Anda di halaman 1dari 19

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP MEDIS

1.1. DEFINISI
Dermatitis dalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana
kulit tampak meradang dan iritasi. Perdangan ini bisa terjadi dimana saja
namun yang paling sering adalah tangan dan kaki (R Clevere Susanto, GA
Made Ari M, 2013)
Dermatitis kontak adalah peradagan yang di sebabkan oleh kontak
dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan
seringkali memiliki batas yang tegas ( Ayu Maharani, 2015)
Dikenal dua jenis dermatitis kontak, yaitu Dermatitis Kontak Iritan
(DKI) yang merupakan respon non-imunologi dan Dermatitis Kontak Alergik
(DKA) yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik. Keduanya
dapat bersifat akut maupun kronik (Nugraha, 2008 dalam Rizadin Anshar,
Ratih Pramuningtyas, Devi Usdiana, 2016)
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan efek sitotoksik yang
menimbulkan reaksi peradangan non imunologik pada kulit melalui jalur
eksogen ataupun endogen yang berkontak langsung dengan tubuh. Penyakit
dermatitis kontak iritan dapat terjadi sebagai akibat dari pemaparan zat-zat
kimia yang mengakibatkan penyakit dermatitis kontak iritan dengan gejala
seperti iritasi, gatalgatal, kulit kering, pecah-pecah, kemerahmerahan, dan
koreng yang sulit sembuh. Penyakit dermatitis sering terjadi pada pekerja
informal yang umumnya kurang memperhatikan sanitasi dan perlindungan
bagi kesehatan dirinya (Asoly Giovano Imartha, 2015).
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Menurut penellitian yang dilakukan
oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 1999, pada pekeja
tentang penyakit akibat kerja di 5 (Lima) Benua, memperlihatkan bahwa
dermatitis kontak iritan menempatkan urutan keempat, yaitu sebesar 10%.
Berdasarkan survey tahunan penyakit okupational pada populasi pekerja di

1
Amerika menunjukkan 80% di dalamnya adalah dermatitis kontak iritan
(Asoly Giovano Imartha, 2015).
Dermatitis kontak iritan merupakan gambaran inflamasi kulit yang
terjadi karena adanya kontak langsung dengan bahan eksogen yang bersifat
iritan baik berupa bahan kimia, fisik, atau biologik (Tan dkk, 2014). Awalnya
DKI dianggap sebagai proses monomorf namun saat ini dipahami sebagai
sindrom biologis yang kompleks dengan beragam patofisiologi, perjalanan
penyakit dan gambaran klinis (Thong dan Maibach, 2008; Elberting, 2014).
Dermatitis kontak iritan merupakan tipe DK yang paling sering
dijumpai. Sekitar 80% kasus DK adalah DKI yang umumnya berhubungan
dengan pekerjaan dan deterjen menjadi bahan penyebab tersering (32,1%)
(Amado dkk, 2012; Tan dkk, 2014). Dermatitis kontak iritan juga ditemukan
pada hampir separuh kasus hand eczema (Agarwal dkk, 2014). Insidensi DKI
sebenarnya sulit ditentukan dengan akurat, hal ini dikarenakan data
epidemiologi yang terbatas (Amado dkk, 2012).
1.2 EPIDEMIOLOGI
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Jumlah penderita dermatitis kontak
iritan diperkirakan cukup banyak terutama yang berhubungan dengan
pekerjaan (dermatitis kontak iritan akibat kerja), namun angka secara tepat
sulit untuk diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyaknya
penderita dengan kelainan ringan tidak datang berobat, atau bahkan tidak
mengeluh (Djuanda, 2010).
1.3 ETIOLOGI
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk
kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul,
daya larut, konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh
faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus
menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel,
demikian pula gesekan dan trauma fisik. Suhu dan kelembaban lingkungan
juga ikut berperan (Djuanda, 2010).

