BAB 15
Rod Ellis
Pendahuluan
Formal instruksi dalam tata bahasa tidak akan berkontribusi pada pengembangan
pengertahuan yang ‘diperoleh’ dari pengetahuan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi
dalam otentik komunikasi. Prabhu (1987) telah mencoba untuk menunjukkan, dengan
beberapa keberhasilan, bahwa kelas pelajar dapat memperoleh tata bahasa L2 (bahasa
kedua) secara natural dengan berfokus pada tugas-tugas lembaga lainnya. Pengajaran
tata bahasa formal sendiri memiliki efek yang tertunda, bukan instan. Fokus dalam
artikel ini adalah jika kita mengajarkan tata bahasa, bagaimana cara kita mengajarkan.
Ellis (1990), untuk alasannya mengalihkan perhatian pada bagaimana kita harus mulai
melakukannya. Secara khusus ada dua pertimbangan dan dua pendekatan yang akan
digunakan sebgai ‘praktik’ serta ‘peningkatan kesadaran’. Kemudian secara singkan
mempertimbangkan kasus untuk latihan dan berpendapat bahwa bukti yang tersedia
menunjukkan bahwa itu tidak seefektif yang diyakini secara umum.
A. MENENTUKAN PRAKTEK dan MENINGKATKAN KESADARAN
Bagi kebanyakan guru, gagasan utama pengajaran tata bahasa adalah untuk
membantu peserta didik menginternalisasi struktur diajarkan sedemikian rupa
sehingga mereka dapat digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Untuk tujuan
ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mempraktikkan struktur, pertama
dalam kondisi terkendali, dan kemudian dalam kondisi komunikatif yang lebih
normal. 'Tahap latihan terdiri dari serangkaian latihan yang bertujuan untuk
membuat peserta didik menyerap struktur secara menyeluruh atau kata Iain,
untuk menstransfer apa yang mereka ketahui dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang'.( Ur,1988)
Untuk membedakan sejumlah jenis kegiatan praktik mekanis praktik, praktik
kontekstual, dan praktik komunikatif. Praktik terdiri dari berbagai jenis aktivitas
yang dikontrol secara kaku, seperti latihan substitusi. Praktik kontekstual masih
dikontrol, tetapi melibatkan upaya untuk mendorong peserta didik
menghubungkan bentuk dengan makna dengan menunjukkan bagaimana
struktur digunakan dalam situasi kehidupan nyata. Praktik komunikatif
memerlukan berbagai jenis kegiatan 'kesenjangan' yang mengharuskan pelajar
untuk terlibat dalam komunikasi otentik sementara pada saat yang sama
'mengawasi, seolah-olah, pada struktur yang dimanipulasi dalam proses' (Ur,
1988, hal. 9).
Terlepas dari praktik yang dikendalikan, di kontekstualisasikan, ataupun
komunikatif akan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Ada beberapa upaya untuk mengisolasi fitur tata bahasa tertentu yang
terfokus.
2. Peserta didik dituntut untuk menghasilkan kalimat yang mengandung Ciri
yang ditargetkan.
3. Peserta didik akan diberikan kesempatan untuk pengulangan fitur yang
ditargetkan.
4. Diharapkan peserta didik dapat melakukan fitur tata bahasa dengan benar.
5. Para peserta didik menerima umpan balik tentang apakah kinerja tata bahasa
strukturmereka benar atau tidak. Umpan balik ini mungkin bisa terjadi secara
langsung atau tertunda.
Kelima karakteristik tersebut merupakan definisi tentang apa yang di
kemukakan para ahli metodologi mengenai praktik. Perlu diperhatikan bahwa
setiap karakteristik merupakan asumsi tentang bagaimana tata bahasa dipelajari.
Pada umumnya, asumsi ini tidak tertandingi dan telah menjadi bagian dari
mitologi pengajaran bahasa.
2. Peserta didik diberikan data yang menggambarkan fitur yang ditargetkan dan
mereka juga diberikan aturan eksplisit yang menjelaskan atau menjelaskan fitur
tersebut.
Bahwa tujuan dari kegiatan praktek bidang ini mengembangkan jenis kontrol
otomatis struktur tata bahasa yang akan memungkinkan peserta didik
menggunakannya secara produktif dan spontan. Ada alasan untuk percaya
bahwa ini mungkin tidak dapat dicapai, masalahnya terletak pada asumsi bahwa
kita dapat mengajarkan tata bahasa untuk digunakan dalam komunikasi. Jika kita
menurunkan pandangan kita dan sebaliknya bertujuan untuk mengembangkan
kesadaran peserta didik tentang apa yang benar tetapi tanpa harapan bahwa kita
dapat membawa peserta didik ke titik di mana dia dapat menggunakan
pengetahuan ini dalam komunikasi normal. Maka dari itu peningkatan kesadaran
didasarkan pada tujuan yang lebih rendah.
Proses pertama dan kedua melibatkan perhatian sadar bahasa, sedangkan proses
ketiga terjadi pada tingkat yang sangat 'dalam', yang umumnya tidak disadari
oleh pelajar. Memperhatikan dan membandingkan dapat terjadi kapan saja tetapi
mereka tidak diatur secara perkembangan. Selanjutnya, peningkatan kesadaran
kontribusi pada perolehan pengetahuan implisit dengan cara utama yaitu :
Tugas peningkatan kesadaran bisa bersifat induktif atau deduktif. Dalam kasus
yang pertama, pelajar diberikan data dan diminta untuk membuat aturan eksplisit
untuk menggambarkan fitur grammatikal yang diilustrasikan oleh data. Dalam
kasus yang terakhir, pelajar diberikan sebuah aturan yang kemudian digunakan
untuk melaksanakan beberapa tugas.