Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIS

PEMERIKSAAAN SGPT/SGOT

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Nurlaely Mida Rachmawati, M. Biomed. DMS
Dr. Endah Wulandari, S.Si., M. Biomed
Chris Adiyanto, M. Biomed

Disusun Oleh :

Kelompok 1 B

Jovan Karnova (11161020000019) Eki Sa'adah A (11171020000039)


Nur Astuty P (11161020000023) Anjas Apriadi (11171020000040)
Rahmawati (11171020000026) Ika Septi Indahyani (11171020000042)
Handaryni Ratna N (11171020000028) Rifha Lutvika A (11171020000043)
Siti Nazilatur Rahmah (11171020000029) Nisa Faikhotus S (11171020000046)
Annisa Larasati Putri (11171020000030) Tifany Putri Sahara (11171020000049)
Putri Mulyansari (11171020000034) Nadhia Putri Karimah (11171020000050)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SEPTEMBER/2019
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................8

3.1 Bahan..............................................................................................................8

3.2 Cara Kerja.......................................................................................................8

BAB IV HASIL PENGAMATAN..........................................................................9

4.1 Hasil................................................................................................................9

BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................11

BAB VI PENUTUP...............................................................................................15

6.1 Kesimpulan...................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

LAMPIRAN...........................................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glutamic Oxaloacetic Transaminase (GOT) adalah suatu enzim yang
berhubungan dengan sel parenkim hati. GOT juga disebut
aspartateaminotransferase (AST). Pemeriksaan GOT merupakan pengukuran
kadar GOT dalam darah. Pemeriksaan ini kurang spesifik untuk mendeteksi
kerusakan hati, karena enzim GOT juga dihasilkan oleh sel lain seperti sel jantung
dan sel otot skelet. Pemerikasaan GOT dimaksudkan untuk memantau dan
menetapkan terapi bagi penderita hepatitis atau kanker hati, dengan demikian
prosedur pengobatan akan lebih tepat dan terarah.

GPT adalah singkatan dari Glutamic Piruvic Transaminase. GPT atau juga
dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak
ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler.
Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot
rangka. Pada umumnya nilai tes GPT/ALT lebih tinggi daripada GOT/AST pada
kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.
Pada manusia, enzim GPT ini banyak disebabkan oleh indikasi kerusakan hati,
dalam analisis klinik, pemeriksaan GPT dilakukan untuk : Identifikasi penyakit
hati, terutama sirosis dan hepatitis yang disebabkan oleh alkohol, narkoba, atau
virus, membantu memeriksa kerusakan hati, mengetahui apakah penyakit kuning
disebabkan oleh darah atau penyakit hati, melacak dampak kolesterol dampak
obat-obatan lainnya yang dapat merusak hati.

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari
paru-paru ke jaringan-jaringan tubuh. Hemoglobin merupakan senyawa
pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia

1
dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa
oksigen pada darah. Jumlah dan struktur hemoglobin dapat dapat dipengaruhi
oleh perubahan struktur sel darah merah yang ada di dalam tubuh kita. Sel darah
merah dapat mengalami perbedaan struktur akibat adanya kondisi pada larutan
isotonik, hipotonik dan hipertonik. Oleh karena itu apabila sel darah merah
mengalami perubahan struktur maka jumlah hemoglobin yang terbentuk akan
mengalami penurunan sehingga terjadi penurunan kadar oksigen pada tubuh
manusia yang menyebabkan terganggunya aktivitas metabolisme tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep aktivitas spesifik enzim glutamat piruvat transminase
(GPT) dan glutamat oksaloasetat transminase (GOT).

2. Bagaimana konsep pengikatan besi oleh hemoglobin menyebabkan Hb


tidak dapat mengikat oksigen

3. Bagaimana struktur sel darah merah bila dimasukan dalam larutan


hipotonik, isotonik dan hipertonik

C. Tujuan
4. Untuk memperlihatkan dan memahami konsep aktivitas spesifik enzim
glutamat piruvat transminase (GPT) dan glutamat oksaloasetat
transminase (GOT).

5. Untuk mengetahui bahwa hemoglobin dapat mengikat oksigen menjadi


HbO2 dan dapat terurai kembali menjadi deoksiHb dan O2.

6. Untuk mengetahui bahwa Hb dapat mengikat CO namun Hb sulit melepas


CO.

7. Untuk mengetahui bahwa pengikatan besi oleh hemoglobin menyebabkan


Hb tidak dapat mengikat oksigen.

8. Untuk mengetahui struktur sel darah merah bila dimasukan dalam larutan
hipotonik, isotonik dan hipertonik.

2
BAB II
DASAR TEORI

Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan atas
rongga perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada dan
perut). Bentuk hati seperti prisma segitiga dengan sudut siku-sikunya membulat,
beratnya sekitar 1,25-1,5 kg dengan berat jenis 1,05. Ukuran hati pada wanita lebih
kecil dibandingkan pria dan semakin kecil pada orang tua, tetapi tidak berarti
fungsinya berkurang. Hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar dan
kemampuan untuk regenerasi yang besar pula. Jaringan hati dapat diambil sampai
tiga perempat bagian dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran dan bentuk
yang normal. Jika hati yang rusak hanya sebagian kecil, belum menimbulkan
gangguan yang berarti (Wijayakusuma, 2008).
Kapiler empedu dan kapiler darah di dalam hati saling terpisah oleh deretan
sel-sel hati sehingga darah dan empedu tidak pernah tercampur. Namun, jika hati
terkena infeksi virus seperti hepatitis, sel-sel hati bisa pecah dan akibatnya darah dan
empedu bercampur (Wijayakusuma, 2008).
Hati berfungsi sebagai faktor biokimia utama dalam tubuh, tempat
metabolisme kebanyakan zat antara. Fungsi hati normal harus dikonfirmasi sebelum
operasi terencana (Sabiston, 1992).
Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar dan
memiliki lebih dari 500 fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi utama hati :
1.      Menampung darah
2.      Membersihkan darah untuk melawan infeksi
3.      Memproduksi dan mengekskresikan empedu
4.      Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
5.      Membantu metabolisme lemak
6.      Membantu metabolisme protein
7.      Metabolisme vitamin dan mineral
8.      Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)

3
9.      Mempertahankan suhu tubuh

(Wijayakusuma, 2008).

Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan reversible satu gugus amino


antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase, atau
transaminase oleh tata nama lama yang masih populer (Saucher dan McPherson,
2002).

Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah alanine


aminotransferase (ALT), yang dahulu disebut “glutamate-piruvat transaminase”
(GPT), dan aspartate aminotransferase (AST), yang dahulu disebut “glutamate-
oxaloacetate transaminase” (GOT). Baik ALT maupun AST memerlukan piridoksal
fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke reagen
pemeriksaan untuk meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi
defisiensi vitamin B6 (missal, hemodialysis, malnutrisi) (Saucher dan McPherson,
2002).

Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama banyak dijumpai di


hati, karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan
asam-asam amino ke jalur jalur biokimiawi lai. Hepatosit pada dasarnyaa adalah satu-
satunya sel dengan konsentrasi ALT yang tinggi, sedangkan ginjal, jantung, dan otot
rangka mengandung kadar sedang. ALT dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di
pancreas, paru, lima, dan eritrosit. Dengan demikian, ALT serum memiliki spesifitas
yang relative tinggi untuk kerusakan hati. Sejumlah besar AST terdapat di hati,
miokardium, dan otot rangka; eritrosit juga memiliki AST dalam jumlah sedang.
Hepatosit mengandung AST tiga sampai empat kali lebih banyak daripada ALT
(Saucher dan McPherson, 2002).

Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati apabila


keduanya meningkat. Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat
menyebabkan peningkatan baik AST maupun ALT menjadi ribuan IU/Liter.

4
Pngukuran aminotransferase setiap minggu mungkin sangat bermanfaat untuk
memantau perkembangan dan pemulihan hepatitis atau cedera hati lain (Saucher dan
McPherson, 2002).

Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase adalah enzim


yang mengkatalisis reaksi transaminasi. Terdapat dua jenis enzim serum transaminase
yaitu serum glutamat oksaloasetat transaminase dan serum glutamat  piruvat
transaminase  (SGPT). Pemeriksaan SGPT adalah indikator yang lebih sensitif
terhadap kerusakan hati dibanding SGOT. Hal ini dikarenakan enzim GPT sumber
utamanya  di hati, sedangkan enzim GOT banyak  terdapat pada jaringan terutama
jantung, otot rangka, ginjal dan otak (Cahyono 2009).

Enzim aspartat aminotransferase (AST) disebut juga serum glutamat


oksaloasetat transaminase (SGOT) merupakan enzim mitokondria yang berfungsi
mengkatalisis pemindahan bolak-balik gugus amino dari asam aspartat ke asam α-
oksaloasetat membentuk asam glutamat dan oksaloasetat (Price & Wilson,1995).

SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sebuah


enzim yang secara normal berada disel hati dan organ lain. SGOT dikeluarkan
kedalam darah ketika hati rusak. Level SDOT darah kemudian dihubungkan dengan
kerusakan sel hati, seperti serangan virus hepatitis. SGOT juga disebut aspartate
aminotransferase (AST) (Poedjiadi, 1994).
Aspartate transaminase (AST) atau serum glutamic oxaloacetic transaminase
(SGOT) adalah enzim yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh, terutama dalam
jantung dan hati; enzim itu dilepaskan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera
jaringan, oleh karena itu konsentrasi dalam serum (SGOT) dapat meningkat pada
penyakit infark miokard atau kerusakan aku pada sel-sel hati (Dorland, 1998).
SGOT banyak terdapat dalam mitokondria dan dalam sitoplasma, sedangkan
SGPT hanya terdapat dalam sitoplasma. Oleh karena itu, untuk proses lebih lanjut,
terjadi kerusakan membran mitokondria yang akan lebih banyak mengeluarkan

5
SGOT atau AST, sedangkan untuk proses akut SGPR atau ALT lebih dominan
dibanding SGOT atau AST (Panil, 2007).
Berdasarkan interpretasi, semua sel prinsipnya mengandung enzim ini.
Namun, enzim transaminase mayoritas terdapat dalam sel hati, jantung, dan otak.
Pada keadaan adanya nekrosis sel yang hebat, perubahan permeabilitas membran atau
kapiler, enzim ini akan bocor ke sirkulasi. Sebab ini, enzim ini akan meningkat
jumlahnya pada keadaan nekrosis sel atau proses radang akut atau kronis (Panil,
2007).
Tes faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang sistemik
yang bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai dengan demam
tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati terlihat akan
terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai normal. Albumin
dapat sedikit menurun bila infeksi sudah terjadi lama dan bilirubin dapat meningkat
sedikit terutama bila infeksi cukup berat (Suwandhi, 2011).
Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati
seperti Bilirubin direct/indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%,
kecuali pada hepatitis kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT
meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase
meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih
tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal kecuali bila terjadi hepatitis
fulminan maka rasio albumin globulin dapat terbalik dan masa protrombin dapat
memanjang (Suwandhi, 2011).

Nilai normal SGOT adalah 3-45 u/L, sedangkan nilai normal SGPT adalah 0-
35 u/L (terdapat sedikit variasi dari nilai normal dan sangat tergantung dari
laboratorium tempat pemeriksaan). Namun hasil SGOT dan SGPT yang normal
belum tentu menandakan bahwa bebas dari penyakit hati. Pada kasus penyakit hati
yang kronik (menahun), misal akibat hepatitis B kronik atau hepatitis C kronik, dapat
ditemukan kadar enzim SGOT dan SGPT yang normal atau sedikit meningkat. Pada
infeksi hati yang kronik (menahun), sel hati secara perlahan-lahan mengalami

6
kerusakan dan hal ini tidak dapat diketahui hanya dari pemeriksaan enzim hati di
dalam darah.

Peningkatan kadar SGOT dan SGPT bisa disebabkan banyak hal, namun pada
prinsipnya peningkatan terjadi akibat cedera pada sel hati sehingga menyebabkan
produksi enzim liver tersebut meningkat. Beberapa kondisi penyebab SGOT dan
SGPT meningkat antara lain adalah :

1. Konsumsi alkohol.
2. Sehabis kerokan, dipijat dengan keras sehingga menyebabkan otot nyeri
3. Terekspose dengan bahan kimia berbahaya.
4. Fatty liver (perlemakan hati) = biasa terjadi peningkatan SGOT-SGPT sebanyak 2-
3 kali normal.
5. Kelelahan (banyak bergadang , minum kopi dan merokok)
6. Kerusakan otot/ cedera otot.
7. Konsumsi obat jangka panjang
8. infeksi virus = hepatitis baik akut dan kronis, dll. --> biasa peningkatan SGOT dan
SGPT > 5 kali normal
9. dll.

