Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN

ACARA II
SIFAT FISIK, KIMIA DAN KECEPATAN RESPIRASI
BEBERAPA KOMODITI HASIL PERTANIAN

OLEH
TITIN INDRAWATI
J1B 013 116
KELOMPOK IX

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2015
HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 14 Desember 2015


Mengetahui,
Co. Ass Praktikum Fisiologi dan Praktikan,
Teknologi Pasca Panen

IDA KURNIAWATI TITIN INDRAWATI


NIM.J1A 012 049 NIM.J1B 013 116
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan-bahan hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang
tidak seragam, maka dari itu diperlukan ilmu untuk mengukur dan
menganalisa bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian untuk
mengklasifikasinya kedalam keseragaman bentuk. Dalam dunia industri
penanganan hasil pertanian merupakan salah satu komponen penting dalam
proses pasca panen penanganan ini dapat dilakukan, sehingga diperlukan
pengetahuan tentang karakteristik bahan tersebut, selain itu dalam
penanganan hasil pertanian dibutuhkan juga beberapa alat dan mesin yang
bisa mempermudah proses penanganan. Mesin-mesin yang akan di buat
berdasarkan karakteristik dari bahan itu sendiri khususnya memperhatikan
karakteristik hasil pertanian dari sisi bentuk (Sutopo, 2011).
Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan,
meskipun demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung
bahan-bahan padatan (solid) dan sebaliknya, dalam bahan padatan terdapat
pula bahan cair. Pada bahan pangan uji sifat fisik biasanya dilakukan
terhadap kekerasan, warna, rasa, dan bau bahan tersebut. Sedangkan uji
kimia dapat dilakukan terhadap PH, total asam, dan kadar gula.
Buah-buahan dan sayuran apabila setelah dipanen tidak ditangani
dengan baik, akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik,
kimiawi, parasitik atau mikrobiologis. Diantara sifat fisik tersebut berat dan
volume biasanya dipakai untuk pemutuan buah berdasarkan kuantitas.
Dalam kegiatan pascapanen lainnya seperti pengemasan dan pengangkutan,
sifat fisik sangat diperhatikan. sebab itu perlu dilakukan praktikum ini agar
dapat mempelajari Sifat Fisik, Kimia Dan Kecepatan Respirasi Beberapa
Komoditi Hasil Pertanian.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui Sifat
Fisik, Kimia Dan Kecepatan Respirasi Beberapa Komoditi Hasil Pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan,


meskipun demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung
bahan-bahan padatan (solid) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan
padatan terdapat pula bahan cair. Bahan pangan pada umumnya bersifat
encer. Kedua sifat bahan pangan inilah yang diketahui sebagai sifat alir
bahan pangan. Bahan pangan yang memililki sifat alir yang sangat mudah
mengalir disebut fluiditas. Berbagai tingkat kematangan buah dan sayuran,
sifat fisik dan kimia bahan tersebut berbeda-beda. Uji sifat fisik biasanya
dilakukan terhadap kekerasan, warna, rasa, dan bau bahan tersebut.
Sedangkan uji kimia dapat dilakukan terhadap PH, total asam, dan kadar
gula (Solube Solida) (Soesantos, 2009).
Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat
penting dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
merancang suatu alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa
prilaku produk dan cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian
adalah bentuk, ukuran, luas permukaan, warna, penampakkan, berat,
porositas, densitas dan kadar air. Bentuk dan ukuran sangat penting dalam
perhitungan energi untuk pendinginan dan pengeringan, rancangan
pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan bahan, seperti
elektoistatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam
pengembangan alat grading dan sortasi (Suharto, 2011).
Pemasakan buah, kandungan zat-zat terlarut dan oleh karena itu
berat jenis bertambah. Itulah sebabnya mengapa telah diusulkan
kemungkinan menggunakan berat jenis sebagai metode pengujian
kemasakan secara cepat. Buah-buah yang mengapung di atas air mempunyai
berat jenis lebih kecil, jadi masih belum masak. Buah-buah yang tenggelam
mempunyai berat jenis lebih besar dari 1, total zat terlarut lebih banyak dan
oleh karena itu berarti sudah matang (Pantastico, 2011).
Produk holtikultural seperti buah dan sayur adalah produk yang
masih melakukan aktifitas metabolisme setelah dipanen. Produk buah dan
sayur akan mengalami perubahan dari warna produk, aroma, dan tekstur
produk menjadi matang dan tua, kemudian setelah itu mulai mengalami
kerusakan setelah melewati masa optimal. Aktivitas ini tidak dapat
dihentikan akan tetapi dapat diperlamvat hingga batas waktu tertentu.
Aktivitas metabolisme berhubungan dengan laju respirasi yang berlangsung
pada produk holtikultural. Laju respirasi merupakan proses yang
menggunakan bahan organik yang tersimpan kemudian dirombak menjadi
produk yang lebih sederhana dengan menghasilkan energi (Dwi P. dkk.,
2013).
Berdasarkan aktivitas respirasi, sifat hasil tanaman diklasifikasikan
menjadi yang bersifat klimatrik dan non-klimatrik. Hasil tanaman yang
bersifat klimatrik akan menurun aktivitas respirasinya pada saat menjelang
masak, sedangkan hasil tanaman non-klimaterik yaitu aktivitas respirasi
naik dan selanjutnya menurun setelah kelewat matang. Pengaruh penekanan
respirasi buah-buah klimatrik oleh CO 2 tidak teramati pada buah jeruk.
CO 2 menyebabkan timbulnya rangsang respirasi yang menarik untuk
diketahui pada buah jeruk sitrun. Namun pada umumnya umur buah jeruk
sitrun masih diperpanjang oleh CO 2 , terutama pada kandungan O 2 rendah.
(Khatir, 2009).
Laju respirasi buah dan sayuran merupakan petunjuk aktivitas
metabolisme jaringan dan oleh karena itu berguna sebagai petunjuk lama
penyimpanan buah dan sayuran tersebut. Jika laju respirasi buah atau
sayuran diukur, oksigen yang dikonsumsi dan karbondioksida yang
dilepaskan selama periode perkembangan, pematangan, pemasakan, dan
senesen, maka pola respirasi tertentu akan di peroleh. Laju respirasi per unit
berat tertinggi terjadi pada buah mentah (hijau) atau sayuran yang belum
dewasa dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur (Kanoni, 2009)
Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan,
meskipundemikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung bahan-
bahan padatan( solid ) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padatan
terdapat pula bahan cair.Pada bahan pangan uji sifat fisik biasanya
dilakukan terhadap kekerasan, warna, rasa, dan bau bahan tersebut.
Sedangkan uji kimia dapat dilakukan terhadap PH, total asam, dan kadar
gula. Diantara sifat fisik tersebut berat dan volume biasanyadipakai untuk
pemutuan buah berdasarkan kuantitas. Dalam kegiatan pasca panen lainnya
seperti pengemasan dan pengangkutan, sifat fisik sangat diperhatikan. Berat
jenis dari produk pertanian dapat digunakan untuk mendugakematangan dari
buah. Volume merupakan salah satu sifat fisik yang banyakdigunakan
dalam perhitungan awal menduga sifat fisik yang lain seperti
massa jenis. Volume bahan pangan dapat dihitung dengan menggunakan pe
ngukuran berdasarkan pendekatan aproksimasi (pendekatan geometris) dan
denganmenggunakan metode platform scale (Anarlina, 2009).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 27 November 2015 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan
Agroindustri Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum


a. Alat Praktikum
Adapun alat–alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
timbangan analitik, penetrometer dan thermometer, blender, pisau, kain
saring, beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, pipet volume, pipet tetes, pH,
buret, statif, corong, labu ukur 100ml, labu ukur 250ml dan mortar
b. Bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
pisang, mangga, kantong plastik, batu bata merah, larutan KMnO 4 jenuh,
KOH, CaCl2 dan kertas saring.

3.3. Prosedur Kerja


a. Pengamatan Sifat Fisik dan Kimia
Tomat, jeruk, bayam

Diukur tekstur sebanyak tiga kali

Dihancurkan dengan mortar

Ditimbang bahan (m = 5gr)

Diencerkan dalam labu ukur sampai batas 100 ml

Disaring dan diambil filtratnya

Diukur pH, total asam dan vitamin C


b. Pengukuran Laju Respirasi
Ditimbang masing-masing bahan

Dimasukkan larutan NaCH 0,1 N ke dalam erlenmayer

Dihubungkan alat-alat respirasi dan di jalankan vakum pump selama 30 menit

Diambil total larutan yang dihasilkan alat respirasi

Ditambahkan indicator PP (3 tetes)

Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai titik equivalen

Ditetapkan kadar CO 2 blanko yaitu dengan menitrasi larutan NaOH


0,1 N yang tidak mengandung CO 2

c. Analisa Total Asam

Ditimbang bahan (m = 15 gr)

Ditambahkan aquades sampai tanda batas kedalam labu ukur 250 ml

Disaring bahan

Dipipet (v = 100 ml) dan dimasukkan kedalam erlenmayer 250 ml

Ditambah 3 tetes indicator PP

Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai perubahan warna


menjadi merah muda

Dicatat V NaOH yang digunakan dan dihitung total asam


d. Analisa Kadar Vitamin C
Ditimbang bahan (m = 15 gr)

Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquades


hingga tanda batas

Disaring Filtrat dan dimasukkan ke dalam erlenmayer 25 ml

Dipipet ( v = 25 ml) filtrate dan dimasukkan ke dalam


erlenmayer 250 ml

Ditambahkan 1 ml amilum, bila larutan kurang jernih di


tambahkan 20 ml aquades

Dititrasi dengan larutan iodium 0,01 N sampai biru muda

Dihitung kadar vitamin C


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1. Hasil Pengamatan Sifat Fisik Bahan


Tekstur (kg/cm) Berat awal
Komoditi Warna
1 2 3 (gr)
Tomat muda 0,5 1,0 1,5 Kuning kehijauan 66,79
Tomat matang 1,0 1,0 1,0 Merah 47,66
Jeruk muda 0,5 1,0 1,5 Hijau 78,75
Jeruk matang 1,o 0,5 1,0 Hijau kekuningan 79,37
Mangga muda 1,5 1,0 1,5 Hijau 236,37
Mangga matang 1,5 1,5 1,5 Kuning kehijauan 268,83

Tabel 2.2. Hasil Pengamatan Sifat Kimia


Komoditi pH
Tomat muda 3,60
Tomat matang 3,81
Jeruk muda 4,27
Jeruk matang 4,32
Mangga muda 3,40
Mangga matang 4,35
Bayam 6,23

Tabel 2.3. Hasil Pengamatan Kecepatan Respirasi


Jumlah CO 2
Komoditas ml HCL (Blanko) ml HCL (Sample)
(ml/g/jam)
Tomat muda 24,55 24,2 0,023
Tomat matang 24,55 23,6 0,087
Jeruk muda 24,55 24,15 0,022
Jeruk matang 24,55 24,05 0,027
Mangga muda 24,55 16,85 0,143
Mangga matang 24,55 16,95 0,124

Tabel 2.4. Hasil Pengamatan Total Asam


V Titrasi
Komoditi Normalitas FP W (gr) Total Asam
(ml)
Tomat muda 0,1 4 15 0,5 1,3333
Tomat matang 0,1 4 15 0,2 0,5333
Jeruk muda 0,1 4 15 1,5 4
Jeruk matang 0,1 4 15 0,2 0,5333
Tabel 2.5. Hasil Pengamatan Kadar Vitamin C
V Titrasi
Komoditi Normalitas FP W (gr) Total Vitamin C
(ml)
Tomat muda 0,1 4 15 1,8 42,24
Tomat matang 0,1 4 15 1 23,47
Jeruk muda 0,1 4 15 2 46,93
Jeruk matang 0,1 4 15 3 70,4

4.2. Hasil Perhitungan


1. Perhitungan analisa CO 2 hasil respirasi
44
 Rumus CO 2 = x ( ml HCl blanko- ml HCl sampel) x
berat bahan
NHCl
a. Tomat muda
44
CO2 = x ( 24.55 ml – 24.2 ml) x 0.1
66,79

= 0.023 ml/g/jam
b. Tomat matang
44
CO2 = x (24.55 ml – 23.6 ml) x 0.1
47,66

= 0.087 ml/g/jam
c. Jeruk muda
44
CO2 = x (24.55 ml – 24.15 ml) x 0.1
78,75

= 0.022 ml/g/jam
d. Jeruk matang
44
CO2 = x (24.55 ml – 24.05 ml) x 0.1
79,37

= 0.027 ml/g/jam
e. Mangga muda
44
CO2 = x (24.55 ml – 16,85 ml) x 0.1
236,37
= 0.143 ml/g/jam
f. Mangga matang
44
CO2 = x (24.55 ml – 16,95 ml) x 0.1
268,83

= 0.124 ml/g/jam
2. Perhitungan analisa total asam
Rumus :
V x N x FP
Total asam = x 100
W
a. Tomat muda
0,5 x 0.1 x 4
Total asam = x 100
15
= 1,3333
b. Tomat matang
0,2 x 0.1 x 4
Total asam = x 100
15
= 0,5333
c. Jeruk muda
1,5 x 0.1 x 4
Total asam = x 100
15
=4
d. Jeruk Matang
0,2 x 0.1 x 4
Total asam = x 100
15
= 0,5333
3. Perhitungan analisa kadar vitamin C
Rumus :
T x 0.88 x FP
Kadar Vitamin C = x 100
W
a. Tomat muda
1,8 x 0.88 x 4
Kadar Vitamin C = x 100
15
= 42,24

b. Tomat matang
1 x 0.88 x 4
Kadar Vitamin C = x 100
15
= 23,47
c. Jeruk muda
2 x 0.88 x 4
Kadar Vitamin C = x 100
15
= 46,93
d. Jeruk matang
3 x 0.88 x 4
Kadar Vitamin C = x 100
15
= 70,4
BAB V
PEMBAHASAN

Hasil pertanian buah-buahan dan sayuran mudah atau cepat


mengalami kerusakan yang di tandai dengan terjadinya perubahan fisik
maupun perubahan kimia pada bahan pangan tersebut. Perubahan fisik dan
perubahn kimia dapat di tentukan oleh kematangan buah, curah hujan,
cahaya, pemupukan selama penanaman, suhu dan kelembaban relatif.
Terjadinya proses kerusakan buah menandai atau mulainya suatu proses
kelayuan di mana suatu sel menjadi terganggu yang akan menyebabkan
kerusakan komposisi kimia produk atau bahan pangan seperti kandungan
pati dan vitamin C-nya. Dalam hal ini pengujian sifat fisik, kimia dan laju
respirasi pada komoditi hasil pertanian di lakukan pada pisang, jambu air
dan sawi di mana parameter yang di uji sifat fisiknya yaitu warna, rasa,
tekstur dan bau. Sedangankan dari segi sifat khemisnya memiliki tingkat
kearomaan (pH) dan kadar vitamin C-nya (Agung, 2010)
Selama proses hidrolis terjadi pemecahan klorofil, pati, pektin dan
lain-lain. Dengan demikaian selama proses pematangan buah dan sayur
akan mengalami perubahan fisik dan kimia. Perubahan fisik di antaranya
adalah perubahan warna, tekstur, rasa dan bau. Sedangkan, perubahan kimia
antara lain perubahan kandungan asam (pH), kandungan pati, kandungan
vitamin, kandungan gula dan asam-asam organik (Dinarwi, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan buah Tomat muda yang diperoleh
nilai tekstur adalah 1,5kg, memiliki warna kuning kehijauan, berat awal
66,79gr, dan nilai pH sebesar 3,60 sedangkan tomat matang diperoleh nilai
tekstur adalah 1kg, berwarna merah, berat awal 47,66gr dan pH sebesar
3,81, pada buah jeruk muda diperoleh nilai tekstur adalah 1,5kg, memiliki
warna kehijauan, berat awal 78,75gr dan nilai pH sebesar 4,27 ,sedangkan
jeruk matang diperoleh nilai tekstur adalah 1kg, memiliki warna hijau
kekuning, berat awal 79,37gr dan nilai pH sebesar 4,32, pada buah mangga
muda diperoleh nilai tekstur adalah 1,5kg, memiliki warna kehijauan, berat
awal 236,37gr, dan nilai pH sebesar 3,40 sedangkan mangga matang
diperoleh nilai tekstur adalah 1,5kg, memiliki warna kuning kehijauan,
berat awal 268,35gr dan nialai phnya 4,35. Pada percobaan dilakukan
pengamatan tambahan bahan yaitu bayam yang diperoleh nilai pH sebesar
6,23.
Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat
penting dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
merancang suatu alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa
prilaku produk dan cara penanganannya sehingga nilai gizi dari hasil
pertanian masih dapat diperoleh selama proses penyimpanan tersebet
berlangsung (Suharto, 1991). Dapat dilihat dari hasil pengamatan diperoleh
nilai tekstur, warna dan berat yang berbeda pada jenis buah yang masih
muda dan matang sehingga diperoleh nilai pH yang berbeda pula. Ini
membuktikan bahwa nilai fisik yang semakin matang buah semakin
memiliki menurun untuk nilai tekstur maupun berat, warna berubah dan
nilai pH yang semakin meningkan.
Pengamatan kecepan respirasi pada tiga buah yang berbeda dan jenis
fisik yang berbeda yaitu buah muda dan matang dengan penambahan HCl
(Blangko) yang sama banyaknya yaitu sebanyak 24,55ml pada semua jenis
buah. Untuk buah tomat mudan dan matang dengan penambah HCl
(Sampel) di buah yang berbeda berturut-turut adalah 24,2ml dan 23,6
sehingga diperoleh jumlah CO 2 berturut-turut sebanyak 0,023 dan 0,087
ml/gr/jam, Untuk buah jeruk muda dan matang dengan penambah HCl
(Sampel) di buah yang berbeda berturut-turut adalah 24,15ml dan 24,05ml
sehingga diperoleh jumlah CO 2 berturut-turut sebanyak 0,022ml/gr/jam dan
0,027 ml/gr/jam, dan terakhir Untuk buah mangga mudan dan matang
dengan penambah HCl (Sampel) di buah yang berbeda berturut-turut adalah
16,85ml dan 16,95ml diperoleh jumlah CO 2 berturut-turut sebanyak 0,023
dan 0,087 ml/gr/jam.
Kecepatan laju respirasi dari hasil pengamatan dapat dilihat dari
ketiga macam buah dan dua jenis yaitu buah matang dan buah muda
diperoleh nilai jumlah CO2 yang tinggi pada buah tomat matang sebesar
0,087 ml/g/jam. Dapat dijelaskahn bahwa buah tomat matang memiliki
jumlah CO2 yang tinggi akan memiliki laju respirasi yang cepat sehingga
buah tomat matang perlu dilakukan penangan yang lebih dibandingkan buah
yang lain untuk mempertahankan kesegaran maumpun untuk
memperpanjang umur simpan. Pengaruh penekanan respirasi buah-buahan
klimaterik oleh CO 2 tidak teramati pada buah jeruk. CO2 menyebabkan
timbulnya rangsang repirasi yang menarik untuk di ketahui pada buah jeruk
dan mangga. Namun pada umumnya umur pada buah jeruk dan mangga
masih di perpanjang oleh CO 2 terutama pada kandungan O2 yang rendah
(Pantastico, 2006)
Pengamatan selanjutnya pada buah tomat, dan jeruk dengan dua
jenis buah muda dan buah matang dapat dicari nilai total asam yang terdapat
dalam buah tersebut dengan diketahuinya nilai yang sama untuk semua buah
yaitu nilai Normalitas sebesar 0,1 nilai Faktor pengenceran 4, nilai berat
15gr dan nilai volume yang berbeda dimasing-masing buah dapat dihitung
total asamnya. Pada buah tomat muda dan matang dengan niali volume
berturut-turut 0,5ml dan 0,2ml, diperoleh nilai total asamnya 1,3333 dan
0,5333, Pada buah jeruk muda dan matang dengan niali volume berturut-
turut 1,5ml dan 0,2ml, diperoleh nilai total asamnya 4 dan 0,5333. Dan
terakhir untuk pengamatan menentukan kadar vitamin C pada buah tomat
dan jeruk dengan nilai normalitas, faktor pengenceran dan berat yang sama
sperti mencari nilai total asam, dapat diperoleh dengan nilai volume yang
berbeda yaitu pada buah tomat muda dan matang berturut-turut nilai
volumenya 1,8ml, dan 1ml sehingga diketahui total vitamin C yang terdapat
pada buah tomat berturu-turut 42,24 dan 23,47 sedangkan pada buah jeruk
muda dan matang berturut-turut nilai volumenya 2ml, dan 3ml sehingga
diketahui total vitamin C yang terdapat pada buah jeruk berturu-turutsebesar
46,93 dan 70,4.
Nilai total asam yang paling tinggi terdapat pada buah jeruk yang
masih muda sendangkan total vitamin C yang tinggi pada buah jeruk yang
sudah matang. Tingkat kematangan buah mempengaruhi kandungan vitamin
C pada buah-buahan. Dimana buah yang masih mentah mengandung
vitamin C yang cukup banyak. Seiring berkembangnya buah menjadi lebih
tua dan masak, kandungan vitamin C sebagian dirombak dan menyebabkan
vitamin C berkurang. Lingkungan tempat tumbuh buah tersebut juga sangat
mempengaruhi kandungan vitamin C. Menurut Aprianto (2009), semakin
banyak buah mendapat sinar matahari pada waktu tanam dan pertumbuhan,
maka semakin banyak pula kandungan asam askorbat. Hal ini disebabkan
karena semakin banyak mendapatkan cahaya, setiap proses fotosintesis akan
semakin giat dan gula heksosa akan semakin banyak terbentuk.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan, maka


dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Komoditi hasil pertanian sayuran lebih mudah atau cepat mengalami
kerusakan dibandingkan dengan buah-buahan yang di tandai dengan
terjadinya perubahan fisik maupun perubahan kimia pada bahan pangan
tersebut..
2. Percobaan dua macam buah untuk nilai total vitammin C yang paling
tinggi diperoleh pada buah yang sudang mengalami pematangan.
3. Faktor yang mempengaruhi kandungan vitamin C dalam bahan pangan
adalah tingkat kemasakan bahan, keadaan buah dan lama penyimpanan
bahan.
4. Total asam yang tertinggi yaitu pada jeruk muda
5. Faktor yang mempengaruhi kandungan asam pada jeruk yang masih
muda yaitu tingkat kematangan buah sehingga jeruk muda masih
memiliki kandungan asam yang tingi dibandingkan dengan jeruk
matang,
DAFTAR PUSTAKA

Agung, I Gusti Ngurah. 2010. Pigmen Pada Pengolahan Buah dan


Sayur (Kajian Pustaka). Majalah Ilmiah Teknologi Pangan Vol 2(1).

Anarlina SS dan Sudirman. 2009. Evaluasi Mutu dan Penanganan Pasca


Panen Jeruk di Sentra Produksi. Prosiding Seminar Nasional
Teknik Pertanian. Yogyakarta.

Dwi P, dkk., 2013. KARAKTERISTIK JAMUR TIRAM (Pleurotus


Ostreatus) SELAMA PENYIMPANAN DALAM KEMASAN LASTIK
POLYPROPILEN (PP). Jurnal Agrointek. Vol. 7. No.2

Dinarwi. 2013. Pengaruh Penggunaan Gas Oksigen dan


Karbondiokasida terhadap Umur Simpan Buah Mangga. Berita
Litbang Industri. Volume XXXIX No. 1

Kanoni, Sri, 2009. Handout Viskositas TPHP. Universitas Gadjah Mada:


Jogjakarta.

Khatir, Rita, 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi


Penanganan Pasca Panen. Faperta_UNSYIAH: Banda Aceh.

Pantastico, 2011. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan


dan Sayuran-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada
University Press: Jogjakarta.

Soesanto, Loekas Ir, M.S., Ph. D. 2009. Penyakit Pascapanen; Sebuah


Pengantar.Kanisius. Yogyakarta.

Suharto, 2011. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Sutopo. 2011. Penanganan Panen dan Pasca Panen Buah Jeruk.


http://kpricitrus.wordpress.com. Diakses pada tanggal 06 desember
2015 pukul 12.59 WIB.

Anda mungkin juga menyukai