OKSIGENASI
Disusun oleh :
Nama : Isnaini
18200100019
JAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
“ KEBUTUHAN OKSIGENASI “
A. Definisi
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam
tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel tubuh.Dalam keadaan biasa
manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap
menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga
di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas
mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO²
(hasil pembakaransel).
Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang sangat berartibagi tubuh, salah satunya
adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan
kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan
kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat
harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu
mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.
B. Anatomi Fisiologis
Sistem pernafasan merupakan suatu sistem dalam tubuh manusia yang mempunyai fungsi
utama pertukaran udara pernafasan dengan cara mengangkut oksigen ke dalam darah dan
mengeluarkan karbondioksida, disamping itu fungsi lainnya ialah :
a. Membersihkan udara.
b. Melembabkan udara.
c. Membentuk udara.
d. Menghangatkan udara.
e. Menggiatkan penciuman.
Oksigen dalam udara dibawa masuk ke dalam paru-paru dan berdifusi dalam darah.
Bersamaan dengan itu dikeluarkannya CO2 yang juga berdifusi dari darah dan kemudian
dikeluarkan bersama udara, oksigen dibutuhkan oleh semua sel dalam tubuh untuk
kelangsungan hidupnya. Sedangkan CO2 merupakan sisa hasil metabolisme yang tidak
digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Perjalanan oksigen dan karbon dioksida. Dari atmosfer (udara) oksigen masuk melalui
hid-ung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus sampai dengan alveoli. Dari alveoli
oksigen berdifusi masuk ke dalam darah dan dibawa oleh eritrosit. Dalam darah oksigen
dibawa ke jantung kemudian dipompakan oleh jantung, diedarkan ke seluruh tubuh untuk
digunakan sampai tingkat sel. Oksigen masuk ke dalam sel dan di dalam mitokondria
digunakan untuk proses-proses metabolisme yang penting untuk kelangsungan hidup.
Sedangkan karbon dioksida berja-lan arah sebaliknya dengan oksigen.
Setiap mahluk hidup memerlukan energi. Setiap makanan manusia harus menghasilkan
energi. Energi itu berasal dari sari makanan. Agar sari-sari makanan itu dapat diubah
menjadi energi, dan sisa oksidasi berupa karbondioksida(CO 2) dan uap air(H2O). pada
peristiwa ini rekasi enzim pernapasan, sehingga dihasilkan reaksi sebagai berikut:
C6H enzim
12O6 + 6O2 6CO + 6H2O +Energi
oksidasi
2
Dari persamaan itu, jelas bahwa karbondiokasida dan uap air dilepas ke udara bersama
hem-busan napas, sedang energi sebagian berupa panas untuk memelihara suhu badan dan
sebagian berupa energi yang berguna untuk melakukan kegiatan tubuh.
Pernapasan ialah proses pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh
untukmetabolisme sel dan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikelua-rkan dari tubuh melalui paru. Pernapasan itu terjadi melalui saluran pernapasan.
Saluran perna-pasan yaitu bagian dari sistem pernapasan yang digunakan untuk jalannya
gas-gas yang terlibat dalam pernapasan tersebut. Saluran pernapasan terbagi atas dua yaitu :
1. Saluran Pernapasan Atas
Saluran pernapasan atas dimulai dari Cavum nasal (hidung) yang mana udara masuk
melaluinya kemudian melewati Trakea → kemudian melewati Laring.
NASI (HIDUNG)
6
8
9
10
3
2
4
(Tampak Luar) (Tampak Dalam)
(Gambar Anatomi Nasi/Hidung Tampak Luar dan Tampak Dalam)
Keterangan Gambar :
1. Cavum nasi(RonggaHidung) 6. Vibresea/Cilia (BuluHidung)
2. Septumnasi 7. Konka
3. Vestibulumnasi 8. Konkasuperior
4. CupingHidung 9. Konka media
5. Sinusfrontalis 10. Konkainferior
Udara yang dihirup akan masuk ke rongga hidung (Cavum nasi) yang terdapat dua bagian
yaitu kiri dan kanan (perhatikan gambar no.1). Ujung hidung ditunjang oleh tulang rawan
dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Kedua lubang hidung menghubungkan
atmosfer dengan rongga hidung. Bagian kanan dan kiri dipisahkan oleh Septum nasi
(perhatikan gambar no.2). Cavum nasi terdiri atas “ Vestibulum nasi dan Fosa nasalis “.
