Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ngadiman 108217026

Mahasisiwa S1 transfer

Jawaban :

Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :

1. Penatalaksanaan Kegawatan/Tindakan Emergensi

Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi

Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat

Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan.

2. Resusitasi

Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran
pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab
racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya
di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.

3. Identifikasi penyebab

Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha


mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan
penderita yang harus segera di lakukan.

4. Mengurangi absorbsi

1
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif
dan membersihkan usus

5. Meningkatkan eliminasi

Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar


atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20
menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian
laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah
lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif
bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.

Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila


keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga
berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi
pnemonia.

6. Pemberian antidot/penawar

Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah


mengatasi keadaan sesuai dengan masalah.

7. Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada


tempat penumpukan.

a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg

b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk


gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).

2
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam

d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian


yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema
paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.

e. Penilaian Klinis

8. Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang


rinci. Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam upaya
mengatasi keracunan,ialah :

a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang


digunakan,termasuk yang sering dipakai

b. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas


tentang obat yang digunakan.

c. Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk
pemeriksaan toksikologi

d. Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik

e. Pada pemeriksaan fisik diupayakanuntuk menemukan tanda/kelainan


fungsi autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah, nadi, ukuran
pupil,keringat, air liur, dan aktifitas peristaltik usus.

9. Dekontaminasi

Dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya sedikit


diabsorpsi, biasanya hanya dierikan pencaharBila perlu DialisisTerapi
suportif, konsultasi dan rehabilitasi

10. Observasi dan konsultasi

3
4

Anda mungkin juga menyukai