Anda di halaman 1dari 3

EKTIMA

Ektima merupakan varian dari impetigo. Ektima dikatakan sebagai ulkus superfisial pada
permukaan kulit dengan krusta yang berada diatas. Ektima ini terjadi akibat impetigo yang tidak
ditatalaksana dengan baik. Ektima adalah penyakit kulit pioderma ulseratif yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Streptococcus β-hemolyticus atau Staphylococcus aureus dan dapat juga
kombinasi dari keduanya yang mengenai lapisan epidermis dan dermis membentuk ulkus
dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis. Ektima memiliki nama lain diantaranya Ulcerative
pyoderma, Cutaneous pyoderma, Impetigo, Deep impetigo, Skin streptococci, Grup A beta-
hemolitik streptococci, Ecthymatous ulcer, Group A streptococci

Infeksi dimulai saat bakteri mengeluarkan beberapa toksin yang dimediasi oleh
superantigen (SA) kemudian antigen berikatan dengan molekul HLA-DR yaitu Mayor
Histocompability Complex II pada Antigen Presenting Cell dengan adanya vesikel atau pustul
diatas kulit sekitar yang mengalami inflamasi kemudian semakin membesar sehingga pustul
dapat pecah menyebabkan kulit mengalami ulserasi berupa krusta. Daerah predileksi pada ektima
biasanya pada daerah eksremitas terutama eksremitas bagian bawah. Namun, dapat juga
ditemukan pada eksremitas bagian atas. Munculnya lesi pada ektima disebabkan oleh trauma
pada kulit seperti gigitan serangga, varicella, dan eksoriasi. Pada umumnya pasien datang dengan
keluhan adanya bisul terasa gatal kemudian saat digaruk terus-menerus akan menimbulkan
krusta bewarna coklat kehitaman

Faktor predisposisi terjadinya ektima ialah higienitas yang kurang baik, penyakit lain
dikulit, dan menurunnya daya tahan tubuh seperti: kekurangan gizi, anemia, neoplasma, diabetes
mellitus, dan penyakit kronik yang memudahkan terjadinya infeksi bakteri. Penegakan diagnosis
ektima ditegakkan berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan ditunjang oleh
pemeriksaan laboratorium. Diagnosis ektima ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan dapat ditunjang pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat ditemukan adanya keluhan
adanya luka akibat gigitan serangga, lesi kulit berulang. Biasanya pasien mengeluhkan luka
terasa gatal dimulai dari eksremitas terutama bagian bawah serta pada umumnya pasien memiliki
higienitas yang buruk dan riwayat penyakit kronis yang dapat menghambat proses penyembuhan
luka seperti diabetes mellitus
Tatalaksana pada kasus ektima terdiri dari tatalaksana medikamentosa dan non-
medikamentosa. Tatalaksana medikamentosa terdiri dari sistemik dan topikal, sedangkan untuk
tatalaksana non-medikamentosa. Berupa edukasi terhadap pasien maupun keluarga. Pada kasus
ini pasien didiagnosis ektima disertai dengan penyakit kronis yakni gagal ginjal kronis sehingga
perlu dilakukan tinjauan tatalaksana yang tepat pada kasus

SSSS

Staphylococcal scalded skin syndrome

(SSSS)

 Merupakan kelainan kulit ditandai dengan eksantem generalisata, lepuh luas disertai erosi
dan deskuamasi superfisial. Kelainan ini disebabkan oleh toksin eksfoliatif (ETs) yaitu toksin
eksfoliatif A (ETA) dan B (ETB) yang dihasilkan strain Staphylococcus aureus (biasanya faga
grup 2). Staphylococcal scalded skin syndrome  umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak usia
di bawah lima tahun tetapi jarang ditemukan pada dewasa. Diantara kasus yang pernah
dilaporkan, lelaki cenderung lebih banyak dari wanita dengan perbandingan 2:1, dimana 50%
kasus terjadi sebelum usia 50

Pasien SSSS memiliki gejala klinis berupa demam dan malaise yang
timbul beberapa hari setelah infeksi staphylococcal . Perkembangan lesi dapat berupa erupsi
kemerahan pada kulit yang menyebar dengan bula berdinding kendur. Lapisan atas kulit akan
mengelupas, meninggalkan luka terbuka yang lembab,merah dan nyeri. Daerah predileksi
penyakit ini ditemukan pada wajah, axilla,selangkangan dan leher biasa terlibat. Kelainan kulit
yang pertama timbul ialah eritema yang timbul mendadak pada muka, leher, ketiak, dan lipat
paha. Dalam waktu 24-48 jam akan timbul bula-bula besar berdinding kendur dengan tanda
Nikolsky yang positif, kemudian terjadi pengelupasan lembaran kulit sehingga akan tampak
daerah erosif. Daerah tersebut akan mengering dalam beberapa hari dan terjadi deskuamasi.
Penyembuhan penyakit ini akan terjadi pada 10-14 hari tanpa meninggalkan sikatriks.
Pemeriksaan kultur dan histopatologi untuk memastikan diagnosis. Kultur juga diperlukan
untuk identifikasi dan sensitifitas antibiotik organisme penyebab. Prinsip penatalaksanaan SSSS
adalah memperbaiki keadaan umum, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, memberikan
antibiotik sistemik dan topical, dan melakukan kompres. Dengan perawatan tepat, erosi
dapatmengering dengan cepat dan deskuamasi akan terjadi dalam beberapa hari. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan temuan klinis, kultur mikroorganisme,identifikasi ET, dan hasil biopsi.
Prognosis pada anak biasanya baik, tetapi padadewasa diperlukan pemantauan yang ketat.

ULKUS PIOGENIK

Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai pus diatasnya.Dibedakan
dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman negative-Gram

Anda mungkin juga menyukai