Bagian depan Septum nasi ditunjang oleh tulang rawan sedangkan bagian belakang
ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Berikut ini adalah fungsi dari
Cavum nasi:
1. MemasukanUdara
Sesuai dengan suhu badan : 370C. hal ini dikarenakan/dimungkinkan oleh karena terdapat
Plexuxus venosus gisselbachi pada mucosa yang berfungsi untuk memberi kelembapan
yang
Terletak pada dinding Cavum nasi, dibagian atap konka-konka, sehingga bagian-bagian
ini mendapat suplay darah yang banyak dengan aliran yang lambat. Yang mana konka
berfungsi untuk menghangatkan udara.
2. MelembabkanUdara
Udara inspirasi dilembabkan dengan uap air(H2O) di dalam Cavum nasi bertekanan 47
mmHg pada suhu 370C oleh mucosa.
3. MenyaringUdara
Terdapat bulu-bulu hidung(Cilia)atau rambut yang disebut Vibrisea (perhatikan gambar
no.6) pada nases/pintu depan/Cuping hidung (perhatikan gambar no.5) Cavum nasi yang
berfungsi untuk menyaring partikel-partikel, polutant-polutant atau debu yang berukuran
10 μ> , sebagin bakteri dan jamur yang mengotori udara atmosfer dan inspirasi.
Batas-batas rongga hidung adalah bagian bawah (tulang palatum, maksila); bagian
samping (tulang maksila, konkha nasaslis inferior, ethmoid); bagian atas (tulang ethmoid);
dan bagian tengah (Septum nasi).
Vestibulm nasi merupakan bagian Cavum nasi (perhatikan gambar no.3) yang terletak
paling depan dan melebar, bagian luar hidung adalah Cuping Hidung atau Nares yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Sama dengankulit
- Adanya lapisantanduk.
- Kelenjar sabacea dan kelenjarkeringat.
- Memiliki rambut yang disebut Vibressea yang berfungsi menyaringpartikel-partikel
besar dari udarainsiparasi.
Pada dinding lateral dari Fosa nasalis terlihat permukaan tidak rata oleh karena adanya
Konka (perhatikan gambar no.7), struktur Konka untuk memperluas permukaan mucusa
Fosa nasalis, Konka dibentuk oleh tulang rawan dan berkembang sedemikian rupa sehingga
udara inspirasi yang masuk akan mengalami turben akan mengakibatkan zat-zat dan
partikel-partikelah yang masuk bersama udara inspirasi akan ditangkap oleh mucosa hidung
basah. Konka pada Fosa nasalis ada 3 yaitu :
1. Konka superior (perhatikan gambarno.8)
2. Konka media (perhatikan gambar no.9)
3. Konka inferior (perhatikan gambarno.10)
Maka udara pernapasan akan mengalir melalui celah-celah ketiga Konka tersebut dan udara
inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembabpkan oleh lendir yang
disek-resikan oleh sel goblet. Juga debu-debu udara pernapasan dapat diperangkap oleh
lendir. Lendir digerakan oleh Cilia ke belakang, menuju Faring.
Pada dinding lateral dari Fosa nasalis terlihat permukaan tidak rata oleh karena adanya
Konka (perhatikan gambar no.7), struktur Konka untuk memperluas permukaan mucusa
Fosa nasalis, Konka dibentuk oleh tulang rawan dan berkembang sedemikian rupa sehingga
udara inspirasi yang masuk akan mengalami turben akan mengakibatkan zat-zat dan
partikel-partikelah yang masuk bersama udara inspirasi akan ditangkap oleh mucosa hidung
basah. Konka pada Fosa nasalis ada 3 yaitu :
4. Konka superior (perhatikan gambarno.8)
5. Konka media (perhatikan gambar no.9)
6. Konka inferior (perhatikan gambarno.10)
Maka udara pernapasan akan mengalir melalui celah-celah ketiga Konka tersebut dan udara
inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembabpkan oleh lendir yang
disek-resikan oleh sel goblet. Juga debu-debu udara pernapasan dapat diperangkap oleh
lendir. Lendir digerakan oleh Cilia ke belakang, menuju Faring.
FARING (TEKAK)
2
1
3
4
(TampakLuar) (TampakDalam)
(Gambar Anatomi Faring/Tekak Tampak Luar dan TampakDalam)
Faring (perhatikan gambar no.1) merupakan suatu saluran yang bermula dari dasar
tengkorak dan berakhir di belakang laring di ruas veterbrata servikal keenam. Saluran ini
merupakan bagian dari sistem pernapasan dan sistem pencernaan. Faring berbentuk seperti
corong, bagian atas lebih besar dari pada bagian bawah. Panjang faring sekitar 13 cm pada
orang dewasa. Dinding faring tersusun atas otot lurik yang bertindak secara otomatis. Otot
yang penting di bagian faring adalah Otot Sfingter yang bertanggung jawab pada saat kita
menelan. Otot-otot ini dilapisi dengan membran mucusa yang tersusun atas jaringan epitel.
Faring merupakan pertemuaan antara rongga hidung dengan pangkal lidah sehingga saat
makan tidak boleh berbicara karena akan tersedak. Fungsi faring, adalah sebagi berikut :
1. Tempat lewatnya udara danmakanan.
2. Menghangatkan dan melembabkan.
3. Proteksi.
4. Pembentukan suara.
Berikut ini adalah bagian-bagian faring :
1. Nasofaring, berasal dari kata Naso yang artinya ‘dekat dengan hidung’. Merupakan
bagianproksimaldarifaring,dimanaiamenghubungkanronggahidungdenganlaring.
Terletak diantara konae sampai langit-langit lunak. Pada nasofaring, khususnya pada
bagian dorme-sialnya terdapat organ limfoid yang disebut “Tonsila faringea” atau
disebut juga “Adenoid” yang pada anak-anak sering membesar dan menyebabkan
gangguan pernafasan dan perub-ahan suara. Di dinding sampingnya terdapat dua lubang
untuk tuba Eustachius yang meng-hubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah
dengan udara luar. Biasanya tuba Eustachius selalu tertutup, kecuali pada saat menguap
atau menelan.
2. Orofaring, merupakan bagian distanya faring yang tidak jelas batasnya, terletak
dibelakang rongga mulut yaitu mulai dari uvula hingga epiglottis. Pada daerah orofaring
mungkin dapat ditemui berupa bercak-bercak dari epitel berlapis gepeng tidak bertanduk.
Pada orofaring terletak tonsil platina dan tonsil lingualis. Walaupun orofaring
memungkinkan udara bere-dar didalamnya, struktur ini sebenarnya merupakan bagian
dari sistempencernaan.
3. Laringofaring, bagian ini terletak dibelakang(posterior) laring dibawah orofaring.
Diruas vertebra servikal keenam saluran faring berakhir dan saluran esofagus dimulai.
Pada lari-ngofaring terjadi persilangan antara aliran udara dan aliranmakanan.
7
1
Bronkus Primer
Bronkus Lobus
Segmental Bronkus
Bronkiolus
Brokiolus Respiratorius
Dibagian bawah, depan vertebra torakalis keempat, trakea terbagi dua dan membentuk
bronkus kiri dan kanan. Stuktur mikroskopis bronkus mirip dengan trakea. Bronkus primer
ada 2 yaitu bronkus primer kiri dan bronkus primer kanan. Bronkus primer kiri lebi
horizontal, lebih panjang dan lebih kecil dari bronkus primer kanan oleh sebab itu benda-
benda asing lebih banyak terhisap dan lebih sering/mudah masuk ke bronkus primer kanan.
Bronkus primer kiri dibagi menjadi 3 bronkus lobaris(sekunder) sedangkan bronkus primer
kanan bercabang menjadi 3 bronkus lobaris(sekunder). Bronkus lobaris bercabang-cabang
lagi menjadi Bronkus tersier, Bronkiolus, Bronkiolus terminalis dan Bronkiolus
respiratorius.
Bronkiolus
Merupakan bagian dari konduksi pernafasan dengan diameter ±1 mm. pada bronkiolus
tidak terdapat lagi kartilago(tulang rawan), lamina propia tidak terdapat kelenjar, sel
globetnya hanya dijumpai pada bagian proksimalis dan epitel mucosanya adalah epitel sel
berlapis torak rendah bersilia. Bronliolus ini akan mempercabangkan 2 cabang lebih kecil
dan di sebut brokiolus terminalis.
BronkiolusTerminalis
Disebut terminalis karena dianggap sebagai akhir dari bagian konduksi. Pada bronkiolus
terminalis sel mucosa dilapisi oleh epitel yang dibentuk oleh selapis sel kubis bersilia
yang dimana terdapat sel obra. Pada bronkiolus terminalis tidak dijumpai kartilago.
BronkiolusRespiratorius
Bronkiolus terminalis bercabang 2 dan menjadi bronkiolus repiratorius. Saluran ini
meru-pakan daerah peralihan antara bagian konduksi dan bagian respirasi dari sistem
pernafasan. Pada dindingnya mulai terdapat banyak di alveolus. Pada bronkiolus ini
sudah ada cabang yang langsung berhubungan dengan alveolus sehingga pertukaran gas
sudah dapat terjadi, inilah yang menyebabkan bronkiolus ini disebut “bronkiolus
respiratorius”.
Susunan bronkus dan bronkus lobus dapat dikatakan mirip dengan susunan trakea, tetapi
bronkiolus tidak memiliki dinding yang jaringan otot bebasnya telah menggantikan jaringan
tulang rawan. Ujung bronkiolus berakhir sebagai saluran alveolus dan saluran ini membuka
di dalam alveolus. Kapiler darah mengelilingi semua alveolus di dalam paru-paru.
