PEMERIKSAAAN SGPT/SGOT
Disusun Oleh :
Kelompok 1 B
SEPTEMBER/2019
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
3.1 Bahan..............................................................................................................8
4.1 Hasil................................................................................................................9
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................11
BAB VI PENUTUP...............................................................................................15
6.1 Kesimpulan...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
LAMPIRAN...........................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glutamic Oxaloacetic Transaminase (GOT) adalah suatu enzim yang
berhubungan dengan sel parenkim hati. GOT juga disebut
aspartateaminotransferase (AST). Pemeriksaan GOT merupakan pengukuran
kadar GOT dalam darah. Pemeriksaan ini kurang spesifik untuk mendeteksi
kerusakan hati, karena enzim GOT juga dihasilkan oleh sel lain seperti sel jantung
dan sel otot skelet. Pemerikasaan GOT dimaksudkan untuk memantau dan
menetapkan terapi bagi penderita hepatitis atau kanker hati, dengan demikian
prosedur pengobatan akan lebih tepat dan terarah.
GPT adalah singkatan dari Glutamic Piruvic Transaminase. GPT atau juga
dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak
ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler.
Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot
rangka. Pada umumnya nilai tes GPT/ALT lebih tinggi daripada GOT/AST pada
kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.
Pada manusia, enzim GPT ini banyak disebabkan oleh indikasi kerusakan hati,
dalam analisis klinik, pemeriksaan GPT dilakukan untuk : Identifikasi penyakit
hati, terutama sirosis dan hepatitis yang disebabkan oleh alkohol, narkoba, atau
virus, membantu memeriksa kerusakan hati, mengetahui apakah penyakit kuning
disebabkan oleh darah atau penyakit hati, melacak dampak kolesterol dampak
obat-obatan lainnya yang dapat merusak hati.
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari
paru-paru ke jaringan-jaringan tubuh. Hemoglobin merupakan senyawa
pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia
1
dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa
oksigen pada darah. Jumlah dan struktur hemoglobin dapat dapat dipengaruhi
oleh perubahan struktur sel darah merah yang ada di dalam tubuh kita. Sel darah
merah dapat mengalami perbedaan struktur akibat adanya kondisi pada larutan
isotonik, hipotonik dan hipertonik. Oleh karena itu apabila sel darah merah
mengalami perubahan struktur maka jumlah hemoglobin yang terbentuk akan
mengalami penurunan sehingga terjadi penurunan kadar oksigen pada tubuh
manusia yang menyebabkan terganggunya aktivitas metabolisme tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep aktivitas spesifik enzim glutamat piruvat transminase
(GPT) dan glutamat oksaloasetat transminase (GOT).
C. Tujuan
4. Untuk memperlihatkan dan memahami konsep aktivitas spesifik enzim
glutamat piruvat transminase (GPT) dan glutamat oksaloasetat
transminase (GOT).
8. Untuk mengetahui struktur sel darah merah bila dimasukan dalam larutan
hipotonik, isotonik dan hipertonik.
2
BAB II
DASAR TEORI
Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan atas
rongga perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada dan
perut). Bentuk hati seperti prisma segitiga dengan sudut siku-sikunya membulat,
beratnya sekitar 1,25-1,5 kg dengan berat jenis 1,05. Ukuran hati pada wanita lebih
kecil dibandingkan pria dan semakin kecil pada orang tua, tetapi tidak berarti
fungsinya berkurang. Hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar dan
kemampuan untuk regenerasi yang besar pula. Jaringan hati dapat diambil sampai
tiga perempat bagian dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran dan bentuk
yang normal. Jika hati yang rusak hanya sebagian kecil, belum menimbulkan
gangguan yang berarti (Wijayakusuma, 2008).
Kapiler empedu dan kapiler darah di dalam hati saling terpisah oleh deretan
sel-sel hati sehingga darah dan empedu tidak pernah tercampur. Namun, jika hati
terkena infeksi virus seperti hepatitis, sel-sel hati bisa pecah dan akibatnya darah dan
empedu bercampur (Wijayakusuma, 2008).
Hati berfungsi sebagai faktor biokimia utama dalam tubuh, tempat
metabolisme kebanyakan zat antara. Fungsi hati normal harus dikonfirmasi sebelum
operasi terencana (Sabiston, 1992).
Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar dan
memiliki lebih dari 500 fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi utama hati :
1. Menampung darah
2. Membersihkan darah untuk melawan infeksi
3. Memproduksi dan mengekskresikan empedu
4. Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
5. Membantu metabolisme lemak
6. Membantu metabolisme protein
7. Metabolisme vitamin dan mineral
8. Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)
3
9. Mempertahankan suhu tubuh
(Wijayakusuma, 2008).
4
Pngukuran aminotransferase setiap minggu mungkin sangat bermanfaat untuk
memantau perkembangan dan pemulihan hepatitis atau cedera hati lain (Saucher dan
McPherson, 2002).
5
SGOT atau AST, sedangkan untuk proses akut SGPR atau ALT lebih dominan
dibanding SGOT atau AST (Panil, 2007).
Berdasarkan interpretasi, semua sel prinsipnya mengandung enzim ini.
Namun, enzim transaminase mayoritas terdapat dalam sel hati, jantung, dan otak.
Pada keadaan adanya nekrosis sel yang hebat, perubahan permeabilitas membran atau
kapiler, enzim ini akan bocor ke sirkulasi. Sebab ini, enzim ini akan meningkat
jumlahnya pada keadaan nekrosis sel atau proses radang akut atau kronis (Panil,
2007).
Tes faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang sistemik
yang bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai dengan demam
tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati terlihat akan
terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai normal. Albumin
dapat sedikit menurun bila infeksi sudah terjadi lama dan bilirubin dapat meningkat
sedikit terutama bila infeksi cukup berat (Suwandhi, 2011).
Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati
seperti Bilirubin direct/indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%,
kecuali pada hepatitis kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT
meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase
meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih
tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal kecuali bila terjadi hepatitis
fulminan maka rasio albumin globulin dapat terbalik dan masa protrombin dapat
memanjang (Suwandhi, 2011).
Nilai normal SGOT adalah 3-45 u/L, sedangkan nilai normal SGPT adalah 0-
35 u/L (terdapat sedikit variasi dari nilai normal dan sangat tergantung dari
laboratorium tempat pemeriksaan). Namun hasil SGOT dan SGPT yang normal
belum tentu menandakan bahwa bebas dari penyakit hati. Pada kasus penyakit hati
yang kronik (menahun), misal akibat hepatitis B kronik atau hepatitis C kronik, dapat
ditemukan kadar enzim SGOT dan SGPT yang normal atau sedikit meningkat. Pada
infeksi hati yang kronik (menahun), sel hati secara perlahan-lahan mengalami
6
kerusakan dan hal ini tidak dapat diketahui hanya dari pemeriksaan enzim hati di
dalam darah.
Peningkatan kadar SGOT dan SGPT bisa disebabkan banyak hal, namun pada
prinsipnya peningkatan terjadi akibat cedera pada sel hati sehingga menyebabkan
produksi enzim liver tersebut meningkat. Beberapa kondisi penyebab SGOT dan
SGPT meningkat antara lain adalah :
1. Konsumsi alkohol.
2. Sehabis kerokan, dipijat dengan keras sehingga menyebabkan otot nyeri
3. Terekspose dengan bahan kimia berbahaya.
4. Fatty liver (perlemakan hati) = biasa terjadi peningkatan SGOT-SGPT sebanyak 2-
3 kali normal.
5. Kelelahan (banyak bergadang , minum kopi dan merokok)
6. Kerusakan otot/ cedera otot.
7. Konsumsi obat jangka panjang
8. infeksi virus = hepatitis baik akut dan kronis, dll. --> biasa peningkatan SGOT dan
SGPT > 5 kali normal
9. dll.
Untuk mengetahui apakah ada kelainan serius pada liver/ hati maka
penggunaan kadar SGOT dan SGPT tidak bisa dipakai sebagai acuan semata saja,
diperlukan pemeriksaan lain seperti Gamma GT, Albumin, USG liver, Pemeriksaan
Hepatitis dll. Dengan melakukan pemeriksaan diatas maka bisa ditentukan apakah
peningkatan SGOT dan SGPT berasal dari fatty liver saja atau ada indikasi medis
lain. Untuk menurunkan kadar SGOT SGPT dapat melakukan :
1. Istirahat cukup.
2. Makan gizi seimbang
3. Minum suplemen hepatoprotektor = curcuma, hp Pro dll.
4. Hindari stress
7
5. Olahraga teratur
SGPT dan SGOT berasal dari jaringan yang berbeda dan akan
memperlihatkan aktivitas spesifik yang berbeda juga. Kedua fungsi enzim tersebut
mempunyai fungsi yang sama dalam memindahkan gugus –NH2 dari asam amino ke
alfa-keto menjadi alfa keto baru dan asam amino baru. Alfa keto baru berikatan
dengan 2,4-dinitofenilhidrazin membentuk hidrazon.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Bahan
1. KIT SGPT/SGOT : KIT NZYTech
2. Plasma darah (hindarkan hemolisis)
3. Reagen 1 (R1/Reagen enzim) :
- Tris buffer 100 mmol/L, pH 7,5
- L-alanin 500 mmol/L
- LDH 1200 U/L
Cara Kerja
Buatlah komposisi bahan sebagai berikut :
9
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
1.1 Hasil
DATA 1 Pada menit pertama + kedua + ketiga = rata-rata
SGPT x konsentrasi
kalibrasi (u/L)
SGPT = X 2143
= 5,18606 U/L
SGOT =
= 5,65752 U/L
SGPT x konsentrasi
kalibrasi (u/L)
10
SGPT = X 2143
= 8,93631 U/L
SGOT =
= 7,73623 U/L
SGPT x konsentrasi
kalibrasi (u/L)
SGPT = X 2143
= 13,86521 U/L
SGOT =
= 11,52934 U/L
11
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pengujian SGPT dan SGOT. Pada pemeriksaan
SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) didasarkan atas reaksi 2-oksoglutarat
yang direaksikan dengan L-alanin yang terdapat pada reagen 1 SGPT dengan bantuan
enzim ALT (alanin transminase) dan akan menghasilkan L-glutamat dan piruvat.
Kemudian dalam keadaan basa piruvat akan bereaksi dengan NADH yang terdapat
pada reagen 2 SGOT yang akhirnya menghasilkan L-laktat dan NAD +. Tujuan
dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk menentukan kadar SGOT (Serum
Glutamat Oxaloacetat Transferase) dan SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transferase)
dalam darah menggunakan spektrofotometer.
Tahap pertama pembuatan monoreagen yang terdiri dari reagen 1 dan reagen 2.
Reagen 1 yang digunakan berisi Tris buffer pH 7,5, L-alanin dan LDH. Tris pH 7,5
berfungsi sebagai dapar agar menjaga kestabilan aktivitas GPT/GOT karena enzim
sangat sensitif terhadap perubahan pH. L-Alanin berfungsi sebagai asam amino yang
12
akan diubah menjadi L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Oxaloacetat
Transaminase (GOT). dan LDH (Laktat Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang
akan mengkatalisis reaksi selanjutnya dari produk yang dihasilkan dari reaksi dengan
katalisator GPT tadi.
Batas normal dari angka SGOT serta SGPT berbeda-beda dan tergantung pada
bagaimana teknik dan prosedur yang dilakukan. Untuk mengetahuinya, dapat melihat
angka normal yang biasanya tertera pada hasil tes darah. Apabila dalam tes darah
diketahui keduanya memang meningkat dan tidak normal menunjukkan adanya
gangguan fungsi hati. Sehingga perlu dilakukan tes darah lainnya yang terkait dengan
fungsi hati, seperti: Tingkat albumin, mengecek apakah tingkat albumin (protein)
tubuh normal atau tidak. Bilirubin, mengetes apakah zat kuning dalam darah
(bilirubin) normal atau tidak. Tes waktu protombin, yaitu melihat waktu yang
dibutuhkan tubuh dalam pembekuan darah.
13
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pada pemeriksaan SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) didasarkan
atas reaksi 2-oksoglutarat yang direaksikan dengan L-alanin yang terdapat
pada reagen 1 SGPT dengan bantuan enzim ALT (alanin transminase) dan
akan menghasilkan L-glutamat dan piruvat.
L-Alanin berfungsi sebagai asam amino yang akan diubah menjadi L-glutamat
dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Oxaloacetat Transaminase (GOT).
Dari pengukuran diperoleh hasil pada data 1 dengan nilai SGOT 5,65752 dan
SGPT 5,18606, pada data 2 dengan nilai SGOT 7,73623 dan SGPT 8,93631
dan pada data 3 dengan nilai SGOT 11,52934 dan SGPT 13,86521.
sedangkan batas normalnya adalah 40 mikro/liter
Untuk mengetahui angka SGPT dan SGOT, dapat melihat angka normal yang
biasanya tertera pada hasil tes darah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Panil. Zulbadar. 2007. Memahami teori dan praktik biokimia dasar medis. Jakarta:
EGC.
Price, A.S. dan Wilson, M.L., 1995, Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit, Jakarta: EGC.
Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wijayakusuma, Hembing. 2008. Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Pustaka
Bunda: Jakarta.
15
LAMPIRAN
Hasil Elektroforesis
16