Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN TB

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang menular dan disebabkan oleh


Mycobacterium Tuberculosis dapat menyerang seluruh bagian tubuh manusia, dan biasanya
yang sering terkena adalah paru-paru (Wahid & Suprapto, 2013, p. 157).

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang biasanya menyerang paru-paru, penyakit ini
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2012, p. 67).

Tuberculosis iyalah penyakit infeksi disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis


dengan gejala-gejala yang bervariasi (Padila, 2013, p. 227).

Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa penyakit Tuberkulosis Paru merupakan infeksi
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis dan akan menyerang paru-paru

B.   ANATOMI DAN FISIOLOGI


A.    ANATOMI
Respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan oksigen, kemudian oksigen
yang berada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ-organ pernafasan, dan pada
keadaan tertentu bila tubuh kelebihan karbon dioksida maka tubuh berusaha untuk
mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara menghembuskan napas (ekspirasi)
sehingga terjadi suatu keseimbangan antar oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh.
Sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Udara
masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam pernafasan otot. Trakea
dapat melakukan penyaringan, penghangatan, dan melembapkan udara yang masuk,
melindungi permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan menghasilkan, mengatur
udara dan mengubah permukaan saluran napas bawah.
Guna pernafasaan yaitu mengambil oksigen dari luar masuk ke dalam tubuh, beredar
dalam darah, selanjutnya terjadi proses pembakaran dalam sel atau jaringan, mengeluarkan
karbondioksida yang terjadi dari sisa-sisa hasil pembakaran dibawa oleh darah yang berasal
dari sel (jaringan). Selanjutnya dikeluarkan melaluiorgan pernafasan Untuk melindungi
sistem permukaan dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh, melindungi sistem
pernafasan dari jaringan lain terhadap serangan patogenik, untuk pembentukan komunikasi
seperti berbicara, bernyanyi, berteriak dan menghasilkan suara.
1.     Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan (respirasi)
dan indra penciuman (pembau). Yang mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh
sekat hidung (septum nasi). Dalam keadaan normal, udara masuk dalam sistem pernafasan,
melalui rongga hidung. Vestibulum rongga hidung berisi serabut-serabut halus. Epitel
vestibulum berisi rambut-rambut halus yang berguna untuk menyaring udara, debu dan
kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang
hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah yaitu konka nasalis inferior (bagian bawah),
konka nasalis media ( bagian tengah), konka nasalis superior ( bagian atas). Diantara konka
terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus
medialis ( lekukan bagian tengah ), meatus inferior ( lekukan bagian bawah ). Meatus ini
dilewati oleh udara pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan
tekak, lubang disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke
atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis,
yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus
sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus ethmoidalis pada rongga tulang tapis.
Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau reseptor-reseptor dari
saraf penciuman disebut nervus olfaktorius. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan
sebelah atas langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak
dengan rongga pendengaran tengah saluran ini desebut tuba auditiva eustaki, yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring.
2.        Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan.
Terdapat dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Hubungan dengan rongga lain yaitu, ke atas berhubungan dengan rongga
hidung dengan perantara lubang koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut
bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang, ke depan lubang laring, ke belakang
lubang esofagus. Dibawah selaput lendir terdapat jarngan ikan dan kumpulan getah bening
yang dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 tonsil. Di sebelah belakang terdapat
epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.

3.        Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya. Pangal tenggorokan yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berfungsu pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring dilapisi
oleh selaput lendir,kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium
berlapis. Pita suara berjumlah 2 bah, di atas pita suara palsudan tidak mengeluarkan suara
disebut ventrikularis. Di bawah pita suara sejati yang membentuk suara disebut vokalis.
4.     Trakea
Trakea terbentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti huruf C. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat
yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda
asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
5.        Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea
dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan kebawah ke arah
tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri
dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari
yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang yang
lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan
pada ujing bronkioli terdapat gelembung paru yang disebut alveoli.

