MATIUS 27, 1 - 10
Ep. Kejadian 37, 23 - 30
hampir tiga tahun. Bahkan Yesus memberi dia jabatan “empuk”, yaitu
bendahara. Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari:
1. Menurut para ahli tafsir, memang Yudas hanya sekedar mengikut
Yesus, tetapi tidak pernah memiliki hubungan pribadi atau tidak
percaya kepada Tuhan Yesus. Dia hanya sekedar ikut-ikutan saja.
Mungkin hanya numpang tenar, karena bangga menjadi pengikut
Yesus yang digemari banyak orang. Inilah bahaya mengikut Yesus
tanpa memiliki hubungan pribadi dan tanpa mempercayai Tuhan
Yesus. Ini yang sering disebut Kristen KTP. Namanya kristen,
pengikut Kristus, tetapi tidak memiliki iman, sehingga perilakunya
sama bahkan lebih jahat dari penjahat. Termasuk di dalamnya orang
Kristen yang mau mengkorupsi uang gereja, mengambil keuntungan
dalam situasi orang berkesusahan seperti wabah Covid yang lalu
dengan menimbun masker dan menjualnya dengan harga tinggi, dll.
2. Yang kedua, Yudas memang orang yang tamak, rakus akan uang. Di
Yohanes 12, 6, Yudas disebut: “ia adalah seorang pencuri; ia sering
mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya”. Dia
menyalah-gunakan tanggungjawab yang diberikan kepadanya sebagai
penatalayan, karena dia tamak. Tentang hal ini seorang penafsir
menuliskan: Andaikata keserakahan adalah alasan tindakan
pengkhianatannya itu, maka hal ini merupakan contoh paling
mengerikan dalam sejarah akibat cinta akan uang.
Saudaraku! Bila ketamakan sempat menguasai diri, maka isteri
pun akan dijualnya. Kita mendengar berita yang memprihatinkan itu
di tahun-tahun belakangan ini: menjual isteri, menjual anak, menjual
harta orangtua, dll. Karena ketamakan atau cinta uanglah maka orang
melakukan perdagangan manusia, bahkan disinyalir ada pembunuhan
terhadap anak-anak untuk mengambil organ tubuhnya untuk
diperdagangkan kepada orang lain. Berita ini sempat heboh di media
massa kita tahun lalu. Karena itulah Firman Tuhan di 1 Timotius 6,
10, mengatakan: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab
oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan
menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka”. Itu yang harus kita
PARJAMITA 2, 4 - 11
Ep. Galatia 5, 19 - 21
jala mangeahi alogo sambing ahu disi, ndang adong hape na hot anggo di
hasiangan on’ (BIS - maka sadarlah aku bahwa semuanya itu tak ada artinya.
Usahaku itu sia-sia seperti mengejar angin saja). Salomo telah mencoba
kesenangan, kekayaan, dan kenikmatan dalam usaha menemukan
kepuasan dan hidup yang menyenangkan; namun semua ini tidak
menghasilkan kebahagiaan sejati, hidup masih tidak memuaskan.
Kendati hidupnya yang mewah dan hikmatnya tiada bandingnya, tetapi
dia tidak menjadi bahagia juga. Walaupun itu menyenangkan untuk
sementara, namun juga tidak memberinya kepuasan yang tahan lama,
karena dia selalu mencari sesuatu yang baru untuk dikerjakan.
Nuaeng, hamu angka dongan, dia ma poda na boi peoponta sian
turpuk on?. Tauji ma jolo manulingkit:
1. Secara umum, buku Parjamita on mandok, jempek do ngolu on,
martingki (marlimit) jala songon na menjaring angin (magopo) do.
Ala ni i, tapake ma sadenggan ni dengganna. Nikmati, halashon ma
nasa nanilehon ni Debata, binsan dipaloas Debata dope ho
menikmati. (Parj 2, 24; 3, 12+22; 8,15). Ingat, Tuhan memberi kita
hidup, bukan hanya sekedar untuk dijalani, tapi juga untuk dinikmati.
Pengkotbah 2:24 “Tak ada yang lebih baik bagi manusia daripada makan,
minum dan menikmati hasil kerjanya. Aku sadar bahwa itu pun pemberian
Allah” Nikmati ma artam, karejom, kebersamaan dohot isteri/suamim/
anakkonmu, dohot na asing na nilehon ni Debata tu ho. Taingot ma
angka dongan! Kekayaan sejati bukan terletak pada berapa banyak
yang Saudara miliki. Bukan! Tetapi terletak pada seberapa bahagia
kita menikmatinya.
Didok si Rick Warren, panurat na tarbarita i do: Tuhan pasti
tertawa dan senang bila kita menikmati dengan sukacita segala berkat
yang Dia berikan. Seperti seorang ibu. Dia memasak dengan capek
sekali. Kepuasannya adalah bila seluruh makanan yang dimasaknya
dilahap habis anak-anak, keluarga dan tamunya dengan kepuasan.
Dia akan tertawa. Tetapi Tuhan mungkin sering mentertawakan kita:
Saya sudah berikan kamu yang enak-enak, tapi kamu tidak mau
makan. Aku berikan kamu harta, hidup, supaya kamu dapat
bersukacita menikma-tinya, tapi, manusia ini aneh, kok justru hidup
LUKAS 17, 26 - 37
Ep. 1 Rajaraja 19, 9 - 18
2 SAMUEL 9, 1 – 8
Ep. Lukas 14, 12 - 14
daripada seorang saudara” (Amsal 18, 24). Itulah juga arti dari
umpama Batak yang telah dikutip tadi. Dan ketika Daud menerima
kabar bahwa Yonathan telah meninggal di medan perang bersama
Saul, Daud mengoyakkan pakaiannya, meratap, menangis dan
berpuasa bersama semua orang yang bersama-sama dengan dia (2
Sam. 1, 11-12). Saking sedihnya, dia menggubah nyanyian ratapan,
yang wajib diajarkan kepada bani Yehuda (baca di 2 Sam 1, 17-27).
Dan berikutnya, ironis lagi! Sebagai mandataris Allah, Daud harus
melaksanakan hukuman yang dijatuhkan Allah atas dosa-dosa Saul.
Semua anak-anak dan keturunannya harus musnah. Namun
demikian, nama sahabatnya itu tetap ada di hatinya. Karena itu,
ketika keadaan bangsanya semakin kondusif, Daud mencari
informasi tentang sahabatnya itu: “Masih adakah orang yang tinggal
dari keluarga Saul?” (ayat 1). Dan ternyata, masih ada, yaitu
Mefiboseth bin Yonathan bin Saul. Dia tinggal di rumah Makhir di
Lodebar di seberang Yordan.
2. Persahabatan ini sungguh menyentuh perasaan. Daud tidak
melupakan sahabatnya walau dia telah menduduki tahta kerajaannya.
Ini membuktikan bahwa sahabat sejati bukan hanya teman di kala
suka tetapi terutama teman di kala duka. Persahabatan yang melam-
paui persaudaraan, melampaui segala nikmat dunia. Bagi seorang
sahabat, pintu akan tetap dibukakan (Lukas 11, 5). Itulah juga yang
Tuhan Yesus lakukan kepada kita. Orang-orang percaya disebutnya
bukan sebagai hamba, tetapi sahabat (Yohannes 15, 15); dan
persahabatan Yesus kepada manusia ditunjukkanNya dengan
memberikan nyawaNYA (Yoh. 15, 13)
Yang perlu kita renungkan sekarang: Masih adakah persahabatan
seperti itu kita jumpai di masyarakat kita yang dipenuhi oleh jiwa
egoisme dan individualisme ini? Nampaknya justru sikap Malin
Kundang yang paling banyak, yang “setelah hari panas, lupa kacang
akan kulitnya”. Malah semakin banyak orang seperti “hehean
lombu”, yang ketika melarat sangat hormat menyembah memohon
bantuan kita; tetapi sesudah mendapat bantuan, dan dia berhasil