei 2020: hlm 31, diakses
10 Mei 2020
Pribadi, Sasmito. 2016. Kegiatan Workshop dengan Metode Kolaboratif dan
Konsultatif sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam
Menetapkan KKM SMA N 1 Tegalombo.(Online). Jurnal Ilmiah Mitra
Swara Ganesha, ISSN 2356 – 3443. Vol. 3 No.1
Rejeki, S. dkk. 2016. Optimalisasi Penggunaan Lego dalam Pembelajaran
Matematika SMP untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013.
WARTA LPM. Vol. 19, No. 2, pp. 119-124.
Sofiana. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Operasi Hitung Bilangan Pecahan
Melalui Pendekatan Matematika Realistik pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar Negeri 3 Grenggeng, Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: DIVA Press.
Syafri, Fatrima Santri. 2016. Pembelajaran Matematika Pendidikan Guru
SD/MI. Yogyakarta: Matematika.
Taniredja, Tukiran. dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk
Pengembangan Profesi Guru Praktik, Praktis dan Mudah. Bandung:
Alfabeta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group

95
LAMPIRAN

96
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SIKLUS I

Satuan Pendidikan : MI Ma‟arif Dukuh


Kelas / Semester : 3/2
Tema 5 : Cuaca
Sub Tema 1 : Keadaan Cuaca
Pembelajaran Ke : 6
Alokasi Waktu : 2 × 35 /1 hari

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
[mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
sekolah sekolah.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR PENCAPAIAN


Muatan Matematika

Kompetensi Dasar (KD) Indikator

3.4 Menggeneralisasi ide 3.4.1 Menentukan nilai pecahan


pecahan sebagai bagian dari sebagai bagian dari yang utuh
keseluruhan menggunakan dengan tepat.
benda-benda konkret
3.4.2 Membaca dan menulis lambang
pecahan.

4.4 Menyajikan pecahan 4.4.1 Menyajikan pecahan


sebagai bagian dari menggunakan benda konkret dengan

97
keseluruhan menggunakan benar.
benda-benda konkret.
4.4.2 Membilang dan menulis
pecahan dengan kata-kata dan
lambang

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah melihat dan mendengarkan penjelasan dari guru siswa dapat
menuliskan lambang bilangan pecahan.
2. Setelah melihat dan mendengarkan penjelasan dari guru siswa dapat
membaca lambang pecahan.
3. Setelah kegiatan mengidentifikasi pecahan, siswa dapat menentukan
pecahan sebagai bagian dari yang utuh dengan benar.
4. Setelahh melihat media yang dibawa guru siswa dapat membaca pecahan
dari media permainan lego.
5. Setelah melihat media yang dibawa guru siswa dapat menyajikan bentuk
pecahan dan lambang pecahan.

D. MATERI PEMBELAJARAN

 Mengenal Pecahan
Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari
keseluruhan pecahan.

Daerah yang berwarna meraah adalah 1 bagian dari 5 bagian


keseluruhan, oleh karena ittu daerah yang berwarna merah menunjukkan
.

Daerah yang berwarna kuniang adalah 2 bagian dari 3 bagian


keseluruhan oleh karena itu daerah yang berwarna kuning menunjukan .
 Membaca lambang bilangan pecahan

98
1. 1 dari 8 bagian yang ditulis dibaca seper delapan atau 1 per
delapan

2. 3 bagian dari 4 yang ditulis dibaca tiga per empat.

E. PENDEKATAN & METODE PEMBELAJARAN


Pendekatan : Pendekatan Matematika Realisitk

Metode : Pengamatan , Penugasan , dan Ceramah.

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


 Diri anak, Lingkungan keluarga, dan Lingkungan sekolah.
 Buku Pedoman Guru Tema 5 : Cuaca Kelas 3 (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2018).
 Buku Siswa Tema 5 : Cuaca Kelas 3 (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2018).
 Media lego

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam (religius). 5 menit
2. Mengajak semua siswa berdo‟a, dan
dipimpin oleh ketua kelas.
3. Melakukan komunikasi tentang
kehadiran siswa, (guru melakukan
presensi).
4. Guru menyiapkan fisik dan psikhis
anak dalam mengawali kegiatan
pembelajaran serta menyapa anak.
5. Guru menginformasikan kompetensi
dasar yang akan dicapai.
(Nasionalis).
6. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran.

Inti 1. Guru menjelaskan pengertian 60 menit


pecahan.
2. Guru memberikan pertanyaan
99
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
menggenai pecahan sederhana.
3. Guru menjelaskan tentang materi
mengenal pecahan dan lambang
bilangan.
4. Siswa diberikan masalah nyata
(pendekatan matematika reaslistik)
oleh guru tentang cara
mengidentifikasikan pecahan.
5. Siswa memperhatikan penjelasan
guru menyelesaikan masalah nyata
(pendekatan matematika realistik)
tentang pengenalan pecahan dengan
bantuan media lego.
6. Guru menekan kembali tentang
pecahan dan lambang pecahan
dengan menggunakan media lego.
7. Guru meminta salah satu siswa
mengulang mengidentifikasi
pecahan dengan menggunakan
media lego.
8. Guru memberikan soal sebagai
bahan evaluasi untuk siswa materi
pecahan sederhana.
Penutup 1. Siswa bersama dengan guru 5 menit
menyimpulkan pembelajaran.
2. Siswa di bawah bimbingan guru
diminta untuk menyampaikan
aktivitas belajar yang telah
dilakukan, kesulitan-kesulitan yang
dialami selama pembelajaran.
3. Guru memberikan umpan balik
terhadap kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa selama pembelajaran.
4. Guru menginformasikan rencana
kegiatan pembelajaran berikutnya.
5. Mengajak semua siswa berdo‟a
menurut agama dan keyakinan
masing-masing untuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran (Religius).

100
H. PENILAIAN

Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru


untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil
penilaian digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.

1.Teknik penilaian : Penilaian sikap dan penilaian pengetahuan


2. Instrumen penilaian : Lembar observasi dan soal uraian singkat

101
Nama :
No Absen :
Kelas :
LEMBAR EVALUASI SIKLUS I

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Pecahan jika dibaca menjadi................


2. Lambang pecahan dari enam per delapan adalah..........
3. Angka 21 pada pecahan dinamakan adalah.....
4. Bagian pecahan jika dilihat dari berwarna putih
menunjukkan pecahan........

5. Bayu memotong puding miliknya menjadi 6 bagian,lalu ia memakan


dua bagian. Jadi bagian yang dimakan Bayu adalah bernilai pecahan ....
6. Lia membeli sebuah melon dan memotongnya menjadi 8 bagian. Maka
setiap bagian bernilai pecahan adalah ......
7. Dayu memiliki sebuah kue cokelat. Kemudian dipotong menjadi 20
bagian dan di makan oleh Lani 5 bagian. Berapa bagian kue cokelat
yang di makan Lani? Tuliskan dalam bentuk lambang pecahan
adalah..........
8. Satu batang cokelat dipotong menjadi 20. Siti membaginya untuk
teman-teman. Satu batang cokelat dibagi untuk 5 orang. Masing-masing
akan mendapat atau senilai dengan.........
9. Dea memiliki sebuah donat. Donat itu dipotong sama besar. Kemudian
diberikan kepada Salma, Almer dan Rama. Berapa bagian donat yang
diperoleh masing-masing anak?

10. Arsirlah gambar dibawah sehingga menunjukan pecahan adalah.......

102
Jawaban Siklus 1 :

1. Tiga per lima belas

2.

3. Penyebut

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

103
LEMBAR PENGAMATAN GURU
SIKLUS I

Nama Sekolah : MI Ma‟arif Dukuh


Nama Guru : Wildan Bahriyan, S.Pd
Mata Pelajaran : Tematik (Matematika)
Tema 5 : Cuaca
Kelas/ Semester : III/II
Hari,Tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Jumlah Siswa : 21 siswa
Petunjuk : Berilah tanda ( ) dibawah ini pada kolom keterangan yang sesuai,
pilih “Ya” apabila butir-butir pengamatan muncul dan pilih “Tidak” apabila
butir-butir pengamatan tersebut tidak muncul dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan media lego.

Keterangan
No Aspek yang Diamati Deskripsi
Ya Tidak

1 Menyiapkan alat dan Guru sudah menyiapkan


media pembelajaran media lego dengan baik.
Guru sudah menyiapakan
2 Memeriksa kesiapan kesiapan siswa dengan
siswa menyapa dan memberi
salam.
Menyampaikan tujuan Guru sudah menyampaikan
3 dan kompetensi yang tujuan dan kompetensi yang
akan dicapai dan rencana akan dicapai pembelajaran.
kegiatan
Guru kurang dalam
4 menyampaikan apersepsi
Melakukan apersepsi
untuk mengaktifkan siswa
dan memberi semangat.
Memulai pelajaran Guru sudah menyampaikan
5 dengan memberikan pelajaran dengan mengaitkan
masalah nyata masalah-masalah nyata

104
Guru sudah menjelaskan
6 Memberikan penjelasan
tentang materi pelajaran
tentang materi pecahan
Guru menggunakan media
7 Menggunakan media
lego dalam menyampaikan
pembelajaran
materi pecahan
Memberi kesempatan Guru belum memberikan
pada siswa untuk kesempatan untuk siswa
8 menemukan konsep dalam menemukan konsep
matematis dari peragaan pecahan
tentang pecahan
Meningkatkan keaktifan Guru sudah meningkatkan
9 siswa dalam proses keaktifan siswa pada saat
pembelajaran pembelajaran berlangsung.
Guru belum
mengikutsertakan siswa
10 Melibatkan siswa dalam
dalam menggunakan media
pemanfaatan media
lego ketika pembelajaran
berlangsung.
Siswa dibawah bimbingan
Membimbing siswa
11 guru diminta untuk
dalam menyimpulkan
menyampaikan kesimpulan
materi
dalam proses pembelajaran.
Mengaitkan materi Guru sudah mengaitkan
12 pembelajaran dengan materi pecahan dengan
kehidupan nyata masalah kehidupan nyata.
Menyimpulkan hasil Guru dan siswa bersama
13 pembelajaran yag telah menyimpulkan pembelajaran
dilaksanakan tentang pecahan.
Guru mencoba memancing
Memberi kesempatan
14 siswa agar siswa mau
kepada siswa untuk
bertanya mengenai materi
bertanya
yang telah dipelajari.
Guru diakhir pelajaran
15 Memberikan soal memberikan soal untuk
evaluasi mengetahui hasil belajar
siswa pada materi pecahan.

105
LEMBAR PENGAMATAN SISWA

SIKLUS I

Aspek yang diamati

No Nama Keaktifan

A B C D

1 Aditya Syah Reza

2 A. Albas Ghofarul Ikhsan

3 Hilda Mustofa

4 Isnaini Syafa Aulia

5 Kanaya Gendis Pertiwi

6 Irfana Wildayyas Shulha

7 Ahmad Majid Attamimi

8 Rayhan Kurniawan

9 Alfareza Nadhif Arditama

10 Kharis Ihdiyan Tazyi Bilsafa

11 Rizky Eka Nanda

12 Muhammad Imam Syafii

13 Amelia Sanda Kharisma

14 Laila Faiqotul Himmah

15 Rizkyta Dwi Kurnia

16 Yusuf Kanzu Arsy As Sajjad

106
17 Khoirul Liya

18 Ahmad Faruq Ubaidillah

19 Muhammad Avril Ariyanto

20 Muhammad Zidan Den Aror

21 Raditya Dwi Sanjaya

Jumlah 40 33

Total 73

Kategori Baik

Keterangan:
A. Skor 4 : Nilai 80 – 100 (Sangat Baik)

B. Skor 3 : Nilai 60 – 79 (Baik)

C. Skor 2 : Nilai 40 – 59 (Sedang)

D. Skor 1 : Nilai 0 – 49 (Kurang)

107
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SIKLUS II

Satuan Pendidikan : MI Ma‟arif Dukuh


Kelas / Semester : 3/ 2
Tema 5 : Cuaca
Sub Tema 2 : Perubahan Cuasa
Pembelajaran Ke : 6
Alokasi Waktu : 2 × 35 /1 hari

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
guru
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
[mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
sekolah sekolah.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR PENCAPAIAN


Muatan Matematika

Kompetensi Dasar (KD) Indikator

3.4 Mengeneralisasi ide 3.4.1 Menuliskan lambang bilangan


pecahan sebagai bagian dari pecahan dengan membedakan besar
keseluruhan menggunakan dan kecil bilangan pecahan.
benda-benda konkret

4.4 Menyajikan pecahan 4.4.1 Menyajikan nilai pecahan


seagai bagian dari dengan menggunakan berbagai
keseluruhan menggunakan

108
benda-benda konkret. bentuk menggunakan lego.