6.    Pulmo
Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga
dadakavum mediatinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus.
Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput bernama
pleura. Pleura terbagi 2 yaitu viseral dan parietal. Pulmo (paru) adalah sebuah alat tubuh
yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Banyaknya gelembung paru kurang
lebih 700.000.000 buah (paru kiri dan kanan). Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu
lobus superior, media, inferior. Paru-paru kiri terdiri 2 lobus yaitu lobus superior dan
inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya
dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-
saraf.

B.  Fisiologis Pernafasan
1.      Pernafasan paru-paru
Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru.
Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut
dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari
darah, oksigen menembus membran, diambi oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan
dari jantung dipompakan keseluruh tubuh. Didalam paru-paru karbondioksida merupakan
hasil buangan menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa
bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. Proses pertukaran oksigen dan
karbondioksida, konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat
pernafasan terdapat  dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan
sehingga terjadi pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida lebih banyak.
2.      Pernafasan jaringan
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh
masuk ke dalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke
dalam jaringan, mengambil karbon dioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru
terjadi pernafasan eksterna.  
3.      Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml-5.000 ml (4,5-5 liter).
Udaha yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%, ± 500 ml
disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada
pernafasan biasa.
4.      Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama yaitu kimiawi
dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat pernafasan yang
terletak di dalam medula oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan implus yang
disalurkan melalui saraf spinalis ke otot pernafasan (otot diagfragma atau interkostalis).
Penegndalian oleh saraf. Pusat otomatik dalam medula oblongata mengantarkan implus
eferen ke otot pernafasan, melalui radik saraf servikalis diantarkan ke diagfragma oleh
saraf prenikus. Implus ini menimbulkan kotraksi ritmik pada otot diagfragma dan
interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit. Pengendalian secara kimia.
Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi: frekuensi kecepatan dan dalamnya
gerakan pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka, sehingga kadar alkali
harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi asam dari metabolisme dan
bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar implus
saraf yang bekerja atas otot pernafasan.
5.      Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka ekspirasi
akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi
istirahat-ekspirasi,disebut juga pernafasan terbalik.
6.      Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat membutuhkan
oksigen dalam hidupnya kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan
mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan
kematian, kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan
anoreksia serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang
kapal, ketel uap dan lain-lain. Bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya
hilang berganti kebiruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki
disebut sianosis.
7.      Dinamika pernafasan
Tekanan udara mendesak melalui saluran pernafasan menekan paru-paru ke arah
dinding torak, tekanan dalam ruang pleura mencegah paru-paru menyusut dari dinding
toraks dan memaksa paru-paru untuk mengikuti pergerakan pernafasan dinding toraks
dan diagfragma, tekanan ini meningkat pada waktu inspirasi dan gerakan pernafasan ini
dihasilkan oleh otot pernafasan. Waktu ekspirasi serat otot diagfragma yang relaksasi
muncul tinggi menuji diagfragma membebaskan ruang pelengkap diantara diagfragma 
dan dinding toraks.

B. PATOFISIOLOGI

Kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh bisa melalui udara
pernafasan. Dan bakteri yang terhirup akan berpindah melalui jalan nafas ke alveoli,
tempat dimana ia berkumpul dan memperbanyak diri. Ada juga bakteri yang dapat di
pindahkan melalui sistem limfe dan cairan darah ke bagian tubuh yang lainnya
(Manurung, dkk, 2013, p. 105).

Mycobakterium Tuberculosis yang berada di permukaan alveolus biasanya


mengalami inhalasi yang terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang cenderung
tertahan di saluran hidung, cabang besar bronkus, dan tidak dapat menyebabkan penyakit.
Basil tuberkel ini akan membangkitkan reaksi peradangan (Wahid & Suprapto, 2013, p.
159).

