Anda di halaman 1dari 2

Hipertensi sebetulnya bukan penyakit, melainkan merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya

penyakit jantung dan pembuluh (PJP), khususnya CVA (cerebrovascular accident, infark atau pendarahan
di otak). Disamping itu, Faktor-faktor risiko lainnya adalah merokok, kolesterol dan homosistein yang
meningkat, kegemukan, jenis kelamin (pria,wanita sesudah menopauze), diabetes mellitus serta
keturunan.

Tekanan darah diastolis dan sistolis juga turut berpengaruh. Secara tradisional tekanan darah
diastolis umumnya dianggap lebih penting daripada tekanan darah sistolis sebagai factor PJP. Namun
penelitian baru menunjukkan bahwa tensi sistolis sama pentingnya untuk meramalkan berbagai
komplikasi hipertensi (stroke, PJP, gagal-jantung). Bahkan pada orang di atas 50 tahun tekanan darah
sistolis mungkin lebih penting daripada tekanan darah diastolis. Terutama lansia dapat menderita
hipertensi sistolis tunggal yang acap kali sukar diturunkan dengan pengobatan.

Dalam keadaan sehat, aktifitas fisik maupun emosi dapat mengubah tekanan darah sewaktu-waktu.
Dengan hipertensi dimaksudkan tekanan darah dalam keadaan istirahat melebihi normal, dan ada
variasi yang amat besar

hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) Angka
memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk
yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia terkena
hipertensi. Prosentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data
Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40 persen negara
ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan
Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara kawasan Amerika
menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di kawasan Asia Tenggara, 36 persen orang dewasa
menderita hipertensi.

Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan
satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. "Untuk pria maupun wanita terjadi peningkatan
jumlah penderita, dari 18 persen menjadi 31 persen dan 16 menjadi 29 persen, (WHO, 2013). Di
Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 5,3% pada tahun 2015 dan penyakit tersebut
menduduki posisi ke-5 tingkat nansional penyebab kematian pada provinsi sulawesi tenggara hipertensi
menduduki posisi ke-2 penyakit penyebab kematian dengan jumlah kasus 19.743.

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA Press.

Dinkes sulawesi tenggara. 2015. Profil Kesehatan sulawesi tenggara. Dinkes sulawesi tenggara. kendari.

http://gustiaanggriana909.blogspot.co.id/2015/12/makalah-hipertensi.html diakses pada tanggal 4 april


2017
http://rositaerni.blogspot.co.id/2015/10/makalah-hipertensi.html diakses pada tanggal 4 april 2017

menteri kesehatan republik indonesia. 2017. rencana aksi nasional penanggulangan penyakit tidak
menular tahun 2015-2019. Menteri kesehatan republik indonesia. Jakarta

Nurarif, Amin Huda danKusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA jilid 1. Jakarta : Mediaction

Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anonim.2010.”ISO INDONESIA Volume 5”Penerbit ISFI : Jakarta

Canobbi,M.M.1990.”Cardiovascular Disorders”Mosby’s Clinical Nursing Series, Toronto

Theodorus.1996.”Penuntun Praktis Peresepan Obat”Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta

Tjay,Tan Hoan dan Rahadjah, Kirana. 2007. “Obat-Obat Penting Edisi IV”Alex Media Komputindo :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai