Anda di halaman 1dari 3

JALAN UMUM

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalulintas umum, menurut fungsinya
dikelompokkan kedalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan
ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna.
2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan kedalam jalan nasional, jalan propinsi, jalan
kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
1. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
2. Jalan propinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis propinsi.
3. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk pada jalan nasional dan propinsi yang menghubungkan ibukota kabupaten
dan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, dengan pusat kegiatan lokal.
4. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat
permukiman yang berada dalam kota.
5. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar
permukiman dalam desa, serta jalan lingkungan.

JALAN KHUSUS
Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan).

Merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman 
ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan dan diperuntukkan bagi 
median, perkerasan jalan, pemisahan jalur, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, 
lereng, ambang pengaman timbunan dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan 
dan bangunan pelengkap lainnya. Lebar Damaja ditetapkan oleh Pembina Jalan sesuai dengan
keperluannya. Tinggi minimum 5.0 meter dan kedalaman mimimum 1,5 meter diukur dari
permukaan perkerasan.

DAMIJA (Daerah Milik Jalan)

Merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang 
dikuasai oleh Pembina Jalan guna peruntukkan daerah manfaat jalan dan 
perlebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu lintas dikemudian hari serta 
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Lebar Minimum Damija sekurang-kurangnya
sama dengan lebar Damaja. Tinggi atau kedalaman, yang diukur dari permukaan jalur lalu
lintas, serta penentuannya didasarkan pada keamanan, pemakai jalan sehubungan dengan
pemanfaatan Daerah Milik Jalan, Daerah Manfaat Jalan serta ditentukan oleh Pembina 
Jalan.

DAWASJA (Daerah Pengawasan Jalan)

Merupakan ruas disepanjang jalan di luar Daerah Milik Jalan yang ditentukan 
berdasarkan kebutuhan terhadap pandangan pengemudi, ditetapkan oleh Pembina
Jalan. Daerah Pengawasan Jalan dibatasi oleh: Lebar diukur dari As Jalan.

- Untuk Jalan Arteri Primer tidak kurang dari 20 meter. 


- Untuk Jalan Arteri Sekunder tidak kurang dari 20 meter. 
- Untuk Jalan Kolektor Primer tidak kurang dari 15 meter. 
- Untuk Jalan Kolektor Sekunder tidak kurang dari 7 meter. 
- Untuk Jalan Lokal Primer tidak kurang dari 10 meter. 
- Untuk Jalan Lokal Sekunder tidak kurang dari 4 meter. 
- Untuk Jembatan tidak kurang dari 100 meter ke arah hulu dan hilir.

Tinggi yang diukur dari permukaan jalur lalu lintas dan penentuannya didasarkan 
pada keamanan pemakai jalan baik di jalan lurus, maupun di tikungan dalam 
hal pandangan bebas pengemudi, ditentukan oleh Pembina Jalan.

JARAK PANDANG
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat
pengemudi pada saat mengemudi sedemikian rupa, sehingga jika pengemudi melihat suatu
halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi) untuk
menghindari bahaya tersebut dengan aman. (Shirley L.Hendarsin, 2000). Jarak pandangan
terdiri dari :
1. Jarak pandang henti (Jh) Jarak pandang henti adalah jarak yang diperlukan oleh
pengemudi kendaran untuk menghentikan kendarannya. Guna memberikan keamanan
pada pengemudi kendaraan, maka disetiap panjang jalan harus memiliki jarak
pandang henti minimum. Jarak pandang henti minimum adalah jarak minimum yang
diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman
begitu melihat adanya halangan didepan. Setiap titik sepanjang jalan harus memenuhi
ketentuan Jh. Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105
cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jala. Jh terdiri atas dua elemen
jarak, yaitu :
a. Jarak tanggap (J ), adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak
pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti
sampai saat pengemudi menginjak rem.
b. Jarak pengereman (J ), adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan terhenti.
2. Jarak Pandang Mendahului (Jd) Jarak pandang mendahului adalah jarak yang
memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain didepannya dengan aman
sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula. (Hamirham Saodang, 2004: 40)
Jarak pandang mendahului diukur berdasarkan asumsi tinggi mata pengemudi adalah
105 cm dan tinggi halangan adalah 105 cm.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33769/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=B5A7700FD9C4E57986C6B8293731C0A5?sequence=3
http://eprints.polsri.ac.id/3675/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai