Anda di halaman 1dari 28

POKOK BAHASAN MATA KULIAH

GENETIKA DASAR

DISUSUN OLEH :

Cindy C .Doodoh

17502039

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
TONDANO 2018
POKOK BAHASAN
SUB POKOK BAHASAN 1 : PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN GENETIKA
2. MANFAAT MEMPELAJARI GENETIKA
3. BAGAIMANA MEMPELAJARI GENETIKA
SUB POKOK BAHASAN 2/3 : PEWARISAN MENDEL (MENDELISME)
1. SEJARAH PENEMUAN MENDEL
2. PERSILANGAN MONOHIBRID
3. PERSILANGAN DYHIBRID DAN POLYHYBRID
4. MODIFIKASI PRINSIP MENDEL

1. PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN GENETIKA

Genetika disebut juga ilmu keturunan. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang
menyangkut pewarisan sifat, bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan
dari generasi ke generasi, serta variasi-variasi yang mungkin timbul di dalamnya
atau yang menyertainya. Pewarisan sifat tersebut dapat terjadi melalui proses
seksual. Genetika berusaha menjelaskan material pembawa informasi untuk
diwariskan (bahan genetik), bagaimana informasi tersebut diekspresikan (ekspresi
genetik), dan bagaimana informasi tersebut dipindahkan dari satu individu ke
individu yang lain (pewarisan genetik).

1.2 MANFAAT MEMPELAJARI GENETIKA

Manfaat dari mempelajari genetika adalah agar kita dapat mengetahui sifat-sifat
keturunan kita sendiri atau setiap makluk yang berada di sekitar lingkungan kita.
Manusia jarang digunakan sebagai objek atau barang percobaan genetis karena
sulitnya mempelajari gen manusia, sehingga lebih mudah mempelajari hukum-
hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam tubuh tumbuhan dan
hewan sekitar. Ada beberapa kesukaran dalam mempelajari manusia sebagai
obyek genetika, diantaranya:
1. Sulitnya mengumpulkan data karena jarang sekali orang yang mau diketahui
memiliki cacat atau kelainan suatu karakter pada tubuhnya atau keluarganya.
2. Sulitnya menjajaki secara langsung sifat genetis yang dijumpai pada seseorang
karena tidak dapat dipilih dan ditentukan dengan siapa orang (obyek penelitian)
ter-sebut akan kawin.
3. Sulitnya mengamati pertumbuhan karakter yang sesuai dengan kemampuan
atau harapan peneliti. Hal ini disebabkan pindahnya sang objek, kawin lagi
dengan seseorang yang akan mengacaukan penyelidikan semula.
4. Sulitnya mendapatkan data statistik tentang sifat genetis yang sama dalam
karakter yang diselidiki, hal ini dikarenakan data yang didapat dari perbandingan-
perbandingan karakter tertentu sangat sedikit. Lain halnya dengan tanaman atau
hewan renik yang dapat memiliki keturunan yang banyak.
5. Umur si peneliti lebih pendek dari pada umur obyek yang diteliti, karena daur
hidup obyek yang diteliti lebih panjang dari daur hidup si peneliti.
6. Sulitnya mengatur dan mengontrol suasana lingkungan obyek yang diteliti
sesuai dengan harapan peneliti.

1.3 BAGAIMANA MEMPELAJARI GENETIKA

Untuk mempelajari sifat genetis dapat dilakukan dengan 9 cara, yaitu melalui:

1. Hibrid

Hibrid ialah penyilangan (cross). Pekerjaannya disebut menyilang atau


menghibrid (hibridasi). Hibridisasi dilakukan dengan cara mengawinkan individu-
individu yang berbeda karakter atau variasi. Biasanya antara individu dalam satu
spesies. Kadang ada juga antara individu berbeda spesies tapi dalam satu genus.
Pada hewan jarang sekali dilakukan hibrid (cross) antara individu berbeda species.
Pada tumbuhan, hibrid kini banyak dilakukan antara individu berbeda species tapi
dalam genus sama untuk mendapatkan turunan yang poli-ploidi, artinya yang
kromosomnya lebih dari biasa (diploid). Tanaman poliploidi ini sering memiliki
ukuran anatomi yang lebih besar, tapi kurang fertil dan bijinya pun sedikit.
2. Silsilah keluarga
Silsilah keluarga biasa dipakai untuk menyelidiki sifat genetis pada manusia dan
hewan piara seperti anjing dan kuda. Silsilah merupakan alat yang paling banyak
digunakan bagi peneliti dan gambaran pewarisan sifat-sifat manusia. Secara
tradisional, wanita dilukiskan dengan lingkaran atau dengan simbol ♀, laki-laki
dilukiskan dengan bujur sangkar atau dengan simbol ♂.

3. Anak kembar
Ini biasa dipakai pada Genetika Manusia. Ada 2 macam anak kembar menurut
kejadiannya, yaitu kembar fraternal dan kembar identik. Pada kembar fraternal,
masing-masing individu berasal dari zigot berbeda. Berbeda ovum dan berbeda
sperma, yang berarti berbeda pula susunan genetisnya. Pada kembar identik,
masing-masing individu berasal dari satu zigot yang membelah pada tingkat awal
embrio, yakni pada tingkat pembelahan (segmentaasi) atau tingkat blastula.
Masing-masing berpisah jadi dua atau lebih, dan mengalami pertumbuhan sendiri-
sendiri. Karena tiap individu berasal dari satu ovum dan satu sperma yang sama,
maka susunan genetis merekapun sama.
Anak kembar dipakai pula untuk menyelidiki pengaruh lingkungan pada
pernyataan sifat genetis. Anak kembar freternal biasanya dapat dipakai sebagai
“kontrol” atau pengecek pengamatan kita itu. Ada karakter genetis yang pengaruh
lingkungan besar sekali, ada pula yang hampir tak ada.

4. Kawin sekerabat
Dalam bahasa inggris disebut “consanguity”, yakni perkawinan antara sekerabat
misalnya antara saudara sepupu. Kawin sekerabat membuat sifat genetis yang
buruk lebih sering muncul dari pada perkawinan biasa.

5. Percobaan
Percobaan atau eksperimen, ialah mencoba membuat suatu perubahan pada sifat
genetis. Melalui cara percobaan atau eksperimen lebih banyak didapat hasil
perubahan yang besar peranannya bagi ilmu pengetahuan. Diantara percobaan
yang penting antara lain:

a. Pemindahan bahan genetis dari satu individu ke individu lain.


Ini banyak dilakukan pada virus dan bakteri. Orang dapat mengubah semacam
bakteri atau virus dari patogen menjadi tak patogen, atau sebaliknya dari tak
patogen menjadi patogen.

b. Meradiasi atau memasukkan zat radio aktif dan kimia yang tajam kedalam
jaringan tubuh.
Bahan genetis jadi berubah, dan akibat perubahan itu dapat dipelajari, setelah
membandingkannya dengan “kontrol” yang berkarakter normal. Dengan cara ini
dapatlah kita pelajari fungsi bagian-bagian bahan genetis yang rusak oleh radiasi
itu.

c. Mencari sifat heterosis dengan breeding pada tanaman atau ternak, sehingga
mutu dan jumlah produksi naik.

6. Sitologi
Bidang genetika yang khusus mempelajari bahan sifat keturunan itu secara
langsung disebut sitogenetika. Dipelajari zat yang membina bahan genetis itu
dengan mangamati sel yang menyimpan. Untuk bidang sitologi ini orang perlu
memiliki peralatan yang halus dan mahal, radio-chromatografi seperti mikroskop
elektron, zat radio aktif, alat kultur jaringan, serta perlengkapan teknik
mikroskopis seperti mikrotom, reagen dan pewarnaan.

7. Morfologi-Anatomi

Dengan meneliti bentuk luar dan dalam alat-alat atau bagian tubuh suatu
organisme, menyertai hibridasi, pengamatan silsilah kerabat, eksperimen dan
sitologi, makin teliti dan lengkaplah pengamatan kita akan sifat genetis suatu
karakter. Dengan melakukan perkawinan dan persilangan terus menerus dapat
dibuat sistematik morfologi-anatomi suatu species yang normal serta variasinya,
lalu dipakai untuk meneliti kelainan yang timbul dari padanya.

8. Fisiologi-biokimia
Dengan pemeriksaan serum dan urine dapat diketahui sifat darah, susunan
kromosom serta pasangan gen seseorang, atau apakah atau mengidap penyakit
hemophilia, bisa dilihat pada test serumnya. Orang carrier itu biasanya
mengandung zat tertentu yang kadarnya berbeda dari orang normal sesungguhnya
tapi tak separah yang terdapat dalam tubuh yang kena penyakit keturunan itu.

9. Biometrika
Perhitungan yang bersifat matematika berguna untuk menyusun data obyek
genetika serta mengambil kesimpulan. Pemecahan masalah genetik memanglah
banyak sekali memepergunakan perhitungan matematis. Matematika yang khusus
diterapkan biologi, disebut biometrika. Genetika manusia banyak sekali
mempergunakan perhitungan statistik-biometrika.

2. PEWARISAN MENDEL (MENDELISME)

2.1. Sejarah Penemuan Mendel


BIOGRAFI

Gregor Mendel dilahirkan tahun 1822 di kota Heinzendorf di daerah kerajaan Austria yang
kini masuk bagian wilayah Cekosiowakia. Tahun 1843 dia masuk biara Augustinian, di kota
Brunn, Austria (kini bernama Brno, Ceko). Dia menjadi pendeta tahun 1847. Tahun 1850 dia
ikut ujian peroleh ijasah guru, tetapi gagal dan dapat angka terburuk dalam Biologi! Meski
begitu, kepada pendeta di biaranya mengirim Mendel ke Universitas Wina, dari tahun 1851-
1853 dia belajar matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Mendel tak pernah berhasil
mengantongi ijasah guru resmi, tetapi dari tahun 1854-1868 dia menjadi guru cadangan ilmu
alam di sekolah modern kota Brunn.

Sementara itu, mulai tahun 1856 dia


memperlihatkan pengalaman-pengalamannya
yang masyhur di bidang pembiakan tumbuh-
tumbuhan. Menjelang tahun 1865 dia sudah
menemukan hukum keturunannya yang kesohor
dan mempersembahkan kertas kerjanya di depan
perkumpulan peminat sejarah alam kota Brunn. Tahun 1866 hasil penyelidikannya
diterbitkan oleh majalah Transactions milik perkumpulan itu di bawah judul “Experiments
with Plant Hybrids.” Kertas kerja keduanya diterbitkan oleh majalah itu juga tiga tahun
kemudian. Kendati majalah itu bukanlah majalah besar, tetapi banyak terdapat di pelbagai
perpustakaan besar. Di samping itu Mendel mengirim satu salinan kepada Karl Nageli,
seorang tokoh disegani di bidang ilmu keturunan. Nageli membaca salinan itu dan kirim
balasan kepada Mendel tetapi dia tidak paham apa yang teramat penting dalam salinan kertas
kerja Mendel itu. Sesudah itu umumnya kertas kerja Mendel diabaikan dan nyaris dilupakan
orang hampir tiga puluh tahun lamanya. Tahun 1866 Mendel naik pangkat ditunjuk jadi
pendeta kepala di biaranya. Kesibukan administrasi rutin membuatnya kehabisan tempo
melanjutkan penyelidikannya dalam bidang tanam-tanaman.

Ketika dia meninggal tahun 1884 dalam usia enam puluh satu, penyelidikan briliannya nyaris
dilupakan orang dan dia tak peroleh pengakuan apa pun untuk penyelidikan itu. Jerih payah
Mendel baru diketemukan kembali tahun 1900 oleh tiga ilmuwan dari tiga bangsa yang
berbeda-beda: Hugo de Vries dari Negeri Belanda, Carl Correns dari Jerman dan Erich von
Tschermak dari Austria. Mereka bekerja secara terpisah tatkala menemukan artikel Mendel.
Masing-masing mereka sudah punya pengalaman sendiri di bidang botani. Masing-masing
secara tersendiri menemukan hukum Mendel. Dan masing-masing (sebelum menerbitkan
buku) secara seksama mempelajari hasil kerja Mendel dan masing-masing pula menjelaskan
bahwa penyelidikannya memperkuat pendapat Mendel. Satu kebetulan segitiga yang aneh!
Lebih dari itu, di tahun itu juga, William Bateson, ilmuwan berkebangsaan Inggris,
menemukan pula kertas kerja Mendel yang asli dan segera mengedepankan kepada kalangan
dunia ilmu. Di penghujung tahun itu Mendel dapat sambutan meriah dan penghargaan atas
begitu hebat karya-karya yang dilakukannya selama masa hidupnya

Bukti-bukti apakah perihal keturunan yang sudah ditemui Mendel? Pertama, Mendel
mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat “unit dasar” yang kini disebut gen
yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-
tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun,
ditentukan oleh pasangan gen. Suatu tumbuhan mewariskan satu gen tiap pasang dari tiap
“induk”-nya. Mendel menemukan, apabila dua gen mewariskan satu kualitas tertentu yang
berbeda (misalnya, satu gen untuk benih hijau dan lain gen untuk benih kuning) akan
menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gen yang berciri lemah
tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel
menyadari, tiap kegiatan sel atau gamet (serupa dengan sperma atau telur pada manusia)
berisi cuma satu gen untuk satu pasang. Dia juga menegaskan, adalah sepenuhnya suatu
kebetulan bilamana gen dari satu pasang terjadi pada satu gamet dan diteruskan kepada
keturunan tertentu.

