Anda di halaman 1dari 11

POLA PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA PEDIATRI

DI INSTALASI RAWAT JALAN RSU BHAKTI ASIH CILEDUG

Fenita Purnama, Nur Hasanah


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kharisma Persada
Tangerang Selatan, 15417
E-mail: fenita.purnama74@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidensi menurut
kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per
anak/tahun dinegara maju. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan mengetahui pola peresepan antibiotik
untuk ISPA pada pasien pediatri di instalasi rawat jalan RSU Bhakti Asih Ciledug pada periode Januari –
Maret 2017. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif non-eksperimental dengan menggunakan desain cross-
sectional. Metode pengumpulan data secara retrospektif yaitu dengan melihat rekam medis pasien dengan
diagnosis ISPA di RSU Bhakti Asih Ciledug. Jumlah pasien yang dianalisis sebanyak 52 pasien yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu memiliki diagnosis utama ISPA dan menggunakan antibiotik. Hasil: Dalam
penelitian ini diperoleh kasus ISPA pada pediatri sebanyak 52 kasus, terdiri dari 55,77% laki-laki dan 44,23%
perempuan. Berdasarkan umur, 0-5 tahun (69,23%), 6-11 tahun (21,15%), dan 12-14 tahun (9,62%).
Antibiotik yang diberikan pada pasien pediatri yaitu sefiksim dengan hasil persentase 50,00%, sefadroksil
(34,62%), dan azitromisin (15,38%). Golongan antibiotik berdasarkan struktur kimianya yang banyak
digunakan adalah golongan Sefalosforin Generasi III (50,00%), Sefalosporin Generasi II (34,62%, dan
Makrolida (15,38%). Kesimpulan: Pada jenis antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu sefiksim sebesar
50,00%, dan golongan yang paling banyak digunakan golongan sefalosporin generasi ketiga yaitu sefiksim
sebesar 50,00%.

Kata Kunci : Pola Peresepan, Antibiotik, ISPA

ABSTRACT
Background: Upper respiratory infection is the most happened illness in kids. The incidence by age
group of children under five estimated 0,29 episode per child/year in developing country and 0,05 episode per
child/year in developed country. Objective: to know antibiotic prescribing pattern for pediatric patient with
upper respiratory infection in outpatient installation general hospital Bhakti Asih Ciledug between January –
March 2017. Methods: This study used descriptive non experimental method with cross-sectional design.
Data reseacrh method in retrospective that is by looking source of written data in medical record patient with
diagnozed upper respiratory infection in general hospital Bhakti Asih Ciledug. Number of patients are 52
patients that fullfits inclution criteria with main diagnozed is upper respiratory infection and got antibiotic for
treatment. Result: The result showed case of upper respiratory infection in pediatrics are 52 cases, with
55,77% males and 44,23% females. Based on age, 0-5 yaears old (69,23%), 6-11 years old (21,15%) and 12-
14 years old (9,62%). Treatment of antibiotic to pediatric patient are cefixime with percentage 50,00%,
cefadroxil (34,62%) and azithromycin (15,38%). Group of antibiotic based on structure of chemicals whise
the most used are third generation of cephalosporin (50,00%), second generation of cephalosporin (34,62%)
and macrolide (15,38%).Conclusion: Treatment of antibiotic to pediatric patient as most used are cefixime
with percentage 50,00%,and group of antibiotic based on structure of chemicals whise the most used are third
generation of cephalosporin (50,00%),

Keywords : Prescribing Pattern, Antibiotic, ISPA

LATAR BELAKANG
Infeksi pada saluran napas pada masyarakat. Infeksi saluran napas
merupakan penyakit yang umum terjadi berdasarkan wilayah infeksinya terbagi
menjadi infeksi saluran napas atas dan Berdasarkan hasil laporan Riset
infeksi saluran napas bawah. Infeksi kesehatan dasar (Riskesdas, 2013)
saluran napas atas meliputi sinusitis, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar
faringitis, laringitis, dan otitis. Sedangkan 25,0% dengan prevalensi tertinggi terjadi
infeksi saluran napas bawah meliputi pada kelompok usia 1-4 tahun (25,8%).
infeksi pada bronkhus, alveoli seperti Provinsi Banten tidak termasuk dalam
bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. kategori prevalensi dengan kasus ISPA
Secara umum penyebab dari infeksi tertinggi di tingkat nasional, namun
saluran napas adalah berbagai prevalensi kejadian ISPA di provinsi
mikroorganisme, namun yang terbanyak Banten sudah mendekati prevalensi di
akibat infeksi virus dan bakteri (Depkes, tingkat nasional. Prevalensi ISPA di
2005). provinsi Banten sebesar 25,8%
Infeksi saluran pernafasan atas (Riskesdas, 2013). Prevalensi ISPA di
merupakan penyakit yang sering terjadi kota Tangerang sendiri tidak menduduki
pada anak. Insidensi menurut kelompok peringkat pertama di provinsi Banten,
usia balita diperkirakan 0,29 episode per namun prevalensi ISPA di kota
anak/tahun dinegara berkembang dan 0,05 Tangerang menurut hasil Riskesdas 2007
episode per anak/tahun dinegara maju. Ini dan 2013 terjadi peningkatan yang cukup
menunjukkan bahwa terdapat 156 juta tinggi dari 15,2% menjadi 25,7%.
episode baru di dunia pertahun dimana Tingginya prevalensi ISPA serta
151 juta episode (96,7%) terjadi dinegara dampak yang ditimbulkannya membawa
berkembang dan 5 juta episode (3,3%) akibat tingginya konsumsi obat bebas
terjadi dinegara maju. Di Indonesia (seperti antiinfluenza, obat batuk, dan
termasuk peringkat keempat kasus ISPA multivitamin) dan antibiotik. Peresepan
yaitu sebanyak 6 juta episode. Episode antibiotik yang berlebihan khususnya
batuk-pilek pada balita di Indonesia pada ISPA, dimana sebagian besar
diperkirakan 2-3 kali per tahun (WHO, penyebabnya adalah virus, menyebabkan
2008). ISPA merupakan salah satu terjadinya peningkatan resistensi bakteri,
penyebab utama kunjungan pasien di peningkatan efek samping obat yang tidak
sarana kesehatan. Sebanyak 40 % sampai diinginkan, dan juga meningkatkan biaya
60 % kunjungan berobat di Puskesmas pengobatan (Latifah, 2013).
dan 15 % sampai 30 % kunjungan berobat Menurut data rekam medik di
di rumah sakit (Kemenkes RI, 2012). Rumah Sakit Umum Bhakti Asih pada
tahun 2016, kasus penyakit ISPA
termasuk dalam 10 penyakit terbesar yang penelitian tentang “Pola Peresepan
terjadi. Di Rumah Sakit Umum Bhakti Antibiotik ISPA pada Pasien Pediatri di
Asih Ciledug belum pernah dilakukan Instalasi Rawat Jalan RSU Bhakti Asih
penelitian tentang penggunaan antibiotik, Ciledug Periode Januari - Maret 2017”.
oleh karena itu peneliti ingin melakukan

METODE

Penelitian ini bersifat deskriptif antibiotik, pasien ISPA pediatri dengan


non-eksperimental dengan menggunakan penyakit penyerta, dan pasien ISPA
desain cross-sectional. Metode pediatri dengan data rekam medik tidak
pengumpulan data secara retrospektif lengkap, sehingga didapatkan sampel
yaitu dengan melihat sumber data tertulis sebanyak 52 pasien.
yaitu rekam medik pasien penyakit ISPA Pengambilan sampel dilakukan
di RSU Bhakti Asih Ciledug. secara acak. Dalam pengambilan secara
Populasi dalam penelitian ini acak (probability/random sampling),
adalah data rekam medik dan resep pasien semua unsur atau elemen yang ada
pediatri dengan diagnosa ISPA yang dipopulasi memiliki kesempatan yang
menggunakan antibiotik dan menjalani sama untuk terpilih sebagai sampel
Rawat Jalan di RSU Bhakti Asih Ciledug mewakili populasinya. Teknik
periode Januari – Maret 2017. Populasi pengambilan sampel acak yang digunakan
yang didapatkan berjumlah 127 pasien. adalah acak sistematik (systematic
dari hasil perhitungan didapatkan random sampling). Pada teknik ini sampel
sampel sebanyak 56 pasien. Namun pada yang diambil secara acak hanya elemen
saat penelitian di lapangan, terdapat 4 pertama saja, selanjutnya dipilih secara
pasien yang termasuk dalam kriteria sistematik sesuai langkah yang sudah
eksklusi dengan kriteria yaitu: pasien ditetapkan, yaitu dengan kelipatan
ISPA pediatri tidak mendapat terapi interval 2 (Rachmat, 2008).

HASIL

1. Kriteria Berdasarkan Jenis


Kelamin dan Usia
Berdasarkan data yang untuk mengetahui pengaruh jenis
memenuhi kriteria, jumlah pasien kelamin terhadap penyakit ISPA.
yang didapatkan sebagai subjek Tabel 1 menunjukan jumlah dan
penelitian sebanyak 52 pasien. Pada persentase pasien ISPA di instalasi
penelitian digunakan data jenis rawat jalan RSU Bhakti Asih Ciledug
kelamin laki-laki dan perempuan periode Januari – Maret 2017.

Tabel 1. Distribusi pasien ISPA pediatri berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Laki-laki 29 55,77
2. Perempuan 23 44,23
Total 52 100
Sumber: RSU Bhakti Asih Ciledug, 2017

2. Kriteria Berdasarkan Usia


Pada penelitian digunakan data data usia pasien ISPA dibagi dalam 3
usia pasien untuk mengetahui kelompok yaitu masa balita (0-5
pengaruh bertambahnya usia terhadap tahun), masa kanak-kanak (6 tahun -
penyakit ISPA. Dari 52 pasien yang 11 tahun) dan masa remaja awal (12
memiliki usia 0-14 tahun. Sehingga tahun- 14 tahun).

Tabel 2. Distribusi Pasien ISPA pediatri berdasarkan usia

No. Usia Frekuensi Persentase (%)

1. 0 bulan -5 tahun 36 69,23


2. 6 tahun - 11 tahun 11 21,15
3. 12 tahun - 14 tahun 5 9,62
Total 52 100
Sumber: RSU Bhakti Asih Ciledug, 2017

3. Kriteria Berdasarkan Jenis Antibiotik


Penelitian ini digunakan data digunakan untuk penyakit ISPA di
jenis penggunaan antibiotik untuk RSU Bhakti Asih Ciledug periode
mengetahui antibiotik yang banyak Januari – Maret 2017. Jenis antibiotik
yang banyak pengunaannya dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Distribusi Pasien ISPA pediatri berdasarkan jenis antibiotik

No. Jenis Antibiotik Frekuensi Persentase (%)

1. Sefiksim 26 50,00
2. Sefadroksil 18 34,62
3. Azitromisin 8 15,38
Total 52 100
Sumber: RSU Bhakti Asih Ciledug, 2017

4. Kriteria Berdasarkan Golongan Antibiotik


Penelitian ini digunakan data RSU Bhakti Asih Ciledug periode
jumlah penggunaan antibiotik untuk Januari – Maret 2017. Golongan
mengetahui golongan antibiotik antibiotik yang banyak
berdasarkan struktur kimia, yaitu apa penggunaannya di RSU Bhakti Asih
sajaa ntibiotik yang banyak Ciledug periode Januari – Maret 2017
digunakan untuk penyakit ISPA di dapat dilihat dalam Tabel 4

Tabel 4. Distribusi Pasien ISPA pediatri berdasarkan golongan antibiotik


No. Golongan Jenis Frekuensi Persentase
Antibiotik Antibiotik (%)
1. Sefalosporin Sefiksim 26 50,00
generasi III
2. Sefalosporin Sefdroksil 18 34,62
generasi II
3. Makrolida Azitromisin 8 15,38
Total 52 100
Sumber: RSU Bhakti Asih Ciledug, 2017

DISKUSI

1. Kriteria Berdasarkan Jenis Dari data yang terdapat pada


Kelamin Tabel 1 menunjukkan angka
persentase yaitu jumlah pasien ISPA
pediatri laki-laki sebanyak 29 pasien dalam rongga pernafasan lebih lancar
(55,77%) lebih banyak dibanding dan paru terlindungi dari infeksi
perempuan yaitu sebanyak 23 pasien patogen (Uekert et al, 2006). Hasil ini
(44,23%). Penelitian sebelumnya didukung oleh penelitian penelitian
yang pernah dilakukan di rumah sakit yang dilakukan oleh Hapsari dan
Panti Rapih Yogyakarta oleh Astuti (2007) di Puskesmas I
Fajarwati (2015) juga mendapatkan Purwareja Klampok menemukan
jumlah pasien laki-laki sebesar bahwa pasien laki-laki lebih banyak
68,75% dan pasien perempuan daripada pasien ISPA perempuan.
sebesar 31,25%. Hal ini dikarenakan Dari hasil penelitian di atas,
anak laki-laki suka bermain di tempat dapat disimpulkan bahwa penyakit
yang kotor, berdebu, dan banyak ISPA dapat mengenai pasien pediatri
bermain di luar rumah, sehingga baik laki-laki maupun perempuan,
kontak langsung dengan penderita namum persentase laki-laki sedikit
ISPA lain yang memudahkan lebih besar dibandingkan dengan
penularan dan anak terkena ISPA pasien pediatri perempuan.
(Suyami dan Sunyoto, 2004). Proses
penularan penyakit ISPA ternyata 2. Kriteria Berdasarkan Usia
tidak merata untuk jenis kelamin laki- Berdasarkan data pada Tabel
laki dan perempuan. Hal ini berkaitan 2 yang mendominasi terkena ISPA
dengan faktor penularan ISPA yang yaitu pasien berusia 1-5 tahun yaitu
tidak hanya akibat terpapar sebanyak 36 pasien (69,23%),
lingkungan, ISPA dapat juga selanjutnya didapatkan pasien berusia
ditularkan melalui kontak langsung 6 -11 tahun yaitu sebanyak 11 pasien
dengan anggota keluarga penderita (21,15%), dan pasien berusia 12-14
ISPA. tahun sebanyak 5 pasien (9,62%). Hal
Selain itu, hal ini berkaitan ini sesuai dengan hasil Riset
karena berkaitan dengan respon pada Kesehatan Dasar tahun 2013 yang
anak karena sistem pertahanan tubuh mununjukan ISPA tertinggi terjadi
laki-laki dan perempuan berbeda. pada usia 1-4 tahun (Riskesdas,
Organ paru perempuan memiliki daya 2013).
hambat aliran udara yang lebih Pada masa balita belum
rendah dan daya hantar aliran udara mempunyai daya tahan tubuh yang
lebih tinggi sehingga sirkulasi udara kuat untuk melawan bakteri/virus
yang masuk kedalam tubuh. Bayi pemberantasan mikroorganisme dan
dan balita merupakan kelompok yang efek samping yang terjadi sama
kekebelan tubuhnya belum sempurna, dengan sefalosporin lainnya (Dreshaj
sehingga masih rentan terhadap et al, 2011). Sefiksim bersifat
berbagai penyakit infeksi. Batuk pilek bakterid dan berspektrum luas
merupakan salah satu bentuk ISPA terhadap mikroorganisme gram
yang sering menyerang balita. Pada positif seperti Streptococcus sp.,
masa ini balita cenderung Streptococcus pneumoniae., dan gram
memasukkan sesuatu kedalam mulut. negatif seperti Branhamella
Hal ini bisa sebgai perantara catarrahalis, Escherichia coli, Proteus
masuknya bakteri kedalam tubuh sp., Haemophilus influenza
(Ngastiyah, 2002). (Fajarwati, 2015).

3. Kriteria berdasarkan Jenis 4. Kriteria Golongan Antibiotika


Antibiotik Berdasarkan Struktur Kimia
Berdasarkan data dari rekam Berdasarkan Tabel 4
medis dan resep, jenis antibiotik yang penggunaan antibiotik pada pasien
digunakan di RSU Bhakti Asih terdiri ISPA yang tertinggi yaitu antibiotik
dari 3 jenis yaitu sefiksim, dengan golongan sefalosporin
sefadroksil, dan azitromisin. Dari generasi ketiga sebanyak 26 jumlah
hasil Tabel 3 jumlah penggunaan antibiotik (50,00%) dengan jenis
antibiotik yang paling tinggi adalah antibiotik Sefiksim, golongan
yaitu sefiksim sebanyak 26 pasien sefalosporin generasi kedua sebanyak
dengan persentase 50,00%, kemudian 18 jumlah antibiotik (34,62%)
Sefadroksil sebanyak 18 pasien dengan jenis antibiotik sefadroksil,
dengan hasil persentase 34,62%, dan dan golongan makrolida yaitu
terakhir azitromisin sebanyak 8 azitromisin sebanyak 8 jumlah
pasien dengan persentase 15,38%. antibiotik (15,38%). Sefalosporin
Sefiksim dipercaya sebagai generasi ketiga banyak digunakan
antibiotik spektrum luas dengan karena memiliki aktivitas spektrum
berbagai indikasi. Sefiksim memiliki yang luas serta aktif terhadap bakteri
keberhasilan (92%) dalam gram negatif (Fajarwati, 2015).
SIMPULAN

Dari hasil analisis data yang 2. Pola peresepan antibiotik pada pasien
dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai ISPA pediatri di instalasi rawat jalan
berikut: RSU Bhakti Asih Ciledug untuk jenis
1. Kriteria berdasarkan demografi antibiotik yang paling banyak
pasien ISPA pediatri di instalasi digunakan yaitu sefiksim sebesar
rawat jalan RSU Bhakti Asih Ciledug 50,00%, dan golongan yang paling
paling banyak terjadi pada pasien banyak digunakan golongan
laki-laki yaitu 55,77%, dengan umur sefalosporin generasi ketiga yaitu
terbanyak 1-5 tahun sebesar 69,23%. sefiksim sebesar 50,00%.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003, Principles of Internal Infection, Contributions, Sec. Biol.


