Anda di halaman 1dari 31

Outline Proposal Penelitian

Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Economic Value Added


(EVA) dan Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan Makanan dan
Minuman di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2019

Oleh :

M. YUSRIL MAHENDRA
A1B017075
MANAJEMEN KEUANGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengan adanya perkembangan teknologi beserta dengan kondisi perekonomian

di Indonesia yang selalu berubah dan tidak tetap menjadikan suatu perusahaan terus

bersaing untuk mempertahankan keberadaan perusahaannya. Kondisi tersebut

menuntut suatu perusahaan untuk melakukan perbaikan di berbagai bidang. Setiap

perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan dari pemegang sahamnya.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan keberhasilan

dalam mencapai tujuan tersebut. Perusahaan didirikan pada umumnya bertujuan

untuk memperoleh laba. Disamping itu juga perusahaan dengan baik agar perusahaan

dapat berkembang sesuai dengan kegiatan yang dijalankan pada waktu yang akan

datang. Dengan adanya harapan tersebut maka perusahaan diharuskan dan dituntut

untuk dapat mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat dalam segala aktivitasnya

termasuk aspek keuangan.

Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dari

periode ke periode, hal ini terbukti dengan menimkatkan jumlah saham yang

ditransaksikan dan kian tingginya volume perdagangan saham. Sejalan dengan

perkembangan yang pesat, kebutuhan akan informasi yang relevan dalam

pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin meningkat. Pasar


modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta menunjung

ekonomi negara bersangkutan (Ang, 1997).

Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu katagori sektor

industri di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mempunyai peluang untuk tumbuh dan

berkembang. Hal ini terlihat semakin meningkat industri makanan dan minuman di

negera ini khususnya dan memasuki krisis kepanjangan. Kondisi ini membuat

persaingan semakin ketat sehingga para manajer perusahaan berlomba-lomba mencari

investor untuk menginvestasikan dananya diperusahaan makanan dan minuman

tersebut. Barang konsumsi menjadi industri yang penting bagi perkembangan

perekonomian bangsa. Hal ini tidak lepas dari perusahaan-perusahaan yang bergerak

dalam industri barang konsumsi dibutuhkan banyak sumber daya termasuk

didalamnya sumber daya manusia. Industri barang konsumsi mempunyai peranan

dalam menyerap tenaga kerja meningkatkan pendapatan pada suatu negara.

(Rindyah hanafi, 2002) posisi dan kinerja perusahaan sangat penting artinya

bagi perusahaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahana perusahaan. Kekuatan

perlu diketahui agar dapat dipertahankan atau bahkan ditinggalkan. Sedangkan

kelemahan perlu diketahui untuk diperbaiki. Kinerja keuangan suatu perusahaan

dapat dinilai dengan menggunakan beberapa alat analisis keuangan, salah satunya

yaitu laporan keuangan beberapa alat analisis keuangan, beberapa rasio keuangan

isalnya rasio profibalitas, rasio likuiditas, rasio leverage, dan lain-lain. Laporan

keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting


disamping informasi lain seperti informasi industry, kondisi perekonomian, pangsa

pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya.

Menurut Rahayu (2007) pengukuran dangan menggunakan analisis rasio

memiliki kelemahan yaitu tidak memperhatikan biaya modal dalam perhitungannya.

Perhitungan ini hanya melihat hasil akhirnya (laba perusahaan) tanpa memperhatikan

resiko yang dihadapi perusahaan. Metode Economic Value Added (EVA) dan Market

Value Added (MVA) berusaha mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan

dengan memperhatikan biaya modal yang meningkat karena biaya modal

menggambarkan resiko bagi perusahaan. Untuk memperbaiki adanya kelemahan pada

rasio kemudian muncullah pendekatan baru yang disebut Economic Value Added

(EVA).

Manajer berusaha untuk berfikir dan bertindak seperti para investor yaitu

memaksimalkan tingkat pengembalian (return) dan menimumkan tingkat biaya

modal (cost of capital) sehingga nilai tambah perusahaan dapat memaksimalkan.

Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tetang adanya penciptaan nilai

dari investasi, sedangkan Market Value Added (MVA) merupakan perbedaaan anatara

nilai modal yang ditanamkan diperusahaan sepanjang waktu investasi modal, pajang,

laba ditahan, dan uang yang diambil sekarang atau sama dengan selisih antara nilai

buku dengan nilai pasar perusahaan (Rahayu, 2007).

Selain Economic Value Added (EVA) ada pendekatan lain yang menggunakan

juga untuk mengukur kinerja perusahaan yang didasarkan pada nilai pasar.
Perhitungan pada nilai pasar tersebut dikenal istilah Market Value Added (MVA).

Market Value Added (MVA) adalah perbedaaan antara pasar saham perusahaan

dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan (F Eugene Brigham,

2006).

Jumlah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) cukup banyak dibandingkan dengan perusahaan dibidang

lainnya.Perkembangan perusahaan makanan dan minuman di Indonesia semakin

pesat. Perusahaan makanan dan minuman mendapatkan peluang yang lebih besar

untuk terus berkembang. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk menjadikan

perusahaan makanan dan minuman sebagai objek penelitian. Perusahaan-perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setiap

perusahaan di sektor perusahaan makanan dan minuman harus mampu dan bersaing

di Bursa Efek Indonesia (BEI) agar tidak tersingkir dikeranakan persaingan yang

semakin meningkat. Perusahaan makanan dan minuman harus terus meningkatkan

dari jumlah asset perusahaan agar mampu bersaing.

Data Jumlah Asset Perusahaan Makanan dan Minuman Dari Tertinggi,

Sedang, dan Terkecil Pada Periode 2017-2019

Jumlah Asset (Dalam Jutaan Rupiah)


No Kode Emiten
2017 2018 2019
1 INDF 87.939.488 96,537,796 96,198,559
2 MYOR 14.915.850 17,591,706 19,037,918
3 ROTI 4.559.574 4,393,810 4,682,083
Sumber: www.idx.co.id (Bursa Efek Indonesia, n.d.)
Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa data jumlah asset pada perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) bahwa

perusahaan INDF yang memiliki jumlah asset tertinggi di periode 2017 dengan

jumlah asset Rp. 87.939.488.000 dari perusahaan MYOR dan Perusahaan ROTI,

pada perusahaan MYOR yang memiliki jumlah asset tersedang di periode 2017

dengan jumlah asset Rp. 14.915.850.000 dari perusahaan INDF dan perusahaan

ROTI, sedangkan yang memiliki jumlah asset terkecil yaitu perusahaan ROTI pada

periode 2017 dengan jumlah asset Rp. 4.559.574.000 dari perusahaan MYOR dan

Perusahaan INDF. Akan tetapi jumlah asset yang tertinggi tidak menjamin jumlah

asset yang diperoleh juga tertinggi begitu sebaliknya.

Kelancaran aktivitas ekonomi, khususnya sektor makanan dan minuman di

Indonesia sangat menarik untuk mencermati. Perusahaan makanan dan minuman

merupakan salah satu sektor yang dapat bertahan ditengah kondisi perekonomian

Indonesia, karena perusahaan makanan dan minuman yang semakin banyak

diharapkan dapat memberikan prospek yang menguntungkan dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat, selain itu prospek yang dimiliki oleh perusahaan sektor ini

lebih baik pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan makanan dan minuman.

(Wijayanti, 2018) perusahaan di bursa efek dipengaruhi oleh faktor internal

maupun faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor yang berasal

yang berasal dalam perusahaan, seperti kinerja perusahaan, baik kinerja keuangan

maupun manajemen, seperti kinerja perusahaan, baik kinerja keuangan maupun


manajemen. Sedangkan faktor eksternal adalah berbagai informasi dari luar

perusahaan seperti ekonomi, politik, dan kondisi pasar. Secara umum untuk

melakukan pengukuran kinerja keuangan menggunakan Economic Value Added

(EVA) dan Market Value Added (MVA). Mengukur laba ekonomis dalam suatu

perusahaan menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added

(MVA).

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan bahan yang

bermanfaat bagi pengembangan ilmu penelitian dalam bidang manajemen keuangan

khususnya mengenai kinerja keuangan diukur dengan Economic Value Added (EVA)

dan Market Value Added (MVA). Disamping itu, secara praktis semoga hasil

penelitian ini dapat bermaanfaat sebagai masukan dan dapat mengenai informasi yang

diperoleh dari hasil kienrja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman diukur

dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) periode 2017-

2019, serta sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja keuangan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis berminat untuk

melalakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Kinerja Keuangan

Dengan Menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added

(MVA) Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2019.”
1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Perbedaan yang sangat mencolok dari jumlah aset yang dimiliki oleh

perusahaan makanan dan minuman yang ada di indonesia, mengapa

hal tersebut dapat terjadi.

2. Dari waktu ke waktu perusahaan makanan dan minuman di indonesia

semakin berkembang dibuktikan dari jumlah aset yang dimiliki yang

terus meningkat apakah menggambarkan kinerja perusahaan tersebut

bagus.

3. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat menuntut perusahaan

agar dapat selalu meningkatkan kinerjanya untuk bersaing.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja keuangan dengan metode Economic Value Added (EVA)

pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2017-2019?

2. Bagaimana kinerja keuangan dengan metode Market Value Added (MVA)

pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2017-2019 ?
1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengukur kinerja keuangan dengan metode Economic Value Added

(EVA) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2017-2019.

2. Untuk mengukur kinerja keuangan dengan metode Market Value Added

(MVA) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2017-2019.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan informasi dan wawasan mengenai pembahasan tentang Economic

Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) pada perusahaan

makanan dan minuman.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tambahan dalam berinvestasi di pasar modal sehingga dapat

meminimalisasi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengambilan

keputusan investasi dan dapat memperoleh yang memuaskan sesuai

dengan apa yang diharapkan investor.


b. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai tambah bahan refensi guna

penelitian selajutnya yang memerlukan pengembangan pengetahuan lebih

lanjut mengenai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi

perusahaan makanan dan minuman.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan

yaitu sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dan diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran tentang kinerja keuangan yang ditinjau

dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Market

Value Added (MVA) pada perusahaan makanan dan minuman.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja

2.1.1. Pengertian Kinerja

(Wirawan, 2009) kinerja atau presetasi kerja berasal dari pengertian

performance. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari

pekerjaan tersebut. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan

kuat dengan tujuan strategis organisasi, keputusan konsumen dan memberikan

kontribusi ekonomi. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau

indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.

Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari sutu proses (Nurlaila,

2010).

Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau

kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang

melakukan pekerjaan (Luthans, 2006). Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan

seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melakukan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau

sasaran atau kriteria yang telah dilakukan terlebih dahulu telah disepakati bersama

(Veithzal rivia, 2005).

Dapat di simpulkan bahwa kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas

pelaksaan tugas tertentu. kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam
rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan

kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi,

termasuk kinerja masing-masing individual dan kelompk kerja di perusahaan

tersebut.

2.1.2. Konsep Pengukuran Kinerja

Produktivitas yang dilakukan sebagai kemampaun perusahaan untuk

memberikan nilai terhadap perusahaan adalah kinerja perusahaan. Penilaian kinerja

merupakan sangat penting bagi perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat sehingga

dituntut untuk meningkatkan kinerjanya. Penilaian kinerja ini sangat penting sebagai

proses merger perusahaan sehingga diketahui nilai perusahaan. Penilaian kinerja juga

sangat berguna untuk restrukturisasi pengimplementasian program pemulihan usaha,

penilaian kinerja sangat penting jika perusahaan akan menjual perusahaan kepada

umum (dibusa) harus melakukan penilai untuk menentukan nilia wajar saham yang

akan ditawarkan kepada masyarakat (Utama, 1997),

Menurut Nursa (2011) bahwa salah satu faktor penting dapat menjamin

implementasi strategis perusahaan adalah pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja

adalah proses untuk menentukan seberapa baik aktivitas-aktivitas bisnis dilakukan

untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi pemborosan, dan menyajikan

informasi yang tepat waktu untuk melaksanakan penyempurnaan secara

berkembangan. Pengertian pengukuran kinerja adalah proses monitoring dan

pelaporan dari keberhasilan suatu program yang dilakukan secara terus menerus
terutama kemajuan yang mengarah pada tujuan berdirinya organisasi atau

perusahaan.

2.2. Kinerja Keuangan

Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan maka secara umum perlu

dilakukan analisis terhadap laporan keuangan, yang menurut (F Eugene Brigham,

2006). mencakup pembagian kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam

industri yang sama dan evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan

sepanjang waktu. Laporan keuangan perusahaan melaporkan baik posisi perusahaan

pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan

oleh perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan

laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baik

perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dapat

dilakukan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan.

2.3. Economic Value Added (EVA)

2.3.1. Pengertian Economic Value Added (EVA)

Selama beberapa tahun terakhir ini, didalam menilai kinerja suatu perusahaan

telah berkembang suatu pendekatan baru yang dikenal Economic Value Added (EVA)

atau nilai tambah ekonomis. Istilah Economic Value Added (EVA) pertama kali

dipopulerkan pada tahun 1980-an oleh Stren Management Service yang merupakan

perusahaan konsultan dari Amerika Serikat.


Economic Value Added (EVA) lahir dari diskusi intensif diantara staf

professional Stern Stewart Management Service yang terdiri dari Joel M. Stern, G.

Bennett Stewart, David Glassman, dan Gregory Milano. Sebelumnya pada tahun

1970-an telah dikembangkan metode arus bebas atau free cash flow (FCF) yang amat

mudah diterapkan sepanjang tahun 1980-an. free cash flow (FCF) berbeda dengan

Economic Value Added (EVA) ysng sering negatif bila perusahaan sedang bagus-

bagusnya. Sebab perusahaan mengeluarkan lebih banyak uang untuk investasi

daripada yang dihasilkan Economic Value Added (EVA) akan meningkat secara

dramatis hanya bila perusahaan suskses dan akan menurun bila perusahaan gagal

melakukan investasi.

Economic Value Added (EVA) adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen

kepada pemegang saham selama satu tahun tertentu (F Eugene Brigham, 2006).

Sedangkan Economic Value Added (EVA) juga didenfinisikan sebagai laba usaha

dikurangi dengan pajak dan biaya bunga kas hutang serta dikurangi cadangan untuk

biaya modal (Rahardjo, 2005).

Economic Value Added (EVA) mampu menghitung laba ekonomi yang

sebenarnya atau true economic profit suatu perusahaan pada tahun tertentu dan sangat

berbeda jika dibanding laba akuntansi. Economic Value Added (EVA) menerminkan

residual income yang tersisa setelah semua biaya modal, termasuk modal saham,

telah dikurangkan. Sedangkan laba akuntansi dihitung tanpa mengurangkan biaya


modal. Economic Value Added (EVA) memberikan pengukuran yang lebih baik atas

nilai tambah yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham (Sartono, 2001).

Biaya modal sering digunakan dengan istilah tingkat pengembalian yang

disyaratkan perusahaan. Tingkat ambang, tingakat diskonto dan biaya dana

kesempatan perusahaan. Biaya modal dapat didefinisikan sebagai biaya peluang atas

penggunaan dana investasi untuk mengingkatkan dalam proyek-proyek baru

(Warsono, 2003).

2.3.2. Perhitungan Economic Value Added (EVA)

Menurut Utama (1997) dalam artikel Rosy (2009) memberikan rumus

Economic Value Added (EVA) secara sederhana dan digambarkan sebagai berikut:

EVA = Laba Operasi Setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal Atas Ekuitas

EVA = (EBIT – 1) – (Total Modal Operasi x Estimasi Baiaya Modal Setelah Pajak)

Berbasarkan rumus Economic Value Added (EVA) ditentukan 2 hal, yaitu

sebagai berikut:

1. Laba bersih yang menggambarkan hasil penciptaan nilai di dalam

perusahaan.

2. Tingkat biaya modal atas ekuitas.

Utama (1997) dalam artikel Rosy (2009) mengemukakan bahwa Economic

Value Added (EVA) merupakan alat analisis finansial untuk menilai tigkat profabilitas

yang realistis dari operasional perusahaan dan juga mempertimbangkan dengan adil
harapan para penyandang dana melalui perhitungan biaya modal tertimbang dari

struktur modal perusahaan.

Economic Value Added (EVA) merupakan tujuan perusahaan untuk

meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang

saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya Economic Value Added (EVA)

merupakan selisih laba operasi setelah pajak (net operating profit after tax atau

NOPAT) dengan biaya modal (cost of capital). Konsep Economic Value Added

(EVA) mengukur nilai tambah dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital)

yang timbul akibat invetasi yang dilakukan oleh perusahaan. Economic Value Added

(EVA) yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik

modal karena perusahaan mampu menghasilakan tingkat pengembalian yang

melebihi tingkat modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimumkan

nilai perusahaan. Sebaliknya Economic Value Added (EVA) yang negatif menunjukan

bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya

modal. Economic Value Added (EVA) dapat diformasikan sebagai berikut:

EVA = NOPAT – Capital Chargers

Keterangan:

Menurut Subramanyam (2017:375) Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

atau laba bersih operasi setelah pajak. “laba setelah pajak dengan laba operasi neto
setelah pajak (net operating profit after tax/NOPAT).”NOPAT diperoleh dari hasil

perkalian EBIT dengan (1-Tarif pajak).

(Hery, 2015), “Laba sebelum pajak penghasilan dikurangkan dengan pajak

penghasilan akan diperoleh laba atau rugi bersih.”

Langkah-langkah menghitung Economic Value Added (EVA), yaitu:

1. Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax)

NOPAT = EBIT (1 – Tarif Pajak Penghasilan)

Tarif pajak dapat dihitung dengan rumus:

Beban Pajak Penghasilan


T= x 100%
Laba Bersih Sebelum Pajak

2. Menghitung Invested Capital atau Modal yang Diinvestasikan

Invested Capital = Total Hutang + Total Ekuitas – Hutang Jangka

Pendek

3. Menghitung Biaya Modal Rata-Rata atau Weighted Average Cost of

Capital (WACC)

WACC = (D x Rd)(1-T) + (E x Re)

Keterangan:

Total Hutang
Total Hutang (D) = x 100%
Total Hutang dan Ekuitas

Beban Bunga
Biaya Bunga Hutang (Rd) = x 100%
Total Hutang
Beban Pajak
Tingkat Pajak (T) = x 100%
Laba Sebelum Pajak

Total Ekuitas
Total Ekuitas (E) = x 100%
Total Hutang dan Ekuitas

Laba Bersih Setelah Pajak


Biaya Bunga Ekuitas (Re) = x 100%
Total Ekuitas

4. Menghitung Capital Charges atau Biaya Modal

Capital Cahrges = Invested Capital x WACC

Modal berasal dari dua sumber dana yaitu hutang dan ekuitas, kompensasi

yang diterima oleh pemilik ekuitas adalah dalam bentuk deviden dan capital gain

setiap sumber dan baik hutang maupun modal memiliki cost of capital. Total biaya

modal menunjukkan besarnya kompensasi atau pengembalian yang dituntut investor

atas yang diinvestasikan di perusahaan. Biaya modal penting dipertimbangkan untuk

memaksimalkan nilai perusahaan dan agar dapat mengambil keputusan yang

berinvestasi.

Beberapa langkah yang harus dilakukan manajemen dalam mengukur kinerja

perusahaan dengan menggunakan Economic Value Added (EVA), yaitu:

a. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

(saud husnana, 2012) Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

merupakan laba operasi setelah pajak yang menggambarkan hasil

penciptaan nilai di dalam perusahaan NOPAT merupakan jumlah dari

laba usaha dan laba/rugi lain-lain yang terkait dengan operasional

perusahaan.
b. Menghitung Invested Capital atau Modal yang Diinvestasikan

Invested Capital merupakan jumlah dana yang diinvestasikan

perusahaan jumlah dana yang diinvestasikan perusahaan untuk

membiayai usahanya, yang merupakan perjumlahan dari total ekuitas

dan hutan dikurangi hutang jangka pendek. Menurut (Hery, 2015)

Hutang (liabilities) merupakan kewajiban perusahaan kepada kreditor

(aupplier, banker) dan pihak lainnya (karyawan, pemerintah). Kreditor

dan pihak lainnya disini memiliki hak/klaim/tuntutan atas asset

perusahaan.Sedangkan ekuitas atau modal disebut juga sebagai

kekayaan bersih (net assets), yang artinya bahwa hak/kaim/tuntutan

pemilik atau pemegang saham atas asset perusahaan diperoleh setelah

seluruh kekayaan yang ada dalam perusahaan dikurangi setelah seluruh

kekayaan yang ada dalam perusahaan dikurangi dengan seluruh

kewajiban perusahaan.

(Hery, 2015) “kewajiban tidak lancar atau hutang jangka pendek

adalah kewajiban yan diperkirakan akan dibayar dengan menggunakan

asset lancar atau menciptakan kewajiban lancar lainnya dan harus segera

dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi

nirmal perusahaan, tergantung mana yang paling lama.”

c. Menghitung Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang/ Weighted Average Cost

of Capital (WACC)
Menurut Margaretha (2007:132), rata-rata tertimbang biaya modal

(WACC) suatau perusahaan sangat memerlukan tingkat laba minimum

yang dikehendaki dari investasi suatu perusahaan. Biaya modal diukur

sebagai tingkat presentase. WACC adalah suatu rata-rata berbagai

sumber dana yang akan dipakai perusahaan. Sumber dana ini disebut

dengan komponen modal.

d. Menghitung Capital Charges atau Biaya Modal

Menurut (Wiranto, 2004), biaya modal adalah biaya kesempatan

minimal yang akan diperoleh apabilaa melakaukan suatu investor.

Besarnya kemampuan perusahaan untuk dapat menanggung elemen

yang dimiliki merupakan faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam

memilih biaya modal yang akan diambil.

Menurut (Rudianto, 2006), biaya modal adalah biaya yang harus

dibayar oleh perusahaan atas penggunaan dana untuk investasi yang

dilakukan perusahaan, baik dana yang berasal dari utang atau dari

pemegang saham.

2.3.3. Ukuran kinerja Economic Value Added (EVA)

Konsep Economic Value Added (EVA) merupakan alternatif yang di dapat

digunakan dalam mengukur kinerja keuangan dimana fokus penilaian kinerja adalah
pada penciptaan nilai perusahaan. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan

Economic Value Added (EVA) menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan

kepentingan pemegang saham. Dengan Economic Value Added (EVA), para manajer

akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi

yang memaksimalkan tingkat pengembalian serta dengan meminumkan tingkat biaya

modal sehingga nilai perusahaan, Economic Value Added (EVA) secara langsung

menunjukkan seberapa besar perusahaan telah menciptakan modal bagi pemilik

modal (Rudianto, 2006).

Hasil penilaian kinerja suatu perusahaan dengan mengunakan Economic

Value Added (EVA) dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori yang berbeda, yaitu:

1. Nilai EVA > 0 atau EVA bernilai positif

Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil

menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

2. Nilai EVA = 0

Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada dalam titik

impas. Perusahaan tidak mengalami kemunduran tetapi sekaligus tidak

mengalami kemajuan secara ekonomis.

3. Nilai EVA < 0 atau EVA bernilai negetif

Pada posisi ini berarti tidak terjadi proses penambahan nilai

ekonomis bagi perusahaan, dalam arti laba yang dihasilkan tidak dapat
memenuhi harapan para kreditor dan pemegang saham perusahaan

(investor).

2.3.4. Manfaat Economci Value Added (EVA)

Menurut (Utama, 1997) Eonomic Value Added (EVA) juga mempunyai

manfaat yaitu:

a. Economic Value Added (EVA) digunakan sebagai penilaian kinerja

perusahaan dimana fokus kinerja adalah pada penciptaan nilai

(value creation).

b. Economic Value Added (EVA) menyebabkan perhatian manajemen

sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

c. Dengan Eonomic Value Added (EVA), para pemegang saham yaitu

memilih invetasi bertindak seperti halnya pemegang saha yaitu

memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengambilan dan

menimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat

dimaksimumkan.

d. Economic Value Added (EVA) dapat digunakan untuk

mengindentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan

pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya.

e. Dengan Economic Value Added (EVA), para manajer harus selalu

membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan tingkat biaya

modal yang mencerminkan tingkat resiko proyek tersebut.

2.3.5. Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA)


(Rudianto, 2006) sebagai alat penilaian kinerja perusahaan, Economic Value

Added (EVA) terlihat mempunyai keuanggulan di banding dengan ukuran kinerja

konvesional lainnya. Beberapa keuanggulan yamg dimiliki Economic Value Added

(EVA), yaitu:

a. Economic Value Added (EVA) dspat menyelaraskan tujuan

manajemen dan kepentingan pemegang saham dimana Economic

Value Added (EVA) digunakan sebagai ukuran operasional dari

manajemen yang mencerminkan keberhasilan perusahaan di dalam

mencipatakan nilai tambah bagi pemegang saham atau investor.

b. Economic Value Added (EVA) memberikan pedoman bagi manajeen

untuk meningkatkan laba operasional tanpa tambah dana/modal,

mengekspor pemberian pinjaman (piutang) dan mengivestasikan

dana yang memberikan imbalan tinggi.

c. Economic Value Added (EVA) merupakan sistem manajemen

keuangan yang dapat memecahkan semua masalah bisnis mulai dari

strategi dan pergerakannya sampai keputusan opersional sehari-hari.

Menurut (Rudianto, 2006) disamping itu memiliki keunggulan, Economic

Value Added (EVA) juga memiliki beberapa kelemahan yang belum dapat ditutupi,

antar lain:
a. Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya

biaya modal sendiri. Terutama dalam perusahaan yang go public biasanya

mengalami kesulitan dalam perhitungan sahamnya.

b. Analisis Economic Value Added (EVA) hanya mengukur faktor kuantitatif

saja sedangkan untuk mengukur kinerja secara optimal, perusahaan harus

diukur berdasarkan faktor kuantitatif dan kualitatif.

2.4. Market Value Added (MVA)

2.4.1. Pengertian Market Value Added (MVA)

Setiap perusahaan baik perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi

maupun jasa maka sasaran utama atau tujuan dari setiap perusahaan tersebut adalah

memaksimalkan kekayaan atau keuntungan pemegang saham. Maka para analisis

keuangan memaksimalkan kekayaan tersebut dengan melihat ukuran kinerja dengan

menggunakan pendekatan Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added

(EVA).

Kemakmuran pemegang saham dapat di maksimumkan dengan

memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri)

yang diserahkan ke purasahaan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan).

Nilai tambah pasar atau Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai

pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan

(F Eugene Brigham, 2006). Selain itu, Market Value Added (MVA) dapat dirumuskan

sebagai berikut:
MVA = nilai pasar ekuitas – modal yang diinvestasikan

Peningkatkan Market Value Added (MVA) dapat dilakukan dengan cara

meningkatkan Economic Value Added (EVA) yang merupakan pengukuran internal

kinerja operasional tahunan, dengan demikian Economic Value Added (EVA)

mempunyai hubungan yang kuat dengan Market Value Added (MVA). Oleh karena

itu, jika nilai Market Value Added (MVA) tunggi menunjukkan perusahaan telah

menciptakan kekayaan yang substansial bagi pemegang saham. Market Value Added

(MVA) negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari

modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal yakni kekayaan telah

dimusnahkan (Young, 2001).

2.4.2. Ukuran kinerja Market Value Added (MVA)

Hasil penilaian kinerja suatu perusahaan dengan mengunakan Market Value

Added (MVA) dapat dikelompokkan ke dalam 2 kategori yang berbeda, yaitu:

1. Nilai MVA > 0 atau MVA bernilai positif berarti menunjukan pihak

manajemen telah mampu meningkatkan nilai modal yang telah

diinvestasikan oleh pemegang saham.

2. Nilai MVA < 0 atau MVA bernilai negatif berarti menunjukkan

perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai modal yang telah

diinvestasikan oleh pemegang saham.


2.4.3. Keunggulan dan Kelemahan Market Value Added (MVA)

Kelebihan Market Value Added (MVA) menurut Zaky dan Ary (2002) Market

Value Added (MVA) merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak

membutuhkan analisis trend sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dan akan

lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan. Sedangkan kelemahan Market Value

Added (MVA) adalah Market Value Added (MVA) hanya dapat diaplikasikan pada

perusahaan yang sudah go public saja.