PERCOBAAN PADA TANAMAN HIBRIDASI

Gregor Mendel, yang dikenal sebagai "bapak genetika modern", terinspirasi oleh kedua
profesornya di Universitas Olomouc (yaitu Friedrich Franz & Johann Karl Nestler) dan
rekan-rekannya di biara (misalnya, Franz Diebl) untuk mempelajari variasi tanaman, dan ia
melakukan penelitian di biara kebun percobaan, yang awalnya ditanam oleh NAPP pada
tahun 1830. Antara 1856 dan 1863, Mendel membudidayakan dan menguji sekitar 29.000
kacang polong (Pisum sativum). Studi ini menunjukkan bahwa satu dari empat tanaman
kacang memiliki alel resesif, dua dari empat orang hibrida dan satu dari empat ras yang
dominan. Percobaan-Nya memimpin dia untuk membuat dua generalisasi, yang Hukum
Segregasi dan Hukum Assortment Independen, yang kemudian lebih dikenal sebagai Hukum
Mendel Warisan.

Mendel mempresentasikan makalahnya, Versuche über Pflanzenhybriden ( Percobaan pada


Hibridisasi Tanaman), di dua pertemuan History Society Alam Brunn di Moravia pada tahun
1865. Itu diterima baik dan menghasilkan laporan dalam beberapa surat kabar lokal. Ketika
kertas Mendel diterbitkan pada tahun 1866 dalam Verhandlungen des naturforschenden
Vereins Brunn, itu dilihat sebagai dasarnya tentang hibridisasi daripada warisan dan
berdampak kecil dan dikutip sekitar tiga kali selama tiga puluh lima tahun ke depan.
(Khususnya, Charles Darwin tidak menyadari kertas Mendel, menurut Jacob Bronowski 's
The Ascent of Man.) Nya kertas dikritik pada saat itu, tetapi sekarang dianggap sebagai karya
manis.

2.2 PERSILANGAN MONOHIBRID (Pewarisan dua individu dengan satu sifat beda)
PEWARISAN MENDEL
(MENDELISME)

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang
dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan
Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama
Mendel,
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin),
kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-
tiap gamet menerima satu gen dari induknya.

Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter


turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
tampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di
sebelah), dan alel dominan (tampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww
dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar
di sebelah).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar
2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (tampak secara visual dari
luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan
diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.

2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.

Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih
sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang
lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini
menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu
tanaman, tidak saling memengaruhi.
Seperti tampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara fenotipe
berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah).
Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan
dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR).
Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada
keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan
tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini
akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti tampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan
genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna
merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe
perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1.

Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu sifat dominan (berupa
warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk dengan 2 macam sifat dominan: bentuk
buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid,
sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan
seterusnya.

Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan genotipe SS dan panjang
dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB).
Gamet induk jantan yang terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB
dan sB (tampak pada huruf di bawah kotak). Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu
pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan
lagi, maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya tampak pada sisi kiri dan baris
atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam
kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika
genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika
genotipenya bb). Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil
bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4: 1:2:1:2: 1.

PEWARISAN SIFAT
PERSILANGAN MONOHIBRID

Karakteristik persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda, sifat yang
kuat disebut sifat dominan dan bersifat menutupi, dan sifat yang lemah disebut sifat resesif.

Proses persilangan monohibrid akan diberikan melalui sebuah contoh persilangan mawar
merah dominan dan mawar putih resesif. Selengkapnya, perhatikan contoh proses persilangan
di bawah
Contoh: persilangan pada Mawar Merah dominan (MM) dan Mawar Putih resesif
(mm)

Rasio Genotipe
Rasio genotipe menunjukkan sifat yang tidak tampak, individu dengan gen dominan dan
membawa sifat dihitung berbeda. Jadi, rasio genotip keturunan yang terbentuk (F_{2}) sesuai
hasil persilagan di atas adalah

\[ MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1 \]
Rasio Fenotipe
Rasio genotipe menujukkan sifat yang nampak, individu dengan gen dominan dan membawa
sifat dihitung satu dengan gen dominan yang bukan pembawa sifat. Sehingga, rasio fenotipe
keturunan yang terbentuk (F_{2}) sesuai hasil persilagan di atas adalah

\[ Merah : Merah Muda: Putih = 1 : 2 : 1 \]