th
Medicine. 215 edition”. McGraw- Med. Sci
Hill co, Singapore. Dipiro, J.T., Talbert, R.I., Yee, G.C.,
Brunton, L.L., Lazo, J.S., dan Parker, Matzke, G.R., Wells, B.B., dan
K.L. (2006). Goodman & Gillman’s Posey, L.M., 2008, Seventh Edition
she pharmacological basis of PHARMACOTHERAPY A
theurapeutics. New York: McGraw Pathophysiologic Approach,
Hill McGraw-Hill, New York
Depkes RI, 2005, Pharmaceutical Care Fajarwati, A, 2015, Evaluasi Penggunaan
Untuk Penyakit Infeksi Saluran Antibiotika Pada Penyakit Infeksi
Pernafasan. Departemen Kesehatan Saluran Pernafasan Akut Kelompok
Republik Indonesia Pediatrik Rawat Inap Rumah Sakit
Depkes RI, 2009, Profil Kesehatan Panti Rapih Yogyakarta Periode
Indonesia, Departemen Kesehatan Juli-September 2013. Skripsi,
Republik Indonesia, Jakarta. Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dreshaj, Doda-Ejupi, Tolaj, Mustafa, Darma Yogyakarta
Kabashi, Shala, Geca, Aliu, Daka, Hapsari, L, Astuti, I.W.B., 2007, Pola
and Basha., 2011, Clinical Role of Penggunaan Antibiotika pada
Cefixime in Community-Aquired Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Pneumonia Balita pada Rawat Jala
Puskesmas Purwareja Klampok Riduwan. 2005. Belajar MudahPenelitian
Kabupaten Banjarnegara Tahun Untuk Guru, Karyawan, dan
2004, Pharmacy, Vol. 05 No. 02, Peneliti Pemula, Bandung : Alfabeta
53. Riskesdas, 2013, Riset Kesehatan Dasar,
Ngastiyah, 2002, Perawatan Anak Sakit, Kementrian Kesehatan Republik
Buku Kedokteran RGC, Jakarta. Indonesia.
Kasper DL, Braunlawd E, Fauci AS, Riskesdas, 2007, Riset Kesehatan Dasar,
Hauser L, Longo DL, Jameson DL,. Kementrian Kesehatan Republik
2005. Harrison’s Manual of Indonesia
Medicine 16th Edition. The Riunisa, A, 2014, Kerasionalan
McGraw-Hill. New York Penggunaan Obat ISPA Pada Anak
Kemenkes RI, 2011, Pedoman di RSUD Pulang Pisau. Skripsi,
pengendalian Infeksi Saluran Fakultas Ilmu Kesehatan
Pernafasan Akut. Universitas Muhammadiyah
Latifah, N, 2013, Pola Penggunaan Palangkaraya
Antibiotik untuk Pneumonia pada RSU Bhakti Asih, 2017, Data Rekam
Pasien Pediatrik di Instalasi Rawat Medik Pasien ISPA Pediatri Poli
Inap RSUD Dr. Moewardi pada Anak di Instalasi Rawat Jalan
Periode Januari 2009 – Desember Periode Januari – Maret 2017,
2011. Skripsi, Fakultas Matematika Ciledug
dan Ilmu Pengetahuan Alam Setiabudy, R, 2007, Pengantar
Universitas Sebelas Maret Antimikroba, Edisi kelima, Balai
Prasetyaningrum, A, 2010, Evaluasi Penerbit FKUI, Jakarta
Penggunaan Antibiotik Pada Suyami dan Sunyoto, 2004, Karakteristik
Penderita Infeksi Saluran Faktor Resiko ISPA Pada Anak
Pernafasan Akut di Instalasi Rawat Usia Balita di Puskesmas Pembantu
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Krakitan, Bayat, Klaten.
Kbupaten Karanganyar Tahun 2009. Tjay, T.H dan Kirana Rahardja, 2007,
Skripsi, Fakultas Farmasi Obat-Obat Penting Khasiat,
Universitas Muhammadiyah Penggunaan dan Efek-Efek
Surakarta Sampingnya. Edisi Keenam, PT.
Rachmat M. 2008. Buku Ajar Elex Media Komputindo, Jakarta
Biostatistika. Jakarta: EGC Uekert A, M, Evans, Z.L.i, Roberg K.,
Tisler, C., dasilva ED., Anderson
R., Gangnon, D.B., Allen, J.Egern, Pisau, Skripsi Fakultas Ilmu
R.F. Lemanske. 2006. Sex Realeted Kesehatan Universitas
Differences In Immune Muhammadiyah Palangkaraya
Development and The Expression World Health Organization (WHO), 2007,
of Atopy in Early Childhood. The Infection prevention and control of
Journal of Allergy Clin Immunol. epidemic-and pandemic-prone acute
World Health Organization (WHO), 2003, respiratorydiseases in health care.
Making a difference: indicator to WHO, Geneva
improve children’s environmental World Health Organization (WHO), 2008,
health. Dalam Riunisa, A, 2014, Pencegahan dan Pengendalian ISPA
Kerasionalan Penggunaan Obat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
ISPA Pada Anak di RSUD Pulang

Anda mungkin juga menyukai