2
Faktor individu juga ikut berpengaruh pada dermatitis kontak
iritan,misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan
perbedaan permeabilitas, usia (anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih
mudah teriritasi), ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih), jenis
kelamin (insidensi dermatitis kontak iritan lebih banyak pada wanita),
penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap
bahan iritan menurun), misalnya dermatitis atopik (Djuanda,2010)
1.4 PATOFISIOLOGI
Perbedaan mekanisme pada beberapa tipe menyebabkan sulitnya
menentukan mekanisme umum terjadinya DKI (Chew dan Maibach, 2006).
Beberapa jalur yang saling terkait diduga terlibat pada DKI antara lain
gangguan fungsi barier kulit, stimulasi sel epidermis, dan pelepasan mediator
proinflamasi dari keratinosit (Smith dkk, 2002; Elberting dkk, 2014).
Terjadinya DKI diawali dengan adanya paparan iritan yang mampu penetrasi
menembus pertahanan kulit dan menyebabkan kerusakan keratinosit (Smith
dkk, 2002; Elberting dkk, 2014; Tan dkk, 2014).
Keratinosit mengalami perubahan struktur sebagai responnya terhadap
iritan dengan bentuk bervariasi tergantung tipe iritan yang digunakan. Sodium
lauril sulfat (SLS) menimbulkan adanya gambaran sel parakeratosis pada
epidermis atas, sedangkan asam nonanoik menimbulkan adanya gambaran sel
diskeratotik. Aktivitas fungsional keratinosit juga terganggu oleh adanya
iritan, selanjutnya terjadi pelepasan mediator inflamasi, aktivasi limfosit dan
respon vaskular (Smith dkk, 2002; Chew dan Maibach, 2006). Pada kasus
kronis atau kumulatif terjadi kerusakan lapisan pertahanan lipid akibat
hilangnya kohesi korneosit dan deskuamasi. Kondisi ini selanjutnya dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan transepidermal sebagai akibat
terganggunya fungsi barier kulit (Chew dan Maibach, 2006; Elberting dkk,
2014). Gangguan fungsi barier akibat paparan surfaktan menginduksi
pelepasan sitokin seperti interleukin-1α, interleukin-1β, interleukin-6 dan
tumor necrosis factor-α dari keratinosit. Sitokin ini kemudian beraksi sebagai
sinyal pelepasan kemokin proinflamasi yang akan menarik sel mononuklear

3
dan polimorfonuklear pada area yang terpapar bahan iritan (Smith dkk, 2002;
Elberting dkk, 2014; Tan dkk, 2014).
1.5 PATOGENESIS
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan
iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk,
denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya
ikat di kulit (Djuanda, 2010).
Kebanyakan bahan iritan (toksin) merusak membran lemak
keratinosit,tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak
lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan membran akan
mengaktifkan enzim fosfolipase yang akan merubah fosfolipid menjadi asam
arakhidonat, diasilgliserida, platelet activating factor, dan inositida. Asam
arakhidonat diubah menjadi prostaglandin dan leukotrin. Prostaglandin dan
leukotrin menginduksi vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular
sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. prostaglandin dan
leukotrin juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan
neutrofil, serta mengaktivasi sel mast melepaskan histamin, prostaglandin dan
leukotrin lain, sehingga memperkuat perubahan vaskular (Djuanda, 2010).
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik
ditempat terjadinya kontak di kulit yang berupa eritema, edema, panas, nyeri,
bila iritannya kuat. Apabila iritan lemah, akan menimbulkan kelainan kulit
setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh
karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi
sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel di bawahnya (Djuanda,
2010).
1.6 KLASIFIKASI
Dermatitis kontak iritan diklasifikasikan menjadi dermatitis kontak iritan
akut dan dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis) (Wolff & Johnson, 2009).
1) Dermatitis kontak iritan akut
Di tempat kerja, kasus dermatitis iritan akut sering timbul akibat
kecelakaan atau akibat kebiasaan kerja yang buruk, misalnya tidak
memakai sarung tangan, sepatu bot, atau apron bila diperlukan, atau