Setelah pemajanan dan infeksi awal, karena respon sistem imun yang tidak adekuat.
Penyakit aktif dapat timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak
aktif. Dalam kasus ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menjadi
perkijuan. Tuberkel yang ulserasi akan mengalami proses penyembuhan membentuk
jaringan parut. Paru-paru yang terkena infeksi akan mengalami pembengkakan, sehingga
akan mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia yang lebih lanjut (Somantri, 2012, p.
68).

C. ETIOLOGI

Tuberculosis paru yang disebabkan oleh kuman TBC yang bentuknya seperti batang
dengan panjang sekitar 1-4/ um, dan tebal 0,3-0,6/ um. Kuman ini terdiri dari asam lemak,
dan kuman akan lebih tahan asam dan tahan dengan gangguan fisis dan kimia (Manurung,
dkk, 2013, p. 105)

D. KLASIFIKASI

1. Pembagian secara patologis


2. Tuberculosis primer (childhood tuberculsis)
3. Tuberculosis post primer (adult tuberculosis)
4. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
5. Tuberculosis minimal
6. Moderately advanced tuberculosis
7. Far advanced tuberculosis (Wahid & Suprapto, 2013, pp. 161-162).

E. MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala dan tanda-tanda fisik penyebab tuberkulosa, seperti:
a.       Tanda :
1)      Penurunan berat badan 
2)      Anoreksia
3)      Dispneud
4)      Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
b.      Gejala :
1)      Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk. 
2)      Batuk 
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum).
Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat  pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
3)      Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengan bagian paru.
4)      Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis).
5)      Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, mering,
nyeri otot, keringat malam
ASUHAN KEPERAWATAN
DEGAN GANGUAN PERNAPASA TB PARU

A.  Pengkajian
1.     Identitas
Nama : Ny.B
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Bt. Merah
Tanggal Masuk RS : 01-02-2010/20.50 Wit
Tanggal Pengkajian : 05-02-2010/10.00 Wit
No.Register Medis : 10 80 89
Diagnosa Medis : TB PARU
Nama Penanggung Jawab : Tn A
Pekerjaan : Pns
Hub. Dengan klien : Anak

2.     Riwayat kesehatan sekarang

  Keluhan utama Saat Pengkajian : Batuk dengan dahak susah dikeluarkan

  Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan daerah dada terasa sakit pada saat
batuk seperti ditusuk-tusuk yang bersifat hilang timbul dan menyebar kearea dada kiri
dan kanan selama ±5-10 menit
3.     Riwayat kesehatan Masa Lalu

a.       Klien pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya

b.      Klien belum pernah mengalami tindakan pembedahan

c.       Klien tidak ada riwayat alergi terhadap obat dan makanan tertentu

     Pemeriksaan Fisik


        i.      Pengamatan umum
1.      Keadaan umum : Lemah
2.      Keadaan sakit : Sedang
3.      Tingkat kesadaran : Sadar
4.      Ekspresi Wajah : Tampak gelisah

      ii.      Pengukuran geometri


1.BB Sekarang : 49 kg
2.TB Saat pengkajian : 160 cm
3.BBI : 54 kg
4.Kesimpulan : BB tidak ideal (kurang 5kg dari BBI)

    iii.      Tanda –Tanda vital


1.      Suhu : 36˚C
2.      Nadi : 100x/menit
3.      Respirasi : 26x/menit
4.      Tekanan darah : 120/70mmHg

Dada( Inspeksi,Palpasi,Auskultasi,Perkusi)
1.      Bentuk dada : Semitris
2.      Pergerakan pernafasan : Cepat
3.      Bunyi pernafasan : Vesikuler
4.      Pola nafas/batuk : Batuk kering
5.      Sputum : Kental
6.      Frekwensi pernafasan : Takipnea ( 26x/menit)
7.      Bunyi nafas tambahan : Ronchi (+)
8.      Keluhan : Ada kelainan
9.     Jantung
a.       Bunyi jantung ( S1,S2) : S1 dan S2 Normal
b.      Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
c.       Irama jantung : Irreguler ( tidak teratur)
d.      Keluhan : Jantung berdebar-debar

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 04 Februari 2010
1.
Hasil : TB.paru Aktif (kesan proses spesifik)
Nilai Abnormal Nilai normal

HB : 10,7 gr % HB : 14-16 gr %
Loukosit : 12.900 nm³ Leukosit : 5000-10.000 nm
LED 15-30 mm/jam LED 10-20 mm/jam

Therapy/Pengobatan/ Penatalaksanaan
1. Therapy Cairan RL 24 tetes/menit
2. Therapy Obat OAT :
a.       Rifampisin 450 mg tab 1X1/oral (pagi)
b.      Isoniazid (INH) 300 mg tab 1x1/oral(pagi)
c.       Pirazinamid (Z) 500 mg tab 1x1/oral(pagi
d.      Etambutol (E) 250 mg tab 1x1/oral(pagi
e.       Streptomisin (S)Injeksi 0,50 gr /24 jam
KLASIFIKASI DATA

Data Subjectif Data Objektif


 Badan lemas 1)      K/U Lemah
 Sesak bila beraktivitas berlebihan
2)      Respirasi : 26x/menit
 Batuk dengan dahak susah dikeluarkan
 Keringat dingin pada malam hari 3)      Sputum Kental
 Kurang nafsu makan
4)      Takipnea
 Dada terasa sakit pada saat batuk
 Mulut kering 5)      Ronchi (+)
6)      Loukosit : 12.900 mm³
7)      LED 15-30 mm/jam
8)      Foto Thorak :
Hasil : TB.paru Aktif (kesan proses
spesifik)
9)      Porsi makan yang dihabiskan ½ porsi
10)  BB tidak ideal (kurang 5Kg dari BBI)
11)  Keadaan rongga mulut : kering
12)  Ekspresi wajah Tampak gelisah

ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI RASIONAL

DS : Pasien mengatakan Penumpukan sekret kental Bersihan jalan nafas


dalam rongga broncus inefektif
     Batuk dengan dahak susah
dikeluarkan
     Sesak bila beraktivitas
     Keringat dingin pada
malam hari
     Dada terasa sakit pada saat
batuk

  DO :
      Sputum kental
      Takipnea
      Ronki (+)
      Loukosit : 12.900 mm³
      LED 15-30 mm/jam
      Foto Thorak : Hasil :
TB.paru Aktif (kesan proses
spesifik)
      Respirasi : 26x/menit

Diagnosa Keperawatan

1.      Bersihan jalan nafas inefektif b/d Penumpukan sekret kental dalam rongga beruncus
yang ditandai dengan
  DS : Pasien mengatakan
        Batuk dengan dahak susah dikeluarkan
        Sesak bila beraktivitas
        Keringat dingin pada malam hari
        Dada terasa sakit pada saat batuk
       DO :
        Sputum kental
        Takipnea
        Ronki (+)
        Loukosit : 12.900 mm³
        LED 15-30 mm/jam
        Foto Thorak : Hasil : TB.paru Aktif (kesan proses spesifik)
        Respirasi : 26x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi trakeobronkial yang sangat banyak.

- Regimen terapeutik tidak efektif b.d kompleksitas pengobatan jangka panjang.

- Intoleransi aktifitas b.d keletihan,perubahan status nutrisi dan demam.

- Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d rangsangan pusat pengatur suhu akibat zat pirogen
kuman TBC.

- Nyeri akut b.d peningkatan mediator nyeri akibat reaksi inflamasi.

- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan /
anoreksia.

- Kurang pengetahuan tentang tindakan pencegahan penularan b.d informasi tak adekuat.

- PK  : efek samping medikasi.

- PK : TB miliaris

http://asuhankeperawatansugi.blogspot.com/2015/04/asuhan-keperawatan-tb-paru.html

Anda mungkin juga menyukai