Untuk mengetahui apakah ada kelainan serius pada liver/ hati maka
penggunaan kadar SGOT dan SGPT tidak bisa dipakai sebagai acuan semata saja,
diperlukan pemeriksaan lain seperti Gamma GT, Albumin, USG liver, Pemeriksaan
Hepatitis dll. Dengan melakukan pemeriksaan diatas maka bisa ditentukan apakah
peningkatan SGOT dan SGPT berasal dari fatty liver saja atau ada indikasi medis
lain. Untuk menurunkan kadar SGOT SGPT dapat melakukan :

1. Istirahat cukup.
2. Makan gizi seimbang
3. Minum suplemen hepatoprotektor = curcuma, hp Pro dll.
4. Hindari stress

7
5. Olahraga teratur

SGPT dan SGOT berasal dari jaringan yang berbeda dan akan
memperlihatkan aktivitas spesifik yang berbeda juga. Kedua fungsi enzim tersebut
mempunyai fungsi yang sama dalam memindahkan gugus –NH2 dari asam amino ke
alfa-keto menjadi alfa keto baru dan asam amino baru. Alfa keto baru berikatan
dengan 2,4-dinitofenilhidrazin membentuk hidrazon.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

 Bahan
1. KIT SGPT/SGOT : KIT NZYTech
2. Plasma darah (hindarkan hemolisis)
3. Reagen 1 (R1/Reagen enzim) :
- Tris buffer 100 mmol/L, pH 7,5
- L-alanin 500 mmol/L
- LDH 1200 U/L
 Cara Kerja
Buatlah komposisi bahan sebagai berikut :

- Buat monoreagent terlebih dahulu dengan perbandingan 20 ml R1 dan


5 ml R2

Bahan Tabung SGPT Tabung SGOT


1 2 3 4
H2O 100 µl - 100 µl -
Sampel darah - 100 µl - 100 µl
Monoreagent 100 µl 100 µl 100 µl 100 µl

9
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

1.1 Hasil
DATA 1 Pada menit pertama + kedua + ketiga = rata-rata

SGPT = 0,237 + 0,236+ 0,234 = 0,242

SGOT = 0,263 + 0,265+ 0,265 = 0,264

SGPT x konsentrasi
kalibrasi (u/L)

SGPT = X 2143

= 5,18606 U/L

SGOT =

= 5,65752 U/L

DATA 2 Pada menit pertama + kedua + ketiga = rata-rata

SGPT = 0,417 + 0,432+ 0,402 = 0,417

SGOT = 0,358 + 0,375+ 0,349 = 0,361

SGPT x konsentrasi
kalibrasi (u/L)

10
SGPT = X 2143

= 8,93631 U/L

SGOT =

= 7,73623 U/L

DATA 3 Pada menit pertama + kedua +ketiga = rata-rata

SGPT = 0,645 + 0,653+ 0,642 = 0,647

SGOT = 0,541 + 0,539+ 0,535 = 0,538

SGPT x konsentrasi
kalibrasi (u/L)

SGPT = X 2143

= 13,86521 U/L

SGOT =

= 11,52934 U/L

11
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan pengujian SGPT dan SGOT. Pada pemeriksaan
SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) didasarkan atas reaksi 2-oksoglutarat
yang direaksikan dengan L-alanin yang terdapat pada reagen 1 SGPT dengan bantuan
enzim ALT (alanin transminase) dan akan menghasilkan L-glutamat dan piruvat.
Kemudian dalam keadaan basa piruvat akan bereaksi dengan NADH yang terdapat
pada reagen 2 SGOT yang akhirnya menghasilkan L-laktat dan NAD +. Tujuan
dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk menentukan kadar SGOT (Serum
Glutamat Oxaloacetat Transferase) dan SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transferase)
dalam darah menggunakan spektrofotometer.

Sebelum dilakukan pengujian, darah disentrifuge terlebih dahulu selama 30 menit


dengan kecepatan 4000 rpm. Hal ini dilakukan untuk memisahkan antara serum dan
plasma darah. Alasan serum digunakan karena serum tidak mengandung fibrinogen
dimana fibrinogen tersebut terdapat pada plasma yang dapat mengakibatkan
pengukuran absorban meningkat 3-5%.

Tahap pertama pembuatan monoreagen yang terdiri dari reagen 1 dan reagen 2.
Reagen 1 yang digunakan berisi Tris buffer pH 7,5, L-alanin dan LDH. Tris pH 7,5
berfungsi sebagai dapar agar menjaga kestabilan aktivitas GPT/GOT karena enzim
sangat sensitif terhadap perubahan pH. L-Alanin berfungsi sebagai asam amino yang

12
akan diubah menjadi L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Oxaloacetat
Transaminase (GOT). dan LDH (Laktat Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang
akan mengkatalisis reaksi selanjutnya dari produk yang dihasilkan dari reaksi dengan
katalisator GPT tadi.

Reagen 2 yang digunakan berisi 2-oxoglutarat 65 mmol/liter dan NADH 1


mmol/liter. 2-oxoglutarat akan bereaksi dengan L-Aspartat membentuk L-glutamat
dan oxaloasetat dengan dikatalisis oleh enzim GOT. Enzim GOT/GPT ini akan
mengkatalisis pemindahan gugus amino pada L-aspartat ke gugus keto dari alfa-
ketoglutarat membentuk glutamat dan oksalat. Selanjutnya oksaloasetat direduksi
menjadi malat. Reaksi tersebut dikatalisis oleh Malat Dehidrogenase (MDH) yang
membutuhkan NADH dan H+. NADH akan mengalami oksidasi menjadi NAD+.
Banyaknya NADH yang dioksidasi menjadi NAD+ sebanding dengan banyaknya
enzim GOT/GPT. Hal itulah yang akan diukur secara fotometri.

Kemudian diukur menggunakan spektrofotometer UV/Vis dengan panjang


gelombang 365nm. Dari pengukuran ini diperoleh hasil pada data 1 dengan nilai
SGOT 5,65752 dan SGPT 5,18606, pada data 2 dengan nilai SGOT 7,73623 dan
SGPT 8,93631 dan pada data 3 dengan nilai SGOT 11,52934 dan SGPT 13,86521.
sedangkan batas normalnya adalah 40 mikro/liter. Hal ini menunjukkan tidak
terjadinya gangguan pada fungsi hati dan fungsi hati normal.

Batas normal dari angka SGOT serta SGPT berbeda-beda dan tergantung pada
bagaimana teknik dan prosedur yang dilakukan. Untuk mengetahuinya, dapat melihat
angka normal yang biasanya tertera pada hasil tes darah. Apabila dalam tes darah
diketahui keduanya memang meningkat dan tidak normal menunjukkan adanya
gangguan fungsi hati. Sehingga perlu dilakukan tes darah lainnya yang terkait dengan
fungsi hati, seperti: Tingkat albumin, mengecek apakah tingkat albumin (protein)
tubuh normal atau tidak. Bilirubin, mengetes apakah zat kuning dalam darah
(bilirubin) normal atau tidak. Tes waktu protombin, yaitu melihat waktu yang
dibutuhkan tubuh dalam pembekuan darah.

13
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
 Pada pemeriksaan SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) didasarkan
atas reaksi 2-oksoglutarat yang direaksikan dengan L-alanin yang terdapat
pada reagen 1 SGPT dengan bantuan enzim ALT (alanin transminase) dan
akan menghasilkan L-glutamat dan piruvat.
 L-Alanin berfungsi sebagai asam amino yang akan diubah menjadi L-glutamat
dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Oxaloacetat Transaminase (GOT).
 Dari pengukuran diperoleh hasil pada data 1 dengan nilai SGOT 5,65752 dan
SGPT 5,18606, pada data 2 dengan nilai SGOT 7,73623 dan SGPT 8,93631
dan pada data 3 dengan nilai SGOT 11,52934 dan SGPT 13,86521.
sedangkan batas normalnya adalah 40 mikro/liter
 Untuk mengetahui angka SGPT dan SGOT, dapat melihat angka normal yang
biasanya tertera pada hasil tes darah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono JBSB. 2009. Hepatitis A. Yogyakarta : Kanisius yogyakarta

Panil. Zulbadar. 2007. Memahami teori dan praktik biokimia dasar medis. Jakarta:
EGC.

Poedjiadi, 1994. “Dasar-Dasar Biokimia”. Jakarta: UI Press

Price, A.S. dan Wilson, M.L., 1995, Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit, Jakarta: EGC.

Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wijayakusuma, Hembing. 2008. Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Pustaka
Bunda: Jakarta.

15
LAMPIRAN

Hasil Elektroforesis

16

Anda mungkin juga menyukai