PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar
terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi
mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai
IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias
dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan,
bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
American Assosiation on Mental Retardation (AAMR) mengungkapkan bahwa
Retardasi mental yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada
masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan
dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain.
Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental yang ditunjukkan dengan bagan
(Dr.wiguna & ika, 2005)
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi
keluarga dan masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan
pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki
kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi mental adalah
kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa perkembangan
dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari maturasi, proses
belajar dan penyesuaian diri secara sosial. RM adalah suatu keadaan yang di
tandai dengan fungsi intelektual berada di bawah normal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan
adaptasi sosial.
Retardasi mental diartikan sebagai kelemahan atau ketidakmampuan
kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai
dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70 – 75 atau kurang), dan
disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut :berbicara dan
berbahasa;ketrampilan merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan
1
sarana masyarakat; kesehtan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan
rileks, dll.
Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai
dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit
beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tertuju pada
sekelompok kelainan pada fungsi intelektual dan defisit pada kemampuan
adaptif yang terjadi sebelum usia dewasa. Akan tetapi, klasifikasi retardasi
mental lebih bergantung pada hasil penilaian IQ dari pada kemampuan adaptif.
Menurut Rusdi Maslim (2001) retardasi mental adalah suatu keadaan
perkem-bangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai
oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan tentang asuhan keperawatan anak dengan
retardasi mental dan penatalaksanaan serta meningkatkan keterampilan
dan wawasan.
2. Bagi Pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan anak
dengan retardasi mental.
3
3. Bagi FKK
Bahan masukan bagi calon perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dengan masalah asuhan keperawatan anak dengan retardasi
mental.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
4
2.1 Definisi Retardasi Mental
Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah
kemampuan mental yang tidak mencukupi. Retardasi mental adalah fungsi
intelektual di bawah rata-rata (IQ di bawah70) yang disertai dengan
keterbatasan yang penting dalam area fungsi adaptif, seperti keterampilan
interpersonal atau sosial, penggunaan sumber masyarakat, penunjukkan diri,
keterampilan akademis, pekerjaan, waktu senggang, dan kesehatan serta
keamanan (King, 2000 dalam Videback, 2008).
Retardasi mental adalah keadaan yang penting secara klinis maupunn
sosial. Kelainan ditandai oleh keterbatasan kemampuan yang diakibatkan oleh
ganggugan yang bermakna dalam intelegensia terukur dan perilaku
penyesuaian diri (adaptif). Retardasi mental juga mencakup status sosial, hal
ini dapat lebih menyebabkan kecacatan daripada cacat khusus itu sendiri.
Karena batas-batas antara normalitas dan retardasi seringkali sulit
digambarkan, identifikasi pediatri, evaluasi, dan perawatan anak dengan
kesulitan kognitif serta keluarganya memerlukan tingkat kecanggihan teknis
maupun sensitivitas interpersonal yang besar (Behrman, 2000).
American Association on Mental Retardation (AAMR, 2002) juga
menguraikan bahwa retardasi mental adalah suatu keadaan dengan cirri-ciri,
yaitu disabilities yang ditandai dengan suatu imitasi/ keterbatasan yang
bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang
diekspresikan dalam keterampilan konseptual, sosial, dan praktis. Keadaan ini
terjadi sebelum usia 18 tahun (Kusumawardhani, 2013).
American Association on Mental Retardation (AAMR) menggunakan
suatu pendekatan multi-dimensional atau biopsikososial yang mencakup 5
dimensi yaitu: kemampuan intelektual, perilaku adaptif, partisipasi, interaksi,
dan peran sosial, kesehatan fisik dan mental, konteks budaya dan juga
lingkungan. Oleh karena itu, tingkat IQ yang ditetapkan hanya merupakan
petunjuk dan seharusnya tidak ditetapkan secara kaku dalam memandang
keabsahan permasalahan lintas budaya. Derajat retardasi mental dipengaruhi
berbagai faktor seperti misalnya terdapatnya berbagai disabilitas (misalnya
5
panca-indera), tersedianya sarana pendidikan, sikap dari caregiver dan
stimulasi yang diberikan (Kusumawardhani, 2013).
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan
hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ (intelegence
Quotient).
MA
IQ= X 100%
CA
Ket:
MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test
CA = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal yaitu apabila IQ
dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena
cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya
lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan hitungannya juga sangat
lemah. Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah
kemampuan seeorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai
tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya.
Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling
menonjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakatsekitarnya.
Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah
umur 18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah umur 18 tahun,
bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala
klinisnya.
Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan
yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata
disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri
(berpelilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun. Orang-orang
yang secara mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan
kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam
6
proses belajar serta adaptasi sosial. 3% dari jumlah penduduk mengalami
keterbelakangan mental.
7
pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri
sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stress dan
kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
Sedang (IQ 35-40 hingga 50-55, umur mental 3-7 tahun)
Karakteristik:
1. Usia prasekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan
motorik, terutama bicara , respon saat belajar dan pierawatan
diri.
2. Usia sekolah dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar
kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana,
tidak ada kemampuan membaca dan menghitung.
3. Usia dewasa melakukan aktivitas latihan tertentu
berpartisipasi dalam rekreasi, dapat melakukan perjalanan
sendiri ke tempat yang dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.
2.2.3. Retardasi mental berat
Sekitar 7%dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok
ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya
gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan orangtua
dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka
dapat dilatih hygiene dasar saja kemampuan berbicara yang
sederhana, tidak dapat dilatih ketrampilan kerja, dan memerlukan
pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya
Berat (IQ 20-25 sampai dengan 35-40: umur mental <3 tahun)
Karakteristik:
1. Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan
motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada,
bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti
makan.
2. Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan,
memahami sejumlah komunikasi atau berespon, membantu
bila dilatih sistemastis.
8
3. Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas
berulang, perlu arahan berkelanjutan dan proktektif
lingkungan, kemampuan bicara minimal, menggunakan gerak
tubuh.
2.2.4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.
Diagnosis ini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik
sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini
seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
Sangat Berat (IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik:
1. Usia prasekolah retardasi terlihat, fungsi sensori dan motorik
minimal, butuh perawatan total.
2. Usia sekolah, kelambatan nyata disemua area perkembangan,
memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan
kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawasan pribadi.
3. Usia dewasa mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total,
biasanya diikuti dengan kelainan fisik.
Tingkatan retardasi mental menurut kesepakatan Asosiasi
Keterbelakangan Mental Amerika Serikat (American Association of
Mental Retardation) seperti dikemukakan oleh Sarwono Sarlito
Wirawan (1999, dalam Sunaryo, 2004) sebagai berikut:
1. Retardasi mental lambat belajar (slow learner, IQ= 85-90)
2. Retardasi mental taraf perbatasan (borderliner, IQ= 70-84)
3. Retardasi mental ringan (debil atau moron) (mild, IQ= 55-69)
4. Retardasi mental sedang (moderate, IQ= 36-54)
5. Retardasi mental berat/ imbecile (sever, IQ= 20-35)
6. Retardasi mental sangat berat atau idiot (profound, IQ= 0-19)
12
Infeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat
menimbulkan anomali pada janin yang dikandungnya. Risiko
timbulnya kelainan pada janin berkurang bila infeksi timbul pada
triwulan kedua dan ketiga. Manifestasi klinis rubela kongenital
adalah berat lahir rendah, katarak, penyakit jantung bawaan,
mikrosefali, dan retardasi mental.
Infeksi cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada ibu
hamil tetapi dapat memberi dampak serius pada janin yang
dikandungnya. Manifestasi klinis antara lain hidrosefalus,
kalsifikasi serebral, gangguan motorik, dan retardasi mental.
f. Intoksikasi
2. Penyebab perinatal
a. Prematuritas
b. Asfiksia
c. Kernikterus
d. Hipoglikemia
e. Meningitis
f. Hidrosefalus
g. Perdarahan intraventrikular
3. Penyebab postnatal
a. Infeksi (meningitis, ensefalitis)
b. Trauma
c. Kejang lama
d. Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh
kembang seorang anak. Seperti diketahui faktor penentu tumbuh
kembang seorang anak pada garis besarnya adalah faktor
genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat bawaan anak
tersebut dan faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan
pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana (milieu)
dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang.
13
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang ini secara garis besar
dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)
a. Pangan (gizi, merupakan kebutuhan paling
b. penting)
c. Perawatan kesehatan dasar (Imunisasi, ASI,
d. penimbangan bayi secara teratur,
e. pengobatan sederhana, dan lain lain)
f. Papan (pemukiman yang layak)
g. Higiene, sanitasi
h. Sandang
i. Kesegaran jasmani, rekreasi
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih). Pada tahun- tahun pertama
kehidupan hubungan yang erat mesra dan selaras antara ibu dan
anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin suatu proses
tumbuh kembang yang selaras, baik fisis, mental maupun sosial.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah). Merupakan cikal bakal
proses pembelajaran (pendidikan dan pelatihan) pada anak.
Stimulasi mental ini membantu perkembangan mental psikososial
(kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, kepribadian,
moral-etika dan sebagainya). Perkembangan ini pada usia balita
disebut sebagai perkembangan psikomotor.