3. PERSILANGAN DYHIBRID DAN POLYHYBRID

a. Persilangan Dyhybrid

Percobaan Dihibrid dan Hukum Mendel II


Percobaan Mendel yang melibatkan dua sifat sekaligus disebut percobaan dihibrid. Dari
percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembentukan gamet, setiap pasang alel
dalam satu lokus bersegregasi bebas dengan pasangan alel lokus lainnya, dan akan berpadu
secara bebas dengan alel dari lokus lainnya. Hukum perpaduan bebas ini dirumuskan dari
hasil observasi terhadap penyebaran fenotip F2 persilangan dihibrid. Pada F2, Mendel
memperoleh perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1.
Misalnya, persilangan dengan dua sifat beda antara biji bundar kuning dengan keriput hijau.
Pada F1 diperoleh biji bundar kuning. Hal ini terjadi, karena setiap gen dapat berpasangan
secara bebas. Artinya, biji bundar dominan terhadap keriput, dan kuning dominan terhadap
hijau. Persilangan antara F1 menghasilkan keturunan F2 dengan perbandingan fenotip antara
bulat kuning : keriput kuning : bulat hijau : keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1. Untuk lebih
memahami, mari cermati Gambar berikut ini.
Contoh soal :
1.Dik : kapri biji bulat, warna kuning dikawinkan dengan kapri biji keriput warna hijau. B =
bulat, K = Kuning, b = keriput, k = hijau
Dit : Tentukan F1 dan F2!
Jawab :
P : BBKK x bbkk
(Bulat kuning) (keriput hijau)
Gamet : BK ; bk
F1 : BbKk
P2 : BbKk x BbKk
Gamet :BK, Bk, bK, bk ; BK, Bk, bK, bk
F2 :
♀ : ♂: BK Bk bK bk
BK BBKK BBKk BbKK BbKk
Bk BBKk BBkk BbKk Bbkk
bK BbKK BbKk bbKK bbKk
bk BbKk Bbkk bbKk bbkk
maka ratio genotype = 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1
Ratio fenotipe : buat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1

b. Persilangan Polyhybrid
Polihibrid adalah hasil penyilangan dua individu yang memiliki banyak karakter beda,
misalnya mengawinkan marmot berbulu putih, panjang dan halus (bbllrr) dengan marmot
berbulu hitam, pendek dan kasar (BBLLRR).

Contoh soal 1:
Dik : Kapri batang tinggi (T), bunga kuning (K), dan letak bunga di ketiak/aksial (A)
dominan terhadap kapri batang pendek (t), bunga putih (k) dan letak bunga di ujung (a).
Kapri batang tinggi, warna kuning, letak bunga aksial heterozigot sempurna disilangkan
sesamanya.
Dit : Tentukan macam genotype dan fenotipe keturunannya!
Jawab :
a. Rumus Jumlah macam gamet : 2n (n = jumlah pasangan alel yang heterozigot)
= 23 = 8
b. Rumus Jumlah kombinasi : (2n)2 = (23)2 = 64
c. Rumus Macam fenotype : 2n = 23 = 8
d. Rumus Macam genotype : 3n = 33 = 27
P : TtKkAa x TtKkAa
Gamet : TKA,TKa,TkA,Tka,tKA,tKa,tkA,tka;TKA,TKa,TkA,Tka,tKA,tKa,tkA,tka 
Ratio genotype :
♀/
TKA TKa TkA Tka tKA tKa tkA tka

TK TTKKA TTKKa TTkKA TTkKa tTKKA tTKKa tTkKA tTkKa
A A A A A A A A A
TTKKA TTKKa TTkKA TTkKa tTKKA tTKKa tTkKA
TKa tTkKaa
a a a a a a a
TTKkA TTKka TTkkA TTkka tTKkA tTKka tTkkA tTkka
TkA
A A A A A A A A
Tka TTKkAa TTKkaa TTkkAa TTkkaa tTKkAa tTKkaa tTkkAa tTkkaa
tKA TtKKAA TtKKaA TtkKAA TtkKaA ttKKAA ttKKaA ttkKAA ttkKaA
tKa TtKKAa TtKKaa TtkKAa TtkKaa ttKKAa ttKKaa ttkKAa ttkKaa
tkA TtKkAA TtKkaA TtkkAA TtkkaA ttKkAA ttKkaA ttkkAA ttkkaA
tka TtKkAa TtKkaa TtkkAa Ttkkaa ttKkAa ttKkaa ttkkAa ttkkaa

Ratio fenotype :  Tinggi kuning aksial: tinggi kuning terminal: tinggi putih aksial : pendek
kuning aksial: tinggi putih terminal: pendek kuning terminal: pendek putih aksial : pendek
putih terminal = 27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1.
4. MODIFIKASI PRINSIP MENDEL

Percobaan-percobaan persilangan sering kali memberikan hasil yang seakan-akan


menyimpang dari hukum Mendel. Dalam hal ini tampak bahwa nisbah fenotipe yang
diperoleh mengalami modifikasi dari nisbah yang seharusnya sebagai akibat terjadinya aksi
gen tertentu. Secara garis besar modifikasi nisbah Mendel dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu modifikasi nisbah 3 : 1 dan modifikasi nisbah 9 : 3 : 3 : 1.

Ada tiga peristiwa yang menyebabkan terjadinya modifikasi nisbah 3 : 1, yaitu semi
dominansi, kodominansi, dan gen letal.

Semi dominansi
Peristiwa semi dominansi terjadi apabila suatu gen dominan tidak menutupi pengaruh alel
resesifnya dengan sempurna, sehingga pada individu heterozigot akan muncul sifat antara
(intermedier). Dengan demikian, individu heterozigot akan memiliki fenotipe yang berbeda
dengan fenotipe individu homozigot dominan. Akibatnya, pada generasi F2 tidak didapatkan
nisbah fenotipe 3 : 1, tetapi menjadi 1 : 2 : 1 seperti halnya nisbah genotipe.
Contoh peristiwa semi dominansi dapat dilihat pada pewarisan warna bunga pada tanaman
bunga pukul empat (Mirabilis jalapa). Gen yang mengatur warna bunga pada tanaman ini
adalah M, yang menyebabkan bunga berwarna merah, dan gen m, yang menyebabkan bunga
berwarna putih. Gen M tidak dominan sempurna terhadap gen m, sehingga warna bunga pada
individu Mm bukannya merah, melainkan merah muda. Oleh karena itu, hasil persilangan
sesama genotipe Mm akan menghasilkan generasi F2 dengan nisbah fenotipe merah : merah
muda : putih = 1 : 2 : 1.

Kodominansi
Seperti halnya semi dominansi, peristiwa kodominansi akan menghasilkan nisbah fenotipe 1 :
2 : 1 pada generasi F2. Bedanya, kodominansi tidak memunculkan sifat antara pada individu
heterozigot, tetapi menghasilkan sifat yang merupakan hasil ekspresi masing-masing alel.
Dengan perkataan lain, kedua alel akan sama-sama diekspresikan dan tidak saling menutupi.

Peristiwa kodominansi dapat dilihat misalnya pada pewarisan golongan darah sistem ABO
pada manusia (lihat juga bagian pada bab ini tentang beberapa contoh alel ganda). Gen IA
dan IB masing-masing menyebabkan terbentuknya antigen A dan antigen B di dalam eritrosit
individu yang memilikinya. Pada individu dengan golongan darah AB (bergenotipe IAIB)
akan terdapat baik antigen A maupun antigen B di dalam eritrositnya. Artinya, gen IA dan IB
sama-sama diekspresikan pada individu heterozigot tersebut.
Perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang masing-masing memiliki golongan darah
AB dapat digambarkan seperti pada diagram berikut ini.

Gen letal
Gen letal ialah gen yang dapat mengakibatkan kematian pada individu homozigot. Kematian
ini dapat terjadi pada masa embrio atau beberapa saat setelah kelahiran. Akan tetapi,
adakalanya pula terdapat sifat subletal, yang menyebabkan kematian pada waktu individu
yang bersangkutan menjelang dewasa.
Ada dua macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan gen letal resesif. Gen letal dominan
dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau kelainan fenotipe, sedang
gen letal resesif cenderung menghasilkan fenotipe normal pada individu heterozigot.

Peristiwa letal dominan antara lain dapat dilihat pada ayam redep (creeper), yaitu ayam
dengan kaki dan sayap yang pendek serta mempunyai genotipe heterozigot (Cpcp). Ayam
dengan genotipe CpCp mengalami kematian pada masa embrio. Apabila sesama ayam redep
dikawinkan, akan diperoleh keturunan dengan nisbah fenotipe ayam redep (Cpcp) : ayam
normal (cpcp) = 2 : 1. Hal ini karena ayam dengan genotipe CpCp tidak pernah ada.

Sementara itu, gen letal resesif misalnya adalah gen penyebab albino pada tanaman jagung.
Tanaman jagung dengan genotipe gg akan mengalami kematian setelah cadangan makanan di
dalam biji habis, karena tanaman ini tidak mampu melakukan fotosintesis sehubungan dengan
tidak adanya khlorofil. Tanaman Gg memiliki warna hijau kekuningan, sedang tanaman GG
adalah hijau normal. Persilangan antara sesama tanaman Gg akan menghasilkan keturunan
dengan nisbah fenotipe normal (GG) : kekuningan (Gg) = 1 : 2.

Modifikasi Nisbah 9 : 3 : 3 : 1

Modifikasi nisbah 9 : 3 : 3 : 1 disebabkan oleh peristiwa yang dinamakan epistasis, yaitu


penutupan ekspresi suatu gen nonalelik. Jadi, dalam hal ini suatu gen bersifat dominan
terhadap gen lain yang bukan alelnya. Ada beberapa macam epistasis, masing-masing
menghasilkan nisbah fenotipe yang berbeda pada generasi F2.

Epistasis resesif
Peristiwa epistasis resesif terjadi apabila suatu gen resesif menutupi ekspresi gen lain yang
bukan alelnya.
Akibat peristiwa ini, pada generasi F2 akan diperoleh nisbah fenotipe 9 : 3 : 4.

Contoh epistasis resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu mencit (Mus musculus).
Ada dua pasang gen nonalelik yang mengatur warna bulu pada mencit, yaitu gen A
menyebabkan bulu berwarna kelabu, gen a menyebabkan bulu berwarna hitam, gen C
menyebabkan pigmentasi normal, dan gen c menyebabkan tidak ada pigmentasi. Persilangan
antara mencit berbulu kelabu (AACC) dan albino (aacc) dapat digambarkan seperti pada
diagram berikut ini.

Epistasis dominan
Pada peristiwa epistasis dominan terjadi penutupan ekspresi gen oleh suatu gen dominan
yang bukan alelnya. Nisbah fenotipe pada generasi F2 dengan adanya epistasis dominan
adalah 12 : 3 : 1.

Peristiwa epistasis dominan dapat dilihat misalnya pada pewarisan warna buah waluh besar
(Cucurbita pepo). Dalam hal ini terdapat gen Y yang menyebabkan buah berwarna kuning
dan alelnya y yang menyebabkan buah berwarna hijau. 

Selain itu, ada gen W yang menghalangi pigmentasi dan w yang tidak menghalangi
pigmentasi.  Persilangan antara waluh putih (WWYY) dan waluh hijau (wwyy) menghasilkan
nisbah fenotipe generasi F2 sebagai berikut.
Epistasis resesif ganda
Apabila gen resesif dari suatu pasangan gen, katakanlah gen I, epistatis terhadap pasangan
gen lain, katakanlah gen II, yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II
ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis
resesif ganda.  Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 9 : 7 pada generasi F2.

Sebagai contoh peristiwa epistasis resesif ganda dapat dikemukakan pewarisan kandungan
HCN pada tanaman Trifolium repens. Terbentuknya HCN pada tanaman ini dapat dilukiskan
secara skema sebagai berikut.

Gen L menyebabkan terbentuknya enzim L yang mengatalisis perubahan bahan dasar


menjadi bahan antara berupa glukosida sianogenik. Alelnya, l, menghalangi pembentukan
enzim L. Gen H menyebabkan terbentuknya enzim H yang mengatalisis perubahan glukosida
sianogenik menjadi HCN, sedangkan gen h menghalangi pembentukan enzim H. Dengan
demikian, l epistatis terhadap H dan h, sementara h epistatis terhadap L dan l.  Persilangan
dua tanaman dengan kandungan HCN sama-sama rendah tetapi genotipenya berbeda (LLhh
dengan llHH) dapat digambarkan sebagai berikut.
Epistasis dominan ganda
Apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan
alelnya, sementara gen dominan dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen
I, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis dominan ganda.  Epistasis ini
menghasilkan nisbah fenotipe 15 : 1 pada generasi F2.

Contoh peristiwa epistasis dominan ganda dapat dilihat pada pewarisan bentuk buah
Capsella. Ada dua macam bentuk buah Capsella, yaitu segitiga dan oval. Bentuk segitiga
disebabkan oleh gen dominan C dan D, sedang bentuk oval disebabkan oleh gen resesif c dan
d. Dalam hal ini C dominan terhadap D dan d, sedangkan D dominan terhadap  C dan c.

Epistasis domian-resesif
Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap
pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga
epistatis terhadap pasangan gen I. 
Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2.

Contoh peristiwa epistasis dominan-resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu ayam
ras. Dalam hal ini terdapat pasangan gen I, yang menghalangi pigmentasi, dan alelnya, i,
yang tidak menghalangi pigmentasi. Selain itu, terdapat gen C, yang menimbulkan
pigmentasi, dan alelnya, c, yang tidak menimbulkan pigmentasi. Gen I dominan terhadap C
dan c, sedangkan gen c dominan terhadap I dan i.

Epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif 


Pada Cucurbita pepo dikenal tiga macam bentuk buah, yaitu cakram, bulat, dan lonjong. Gen
yang mengatur pemunculan fenotipe tersebut ada dua pasang, masing-masing B dan b serta L
dan l.  

Apabila pada suatu individu terdapat sebuah atau dua buah gen dominan dari salah satu
pasangan gen tersebut, maka fenotipe yang muncul adalah bentuk buah bulat (B-ll atau
bbL-). 

Sementara itu, apabila sebuah atau dua buah gen dominan dari kedua pasangan gen tersebut
berada pada suatu individu, maka fenotipe yang dihasilkan adalah bentuk buah cakram (B-
L-). Adapun fenotipe tanpa gen dominan (bbll) akan berupa buah berbentuk lonjong.
Pewarisan sifat semacam ini dinamakan epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif.
SUMBER :
Crowder L. V. 1982. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mifta Arifin . 2012. Teori Peluang Genetika. (Online).
http://teoripeluanggenetikamiftah.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 05 September
2013 Pukul 20.00 WIB
Suryo. 2005. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Andry Setiawan. 2012. Genetika Probabilitas. (Online).
http://andryunib.blogspot.com/2012/04/genetika-probabilitas.html#_ .Diakses pada
tanggal 05 September 2013 Pukul 21.00 WIB.
http://indra-joe.blogspot.com/2009/04/ilmu-genetika.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Persilangan_monohibrid
https://idschool.net/smp/pewarisan-sifat-persilangan-monohibrid-intermediet-dan-dihibrid/
http://biologimediacentre.com/gregor-mendel-peletak-dasar-konsep-genetika/
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-genetika-dan-sejarah-perkembangannya/
HASIL DISKUSI KELOMPOK

Hasil Diskusi kelompok 7 bahwa Genetika merupakan pembawa materi genetic untuk
keturunannya. Genetika didasari oleh Hukum pewarisan Mendel yaitu hukum mengenai
pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
yaitu “Percobaan mengenai Persilangan Tanaman”. Hukum Mendel ini terdiri dari dua
hukum yaitu Hukum Mendel I (Hukum Pemisahan) dan Hukum Mendel II (Hukum
Berpasangan Secara Bebas).
Yang Telah kita ketahui pada pewarisan Mendel (MENDELISME) terdapat
persilangan Monohibrid, Dihibrid, dan Polihibrid. Monohibrid merupakan Pewarisan dua
individu dengan satu sifat beda, Dihibrid merupakan Pewarisan dua individu dengan dua sifat
beda, sedangkan Polihibrid merupakan pewarisan dua individu dengan tiga atau lebih sifat
beda.
Percobaan-percobaan persilangan sering kali memberikan hasil yang seakan-akan
menyimpang dari hukum Mendel. Prinsip Mendel secara garis besar mengalami modifikasi
nisbah Mendel dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu modifikasi nisbah 3 : 1 dan
modifikasi nisbah 9 : 3 : 3 : 1. Pada modifikasi nisbah 3 : 1, ada tiga peristiwa yang
menyebabkan terjadinya modifikasi tersebut yaitu semi dominansi, kodominansi, dan gen
letal, sedangkan pada modifikasi nisbah 9 : 3 : 3 : 1 disebabkan oleh peristiwa yang
dinamakan epistasis, yaitu penutupan ekspresi suatu gen nonalelik. Jadi, dalam hal ini suatu
gen bersifat dominan terhadap gen lain yang bukan alelnya. Ada beberapa macam epistasis,
masing-masing menghasilkan nisbah fenotipe yang berbeda pada generasi F2 yaitu Epistasis
resesif, Epistasis dominan, Epistasis resesif ganda, Epistasis dominan ganda, Epistasis
domian-resesif, dan Epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif.

Demikian hasil diskusi kami. Jika ada kesalahan ataupun kekurangan, mohon kritikan dan
sarannya. Terima Kasih.
1. PENILAIAN DOSEN

NAMA DOSEN PENILAIAN 1 PENILAIAN 2 PENILAIAN 3

SKOR: JUMLAH:

2. PENILAIAN TEMAN
PENILAIAN
TEMAN 1 TEMAN 2 TEMAN 3
TEMAN

SKOR JUMLAH

Anda mungkin juga menyukai