2.4.4. Hubungan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)

Menurut (F Eugene Brigham, 2006) Economic Value Added (EVA) atau

Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial

sebagai bagian dari program kompensasi insentif, Economic Value Added (EVA)

adalah ukuran yang umum digunakan. Alasannya adalah:

a. Economic Value Added (EVA) menunjukkaan adanya nilai tambah yang

terjadi selama suatu tahun tertentu, sedangkan Market Value Added

(MVA) mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang hidupnya bahkan

mungkin termasuk masa-masa sebelum manajer yang ada sekarang

dilahirkan.

b. Economic Value Added (EVA) dapat diterapakan pada masing-masing

divisi atau unit-unit yang lainnya dari sebuah perusahaan besar sedangkan

Market Value Added (MVA) harus diterapkan untuk perubahan secara

keseluruhan.
Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh

kinerja manjerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. Economic Value Added

(EVA) merupakan manejerial sepanjang umur perusahaan yang di present value.

Market Value Added (MVA) merupakan pengukuran kinerja ekstrenal dan hanya

dapat diukur jika perusahaan telah go public, dimana Market Value Added (MVA)

cendrung memberikan penilaian yang telah besar dari tambah kekayaan investasi

yang sesungguhnya.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan sebagai rangka

untuk penelitian ini. Kegunaan untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh

penelitian terdahulu, sekaligus sebagai perbadingan dan gambaran untuk mendukung

kegiatan penelitian berikutnya. Berikut ini merupakan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, yaitu:

a. Wilmar A. dan Wita Juwita (2010) melakukan penelitian berjudul

Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added


(MVA) Sebagai Alat Pengukur Kinerja PT. SA. Hasil penelitian ini

bahwa perusahaan PT. SA pada tahun 2008 mengalami Economic

Value Added (EVA) menjadi negatif, sedangkan nilai Market Value

Added (MVA) bernilai positif baik tahun 2008 maupun 2009.

b. Lina Lutfiana, Nengah Sudjana & M.G Wi Endang N.P (2011)

melakukan penelitisn berjudul Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan

Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan

Metode Market Value Added (MVA) (Studi Pada PT. Japfa ComFeed

Indonesia, Tbk dan PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk di BEI).

Hasil penelitian secara umum kinerja keuangan perusahaan dengan

menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan metode

Market Value Added (MVA) (studi Pada PT. Japfa ComFeed

Indonesia, Tbk dan PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk di BEI)

dalam kondisi yang baik dengan kata lain perusahaan mampu

menciptakan nilai tambah ekonomi dan bernilai positif.

c. Muhammad Agung Kuncahyadi (2009) melakukan penelitian tentang

analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added

(MVA) sebagai alat untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan

(studi komperasi pada PT. Aqua Golden Missisipi, Tbk dan PT.

Indofood Suskses Makmur, Tbk). Dimana hasil Penelitian tersebut

menggungkapkan bahwa kinerja keuangan perusahaan berdasarkan


konsep pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Market Value

Added (MVA).

2.6. Kerangka Pikiran

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan

antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap

perusahan makanan dan minuman maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

digambarkan dengan alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Pikiran

Perusahaan Makanan dan Minuman


Laporan Keuangan

Economic Value Added Market Value Added (MVA)


(EVA)
 Menghitung Besar
 NOPAT Nilai Pasar
Perusahaan
 Invested Capital
 Menghitung Modal
 WACC
yang Diinvestasikan
 Capital Charges
perusahaan

Kinerja Keuangan

Keterangan:

Perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), secara

periodik wajib menyampaikan laporan keuangannya. Laporan keuangan tersebut

dapat disajikan secara funandamental bagaimana kinerja perusahaan dan bagaimana

perusahaan dapat menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya. Pengukuran kinerja

keuangan perusahaan makanan dan minuman menggunakan analisis rasio-rasio

keuangan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Economic

Value Added (EVA) menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan

nilai tambah ekonomis, sedangkan Market Value Added (MVA) mengambarkan


harapan investor terhadap kinerja suatu perusahaan dimana yang akan datang. Dalam

penelitian ini, adapun tiga klarifikasi tahapan utama, yaitu:

a. Tahap input diawali dengan melakukan pencarian data yang meliputi

laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang telah diaudit.

Proses tahun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode 2017-

2019.

b. Tahap proses perhitungan kinerja perusahaan dengan menggunakan metode

Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).

c. Tahap output yang menghasilkan seluruh perhitungan dari nilai Economic

Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Hasil yang diperoleh

akan digunakan sebagai bahan analisis dan pembahasan untuk selajutnya

ditarik kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai