Anda di halaman 1dari 3

Teori Social Learning Bandura

Teori Social Learning atau Teori Pembelajaran sosial terkenal dengan sebutan observational
learning yang dikembangkan oleh Albert Bandura untuk memenuhi kepribadian manusia
melalui penelitian-penelitian. Teori pembelajaran sosial merupakan terciptanya pembelajaran
ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Informasi yang didapatkan
dengan cara memperhatikan dari orang yang ditiru. Bandura memandang tingkah laku
manusia bukan hanya reflek otomatis dan stimulus, melainkan akibat dari reaksi yang timbul
hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia. Dasar prinsip teori ini,
bahwa yang dipelajari individu terutama dalam pembelajaran sosial dan moral terjadi melalui
peniruan dan penyajiannya yaitu perilaku/modeling. Idividu belajar mengubah perilakunya
dengan melihat cara orang atau sekelompok orang merespon sebuat stimulus. Individu dapat
mempelajari respon baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku orang lain. Menurut
Bandura belajar observasi sebagai proses kognitif yang melibatkan atribut manusia seperti,
bahasa, oralitas, pemikiran dan regulasi diri perilaku.

B
Behavior
Motor responses
Verbal responses
Social interactions

P E
Person Environment
Cognitive abilities Physical surroundings
Physical Characteristics Family and friends
Beliets and attitudes Other social influences

Gambar 2.1. Determinan social learning theory oleh Bandura (1977)

Bandura (1986) dalam mengatakan bahwa terdapat empat elemen dalam teori social
learning yaitu memperhatikan, menyimpan informasi, menghasilkan perilaku dan termotivasi
untuk mengulang perilaku
1. Fase perhatian/attention
Pada fase ini prose perhatian (attention) penting dalam pembelajaran, karena tingkah
laku baru tidak akan didapat tanpa adanya perhatian pembelajaran. Pengamat
memperhatikan kegiata yang dilakukan model yang ditiru dan memahaminya.
2. Fase pengigat/retention
Pada fase ini pengamat harus mengingat yang telah dilihatnya. Pengamat mengubah
informasi yang diamati menjadi gambaran suatu hal yang dialami oleh model atau
mengubah simbol verbal dan menyimpan diingatanya, yaitu seperti pengkodean
simbolik, pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol serta pengulangan motorik.
3. Reproduksi motorik/reproduction
Pada Proses peniruan mengubah ide gambaran menjadi tidakan. Gambaran atau
simbol yang didapat dari model akan menjadi pembanding tindakan. Individu akan
membandingkan antara dirinya sendiri dengan perilaku model, mencakup kemampuan
fisik, meniru dan keakuratan umpan balik.
4. Motivasi/motivation
Pada teori ini membedakan antara perolehan dan perbuatan. Individu kemungkinan
memperoleh sebuah perilaku dari observasi, tetapi tidak melakukan perbuatan itu
sampai ada motivasi atau intensif melakukannya.
Terdapat enam faktor dalam teori social learning, yaitu:
1. Status perkembangan
Meningkatnya pemutusan perhatian yang lebih lama dan kapasitas untuk informasi
menggunakan berbagai strategi, membandingkan kinerja dengan representasi ingatan,
dan mengadopsi motivator intrinsik.
2. Prestise dan kompetensi
Model memberikan perhatian yang besar terhadap model yang berkompeten dan
berstatus tinggi. Perilaku yang dijadikan model memberikan informasi nilai
fungsional. Pengamat berusaha belajar tindakan yang diyakini sebagai tindakan yang
perlu dilakukan oleh pengamat.
3. Vicarious consequences
Model berkonsekuensi memberikan informasi tentang kesesuaian antara perilaku
dengan tindakan yang dihasilkan
4. Ekspektasi hasil
Melakukan tindakan berkemungkinan diperagakan model yang diyakin tepat dan
menghasilkan suatu yang rewarding
5. Menetapkan hasil
Pengaamat cenderung memperhatikan model yang memperlihatkan perilaku yang
membantu pengamat mencapai tujuannya
6. Efikasi diri
Pengamat memperhatikan model, jika percaya maka pengamat mampu mempelajari
atau melakukan perilaku yang dilakukan model. Observasi yang dilakukan mirip
mempengaruhi efikasi diri.
Sedangkan prinsip teori social learning terdapat tiga variabel, yaitu:
1. Faktor personal/kognitif
Faktor personal yaitu pembawaan, kepribadian, dan temperamen, sedangkan faktor
kognitif mencakup ekspetasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan. Faktor ini
ditekankan oleh Bandura adalah self-efficacy atau efikasi diri dimana digunakan
sebagai keyakinan kemampuan diri sendiri dalam menghadapi dan memecahkan suatu
masalah yang efektif.
2. Faktor lingkungan
Memahami perilaku individu perlu pemahaman antara interksi individu dengan
lingkungannya mencakup lingkungan keluarga, teman-teman atau masyarakat.
Menurut Cram (1992) dalam bahwa teori social learning menunjukan perilaku tidak
hanya dipengaruhi oleh personal atau model, tetapi ditujukkan oleh media massa.
Media massa dapat berbentuk video, film, televisi, radio, buku, majalah, surat kabar
dan media sosial .
3. Faktor perilaku
Bandura menjelaskan bahwa perilaku manusia dalam konteks timbal balik yang
berkeinginan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Individu akan
membentuk perilaku dengan meniru perilaku di lingkungan sebagai model dan
belajar. Belajar adalah proses peniruan yang terjasi sesuai dengan situasi dan
tujuannya. Semua fenomenapembelajaran yang dihasilkan dari pengalaman langsung
terjadi melalui pengamatan perilaku orang lain.

Anda mungkin juga menyukai