Paru-paru juga terdiri atas segmen-segmen (perhatikan gambar dibawah ini). Segmen
bronchopulmonar dilengkapi dengan bronkus tersier yang bertempat ditengah-tengah,
mempunyai beberapa vena yang letaknya insegmental yang juga mengalirkan darah dari
segmen-segmen yang berdampingan serta juga terdapat bronkus tersier dan juga disertai
sengan sebuah arteri yang juga ditengah-ditengah.
Keterangan :
Right Lateral Left Lateral
Upper Lobe :
1 & 2. Apicalposterior bronchus
1. Apical bronchus
2. Posterior bronchus 3. Anterior bronchus
3. Anterior bronchus
Middle Lobe : Lingula
4. Lateralbronchus 4. Superiorbronchus
5. Midialbronchus 5. Inferiorbronchus
Lower Lobe :
6. Apicalbronchus 6. Apicalbronchus
7. Medial basal (cardiac)bronchus
8. Anterior basalbronchus 8. Anterior basalbronchus
9. Lateral basalbronchus 9. Lateral basalbronchus
10. Posterior basalbronchus 10. Posterior basalbronchus
PULMO (PARU-PARU)
Trakea
Puncak Paru
Lobus Atas
Paru-paru kanan Lobus atas
Bronkus Kiri
Pulmo Sinistra
Lobus Bawah
4. Segmen lingualissuperior
Lobus Inferior 5. Segmen lingualisinferior
6. Segmenapical
7. Segmenanterobasal
8. Segmenlaterobasal
10. Segmenposterobasal
ALVEOLUS
Pembuluh Arteri
Pembuluh Vena
Sakus Alveolus
Duktus Alveolus
Pembuluh Kapiler
D. Pathway
Infeksi Mycobacterium tubercolosa → Droplet Infection (Masuk lewat jalannafas) Menempel dan menetap padaparu
Terjadi proses peradangan
Resiko Infeksi
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015
H. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan Keperawatan dan KriteriaHasil Rencana Tindakan
DX (NANDA)
( NOC ) (NIC )
1 Ketidakefektifan pola
nafas Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Airway management
selama …. x 24 jam - Jaga kepatenan jalan napas: buka jalan
berhubungan dengan obstruksi
Respiratory : airway patency napas, suction, fisioterapi dada sesuai
jalan napas - Klien mampu mengidentifikasi dan indikasi
mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas - Monitor pemberian oksigen, vital sign
tiap .... jam
- Menunjukan jalan napas yang paten:
klien tidak merasa tercekik, tidak - Monitor status respirasi: adanya suara
terjadi aspirasi, frekuensi napas dalam tambahan
rentang normal - Ajarkan teknik batuk napas efektif
- Tidak ada suara napas abnormal - Kolaborasi dengan tim medis pemberian o2
- Mampu mengeluarkan sputum dari - Catat tipe dan jumlah sekret pencegahan
jalan napas aspirasi
- Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-45
derajat setelah makan untuk mencegah
aspirasi dan mengurangi dispnea
2 Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Airway management
jalan nafas yang berhubungan selama …. x 24 jam - Pantau addanya pucat dan sianosis
dengan penumpukan sekret Respiratory : ventilation
- Pasien akan menunjukan pernapasan - Pantau efek obat pada status respirasi
optimal pada saat terpasang ventilator - Pantau bunyi respirasi, pola respirasi, dan
makanis’mempunyai kecepatan dan vital sign
irama respirasi dalam batas normal
Informasikan kepada klien dan keluarga
- Mempunyai dalamfunsi paru dalam tentang teknik relaksasi
batas normal - Ajarkan cara batuk efektif
- Catat tipe dan jumlah sekret pencegahan
aspirasi
DAFTAR PUSTAKA
Aifudin, M. (2016). Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia (Cairan dan Elektrolit).
Unggaran: Pendidikan Profesi Ners, STIKES Ngudi Wiloyo, Unggaran.
Ariningrum, D., & Subandono, D. (2017). Buku Pedoman Ketrampila Klinis Pemsangan Infus
Untuk Mahasiswa Semester VII. Surakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Bulechek, G. M., & Butcher, H. K. (2016). Nursing Intervention Clasification (NIC) 6th Edition.
In I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Edisi Keensm Nursing Intervensioan (NIC)
Edisi Bahasa Indonesia (pp. 570-571). Singapore: CV. Mocomedia.
Heather, H., & Kamitshuru, S. (2018). Nanda I Diagnosis Keperawatan Denisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC.
Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Ahuna Keprewatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid Ke 3. Jogjakarta: Medication.