2.4 Patofisiologi
14
1. Kecemasan keluarga 1. Gangguan Funsi Intelektual
2. Kurang pengetahuan komunikasi verbal
3. Koping keluarga 2. Gangguan bermain
tidak efektif 3. Isolasi sosial
4. Kerusakan interaksi
sosial 1. Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan
2. Risiko
1. Deficit perawatan Ketergantungan
diri 3. Risiko cedera
2. Keseimbangan
nutrisi kurang dr
kebutuhan
15
2.5 Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental, yaitu: (shonkof JP. 1992)
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance
Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang local
e. Dicurigai adanya tumor intracranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
16
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
a. Hepatomegali
b. Tuli
c. Kejang dini dan hipotonia
d. Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
a. Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
a. Anamnesis adanya pika
b. anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
a. Gerakan yang involunter
b. Sirosis
c. Cincin kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
a. Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
b. Gagal tumbuh
c. Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
d. Warna rambut yang tidak biasa
e. Mikrosefali
f. Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma ammonia
a. Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
a. Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
b. Atrofi N.Optikus
c. Degenerasi retina
d. Serebelar ataksia yang berulang
e. Mioklonus
f. Hepatosplenomegali
g. Kulit yang kasar dan lepas-lepas
h. Kejang
17
i. Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
2.6 Komplikasi
1. Serebral palcy
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
5. Defisit komunikasi
6. Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan
antikonvulsi, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
2.7 Penatalaksanaan
Menurut jevuska (2010), latihan dan pendidikan yang diberikan kepada
anak retardasi mental yaitu:
3. Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah
kelak
Latihan anak-anak ini lebih sulit dari pada anak-anak biasa karena
perhatian mereka mudah sekali tertarik kepada hal-hal yang lain. Harus
diusahakan untuk mengikat perhatian mereka dengan merangsang panca
indera, misalnya dengan alat permainan yang berwarna atau yang berbunyi,
dan semuanya harus konkrit, artinya dapat dilihat, didengar dan diraba.
Prinsip-prinsip ini yang mula - mula dipakai oleh Fiabel dan Pestalozzi,
sehingga sekarang masih digunakan ditaman kanak-kanak (Judarwanto,
2009). Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi :
1. Latihan rumah, yaitu pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri,
berpakaian sendiri, kebersihan badan.
2. Latihan sekolah, yaitu penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial.
18
3. Latihan teknis, yaitu berikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan
kedudukan sosial.
4. Latihan moral, yaitu sejak kecil anak harus diberitahukan apa yang baik
dan apa yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran
disiplin perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu
disertai hadiah.
1. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,
perbaikan keadaan sosio-ekonomi, konseling genetik dan tindakan
kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan
persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40
tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
2. Pencegahan sekunder
Yang meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak,
perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu
cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang
kogenital, operasi tidak menolong).
3. Pencegahan tersier
Yang meliputi pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya di
sekolah berkebutuhan khusus. Dapat diberi neuroleptika kepada yang
gelisah, hiperaktif atau dektrukstif.
4. Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis
dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi
oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental. Orang tua sering
menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberikan
penjelasan bahwa sampai sekarang.
19
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI RETARDASI MENTAL
20
3.1 Pengkajian
1. Identitas
25
f. keluhan nyeri (skala 1 nyeri pada kualitas hidup
sampai skala 5) b. Terapeutik
g. penggunaan analgesik Berikan teknik
(skala 1 sampai skala farmakologis untuk
5) mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan analgetik secara
tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgenik jika perlu
26
3. Defisitnutrisi Status nutrisi Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan Kode : L.03030 Kode : I.03119
napsu makan menurun a. Nyeri abdomen dari a. Identifikasi status
skala 1 (meningkat) nutrisi
menjadi 3 (sedang) b. Berikan makanan tinggi
b. Frekuensi makan dari serat untuk mencegah
skala 1 (memburuk) konstipasi
menjadi skala 3 (sedang) c. Identifikasi makanan
c. Nafsu makan dari yang disukai
skala 1 (memburuk)
menjadi skala 3
(sedang)
3.3 Implementasi
Pengelolahan dan perwujudan dari rencan keprawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan, implementasi, merupakan tahap proses
keperawatan dimana perawat memberikan intervensi keperawatan
langsung dan tidak langsung terhadap klien.
3.4 Evaluasi
Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil
mengacu criteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing – masing
diagnose keperawatan sehingga :
1. Masalah teratasi atau tujuan tercapai
2. Masalah teratasi atau tercapai sebagian
27
BAB 4
KASUS
An. A umur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena terdapat banyak luka
sayatan di tangannya. Ibu B mengatakan anaknya sering bersikap aneh misalnya
sering melukai diri sendiri dan sering mengancam jiwa orang lain. Ibu B
mengatakan anaknya sering menolak ketika diajak bermain oleh teman –
temannya. Ibu B mengatakan An. A belum bisa menulis, membaca dan
melakukan aktivitasnya sendiri.
Saat dilakukan pengkajian terdapat banyak luka sayatan di tangan An. A. saat
diajak berinteraksi, respon An. A sangat lambat dan jawaban An. A juga
menyimpang dari pertanyaan yang diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh
An. A terlihat kurus, kecil, tidak seperti anak umur 6 tahun pada umumnya. Saat
diberikan mainan oleh perawat An. A terlihat kurang berminat.
Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit
S : 36,5 o C
N : 110x/menit
4.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
BB : 22 kg
Agama : Islam
Alamat : Sidoarjo
Tanggal pengkajian : 12 Agustus 2019
28
2. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya sering bersikap aneh dan sering
melukai diri sendiri dan sering mengancam iwa orang lain
3. Riwayat kesehatan sekarang
banyak luka sayatan di tangan An. A. saat diajak berinteraksi,
respon An. A sangat lambat dan jawaban An. A juga menyimpang
dari pertanyaan yang diberikan oleh perawat
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah melakukan operasi,
persalinan dan kelahiran normal, tidak mempunyai riwayat alergi,
dan imunisasi dilakukan secara lengkap.
5. Riwayat nutrisi
Ibu pasien mengatakan kebutuhan nutrisinya kurang dan pola
makan tidak teratur.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya dulu mempunyai penyakit
yang sama.
7. Riwayat tumbuh kembang
Ibu pasien mengatakan jika anaknya sejak lahir sudah terkena
penyakit ini.
8. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum:
a. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum:
1.banyak luka sayatan di tangan An. A.
2. saat diajak berinteraksi, respon An. A sangat lambat dan jawaban
An. A juga menyimpang dari pertanyaan yang diberikan oleh
perawat
29
3. tubuh An. A terlihat kurus, kecil, tidak seperti anak umur 6 tahun
pada umumnya.
4. Saat diberikan mainan oleh perawat An. A terlihat kurang
berminat.
Data Objektif :
a. saat diajak berinteraksi,
respon An. A sangat lambat dan
30
jawaban An. A juga
menyimpang dari pertanyaan
2. Data Subjektif : Nyeri akut emosional yang
Px mengatakan terasa nyeri di berkaitan
bagian tangan saat beraktivitas dengan
P : An A menahan sakit dan kerusakan
menagngis jaringan aktual
Q : px merasakan nangis dan atau fungsional
rewel
R : nyeri berat di tangan px
S : skala nyeti dari skala 1-7
berada di skala 7
T : nyeri saat beraktivitas
Data Objektif :
TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit
S : 36,5 o C
N : 110x/menit
31
4.3 Intervensi keperawatan
32
l. dukungan orang terdekat Indentifikasi pengaruh
(skala 1 sampai skala 5) budaya terhadap respons
m. keluhan nyeri (skala 1 nyeri
sampai skala 5) Indentifikasi pengaruh nyeri
n. penggunaan analgesik pada kualitas hidup
(skala 1 sampai skala 5) f. Terapeutik
Berikan teknik farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
g. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan analgetik secara
tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
h.Kolaborasi
33
Kolaborasi pemberian
analgenik jika perlu
34
3. 13.00 status nyeri b. RR : 20x / menit
c. Suhu : 36,5oC
3. Berikan teknik
farmakologis untuk A : masalah teratasi
mengurangi rasa P : Intervensi dilanjutkan
nyri
4. Berikan makanan
yang disukai
35
36
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Retardasi mental merupakan masalah bidang kesehatan masyarakat,
kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami
retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat. Definisi retardasi
mental harus mencakup bidang kognitif (intelegensia) dan adaptasi sosial
yang timbul pada masa perkembangan. Klasifikasi retardasi mental saat ini
yang terbanyak dipakai adalah The ICD-10 Classification of mental and
Behavioural Disorders, WHO, Geneva tahun 1994, yaitu :
1. Mild retardation (Retardasi mental ringan), IQ 50-69
2. Moderate retardation (Retardasi mental sedang), IQ 35-49
3. Severe retardation (Retardasi mental berat), IQ 20-34
4. Profound retardation (Retardasi mental sangat berat), IQ <20
5.2 Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya
seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan
mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan
langkah prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat
membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan
menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.
37
DAFTAR PUSTAKA
38