Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS


PERMANGANOMETRI

DISUSUN OLEH :

Nama : RANI MEISHELI

NIP : 52019050057

Kelas : IB / S1-FARMASI

Kelompok : IV (Empat)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1-FARMASI

Alamat : Jl. GaneshaPurwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia

Telp : (0291) 437 218/ 442 993

Tahun 2020
I. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat dan bahan baku yang digunakan di

laboratiorium beserta kegunaan dan keamanannya

2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan

3. Mahasiswa ampu menerapkan prinsip kerja pembuatan larutan baku

4. Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar senyawa reduktor dengan

metode permanganometri

II. PRINSIP/DASAR TEORI

Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan

secara luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir

dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan

terjadi banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat

untuk digunakan dalam analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya

cukup banyak (Underwood, 2002 : 287).

Kalium permanganat telah banyak dipergunakan sebagai agen

pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh

dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali

untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan

warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa

dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk

mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat menjalani beragam


reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2,

+3, +4, +6, dan +7.

Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi

yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat amat asam, 0,1N atau lebih

besar: MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4 H2O E0 = + 1,51 V

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi

berdasarkan reaksi ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan

atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Permanganat

adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi

Mn(II) menjadi MnO2 sesuai persamaan:

3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2(s) + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari

titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2.

Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan

permanganat. Mangan dioksida mengkatalisis dekomposisi larutan

permanganat. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam

permanganat,au terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-

jejak dari agen-agen pereduksi di dalam air, mengarah pada dekomposisi.

Tindakan-tindakan ini biasanya berupa larutan Kristal-kristalnya,

pemanasan untuk menghancurkan substansi-substansi yang dapat direduksi,

dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter (filter-filter non

pereduksi) untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian

distandarisasi, dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan,


konsentrasinya tidak akan berubah selama beberapa bulan (Underwood,

2002 : 290).

Senyawa Natrium Oksalat (Na2C2O4) merupakan standar primer yang

baik untuk permanganat dalam larutan asam. Senyawa dapat diperoleh

dengan tingkat kemurnian yang tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan

nonhigroskopik. Reaksinya berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga

larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 600C. Bahkan pada suhu yang

lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat

ketika ion mangan(II) terbentuk. Mangan(II) bertindak sebagai katalis, dan

reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi

itu sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara

bereaksi dengan cepat dengan permanganat untuk membentuk mangan

berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), dimana pada gilirannya secara

cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi divalent. Persamaan

untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah:

Penentuan titrimetrik kalsium dalam kapur sering kali digunakan

sebagai latihan untuk mahasiswa. Kalsium mengendap sebagai oksalat,

CaC2O4. Setelah penyaringan dan pencucian, endapan dilarutkan dalam

asam sulfat dan oksalatnya dititrasi dengan permanganat (Underwood,

2002 : 293).

Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi,

pada mana dihasilkan garam-garam besi(II) dan gas hidrogen. Asam sulfat

pekat yang panas, menghasilkan ion-ion besi(III) dan belerang dioksida:


2Fe + 3H2SO4 +6H+ 2Fe3+ + 3SO2 + 6H2O (Shevla,1985 : 257)

Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks

(reduksi-oksidasi). Rekasinya adalah merupakan serah terima elektron yaitu

elektron diberikan oleh pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh

pengoksidasi (proses reduksi). Oksidasi adalah pelepasan elektron oleh

suatu zat, sedangkan reduksi adalah pengambilan elektron oleh suatu zat.

Reaksi oksidasi ditandai dengan bertambahnya bilangan oksidasi sedangkan

reduksi sebaliknya. Kalium permanganat secara luas digunakan sebagai

larutan standar oksidimetri dan ia dapat bertindak sebagai indikatornya

sendiri (autoindikator). Perlu diketahui bahwa larutan Kalium permanganat

sebelum digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi

terlebih dahulu, untuk menstandarisasi kalium permanganat dapat dapat

dipergunakan zat reduktor seperti asam oksalat, natrium oksalat, kalium

tetra oksalat, dan lain-lain. Asam Sulfat merupakan asam yang paling cocok

digunakan sebagai pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka

kemungkinan akan terjadi reaksi seperti di bawah ini: 2 MnO4- + 16 H+ +

10 Cl- ↔2 Mn + 5Cl2 + 8 H2O dengan demikian, sebagian permanganatnya

digunakan untuk pembentukan klorin. Reaksi ini terutama terjadi dengan

garam-garam besi. Adanya mangan dioksida dapat mempercepat peruraian

permanganat karena mangan dioksida tersebut memperbanyak pembentukan

mangan dioksida sehingga peruraian bertambah cepat. Ion-ion mangan juga

dapat beraksi dengan permanganate membentuk mangan dioksida menurut

reaksi:
2 MnO4- + 2H2O ↔ 4MnO2 + 3 O2 + 4 OH.

Dan sebagaimana dijelaskan diatas, reaksi ini dikatalisis oleh MnO2 padat.

Kalium permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkali

kuat, maka ada 2 kemungkinan reaksi, yaitu pertama: reaksi yang berjalan

relatif cepat: MnO4- + e- →MnO42- dan reaksi kedua yang berlangsung

relatif lambat: MnO42- + 2H2O + e- ↔MnO2 + 4 OH potensial standar

reakasi yang pertama E0 = 0,56 volt, sedangkan pada reaksi kedua sebesar

E0 = 0,60 volt. Dengan mengatur suasana sebaik-baiknya (misalnya

menambah ion barium yang dapat membentuk endapan barium manganat)

maka reaksi pertama dapat berjalan baik sekali. (Hamdani, 2012)

III. ALAT DAN BAHAN

Alat :

a. Gelas Ukur d. Gelas Erlenmeyer

b. Ball-Pipette e. Labu Erlemeyer

c. Labu Ukur f. Buret

Bahan :

a. Aquadest c. KMnO4

b. H2C2O4 d. H2SO4
IV. REAKSI

KM202 K+ + MnO4-

MnO4- + 8+ + 5e Mn2+ + 4H2O

2KMnO4 + 3H2SO4 + 5 (COOH)2 ZMnSO4 + K2SO4 + 8H2O + 10CO2

V. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatam larutan

a. Larutan baku primer (H2C2O4 . 2H2) 0,1 N

Hitung H2C2O4 . 2H2


Timbang H2C2O4 . 2H2

Masukkan kedalam labu ukur 100


Gojok hingga homogen
ml dan tambahkan aquadest

b. Pembuatan larutan baku sekunder KMnO4 . 5H2O

Hitung dan Timbang Masukkan dan Larutkan dalam


KMnO4 . 5H2O labu ukur 250 ml

Didihkan selama10 menit,


Tambahkan aquadest sampai
kemudian saring dengan glass
yang dibutuhkan
wol
2. Pembakuan larutan KMnO4

Masukkan 10 ml asam
oksalat kedalam erlenmeyer Tambahkan 6 ml H2SO4

Kemudian titrasi dengan


cepat dengan KMnO4 sampai
Panaskan temperature 80-90°c
larutan terbentuk warna
coklat

Lakukan titrasi minimal diplo dan


Catat volumenya hitung sebelum distandarkan

3. Penetapan sampel

Masukkan 10 ml larutan
sampel kedalam erlenmeyer Tambahkan 6 ml H2SO4

Kemudian titrasi cepat


dengan KMnO4 sampai Panaskan temperature 80-90°c
larutan terbentuk warna rose

Lakukan titrasi minimal diplo dan


Catat volumenya hitung sebelum distandarkan
VI. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Pengamatan :

a. Pembuatan larutan baku primer (H2C2O4 . 2H2O) 0,1 N

gr 1000
N= x x valensi
Mr v

gr 1000
0,1 = x x2
126,07 100

0,1 . 126.07 = gr . 20

12,607 = gr . 20

12,607
gr =
20

gr = 0,63035 (0,58035 – 0,68035)

hasil timbangan = 0,6319

b. Pembuatan larutan baku sekunder (KMnO4 . 5H2O) 0,1 N

gr 1000
N= x x valensi
Mr v

gr 1000
0,1 = x x5
158,04 250

0,1 . 158,04 = gr . 20

15,804 = gr . 20

15,804
gr =
20

gr = 0,7902 (0,7402 – 0,8402)

hasil timbangan = 0,7904


c. Larutan H2SO4 4 N

gr 1000
N= x x valensi
Mr v

gr 1000
4= x x2
98 50

4 . 98 = gr . 40

392 = gr . 40

392
gr = =¿9,8
40

massa
ρ=
v

9,8 gr
1,83 g/cm3 =
v

v = 5, 355

d. Pembakuan

Titrasi ke Volume baku sekunder


1 8,2
2 8,1
Rata- rata 8,15

e. Penetapan kadar sampel

Titrasi ke Volume baku sekunder


1 2,55
2 2,55
Rata- rata 2,55
Perhitungan

a. Penentuan kadar baku primer

gr 1000
N= x x valensi
Mr v

0,6319 1000
N= x x2
126,07 100

N = 0,005012 X 20

N = 0,10024 N

b. Pembakuan

Titrasi ke 1

VBP . NBP = VT . NT

10 ml . 0,10024 = 8,2. NT

1,0024 = 8,2 . NT

1,0024
NT =
8,2

NT = 0,122

Titrasi ke 2

VBP . NBP = VT . NT

10 ml . 0,10024 = 8,1 . NT

1,0024 = 8,1 . NT

1,0024
NT =
8,1

NT = 0,1237
0,122+ 0,1237
Rata-rata = = 0,12285 N
2

c. perhitungan kadar sampel

Titrasi ke 1

VS . NS = VT . NT

10 ml . NS = 2,55 . 0,12285

10 ml . NS = 0,3132675

0,3132675
NS =
10

NS = 0,03132675

Titrasi ke 2

VS . NS = VT . NT

10 ml . NS = 2,56 . 0,12285

10 ml . NS = 0,314496

0,314496
NS =
10

NS = 0,0314496

0,03132675+0,0314496
Rata-rata = = 0,031388175 N
2

VII. PEMBAHASAN

VIII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

JR., R.A. DAY dan UNDERWOOD,A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi

Keenam. Jakarta: Erlangga.

Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I

Edisi ke Lima. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai