PERANCANGAN PROSES
1.1 Pendahuluan
Proses Kimia Transformasi (perubahan) suatu bahan baku menjadi produk yang
dikehendaki. Proses kimia dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu : Reaksi,
Pemisahan, Pencampuran, Pendinginan, Perubahan Tekanan, Pengecilan, dan
Pembesaran ukuran partikel.
Langkah-langkah dalam menentukan suatu proses yang optimum:
● Sintesa
● Simulasi
● Optimisasi
Sintesa
Sintesa suatu proses kimia meliputi dua aktifitas yaitu :
1. Pemilihan tahap-tahap transformasi.
2. Tahapan-tahapan ini dihubungkan untuk menghasilkan suatu struktur yang
disebut Flow Sheet.
2
Gambar.1-1b
Simulasi proses bisa dilaksanakan setelah struktur flow sheet dibuat.
Optimisasi
Optimisasi adalah aktifitas melakukan perubahan-perubahan untuk
meningkatkan performance.
Optimisasi ada dua :
1. Optimisasi struktur mencari struktur-struktur lain yang performancenya
lebih baik.
2. Optimisasi parameter tiap struktur dapat dioptimisasi lagi dengan merubah
kondisi operasi.
Proses memerlukan reactor untuk merubah feed menjadi produk. Namun tak
semua feed beraksi, juga sebagian feed bereaksi menjadi by produk. Suatu
sistim pemisahan dibutuhkan untuk memisahkan produk dari feed yang tak
bereaksi dan by produk. Feed yang tak beraksi di-recycle. Flow sheet yang
ditunjukan pada gambar 1-2 adalah sangat tak efficient dalam pemakaian
3
energi. Untuk membuat flow sheet lebih efficient, maka perlu dilakukan
recovery panas.
Dalam hal ini dilakukan perpaduan (integrasi) dari operasi pemanasan dan
pendinginan. Panas dari aliran panas yang akan didinginkan dimanfaatkan
untuk memanaskan aliran dingin yang akan dinaikan suhunya.
Gambar 1-3 menunjukkan dua alternative flow sheet yang melibatkan integrasi
panas ini
4
Gambar 1-3, merupakan pilihan reactor dan separator, yang terdapat beberapa
kemungkinan pilihan integrasi panas.
Flow sheet pada gambar 1-2 dan gambar 1-3 mempunyai rancangan
reaktor yang sama. Andaikan jumlah feed yang bereaksi diperbesar dengan
memperbesar ukuran reactor. Dalam hal ini jumlah feed dalam aliran keluar
reactor lebih sedikit sedang jumlah produk dan by produk menjadi lebih
banyak. Perubahan rancangan reaktor ini menyebabkan perubahan dalam
permasalahan pemisahan dan recycle. Gambar 1-4 menunjukkan flow sheet
pada kondisi yang demikian ini. Flow sheet pada gambar 1-4 tak melibatkan
integrasi panas yang tentunya sangat tak efficient dalam pemakaian energi.
Gambar 1-5 menunjukkan dua alternative flow sheet yang melibatkan integrasi
panas.
Berbagai alternatif flow sheet dapat dievaluasi dengan simulasi dan
perhitungan biaya. Dengan dasar ini nampaknya flow sheet pada gambar 1-3b
lebih baik dari pada flow sheet pada gambar 1-3a, 1-5a, dan 1-5b.
Yang dapat dilaksanakan pada simulasi
1. Meramalkan laju alir, komposisi, suhu, dan tekanan aliran produk.
2. Spesifikasi peralatan proses
3. Menentukan bahan baku yang digunakan
4. Menentukan kebutuhan energy
5. Evaluasi performance (kinerja) struktur perancangan
Perancangan terdiri dari :
1. Economic Performance
2. Keamanan terhadap lingkungan
3. Kebutuhan Energy
4. Kriteria Kesehatan dan Keselamatm Kerja
5. Kemudahan dalam pengoperasian dan pengendalian
6. Fleksibilitas (kemampuan untuk beroperasi pada kondisi-kondisi yang
bervariasi seperti variabilitas bahan baku dan spesifikasi produk)
7. Availability (jumlah jam operasi pertahun)
5
Beberapa dari kriteria ini (seperti EP) dapat dihitung secara kuantitatif. Evaluasi
faktor-faktor yang tak dapat di kuantifisir memerlukan judgment design.
6
7
1.3 Hierarchy Perancangan Proses dan Model Bawang
Pusat suatu proses kimia adalah raktor, karena reaktor adalah tempat di dalam
proses dimana bahan baku diubah menjadi produk perancangan reaktor yang
dipilih akan menghasilkan campuran bahan umpan yang tak terkonversi,
produk, dan by produk, yang perlu dipisahka. Sehingga perancangan reaktor
menentukan persoalan pemisahan dan recycle. Berarti perancangan sistim
pemisahan dan recycle dapat dilaksanakan setelah perancangan reaktor
dilakukan. Sistim reaktor, pemisahan, dan recycle bersama-sama menentukan
persoalan proses pemanasan dan pendinginan. Keperluan pemanasan dan
pendinginan yang tak dapat dipenuhi oleh luar oleh recovery panas, harus
disupply dari luar yaitu dari utilitas (steam, cooling water, etc). Hierarchy
perancangan proses ini dapat disajikan dalam bentuk diagram bawang (lihat
Gambar 1-6).
8
secara komplit, perancangan untuk “lapisan luar dari bawang” perlu juga
diadakan.
Pendekatan-pendekatan dalam Perancangan Proses
Ada dua pendekatan untuk perancangan Proses Kimia
1. Membentuk struktur dari “kecil ke besar”
2. Menciptakan dan mengoptimisasi struktur yang “besar “ atau “rumit”
yang kemudian dapat disederhanakan (dari “besar” ke “kecil”)
1. Membentuk Struktur dari “kecil” ke “besar”
Perancangan dimulai dengan memilih reaktor, kemudian menambahkan
sistim pemisahan atau recycle, dst. Pada setiap tahap, kita harus membuat
keputusan berdasar informasi yang tersedia pada tahap itu. Kemampuan untuk
melihat kedepan pada perancangan yang sempurna bisa saja memberikan
keputusan yang berebeda. Sayangnya hal ini tak mungkin dilaksanakan, karena
keputusan hanya berdasarkan pada gambaran yang belum sempurna.
Kejelekan Pendekatan ini:
a. Keputusan-keputusan yang berbeda dimungkinkan pada tiap-tiap tahap
perancangan. Untuk memastikan bahwa kita telah membuat keputusan
yang terbaik, alternatif-alternatif lain harus di evaluasi secara tepat tanpa
menyempurnakan perancangan untuk alternatif ini dan
meng-optimisasikan kondisi operasinya. Ini berarti bahwa banyak
perancangan-perancangan yang harus disempurnakan dan
dioptimisasikan untuk memperoleh yang terbaik.
b. Walaupun kita telah menyempurnakan dan mengevaluasi banyak
alternative, hal ini tak menjamin kita memperoleh suatu perancangan
yang terbaik. Hal ini disebabkan karena dimungkinkannya interaksi
antar peralatan-peralatan di dalam flow sheet.
Keuntungan Pendekatan ini:
Designer (perancang) dapat tetap mengendalikan keputusan-keputusan
dasar selalu ber-interaksi dengan hasil rancangannya.
2. Membentuk Struktur dari “Besar” ke “kecil”
9
Pada pendekatan ini, dibuat (dibentuk) suatu struktur yang disebut
“Super Structure” atau “hyperstructure”. Pada struktur ini dimasukkan semua
operasi-operasi proses yang layak dan seluruh interkoneksi-interkoneksi yang
layak, dan merupakan calon untuk perancangan yang optimal. Sebagai contoh,
tinjaulah Gambar 1-7 yang merupakan flow sheet proses pembuatan benzene
dan reaksi antara toluene dan hydrogen. Pada gambar 1-7 ini hydrogen sebagai
bahan baku mengandung sedikit methane sebagai pengotor.
Ada beberpa option (alternatif) yang di masukkan dalam struktur flow sheet ini,
antara lain:
Option Umpan Hydrogen
- Memurnikan umpan hydrogen dengan membrane sebelum masuk ke proses.
- Umpan hydrogen langsung masuk ke proses tanpa pemurnian lebih dahulu
Option Reaktor
- Operasi Isotermal
- Operasi Adiabatis
Persoalan Perancangan kemudian diformulasikan sebagai persoalan
matematik yang menghasilkan Persamaan-persamaan Perancangan
dinyatakan dalam Variabel-Variabel Perancangan.
Persamaan-persamaan Perancangan terdiri dari:
● Persamaan Model alat (unit)
● Konstrain alat (unit) yang dispesifikasi
Variabel-variabel Perancangan ada dua Type
● Variabel continue, yang terdiri dari variable proses (operasi) dari pada
tiap unit (flow rate, kompesisi, suhu, dan tekanan), variable ukuran
(volume, luas perpindahan panas, dsb), dan variable harga (biaya dan
keuntungan yang berhubungan dengan unit)
● Variabel Integer, yang berhubungan dengan keputusan mengenai
struktur dari pada flow sheet. Variabel ini menjelaskan adanya suatu
unit tertentu atau hubungan tertentu. Harga variable ini satu bila unit
atau hubungan itu ada, dan harganya nol bila unit atau hubungan itu tak
ada.
10
Langkah terakhir adalah menyelesaikan persoalan matematik ini melalui
penerapan algoritma optimisasi. Dalam hal ini potensial ekonomi
dimaksimumkan atau biaya diminimumkan dalam suatu optimisasi struktur
& parameter.
Kejelekan Pendekatan ini:
a. Pendekatan ini gagal dalam menemukan struktur yang optimal bila
struktur awal tak memiliki struktur optimal di dalamnya. Makin banyak
option yang di masukkan ke dalam struktur, maka besar peluang struktur
optimal termasuk di dalamnya.
b. Bila masing-masing satuan operasi disajikan dengan akurat, maka
profile potensial ekonomis yang menghasilkan menjadi sangat besar dan
tak terakur. Profile potensial ekonomis akan membentuk seperti bukit
dengan banyak gunung menyatakan Local Optimum dari pada potensial
ekonomis. Puncak yang tertinggi merupakan Global Optimunya.
c. Designer (perancang) tak diberi wewenang dalam pengambilan
keputusan. Sehingga faktor-faktor yang tak dapat dikuantifisin seperti
keselamatan, layout, dsb tak dapat diperhitungkan.
Keuntungan Pendekatan ni:
a. Alternatif-alternatif perancangan yang bermacam-macam dapat ditinjau
pada saat yang sama.
b. Prosedur perancangan dapat diakomodasikan dalam suatu program
computer yang mampu menghasilkan perancangan dengan cepat dan
efisien.
11
BAB II
PEMILIHAN REAKTOR
12
Dikehendaki untuk menghasilkan Vinyl Chloride terdapat 3 jalan reaksi yang
dapat dipilih, yaitu
1. C2H2 + HCl → C2H3Cl
2. C2H4 + Cl2 → C2H4Cl2
C2H4Cl2 → C2H3Cl + HCl
3. C2H4 + ½ O2 + 2HCl → C2H4Cl2 + H2O
C2H4Cl2 → C2H3Cl + HCl
Harga pasar dan berat molekul bahan-bahan ditunjukan pada table berikut.
Tabel : Berat Molekul Dan Harga Pasar Bahan-bahan
Bahan Berat Molekul Harga ($/kg)
Acetylene 26 0.94
Chlorine 71 0.21
Ethylene 28 0.53
Hidrogen Chloride 36 0.35
Vinyl Chloride 62 0.42
Oksigen dapat dianggap gratis diperoleh dari udara atmosfir. Jalan reaksi mana yang
paling layak (fleksibel) ?
Penyelesaian :
1. Dihitung Economic Potential masing-masing jalan reaksi
*Jalan reaksi 1
EP = ( 62 X 0.42 ) – ( 26 X 0.94 + 36 X 0.35 )
= - $ 11 0/Kmol Produk Vinyl Chloride
*Jalan reaksi 2
EP = ( 62 X 0.42 + 36 X 0.35 ) – ( 28 X 0.35 + 71 X 0.21 )
= $ 8.89/Kmol Produk Vinyl Chloride (Apabila produk samping HCl dapat
dijual).
Apabila HCl tidak dapat dijual
EP = ( 62 X 0.42 ) – ( 28 X 0.53 + 71 X 0.21 ) = - $ 3.71/Kmol Produk Vinyl
Chloride
*Jalan reaksi 3
13
EP = ( 62 X 0.42 ) – ( 28 X 0.53 + 63 X 0.35 )
= - $ 1.40/Kmol Produk Vinyl Chloride
Jalan reaksi 1 dan 3 jelas tidak fleksibel. Hanya jalan reaksi 2 yang menunjukkan
nilai Economic Potential (EP) yang positif, bila produk samping HCl dapat dijual.
Contoh Soal 2.2
Sarankan suatu proses dari jalan reaksi soal 1. Yang menggunakan Ethylene
dan Chlorine sebagai bahan baku dan tak menghasilkan produk samping kecuali H2O.
Apakah proses ini menarik secara ekonomis ?
Penyelesaian :
Jalan reaksi baru ini dapat diperoleh dengan menggabungkan jalan reaksi 2
dan jalan reaksi 3, yaitu :
C2H4 + Cl2 → C2H4
C2H4 + ½ O2 → C2H4Cl2
C2H4Cl→ 2C2H3Cl + 2HCl
Reaksi netto adalah
2C2H4 + Cl2 + ½ O2 → 2C2H3Cl + H2O
atau 2C2H4 + ½ Cl2 + ¼ O2 → C2H3Cl + ½ H2O
Economic Potential (EP) untuk jalan reaksi baru adalah
EP = ( 62 X 0.42) – ( 28 X 0.53 + 71 X 0.21 )
= $ 3.75/Kmol Produk Vinyl Chloride
Jalan reaksi yang baru inilah yang biasanya diterapkan secara komersial. Jalan reaksi
2 pada contoh soal 1 adalah yang paling menarik secara ekonomis bila tersedia pasar
yang cukup kuat untuk produk samping HCl. Namun dalam praktek, cukup sulit
untuk menjual HCl karena pasar untuk HCl cenderung terbatas.
14
4. Reaksi Seri-Paralel
5. Reaksi Polimerisasi
16
II.2.5 Reaksi Polimerisasi
Ada dua type reaksi polimerisasi
● Reaksi polimerisasi yang meliputi tahap terminasi
● Reaksi polimerisasi yang tak meliputi tahap terminasi.
Contoh reaksi polimerisasi type I :
Polimerisasi radikal bebas daripada molekul alkene. Reaksi polimerisasi ini
memerlukan sebuah radikal bebas dari suatu senyawa initiator seperti peroxide.
Iritiator ini pecah membentuk radikal bebas (missal –CH3 atau –OH) yang melekat
pada molekul alkene dan menimbulkan radikal bebas yang lain. Kita tinjau
polimerisasi Vinyl Chloride dari initiator R.
Initiation Step
● R + CH2=CHCl → RCH2 – CHCl
Initiator Vinyl Chloride Radikal bebas Vinyl Chloride
Prepagation Step
RCH2 – CHCl + CH2==CHCl → RCH2–CHCl–CH2–CHCl
Demikian seterusnya, sehingga terbentuk molekul dengan struktur
R(CH2CHCl)nCH2.CHCl
Termination Step
R(CH2CHCl)nCH2CHClCH2Cl(CHClCH2)11. R’
Tahap terminasi ini menghentikan pertumbuhan lebih lanjut daripada rantai polymer.
Proses pertumbuhan panjang rantai disebut umur aktif daripada polymer.
Contoh polimerisasi type II adalah Polycondesation
17
HO(CH2)nCOOH + HO(CH2)nCOOH → HO(CH2)nCOO(CH2)nCOOH +
H2O
Dalam hal ini polymer tumbuh akibat esterifikasi berlanjut dengan penghilangan air.
II.3 Kinerja Reaktor
▪ Untuk reaktor polimerisasi
Kinerja kerja reaktor adalah distribusi berat molekul dalam produk polymer,
karena kinerja ini menentukan sifat-sifat mekanis polymer.
▪ Untuk type reaktor yang lain
Ada tiga parameter penting yang menjelaskan kinerja kerja reaktor
Reaktan yang bereaksi
▪ K onversi = Reaktan masuk reaktor
P roduk yang dihasilkan
▪ S elektif itas = Reaktan yang bereaksi
x F aktor stoichiometri
P roduk yang dihasilkan
▪ Y ield F aktor = Reaktan masuk reaktor
x F aktor stoichiometri
Faktor Stoichiometri = mole reaktan yang dibutuhkan teoritis
(stoichiometris) permole produk.
Contoh 2.3
Benzene akan dihasilkan dari toluene menurut reaksi
C6H5CH3 + H2 → C6H6 + CH4
Sebagian benzene yang terbentuk mengalami reaksi sekunder membentuk diphenyl
C6H6 ↔ C12H10 + H2
Tabel 2.2 menunjukkan komposisi umpan reaktor dan aliran keluar reaktor.
Komponen Laju alir umpan (feed) Laju alir Effluen
Kmole/jam Kmole/jam
18
b. Umpan hydrogen
Penyelesaian:
a. K onversi toluene = 372−93
372 = 0.75
Faktor stoichiometri = 1
282−13
S elektif itas benzene dari toluene = 372−93 x 1 = 0.96
282−13
Y ield benzene dari toluene = 372
x 1 = 0.72
Perhatikan bahwa toluene yang lebih mahal merupakan limiting reaktan. Kinerja
reaktor biasanya didasarkan pada limiting reaktan.
Tujuan-tujuan dalam perancangan reaktor :
1. Reaksi tunggal
Tujuan meminimumkan harga rector (berarti meminimumkan volume reaktor
untuk konversi tertentu), biasanya konversi ditetapkan sebesar 95 % untuk
reaksi tunggal irreversible, dan 95 % daripada kesetimbangan untuk reaksi
tunggal reversible.
2. Reaksi ganda
Tujuan meminimumkan pembentukan produk samping (memaksimumkan
selektifitas) untuk suatu konversi tertentu. Pemilihan kondisi operasi reaksi
reaktor harus memanfaatkan perbedaan antara pengaruh kinetic dan
kesetimbangan terhadap reaksi primer dan sekunder agar produk yang
dikehendaki lebih banyak terbentuk.
Reaksi Paralel. Tinjau reaksi berikut:
Feed Produk. r1 = k 1 x C fa1eed
Feed By Produk. r2 = k 2 x C fa2eed
Dimana Cfeed = Konsentrasi molar feed didalam reaktor
Dalam hal ini, perbandingan kecepatan reaksi sekunder terhadap primer adalah :
r2 k 2 a2−a1
r1
= C
k 1 f eed
19
Selektifitas yang maksimum memerlukan harga r2/r1 yang minimum. Konversi
yang tinggi didalam reaktor menyebabkan harga Cfeed rendah, sehingga
a2 > a1 Selektifitas naik, konversi jadi turun
a2 < a1 Selektifitas turun, konversi naik
Untuk keadaan pertama, tetapkan konversi 95 % dan untuk keadaan kedua,
tetapkan konversi 50 %.
Reaksi seri Tinjau reaksi berikut
Feed Produk. r1 = k 1 . C fa1eed
Product By Produk. r2 = k 2 . C fa2eed
Terlihat bahwa selektifitas akan makin besar bila konsentrasi produk makin
kecil atau dengan kata lain konversi makin kecil. Untuk reaksi seri ini biasanya
untuk setting awal reaktor ditetapkan konversi 50 % bila reaksinya irreversible,
dan konversi 50 % dari kesetimbangan bila reaksinya reversible.
20
Product By Produk. r2 = k 2 . C fa2eed
r2 k 2 a2−a1
r1
= C
k 1 f eed
21
II.5 Konsentrasi Reaktor
Dipelajari pengaruh konsentrasi terhadap kinerja reaktor. Ditinjau kasus-kasus
berikut :
II.5.1 Reaksi Tunggal Irreversible
Bila salah satu feed dibuat akses (berlebih) maka feed yang lain bisa dibuat
terkonversi sempurna.
Contoh : reaksi C2H4 + Cl2 → C2H4Cl2
Ethylene dibuat berlebih agar Chlorine konversinya lebih tinggi. Komponen
(feed) yang dibuat terkonversi sempurna adalah komponen yang nantinya sulit
dipisahkan atau komponen yang berbahaya.
22
Bila (a2 − a1 ) < (b2 − b1 ) , Gunakan kelebihan Feed 1
● Untuk reaksi paralel
Feed 1 + Feed 2 → Product
Feed 1 + Feed 2 ↔ By Product
Memperbesar kadar inert akan menurunkan pembentukan by product.
Untuk senua kasus dimana reaksi kedua adalah reversible, penambahan by
product ke reaktor akan menghambat pembentukannya.
23
● Penghilangan product selama reaksi berlangsung juga effective dalam
menaikkan selektifitas dengan menghambat reaksi seri dari pada reaksi-reaksi
by product.
● Bila reaksi by product reversible, konsentrasi inert (bila ada) juga
berpengaruh terhadap selektifitas reaksi, demikian pula me-recycle by product
dapat menghambat pembentukannya.
25
II.8 Fasa Reaktor
Pada umumnya, reaksi dalam fasa cair lebih disukai daripada reaksi dalam
fasa uap/gas, karena untuk reaksi fasa liquid Cfeed besar, laju reaksi besar dan
sehingga volume reaktor yang dibutuhkan makin kecil. Namun untuk
keadaan-keadaan tertentu (missal untuk sistim reaksi multifasa), laju perpindahan
antar fasa lebih penting daripada kinetika reaksi. Laju perpindahan massa umumnya
lebih besar dalam fasa uap (gas) dari pada fasa liquid. Kadang-kadang pula reaksi
harus dilakukan dalam fasa gas (uap) karena suhu reaksi diatas suhu kritis
komponen-komponen yang ada dalam reaksi, dan sebagainya.
26