4
kurang berhati-hati saat menangani iritan. Hal ini juga disebabkan
kegagalan pekerja biasanya karena ketidak tahuan mengenali material
korosif. Dermatitis iritan akut dapat dicegah dan pekerja yang terkena
tidak perlu berpindah pekerjaan. Pendidikan kesehatan sangat penting
disini. Pemakaian sarung tangan, apro, dan sepatu bot yang kedap air saat
bekerja dapat mencegah terjadinya dermatitis iritan akut (Djuanda, 2010).
2) Dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis)
Dermatitis kontak iritan jenis ini disebabkan kontak kulit berulang
dengan iritan lemah. Iritan lemah menyebabkan dermatitis kontak iritan
pada individu yang rentan saja. Lama waktu sejak pajanan pertama
terhadap iritan dan timbulnya dermatitis bervariasi antara mingguan
hingga tahunan, tergantung sifat iritan, frekuensi kontak, dan kerentanan
pejamu. Dermatitis akibat iritan yang terakumulasi misalnya dermatitis
kronis pada tangan yang disebabkan oleh air dan detergen di antara
pencuci piring dan ibu rumah tangga, dan dermatitis akibat cairan
pemotong logam di antara pekerja logam. Pelarut seperti bahan pengencer
dan minyak tanah bila dipakai tidak semestinya seperti sebagai pembersih
kulit sering menyebabkan dermatitis akibat iritan yang terakumulasi
(Djuanda, 2010).
1.7 MANIFESTASI KLINIS
Pada beberapa orang keluhan hanya berupa gejala subjektif seperti rasa
terbakar, tersengat. Dapat juga sensasi nyeri beberapa menit setelah terpajan,
misalnya terhadap asam, kloroform, methanol. Rasa seperti tersengat cukup
lambat terjadi yaitu dalam 1-2 menit, puncaknya dalam 5-10 menit dan
berkurang dalam 30 menit, yang disebabkan oleh aluminium klorid, fenol,
propilen glikol, dan lain-lain (Kartowigno, 2012).
1) Dermatitis kontak iritan akut
Dermatitis kontak iritan akut bisaanya timbul akibat paparan bahan
kimia asam atau basa kuat, atau paparan singkat serial bahan kimia, atau
kontak fisik. Sebagian kasus dermatitis kontak iritan akut merupakan
akibat kecelakaan kerja. Kelainan kulit yang timbul dapat berupa eritema,

5
edema, vesikel, dapat disertai eksudasi, pembentukan bula dan nekrosis
jaringan pada kasus yang berat (Asoly Giovano Imartha, 2015).
2) Dermatitis kontak iritan kronik
Dermatitis kontak iritan kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan
lemah yang berulang-ulang, dan mungkin bisa terjadi oleh karena
kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri
tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung
dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari,
berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian.
Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting
(Asoly Giovano Imartha, 2015).
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit
tebal dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus
berlangsung maka dapat menimbulkan retak kulit yang disebut fisura.
Adakalanya kelainan hanya berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema,
sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan
mengganggu, baru mendapat perhatian (Asoly Giovano Imartha, 2015).
1.8 PENATALAKSANAAN
Untuk mengobati dermatitis kontak iritan perlu diketahui zat iritan
penyebabnya dan proteksi terhadap bahan tersebut. Jika sudah terjadi
dermatitis kontak iritan, pengobatan topikal perlu dilakukan. Peran
kortikosteroid masih kontroversi, namun steroid dapat menolong karena efek
anti inflamasinya. Pada pasien yang kulitnya kering dan mengalami
likenifikasi diberikan emolien untuk meningkatkan perbaikan barrier kulit.
Jika ada infeksi bakteri dapat diberi antibiotik baik topikal maupun sistemik
(Kartowigno, 2012).

6
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

2.1 KATA KUNCI


1. Wanita.
2. 37 tahun.
3. Memiliki 2 orang anak.
4. Terdapat bisul-bisul kecil berwarna merah pada ke 2 telapak tangan.
5. Terjadi setelah klien mencuci pakaian, sejak 3 hari yan lalu.
6. Bisul membanyak dan nyeri.
7. Bengkat ke 2 telapak tangan.
8. Terasa gatal.
9. Tidur terganggu.
10. Klien khawatir dengan kondisinya/ansietas.

2.2 ISTILAH PENTING


1. Bisul-bisul kecil berwarna merah
2. Nyeri/Pain
Nyeri menurut IASP (Internasional Assosiation for the Study of Pain)
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan atau yang cenderung merusak jaringan, atau
seperti yang di maksud dengan kata kerusakan jaringan.
3. Bengkak/Edema
Edema merupakan pembengkakan local yang di hasilkan oleh cairan
dan beberapa sel yang berpimdah dari intravascular ke interstitial (Robbins
et al,2015). Edema adalah salah satu tanda adanya inflamasi. Inflamasi
merupakan reaksi pertahanan organism dan jaringan terhadap kerusakan,
tujuannya adalah memperbaiki kerusakan atau paling tidak membatasiny
serta menghilangkan penyebab kerusakan, seperti baktei atau benda asing
(Silbernagl dan Floran, 2013).
4. Kulit Melepuh/Impetigo

7
Empitigo adalah suatu pioderma yang menyerang lapisan superficial
epidermis yang di sebabkan oleh staphylococcus aureus, streptococcus
pyogenes, atau keduanya.
5. Gatal/Pruritus
Rasa gatal yang dihasilkan, dikondisikan dan di apresiasi pada
beberapa tingkat dalam system syaraf: stimulus, mediator, dan reseptor,
jalur syaraf perifer, pemrosesan di system syaraf pusat, interpretasi.
Bebagai macam stimulus dapat menyebabkan dapat menyebabkan
timbulnya pruritus, termasuk kemungkinan zat kimia, khusunya
histamine, prostaglandin dan beberapa jenis proteinase.
6. Kecemasan/Ansietas
Ansietas merupakan suatu keadaan yang di tandai oleh rasa khawatir
di sertai gejalah somaik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan.
Kecemasan merupakan gejalah umum tetapi non spesifik yang sering
merupakan suatu fungsi emosi (Videbeck, 2018)
Kecemasan berkaitan perasaan tidak pasti dan tak berdya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi di alami secara
subyektif dan di komunikasikan dalammhubungan interpersonal. Ansietas
berbedadengan rasa takut, ang merupakan penilaian intelektual terhadap
suatu yang berbahaya.

2.3 PENGKAJIAN
a. Data demografi
1. Nama : Ny. C
2. Umur : 37 tahun
3. Agama : (tidak terdapat dalam kasus)
4. Jenis kelamin : perempuan
5. Status : sudah menikah
6. Pekerjaan : (tidak terdapat dalam kasus)
7. Suku bangsa : (tidak terdapat dalam kasus)

8
8. Pendidikan : (tidak terdapat dalam kasus)
9. Alamt : (tidak terdapat dalam kasus)
10. Tanggal masuk : (tidak terdapat dalam kasus)
11. Tanggal pengkajian : (tidak terdapat dalam kasus)
12. N. Register : (tidak terdapat dalam kasus)
13. Diagnosa medis : Dermatitis kontak iritan
b. Riwayat kesehatan sekarang
a) Alasan masuk rumah sakit
Bisul semakin membanyak dan terasa perih
b) Keluhan utama
Klien mengeluh terdapat bisul-bisul kecil dikedua telapak tangan
c. Status Kesehatan Masa Lalu
a) Penyakit yang pernah di alami :(tidak terdapat dalam kasus)
b) Pernah dirawat :(tidak terdapat dalam kasus)
c) Alergi :(tidak terdapat dalam kasus)
d) Panas dan gatal :(tidak terdapat dalam kasus)
e) Riwayat Penyakit Keluarga :(tidak terdapat dalam kasus)
f) Diagnosa Medis dan Therapi :(tidak terdapat dalam kasus)
d. Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran :(tidak terdapat dalam kasus)
2) Tanda – tanda Vital
a) TD :-
b) N :-
c) R :-
d) Suhu : -
3) Keadaan fisik :
a) Kepala :(tidak terdapat dalam kasus)
b) Mata :(tidak terdapat dalam kasus)
c) Leher :(tidak terdapat dalam kasus)
d) Dada : (tidak terdapat dalam kasus)
 Paru - paru :-
 Jantung : -
e) Payuh udara dan ketiak :(tidak terdapat dalam kasus)
f) Abdomen : (tidak terdapat dalam kasus)
g) Genetalia :(tidak terdapat dalam kasus)
h) Integumen :(tidak terdapat dalam kasus)
i) Ekstermitas Atas
Klien mengeluh bisul-bisul kecil pada kedua telapak tangan

j) Neurologis
 Status Mental dan emosi : klien merasa khawatir dengan
kondisi yang di alaminya

9
 Pengkajian sarad kranial : -
 Pemeriksaan refleks :-
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Data Laboratorium yang berhubungan :-
2) Pemeriksaan Radiologi :-
3) Hasil Konsultasi :-
4) Pemeriksaan penunjang diagnostik lain :

DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF


Data subyektif Data obyektif
- Klien mengeluh bisul-bisul kecil - Kedua telapak tangan terlihat
pada telapak tangan bengkak
- Klien mengeluh perih/nyerih - Nampak bisul-bisul berwarna
karena bisul semakin banyak merah dan kulit melepuh
- Klien mengatakan tidur terganggu
karena gatal
- Klien mengatakan khawatir
dengan kondisi yang di alaminya

2.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Keruskan Integritas Kulit/Jaringan (D.0129)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
2. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
3. Gangguan Pola Tidur (D.0055)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktifitas/Istirahat

10
2.6 INTERVENSI
No Diagnosa
NOC Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Kerusakan - Integritas - Perlindungan Observasi
integritas kulit / Jaringan: infeksi 1) untuk
jaringan (D.0129) Kulit & Observasi mengetahui
Kategori: lingkungan Membrane 1) Monitor adanya sejaumana
Subkategori: Mukosa tanda dan gejala infeksi yang
keamanan dan - Respon infeksi sistemik timbul.
proteksi Alergi:Lokal dan lokal
Mandiri Mandiri
Definisi: Kriteria hasil : 2) Berikan 2) untuk
Kerusakan kulit Setelah perawatan kulit menghilangk
(dermis dan atau dilakukan yang tepat untuk an edema
epidermis) atau tindakan area (yang yang timbul
jaringan keperawatan mengalami pada pasien
(membranmukosa,ko selama … X edema)
rnea,fasia,otot,tendon 24 jam 3) Anjurkan asupan 3) asupan
,tulang,kartilago,kaps diharapakan cairan dengan cairan sangat
ul sendi dan/atau pasien dapat: tepat diperlukan
ligament) Kolaborasi untuk
1. suhu kulit 4) Instruksikan menambah
Gejala dan tanda tidak pasien untuk cairan tubuh
mayor: terganggu minum
Subjektif:- 2. tidak ada lesi antibiotikyang
pada kulit diresepkan Kolaborasi
Objektif: 3. tidak ada Health Education 4) untuk
1. Kerusakan pengerasan 5) Ajarkan pasien mencegah
jaringan dan/atau (kulit) dan keluarga kambuhnya
lapisan kulit 4. tidak ada rasa pasien nyeri
2. Nyeri gatal setempat bagaimana cara
3. Kemerahan (lokal) menghindari Health
4. hematoma 5. tidak edema infeksi Education
setempat 5) agar klien
(lokal) - Perawatan dan keluarga
6. nyeri kulit:pengobatan dapat secara
setempat topical mandiri
(lokal) tidak Observasi menghindari
ada 6) Dokumentasikan infeksi tanpa
derajat kerusakan bantuan

11
kulit perawat
Mandiri
7) Periksa kulit
setiap hari bagi
pasien yang Observasi
beresiko 6) mengetahui
mengalami kerusakan
kerusakan kulit kulit klien
8) Bersihkan Mandiri
dengan sabun 7) untuk
anti biotik melihat
dengan tepat proses
perubahan
Pengecekan Kulit kulit pasien
Observasi
9) Monitor warna 8) untuk
dan suhu kulit menghindari
10) Monitor kulit adanya
untuk adanya resiko
kekeringan yang kerusakan
berlebihan dan kulit
kelembaban
11) monitor Observasi
infeksi,terutama 9) perubahan
dari daerah warna kulit
edema kemerahan
12) monitor sumber menunjukka
tekanan dan n
gesekan peningkatan
suhu tubuh
Mandiri 10) kulit kering
13) gunakan alat dapat
pengkaji untuk memicu
mengidentifikasi adanya
pasien beresiko gatal pada
mengalami kulit jika
kerusakan kulit dia lembab
(misalnya,skala 11) untuk
braden) menghinda
ri bakteri
Health Education yang
14) ajarkan anggota menempel

12
keluarga/pemberi pada
asuhan mengenai daerah
tanda-tanda yang
kerusakan terinfeksi
kulit,dengan terutama
tepat pada
daerah
edema
12) untuk
menghinda
ri luka
pada kulit
Mandiri
13) untuk
mengetahui
adanya
kerusakan
kulit pada
pasien

Health
Education
14) pasien dan
keluarga
pasien
dapat
mengetahui
kerusakan
kulit
2. Nyeri Akut  Kontrol Nyeri  Monitor TTV
(D.0077)  Tingkat Nyeri Obeservasi :
Kategori : 1) Identivikasi 1) Untuk
psikologis Setelah kemungkinan mencegah
Sub kategori : nyeri dilakukan penyebab dan
dan kenyamanan perawatan 1x24 perubahan ttv menyiapkan
jam Nyeri Mandiri :
Definisi Akutdapatdiatasi 2) Monitor tekanan 2) Untuk
:pengalaman dengan criteria darah, nadi, mengecek
sensorik atau hasil suhu, dan status apakah
emosional yang Kontrol Nyeri : pernafasan ttvnya
berkaitan dengan  Secara  Manajemen Nyeri normal
kerusakan jaringan konsisten Observasi :
aktual atau dapat 3) Lakukan

13
fungsional, dengan mengenali pengkajian nyeri 3) Untuk
onset mendadak kapan nyeri komperehensif mengetahui
atau lambat dan terjadi yang meliputi letak,
berintensitas ringan  Secara lokasi, frekuensi,
hingga berat yang konsisten karakteristik, kualitas,
berlangsung kurang dapat durasi, frekuensi, durasi, dan
dari 3 bulan. menggambark kualitas, karakteristik
Penyebab : an faktor intensitas, atau nyeri agar
 Agen penyebab beratnya nyeri dapat diatasi
pencedera nyeri dan faktor dengan cara
kimiawi Tingkat Nyeri : pencetus yang tepat.
( mis,  Nyeri yang Mandiri :
terbakar, dilaporkan 4) Kendalikan 4) Sebab faktor
bahan kimia sedang faktor lingkungan
iritan  Panjangnya lingkungan yang sangat
Gejala dan tanda episode nyeri dapat mempengaru
mayor : sedang mempengaruhi hi tingkat
Subjektif :  Sudah bisa respon pasien stres pasien,
 Mengeluh beristirahat terhadap terutama
nyeri ketidaknyamana dalam
Objektif: n (suhu, ruangan, penanganan
 Sulit tidur pencahayaan, nyeri
suara bising)
Kondisiklinisterkait HE : 5) Agar pasien
: 5) Ajarkan prinsip- dapat
 Cedera trauma prinsip mengetahui
manajemen nyeri prinsip
manajement
Kolaborasi : nyeri agar
6) Berikan individu kedepan
penurun nyeri dapat
yang optimal melakukan
dengan manajemen
peresepan nyeri dengan
analgesik tepat dan
 Terapi Relaksasi benar
Mandiri :
7) Ciptakan 6) Untuk
lingkungan yang mengurangi
tenang dan tanpa tingkat nyeri
distraksi dengan yang
lampu yang dirasakan

14
redup dan suhu pasien
lingkungan yang
nyaman jika 7) Agar pasien
memungkinkan. tetap rileks
8) Evaluasi dan sehingga
dokumentasikan nyeri dapat
respon terhadap berkurang
terapi relaksasi dengan cepat
Kolaborasi :
9) Gunakan 8) Untuk
relaksasi sebagai mengetahu
strategi apakah
tambahan dengan terapi
(penggunaan) relaksasi
obat-obatan nyeri yang
atau sejalan diajarkan
dengan terapi berhasil
lainnya dengan
tepat 9) Penurunan
nyeri
menggunaka
n obat-
obatan tidak
cukup, perlu
ditambahkan
dengan
kondisi
tubuh yang
rileks, tidak
stres
sehinggan
penurunan
tingkat nyeri
dapat
berhasil.
3 Gangguan Pola - Tidur Peningkatan tidur Observasi
Tidur (D.0055) - Kelelahan:ef Observasi 1) Untuk
Kategori : fisiologis ek yang 1) Tentukan efek dari Mengkaji
Subkategori: mengganggu obat (yang bukti
Aktifitas/istirahat dikonsumsi)pasien perbaikan
Kriteria hasil : terhadap pola tidur tidur
Definisi : Setelah Mandiri

15
Gangguan kualitas dilakukan 2) Bantu untuk Mandiri
dan kuantitas waktu tindakan menghilangkan 2) Membantu
tidur akibat factor keperawatan situasi stres agar jam
eksternal. selama … X sebelum tidur. tidur pasien
24 jam kembali
Gejala dan tanda diharapakan Kolaborasi teratur
mayor: pasien dapat : 3) Dorong secara
penggunaan obat normal.
Subjektif: tidur yang tidak
1. Mengeluh - Pola tidur mengandung (zat) Kolaborasi
tidurnya klien tidak penekan tidur 3) untuk
terganggu karena terganggu REM membantu
gatal. - Klien tidak kenyaman
ada nyeri Health Education tidur klien
Objektif:- - Perasaan 4) Anjurkan pasien
segar setelah untuk menghindari Health
tidur tidak makanan sebelum Education
terganggu tidur dan minum 4) Agar pasien
- Tidak ada yang mengganggu dapat tidur
gangguan tidur lebih
dengan 5) Ajarkan pasien nyaman dan
aktivitas dan orang terdekat cepat tidur
sehari-hari mengenai factor 5) Agar supaya
klien yang berkontribusi klien dapat
terjadi gangguan mengetahui
pola tidur factor yang
(misalnya,fisiologi mengganggu
s,psikologis,pola pola tidur
hidup,perubahan klien
shift kerja yang
sering,perubahan Observasi
zona waktu yang 6) Mendilatasi
cepat,jam kerja ketegangan
yang panjang dan otot-otot
berlebihan,dan
factor lingkungan Mandiri
lainnya). 7) Pelibatan
klien secara
Pengurangan aktif dalam
kecemasan tindakan
Observasi keperawatan
6) Kaji untuk tanda merupakan

16
verbal dan non support yang
verbal kecemasan mungkin
berguna bagi
Mandiri klien dan
7) Bantu klien meningkatka
mengidentifikasi n kesadaran
situasi yang diri klien
memicu 8) Agar klien
kecemasan mengetahui
8) Instruksikan klien situasi
untuk kecemasan
menggunakan
tehnik relaksasi Kolaborasi
9) Untuk
Kolaborasi memberikan
9) Atur penggunaan obat sesuai
obat-obatan untk jadwal
mengurangi
kecemasan secara Health
tepat. Education
Health Education 10) Pasien
10) berikan informasi mengetahui
factual terkait tentang
diagnosis,perawat penyakitnya,
an dan prognosis mengurangi
kecemasan
terhadap
tindakan
yang akan
dilakukan

17
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 SIMPULAN
Dermatitis dalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Perdangan ini bisa terjadi dimana saja namun
yang paling sering adalah tangan dan kaki. Ada yang disebut Dermatitis
Kontak yaitu peradagan yang di sebabkan oleh kontak dengan suatu zat
tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas
yang tegas. Dan di bagi menjadi 2 yaitu Dermatitis Kontak Iritan (DKI) yang
merupakan respon non-imunologi dan Dermatitis Kontak Alergik (DKA)
yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik.
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Jumlah penderita dermatitis kontak
iritan diperkirakan cukup banyak terutama yang berhubungan dengan
pekerjaan (dermatitis kontak iritan akibat kerja). Penyebab munculnya
dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut,
detergen, minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk kayu.
3.2 SARAN
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari pada dermatitis
tersebut, maka kita harus dapat menyadari betapa pentingnya kebersihan diri
dan lingkungan. Oleh karena itu, kita berharap dengan adanya kesadaran,
semua masyarakat dapat membersihkan dan memelihara lingkungan dengan
baik. Mudah mudahan harapan kita semua untuk hidup bersih dapat
diwujudkan bagi kita semua untuk menghindari penyakit

1. Untuk Instansi. Pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara


optimal sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan

2. Untuk Klien dan Keluarga. Perawatan tidak kalah pentingnya dengan


pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan
yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asoly Giovano Imartha. Juni 2015. “Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada
Petugas Sampah di TPA”. Medical Journal of Lampung University.
Volume 4 , Nomor 7. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/ 02 Oktober 2018.
Rizadin Anshar, Ratih Pramuningtyas, Devi Usdiana. Agustus 2016. “Wet Work
Correlation With The Incidence Of Occupational Contact Dermatitis To
Health Care In X Hospital, Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan”
Biomedika, Volume 8 Nomor 2. http://journal.ums.ac.id 02 Oktober 2018
Maharani,Ayu. 2015. Penyakit Kulit. Pustaka Baru Press. Bantul, Yogyakarta
R Clevere Susanto, GA Made Ari M. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Nuha
Medika. Yogyalarta.

19

Anda mungkin juga menyukai