4.4.2 Membandingkan dua pecahan


melalui lego.

4.4.3 Menjelaskan dan memahamkan


cara menyelesaikan soal-soal yan
berkaitan dengan perandingan dua
bilangan pecahan.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah melihat dan mendengarkan penjelasan dari guru siswa dapat
menuliskan lamang bilangan pecahan
2.Setelah melihat dan mendengarkan penjelasan dari guru siswa dapat
memedakan besar kecil bilangan pecahan.
3. Setelah melihat media yang dibawa guru siswa dapat membandingkan
dua pecahan dengan lego.
4. Dengan melihat dan mendengar penjelasan dari guru siswa dapat
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan pecahan dan perbandingan
pecahan.

D. MATERI PEMBELAJARAN
a) Mengenal dan Membandingkan Dua Pecahan
Pecahan adalah bilangan yangg menggambarkan bagian dari keseluruhan
pecahan. Daerah yang berwarna adalah, oleh karena itu daerah yang di
aksir menunjukkan.
Membaca lambang bilangan pecahan
1 bagian dari 4 bagian yang dditulis dibaca seperempat atau 1
perempat.
3 bagian dari 4 bagian yang ditulis dibaca tiga per empat
b) Membandingkan pecahan menggunakan lego
Membandingkan pecahan berarti melihat untuk mengetahui persamaan
atau selisihnya.Dengan demikian dapat diketahui mana pecahan yang
lebih besar atau lebih kecil.
Misalnya pecahan dan pecahan

109
Dari gambar dapat dilihat bahwa bagian lebih besar bagian.

Sebaliknya, bisa dikatakan bagian lebih kecil bagian. Pecahan ini

dapat dituliskan sebagai berikut.

atau <

Notasi “>” dibaca “lebih besar dari”, sedangkan notasi “<” dibaca “lebih

kecil dari”.

E. PENDEKATAN & METODE PEMBELAJARAN


Pendekatan : Pendekatan Matematika Realisitk

Metode : Pengamatan , Penugasan , dan Diskusi.

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


 Diri anak, Lingkungan keluarga, dan Lingkungan sekolah.
 Buku Pedoman Guru Tema 5 : Cuaca Kelas 3 (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2018).
 Buku Siswa Tema 5 : Cuaca Kelas 3 (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2018).
 Media lego

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam (religius). 5 menit
2. Mengajak semua siswa berdo‟a, dan
dipimpin oleh ketua kelas.
3. Melakukan komunikasi tentang
kehadiran siswa, (guru melakukan
presensi).
4. Guru menyiapkan fisik dan psikhis
anak dalam mengawali kegiatan
pembelajaran dengan memberikan
110
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
pertanyaan “siapa yang tau hari ini
kita akan belajar tentang apa” dan
memberikan ice breaking supaya
lebih bersemangat.
5. Guru menginformasikan kompetensi
dasar yang akan dicapai.
(Nasionalis).
6. Guru menggali kemampuan siswa
berkenaan dengan materi yang akan
dipelajari dan mengaitkan materi
sebelumnya yang sudah dipelajari
mengenai pecahan biasa.
7. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran.

Inti 1. Guru memberikan kesempatan 60 menit


kepada siswa untuk mengidentifikasi
kembali seputar pecahan sederhana.
2. Guru meminta siswa membaca
materi tentang pecahan sederhana.
3. Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa siapa di antara kalian
yang bisa menyebutkan contoh
pecahan biasa, dan ternyata banyak
siswa yang antusias menjawab
pertanyaan guru.
4. Siswa membentuk kelompok yang
beranggota 4 orang.
5. Guru menjelaskan tentang materi
membandingkan pecahan dengan
mengaitkan masalah nyata
(pendekatan matematika realistik).
6. Siswa diberikan masalah nyata oleh
guru tentang perbandingan dua
pecahan berpembilangan sama dan
tidak sama.
7. Guru menekan kembali cara
mengenal pecahan dan
membandingkan pecahan dengan
menggunakan media lego.
8. Siswa memperhatikan penjelasan
guru menyelesaikan masalah nyata
(pendekatan matematika realistik)
111
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
tentang pengenalan pecahan dengan
bantuan media lego.
9. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mencoba
membandingkan pecahan dengan
menggunakan media lego.
10. Guru memberikan soal pecahan
sederhana dan membandingkan
pecahan sebagai bahan evaluasi.

Penutup 1. Siswa bersama dengan guru 5 menit


menyimpulkan pembelajaran.
2. Guru memberikan umpan balik
terhadap kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa selama pembelajaran.
3. Guru menginformasikan rencana
kegiatan pembelajaran berikutnya.
4. Mengajak semua siswa berdo‟a
menurut agama dan keyakinan
masing-masing untuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran (Religius).

112
Nama :

No Absen :

Kelas :

LEMBAR EVALUASI SIKLUS II

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Nisa membeli sebuah semangka dan memotonggnya menjadi 8 bagian.


Maka setiap bagiannya bernilai pecahan....

2. Semakin kecil bilangan penyebut pada pecahan maka nilai pecahan tersebut
akan semakin....

3. ; ... Lanjutkan pecahan di disamping adalah ... dan ...

4. ... Tanda pertidaksamaanya untuk mengisi titik titik adalah.....

5. Bu Lisa membuat empat jenis kue terdiri dari kue rasa cokelat, kue rasa
nanas, kue rasa vanila dan kue rasa melon. Kue rasa cokelat di potong 10
bagian, kue rasa nanas dipotong 8 bagian, kue rasa vanila dipotong 6 bagian
dan kue rasa melon dipotong 12 bagian. Maka potongan kue yang paling
kecil adalah...

6. Diana dapat menyelesaikan soal latihan dalam waktu jam. Sedangkan Dino
memerlukan waktu jam. Siapakah yang lebih cepat mengerjakan soal
latihan?

7. Urutkan bilangan dari yang terbesar.......

8. Salma membeli apel untuk dibagikan kepada temannya. Almer mendapat


bagian. Rama mendapat bagian. Apel siapa yang paling besar?

9. Berat besi A kg, berat besi B kg. Besi manakah yang lebih berat?

10. Bagi dan arsirlah daerah A sehingga menunjukkan pecahan daerah !

113
Jawaban Siklus II :

1.

2. Besar

3. ;

4. >

5. Kue rasa melon

6. Diana

7. ,

8.

9. Besi A kg

10.

114
LEMBAR PENGAMATAN GURU
SIKLUS II

Nama Sekolah : MI Ma‟arif Dukuh


Nama Guru : Wildan Bahriyan, S.Pd
Mata Pelajaran : Tematik (Matematiks)
Tema 5 : Cuaca
Kelas/ Semester : III/II
Hari,Tanggal : Selasa, 28 Januari 2020
Jumlah Siswa : 21 siswa
Petunjuk : Berilah tanda ( ) dibawah ini pada kolom keterangan yang sesuai,
pilih “Ya” apabila butir-butir pengamatan muncul dan pilih “Tidak” apabila
butir-butir pengamatan tersebut tidak muncul dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan media
permainan lego.

Keterangan
No Aspek yang Diamati Deskripsi
Ya Tidak
Guru telah menyiapkan media
Menyiapkan alat dan
1 lego sesuai dengan kebutuhan
media pembelajaran
dalam proses pembelajaran.
Guru sudah menyiapakan
Memeriksa kesiapan
2 kesiapan siswa dengan
siswa
menyapa dan memberi salam.
Menyampaikan tujuan Guru sudah menyampaikan
dan kompetensi yang tujuan dan kompetensi yang
3
akan dicapai dan akan dicapai pembelajaran
rencana kegiatan
Guru telah melakukan
4 Melakukan apersepsi apersepsi dengan ice breaking
mengaktifkan semangat siswa
Guru sudah menjelaskan
Memulai pelajaran
materi dengan mengaitakan
5 dengan memberikan
masalah nyata (pendekatan
masalah nyata
matematika realistik).

115
Guru dalam menyampaikan
Memberikan penjelasan
6 materi pecahan sudah sangat
tentang materi pecahan
baik dari sebelumnya.
Guru dalam menyampaikan
materi pecahan sudah
7 Menggunakan media menggunakan media lego
pembelajaran secara baik sehingga proses
pembelajaran sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
Memberi kesempatan Guru sudah memberikan
pada siswa untuk kesempatan pada siswa untuk
menemukan konsep menemukan konsep
8
matematis dari matematika dari peragaan
peragaan tentang media lego tentang pecahan.
pecahan
Guru sudah meningkatkan
keaktifan siswa dengan
Meningkatkan
memberikan pertanyaan
9 keaktifan siswa dalam
kepada siswa sehingga
proses pembelajaran
antusias siswa dalam
pembelajaran meningkat.
Guru melibatkan dan
Melibatkan siswa dalam memberikan kesempatan
10
pemanfaatan media untuk siswa ikut serta dalam
memanfaatkan media lego.
Membimbing siswa Guru membimbing siswa
11 dalam menyimpulkan dalam menyimpulkan materi
materi pecahan yang telah dipelajari.
Mengaitkan materi Guru sudah mengaitkan
12 pembelajaran dengan materi pecahan dengan
kehidupan nyata masalah kehidupan nyata.
Menyimpulkan hasil Siswa bersama dengan guru
13 pembelajaran yag telah menyimpulkan pembelajaran.
dilaksanakan
Guru sudah mencoba
Memberi kesempatan
memancing siswa untuk
14 kepada siswa untuk
bertanya mengenai pecahan
bertanya
dengan memberikan reward.
Guru memberikan soal
Memberikan soal
15 sebagai bahan evaluasi.
evaluasi

116
LEMBAR PENGAMATAN SISWA

SIKLUS II

Aspek yang diamati

No Nama Keaktifan

A B C D

1 Aditya Syah Reza

2 A. Albas Ghofarul Ikhsan

3 Hilda Mustofa

4 Isnaini Syafa Aulia

5 Kanaya Gendis Pertiwi

6 Irfana Wildayyas Shulha

7 Ahmad Majid Attamimi

8 Rayhan Kurniawan

9 Alfareza Nadhif Arditama

10 Kharis Ihdiyan Tazyi Bilsafa

11 Rizky Eka Nanda

12 Muhammad Imam Syafii

13 Amelia Sanda Kharisma

14 Laila Faiqotul Himmah

15 Rizkyta Dwi Kurnia

16 Yusuf Kanzu Arsy As Sajjad

117
17 Khoirul Liya

18 Ahmad Faruq Ubaidillah

19 Muhammad Avril Ariyanto

20 Muhammad Zidan Den Aror

21 Raditya Dwi Sanjaya

Jumlah 68 12

Total 80

Kategori Sangat Baik

Keterangan:
A. Skor 4 : Nilai 80 – 100 (Sangat Baik)

B. Skor 3 : Nilai 60 – 79 (Baik)

C. Skor 2 : Nilai 40 – 59 (Sedang)

D. Skor 1 : Nilai 0 – 49 (Kurang)

118
DOKUMENTASI

Gambar 1. Guru mengajarkan materi pecahan menggunakan


pendekatan matematika realistik berbantuan media lego

Gambar 2. Siswa memperhatikan guru ketika pembelajaran


berlangsung materi pecahan menggunakan pendekatan matematika
realistik berbantuan media lego
119
Gambar 3. Peneliti ikut serta dalam proses pembelajaran materi
pecahan menggunakan pendekatan matematika realistik berbantuan
media lego

Gambar 4. Siswa melakukan diskusi kelompok berupa menyusun


media lego tentang mengenal dan membandingkan pecahan

120
Gambar 5. Siswa mengerjakan soal evalusi untuk materi pecahan
sederhana

121
HASIL TES EVALUASI SIKLUS I

122
HASIL TES EVALUASI SIKLUS II

123
SURAT PERMOHONAN PEMBIMBING SKRIPSI

124
LEMBAR KONSULTASI

125
LEMBAR KONSULTASI

126
SURAT PENELITIAN

127
SURAT KETERANGAN PENELITIAN

128
NILAI SKK

129
130

Anda mungkin juga menyukai