HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................viii
DAFTAR PERSAMAAN…………………………………………………………………….ix
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Maksud dan Tujuan................................................................................4
1.3.1 Maksud..................................................................................4
1.3.2 Tujuan................................................................................... 4
1.4 Batasan Masalah.....................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................5
1.5.1 Umum.........................................................................................5
1.6 Sistematika Penulisan............................................................................6
BAB II DASAR TEORI..................................................................................................7
2.1 Umum .....................................................................................................7
2.2 Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)..............................................7
2.3 Pondasi Dalam (Deep Foundation)......................................................8
2.4 Spesifikasi Pembebanan......................................................................10
2.4.1Beban Mati...................................................................................11
2.4.2 Beban Hidup.............................................................................11
2.4.3 Gaya Akibat Gempat Bumi....................................................11
2.4.4 Gaya Akibat Tekanan Tanah..................................................12
2.5 Kriteria Perencanaan............................................................................12
2.5.1 Tanah Dasar Sebagai Pondasi................................................12
2.6 Dasar-Dasar Perencanaan Pondasi Tiang Pancang...........................13
v
2.7 Daya Dukung Tiang.............................................................................14
2.8 Daya Dukung Tiang Tunggal Berdasarkan Data Parameter Tanah 15
2.8.1 Daya Dukung Ujung Tiang (Qp)...........................................15
2.9 Daya Dukung Tiang Tunggal Berdasarkan Data Uji Lapangan.....22
2.10 Daya Dukung Ijin.......................................................………………………..28
2.14 Penurunan..............................................................................................35
vi
BAB I
PENDAHULUAN
pentingnya hal tersebut, maka perlu dilakukan perencanaan yang sangat teliti agar
tidak terjadi kegagalan yang menyebabkan keruntuhan terhadap jembatan. Hal yang
jembatan berupa beban mati, beban bergerak atau beban hidup, gaya rem, tekanan
meneruskan beban yang berasal dari berat bangunan itu sendiri dan bangunan luar
bahwa lapisan tanah keras berada cukup dalam, dan melalui pengecekan terlebih
memmenuhi syarat, maka pondasi tiang merupakan pilihan untuk mengatasi hal
tersebut.
juga daya dukung tanah setempat, Apabila pondasi yang di rencanakan tidak
1
mencapai tanah keras. Maka akan terjadi penurunan yang tidak merata yang
menjadi pondasi dangkal dan pondasi dalam. Dikatakan pondasi dalam apabila
perbandingan antara kedalaman pondasi (D) dengan diameternya (B) adalah lebih
besar atau sama dengan 10 (D/B ≥10). Sedangkan pondasi dangkal apabila D/B ≤ 4.
Pada pondasi dalam dibedakan 2, yaitu pondasi end bearing dan pondasi
floating. Pondasi ujung tiang (end bearing) adalah sistem pondasi yang ujung tiang
pada tanah keras. Sedangkan pondasi mengambang (floating) adalah sistem pondasi
yang tidak menyentuh tanah keras sehingga beban aksial yang diterima disalurkan
pada tanah sekitar tiang pancang akibat gesekan (friction) antara tiang pancang dan
dan aksial harus diperhitungkan dengan baik agar dapat menghasilkan suatu struktur
pondasi yang kuat dan efisien. Untuk perencanaan beban aksial saja dapat
tanah yang berlapis – lapis akan mengakibatkan respon tanah yang tidak linear.
jumlah dan jarak tertentu, perencanaan konfigurasi tiang pancang bertujuan untuk
2
mengurangi penurunan bangunan atas. Menentukan jumlah tiang pancang dapat
tiang pancang tidak ada persamaan pasti, hanya menggunakan range (batasan jarak)
menggunakan range (batasan jarak) yaitu antara 1.5D s/d 3.5D, maka dikwatirkan
apabila menggunakan range kecil (1.5D s/d 2.5D) sisi efisiensinya kontruksi tersebut
oleh gambar rencana, bahwa jarak tiang pancang pembangunan jembatan perniagaan
Samarinda adalah 2.3D untuk arah y-y dan 2.7D untuk arah x-x.
dukung tiang pancang akibat dari jarak tiang pancang di atas. Namun parameter
1. Berapa besar perbedaan daya dukung pondasi tiang pancang rencana terhadap
3
2. Berapa deviasi daya dukung tiang pancang rencana berdasarkan perhitungan
berdasarkan kalendering?
di atas?
1.3.1 Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan daya dukung tiang
1.3.2 Tujuan
4
3. Mendapatkan grafik perbandingan daya dukung tiang pancang rencana terhadap
kalendering.
Samarinda.
kalendering.
1.5.1 Umum
Untuk mengetahui daya dukung tiang pancang pada abutmen jembatan. dan
dunia kerja.
5
1.6 Sistematika Penulisan
sistematika penulisan, agar para pembaca mendapatkan gambaran dan maksud yang
lebih jelas mengenai isi tugas akhir ini. Adapun sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan
masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan kegunaan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II DASAR TEORI, pada bab ini menguraikan teori-teori yang menunjang
penulisan atau penelitian yang bisa diperkuat dengan menunjukan hasil penilitian
sebelumnya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, pada bab ini menjelaskan tentang sumber
data yang digunakan, teori literatur yang mendukung pokok bahasan. Serta metode
6
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Umum
Dalam setiap bangunan, diperlukan pondasi sebagai dasar bangunan yang kuat
dan kokoh. Hal ini disebabkan pondasi sebagai dasar bangunan harus mampu
memikul seluruh beban bangunan dan beban lainnya yang turut diperhitungkan, serta
- Fungsi bangunan.
- Besarnya beban.
7
Gambar 2.1 Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)
Pondasi dangkal apabila perbandingan kedalaman ( L) dengan lebar pondasi ( B)
lebih kecil atau sama dengan 1, diaplikasikan tanah keras pada kedalaman 1 - 2 m.
(kombinasi pondasi telapal dan pondasi menerus) dan (d ) Rat Foundation (pondasi
rakit).
8
b. Pondasi Tiang
Adalah jenis pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang
dari segala arah dan momen, pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan dengan
keras kisaran ¿ 10 – 50 m.
Tiang (Pile) adalah bagian dari suatu bagian konstruksi pondasi tiang.
1 Apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung
yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya letaknya sangat
dalam.
dangkal yang bisa jadi disebabkan oleh erosi pada permukaan tanah
a. Tiang Baja, Tiang baja umumnya digunakan baik sebagai tiang pipa maupun
9
dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang baja apabila diperlukan
b. Tiang Beton, Tiang beton dapat dibagi ke dalam 2 (dua) kategori yaitu:
yang diakibatkan oleh beban lateral. Tiang dicetak dengan panjang yang
10
BRIDGE MANAGEMENT SYSTEM (BMS) 1992, merupakan Peraturan
Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atas
bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan tetap yang dianggap
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan
yang bergerak/lalu-lintas dan atau berat orang-orang yang berjalan kaki yang
K h= K r f p b ……………………………………………(2.1)
Dimana:
f = faktor struktur
p = faktor bahan
11
Gaya horizontal ekuivalen akibat gempa dihitung dengan rumus:
Gh=K h M ………………………………………….(2.2)
Dimana:
berat struktur
tanah sesuai dengana rumus-rumus yang ada, bila lalu lintas jalan raya dapat
mendekati ujung atas bangunan penahan tanah sampai suatu jarak horizontal sebesar
Kriteria perencanaan pada bab ini adalah untuk menentukan dimensi, jumlah
12
untuk mendapatkan desain pondasi yang optimal sesuai dengan beban dan sifat-sifat
menggunakan alat sondir (Cone Penetrometer Test), dengan metoda ini didapat hasil
penyelidikan berupa grafik yang terdiri dari dua parameter yang diukur yang nilai
dengan metoda ini dapat menentukan profil tanah sebagai pelengkap bagi informasi
Pada tiang, umumnya gaya longitudinal dan gaya orthogonal terhadap batang
serta momen lentur luar yang bekerja pada ujung tiang,. Gaya luar yang bekerja pada
kepala tiang seperti yang terlihat pada Gambar 2.3 (a) dan Gambar 2.3 (b) berikut:
Gambar 2.3(a) Beban yang bekerja Gambar 2.3(b) Gaya yang bekerja
pada kepala tiang pada tubuh tiang
13
2.8.1.7 Daya Dukung Tiang
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua)
macam, yaitu:
Tiang dukung ujung adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh
tahanan ujung tiang, tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau
lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak
Tiang gesek adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh
Pada dasarnya kapasitas daya dukung tiang dapat dihitung dengan persamaan
Dimana:
14
Qs = Tahanan selimut tiang (skin friction)
Wp = Berat tiang
Biasanya harga ℘ (weight of the pile) ini diabaikan karena sangat kecil
pengaruhnya terhadap daya dukung ultimit tiang. Namun dalam beberapa kondisi
seperti tiang pancang pada konstruksi lepas pantai, harga ℘ diperhitungkan karena
Q u=Q p +Q s……………………………………………..(2.4)
Dimana:
1. Tanah Pasir
Daya dukung titik tiang pada pasir umumnya meningkat dengan nisbah antara
kedalaman penanaman tiang dan lebar tiang ( Lb/ D) dan mencapai nilai
maksimum pada nisbah Lb/ D = ( Lb/ D)cr. Perlu diingat bahwa untuk tanah
homogeny Lb akan sama dengan panjang tiang L (Gambar 2.3 a dan 2.3 b).
Namun pada gambar 2.4, dimana tiang telah masuk ke dalam lapisan pendukung
15
tiang, Lb< L. Di luar nisbah kritis ( Lb/ D)c , nilai qp tetap konstan yaitu
(qp=q 1) .
Fakta ini diperlihatkan pada Gambar 2.4 untuk kasus tanah homogen, yaitu
L=Lb, variasi ( Lb/ D) cr dengan sudut gesek tanah diberikan pada Gambar 2.4
16
Gambar 2.6 Variasi tahanan titik satuan pada pasir homogen
(Sumber: Simatupang, Pintor Tua, Modul Kuliah Rekayasa Pondasi II)
Q p= A p q p= A p q N ¿q…………………………………..(2.5)
Dimana:
qp = N . L /D ≤ 400
sehingga:
Q p = A p 50 N ¿q tan ………………………………...………(2.8)
2. Tanah Lempung
17
Q p=¿ A ………………....(2.9)
q p= A p (C u N ¿c +q 1 N ¿q )¿
p
berlaku:
Q p=N ¿c C u A p =9 Cu …………..........………………(2.10)
Dimana:
A. Metode Meyerhoff
1. Tanah Pasir
Tahanan gesek atau tahanan kulit tiang dapat ditulis sebagai berikut:
Q s =¿❑ ❑ f ¿…………………………...………(2.11)
p l
Dimana:
18
Tahanan gesek satuan untuk kedalaman tertentu tiang dapat
f =K ’ v tan………………………………………….(2.12)
Dimana:
bawah ini:
II)
baik.
19
B. Metode
1. Tanah lempung
Metode ini diajukan oleh Vijayvergia dan Focht (1972). Metode ini
fav=(’ v+ 2. Cu)…..…………………………...(2.13)
Dimana:
20
Gambar 2.5 Variasi dengan panjang tiang
(Sumber: M.C. Clelland, 1974)
Qs =p L fav …………………………………………….(2.14)
A1 A 2 A 3
’V = …………………………………………(2.15)
L
Dimana:
C. Metode
1. Tanah Lempung
F=C u………………………………………………(2.16)
Dimana:
21
Untuk nilai ditunjukkan pada Gambar 2.7. Lempung terkonsolidasi
Q s =¿❑ p ❑
f ……………………………..(2.17)
¿
l=¿❑C u p ❑l ¿
22
menggunakan data uji lapangan yang lebih bersifat kontinu, yaitu data
sondir.
yang diukur dengan uji sondir yaitu perlawanan ujung dan gesekan
selimut. Perbedaan utama antara alat uji sondir dan pondasi tiang terletak
ujung pondasi tiang menurut cara Begemann. Yaitu diambil dari nilai
di bawah ujung tiang, D adalah diameter tiang. Daya dukung ujung tiang
qc 1+ qc 2 . Ap
Qp= …………...………………………………..(2.18)
2
Dimana:
23
qc 1 = Nilai qc rata-rata 0.7 D−4 D di bawah ujung tiang (jalur
Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Data sondir untuk menghitung daya dukung Tiang (Sumber:
Simatupang, Pintor Tua. Modul Kuliah Rekayasa Pondasi II)
24
Bila zona lembek di bawah tiang masih terjadi pada kedalaman
Pada umumnya nilai perlawanan ujumg diambil tidak lebih dasri 150
kg/cm2 untuk pasir dan tidak melebihi 100 kg/cm2 untuk tanah pasir
ujung harus dikalikan dengan angka 0,6 karena nilai q c dapat bertambah
akibat gesekan pada selimut dan jika desain didasarkan pada batas leleh,
demikian semua mempunyai berat yang sama yaitu 63,5 kg. Masalah
berbeda-beda.
diberikan.
25
ƞ=Es/ En…………………………………………….(2.19)
Dimana:
50% - 55% (Robertson & Campanella, 1983), = 60% (Seet et al., 1983),
Dapat ditulis secara lebih rinci perbedaan yang menyebabkan nilai SPT
adalah:
b. Konfigurasi hammer
26
h. Lubang yang tidak sempurna pembersihannya dapat mengakibatkan
kenaikan NSPT.
Tahanan kulit (skin friction) dihasilkan dari nilai slip relativ yang kecil
dihitung sebagai suatu nilai rata-rata pada satu atau dua pertambahan
kedalaman. Korelasi yang lebih baik bisa didapatkan jika penjumlahan dibuat
utuk setiap laisan yang ditembus serta dengan menggunakan perkiraan yang
27
8D L
Qs=Ks . c [∑( z=0
Z
8D ) ]
. fs . As+ ∑ fs. As ………...(2.21)
z=8 D
Dimana:
K = Faktor koreksi fs, Ks untuk tanah pasir dan Kc untuk tanah lempung
D = Diameter tiang
Daya dukung batas tiang dapat dihitung sebagai jumlah dari daya dukung
ujung dan daya dukung tahanan kulit. Dengan diperolehnya daya dukung batas, maka
daya dukung tiang ijin dapat diperoleh dengan menggunakan suatu faktor keamanan
sedemikian hingga beban ijin total untuk masing-masing tiang dapat dihitung dengan:
Qu
Q all = ………………………………………………….(2.23)
FS
Dimana:
FS = Faktor keamanan
28
(Faktor keamanan umumnya dalam rentang 2,5 – 4)
1. Untuk suatu nilai sudut gesek tanah () tertentu, pemancangan tiang pada pasir
dibandingkan dengan tiang bor. Hal ini disebabkan oleh definisi tanah selama
pemancangan.
2. Pada tanah pasir, tiang yang di cor di tempat dengan piedestral bisa
dengan tiang yang dicor di tempat tanpa pedestral. Energi berdampak tinggi dari
pabrikasi, seperti tiang H dan tiang pipa terbuka, pengaruh plug tanah harus
dipertimbangkan. Juga perlu dicatat bahwa tiang H, oleh karena d 2>d 1 maka
D=d 1.
4. Hubungan beban titik batas untuk beban titik batas kotor, yaitu termasuk berat
beban struktural ke tanah. Kepala tiang umumnya dibuat menyentuh permukaan tanah
29
atau bisa juga terletak di atas permukaan tanah sebagaimana kasus konstruksi lepas
pantai.
rupa hingga daya dukung kelompok tidak kurang dari jumlah daya dukung masing-
masing tiang tunggal. Dalam praktek jarak dari pusat tiang yang satu ke pusat tiang
lainnya (d) minimum 2,5D, namun dalam situasi biasanya jarak ini sekitar 3 – 3,5D.
Qg(u)
¿ …………………………………………………(2.24)
Qg(u)
30
Dimana:
= efisiensi kelompok
kelompok
1. Tiang tunggal tidak mempunyai kapasitas yang cukup untuk menahan beban
kolom.
2. Pemancangan tiang atau instalasi tiang dapat meleset (sampai dengana 15 cm) dari
3. Kegagalan dari sebuah tiang dapat diminimalisir akibatnya oleh adanya tiang
yanag lain.
tahanan geseknya.
31
Gambar 2.9 Jarak Antar Tiang
(Sumber: Simatupang, Pintor Tua, Modul Kukiah Rekayasa Pondasi II)
S= ( 2,5−3,4 ) D………………………………………(2.25)
Dimana:
Bila S<2,5 D
1. Tanah disekitar kelompok tiang kemungkinan akan naik terlalu berlebihan karena
terangkat.
32
Gambar 2.10 Jarak tiang terlalu dekat
Bila S<2,5 D tidak ekonomis karena akan memperbesar ukuran atas dimensi
33
M =M 1 + M 2……………………..………………...(2.26)
M 1=PA d 1+ PBd 2+ Pc d 3 + PD d 4+ PE d 5 + PF d 6 + PG d 7
Dimana:
M = jumlah momen
P = Beban
Penentuan dari daya dukung vertikal sebuah tiang dalam kelompok perlu
dihitung faktor efisiensi dari tiang tersebut di dalam kelompok tiang, karena daya
dukung faktor vertikal sebuah tiang yang berdiri sendiri adalah tidak sama besarnya
dengan tiang yang berada dalam usaha kelompok. Daya dukung sebuah tiang dalam
kelompok adalah sama dengan daya dukung tiang tersebut bila berdiri sendiri
Q ag=E Q sp………………………………………………2.27)
Dimana:
34
Q ag= Daya dukung yang diijinkan untuk sebuah tiang dalam
kelompok
E = Faktor efisiensi
Beban lateral dan momen dapat bekerja pada pondasi tiang akibat gaya
gempa, gaya angin pada struktur atas, beban statik seperti misalnya tekanan aktif
pada abutment jembatan atau pada soldier pile. Untuk analisis, kondisi kepala tiang
dibedakan sebagai kondisi kepala tiang terjepit (fixed head) dan kepala tiang bebas
(free head).
Beban lateral yang diijinkan pada pondasi tiang diperoleh berdasarkan salah satu dari
dua kriteria:
1. Beban lateral ijin ditentukan dengan membagi beban ultimit dengan suatu
faktor keamanan.
.14 Penurunan
Dalam kelompok tiang (pile group) ujung tiang dihubungkan satu dengan
lainnya dengan poer (footing) yang kaku, sehingga merupakan satu kelompok yang
kokoh. Dengan poer ini diharapkan bila kelompok tiang dibebani secara merata akan
35
Menurut L.D. Wesley (“mekanika tanah”), penurunan kelompok tiang adalah
selalu lebih besar daripada penurunan tiang pancang tunggal terhadap beban yang
1. Dengan beban yang sama, penurunan kelompok tiang akan lebih besar bila
2. Dengan memperbesar jarak antar tiang dalam kelompok tiang pancang maka
penurunan kelompok tiang akan berkurang. Dengan jarak antar tiang sama
Penurunan tiang di bawah beban kerja vertikal (Qw ) disebabkan oleh tiga
S=S 1+ S 2+ S 3……………………………………………………(2.28)
Dimana:
36
Berikut ini adalah prosedur untuk menentukan ketiga faktor penurunan tiang
di atas.
1. Menentukan S1
Jika diasumsikan bahwa bahan tiang adalah elastic, maka deformasi batang tiang
( Qwp+Qws ) . L
S1= …………………………………………...(2.29)
Ap . Ep
Dimana:
kerja
kerja
L = Panjang tiang
Besarnya bergantung pada sifat distribusi tahanan kulit sepanjang batang tiang.
Jika distribusi f adalah seragam atau parabola, seperti diperlihatkan pada gambar
empat persegi dan setengah lingkaran, nilai adalah 0,5. Namun untuk distribusi
37
Gambar 2.12 Jenis Distribusi Tahanan Kulit Sepanjang Tiang
(Sumber: Das, Braja M. Principles of Foundation Engineering)
2. Menentukan S2
Penurunan tiang yang ditimbulkan oleh beban pada ujung tiang dapat dinyatakan
dalam bentuk yang sama seperti yang diberikan dalam pondasi dangkal:
(1−s 2)Iwp
S2=q℘ . D …………………………………...(2.30)
Es
Dimana:
digunakan pada penurunan elastis pondasi dangkal. Dalam keadaan tidak adanya
38
hasil eksperimen, nilai modulus Young dan nisbah poison dapat diperoleh dari
Vesic (1977) juga mengajukan suatu metode semi empiris untuk menentukan
besarnya penurunan S2. Metode ini dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
Q℘ .Cp
S2= ………………………….…………….......………(2.32)
D. q p
Dimana:
39
qp = Tahanan ujung batas tiang
Cp = Koefisien empiris
Nilai Cp untuk berbagai jenis tanah diberikan pada Tabel 2.3 berikut:
3. Menentukan S3
Penurunan tiang yang ditimbulkan oleh pembebanan pada kulit tiang dapat
S3=(Qws / p l )¿)……......…………………(2.33)
Dimana:
p = Keliling tiang
I ws = Faktor pengaruh
40
Perlu dicatat bahwa suku Q ws / p l pada persamaan di atas adalah nilai rata-rata f
di sepanjang batang tiang. Faktor pengaruh Iws dapat dinyatakan dengan sebuah
Qws C s
S3= q p…………………………………………...(2.35)
l
Dimana:
[
C s = Sebuah konstanta empiris = 0,93+0,16 ( DL )] C p
Faktor keamanan (FK) merupakan nilai banding antara beban layan dengan
kekuatan bahan. Namun kedua besaran banding ini tidak diketahui secara pasti,
yang sesuai. Dalam perencanaan pondasi, nilai faktor keamanan didapat dengan
41
membagi gaya yang dapat ditahan oleh tiang daya dukung ultimit, sehingga diperoleh
Besarnya beban yang bekerja harus lebih kecil dari daya dukung ijin tersebut
didasarkan pada asumsi bahwa beban yang akan bekerja pada struktur yang akan
direncanakan melebihi dari sebenarnya, atau biasa disebut dengan beban berfaktor.
memiliki kekuatan yang lebih kecil dari yang sebenarnya, atau biasa disebut dengan
3. Untuk memastikan bahwa tegangan yang bekerja pada bahan pembuat pondasi
4. Untuk memastikan penurunan total dari tiang tunggal maupun kelompok berada
42
Untuk menentukan faktor keamanan dapat digunakan klasifikasi struktur
3. Bangunan sementara, umur rencana kurang dari 25 tahun bahkan mungkin hanya
Semakin besar umur rencana suatu bangunan, maka akan digunakan factor
keamanan yang lebih besar, dan sebaliknya. Karena faktor keamanan erat kaitannya
2. Pengendalian normal, situasi sama dengana kondisi di atas hanya saja keadaan
3. Pengendalian kurang, tidak ada uji pembebanan, kondisi tanah sulit dan
4. Pengendalian buruk, kondisi tanah amat buruk dan sukar ditentukan penyelidikan
43
Probabilitas kegagalan yang
10-5 10-4 10-3
dapat diterima
FK (Pengendalian baik) 2.3 2 1.4
Fk (Pengendalian normal
3 2.5 2.0
kurang)
FK (Pengendalian kurang) 3.5 2.8 2.3
FK (Pengendalian buruk) 4 3.4 2.8
(Sumber: Simatupang, Pintor Tua, Modul Kuliah Rekayasa Pondasi II)
Untuk perencanaan daya dukung tiang pancang dari hasil calendering ada tiga
metode yang digunakan, yaitu metode Danish Formula, metode Hilley Formula dan
pancang tunggal telah mencapai daya dukung yang cukup pada kedalaman tertentu,
walaupun pada prakteknya kedalaman dan daya dukung tiang telah ditentukan
adalah:
E
P u=
EL ………………………………………………….....….
(
S+
2 A Ep )
0,5
(2.36)
Dimana:
44
η = Effisiensi alat pancang.
45
(Sumber: Buku Katalog KOBE Diesel Hammer)
46
Pemukul Aksi Dobel (Double Acting Hammer) 0.85
Pemukul Diesel (Diesel Hammer) 0.85 – 1.0
(Sumber: Bowles, 1991)
Material N
Broomed wood 0
Tiang kayu padat pada tiang 0.25
Bantalan kayu padat pada tiang 0.32
Bantalan kayu padat pada alas tiang 0.40
Landasan baja pada baja pada tiang baja atau beton 0.50
Pemukul besi cor pada tiang beton tanpa penutup (cap) 0.40
(Sumber: Bowles, 1991)
Metode modified New ENR juga banyak digunakan untuk menentukan apakah
suatu tiang pancang tunggal telah mencapai daya dukung yang cukup pada
kedalaman tertentu, walaupun pada prakteknya kedalaman dan daya dukung tiang
adalah :
Dimana:
47
E = Effisiensi hammer
Wp = Berat tiang
WR = Berat hammer
H = tinggi jatuh
WR x h = Energi palu
SF yang direkomendasikan = 3
2. Kemudian alat tulis diletakkan diatas sokongan kayu dengan tujuan agar alat
tulis tidak bergerak pada saat penggambaran grafik penurunan tiang kekertas
3. Pengambilan data ini diambil pada saat kira-kira penurunan tiang pancang mulai
stabil
Metode Gates juga sering dipergunakan dalam perhitungan daya dukung tiang
karena formula ini sederhana dan dapat dipergunakan dilapangan dengan cepat.
48
Pu= √a eh Eb ¿ ¿…………………………………………….....…….(2.38)
Pu
Puijin = ………………………………...……………………………,,..(2.39)
SF
Dimana:
a = Konstanta.
b = Konstanta.
kalendering dilapangan.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
LOKASI
LOKASI PENELITIAN
PENELITIAN
50
Gambar 3.1 lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data berupa data primer dan data
sekunder.
Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data dari buku-buku referensi yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas akhir.
51
52
3.3 Bagan Alur Penulisan
Mulai
Permasalahan
Data-Data Pendukung:
Lokasi Jembatan
Penampang Sungai
Bentang Jembatan
Pengujian Tanah Data Lapangan:
Kalendering Tiap Tiang Pancang
Pembebanan
PerhitunganPerhitungan
Beban MatiStabilitas
& Beban Geser,
Hidup Guling
Perhitungan Tiang&Pancang
Daya Dukung Tanahukuran & Kedalaman Tanah)
(Pemilihan
Pem
bah Tidak
Kesimpulan
53
3.4 Waktu Penelitian
a) Dalam penelitian ini penulis menganalisa secara manual data-data yang telah
didapat dengan menggunakan formula yang ada.
b) Selanjutnya penulis mengadakan analisa terhadap hasil perhitungan yang
dilakukan dan membuat kesimpulan.
54