Anda di halaman 1dari 11

Daftar Isi

Tanggal 27 September 2020

Kotbah Minggu ke-18 ses. Trinitatis


Tanggal 04 Oktober 2020

KEJADIAN 2, 18 - 25
Ep : 1 Korintus 11, 8 - 12

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus!


Pernikahan di zaman ini mengalami goncangan yang luar biasa. Angka
perceraian makin tinggi. Ada yang serumah tetapi sudah pisah segalanya.
Pernikahan sering dibuat seperti mainan. Banyak orang mencemari
kekudusan pernikahannya dengan perselingkuhan, kekerasan hingga
perceraian. Tetapi puji Tuhan, masih lebih banyak keluarga Kristen yang
berbahagia karena menjaga kekudusan dan keutuhan serta keharmonisan
rumah tangganya.
Nats hari ini ingin me-refresh (parataratahon) ingatan kita yang
sudah menikah dan menjadi modal bagi yang akan menikah:
1. Allah sendirilah yang menetapkan pernikahan. Sehingga, pernikahan
itu pada hakekatnya adalah baik, kudus dan terberkati. Karena itu
pernikahan tidak boleh dikotori dengan perselingkuhan, perceraian
atau pun pertengkaran yang memalukan. Pernikahan haruslah
menjadi alat bagi pasangan untuk menguduskan nama Tuhan melalui
pernikahan yang diisi dengan hidup suci. Lembaga pernikahan yang
kemudian menjadi keluarga adalah gereja yang paling kecil, gereja
yang adalah bait Allah, yang harus tetap kudus.
Pernikahan dimulai dengan tindakan Allah membuat Adam
tertidur. Lalu Tuhan mengambil sebuah tulang rusuk Adam, dan
membentuknya menjadi seorang perempuan. Itulah Hawa. Lalu
Tuhan membawa Hawa kepada Adam, dan menyatukan mereka
kembali melalui pernikahan. Menurut tafsiran Pdt DR Lempp, itu

69 MARTURIA 52 – Edisi : 05 Juli 2020 - 11 Oktober 2020


69
Daftar Isi
Tanggal 04 Oktober 2020

berarti: perempuan harus pulang kepada lakilaki supaya bersatu dalam


perkawinan menjadi seorang manusia. Seorang lakilaki atau seorang
perempuan bukanlah seorang manusia. Lakilaki atau perempuan merupakan
belahan atau pecahan saja. Seorang lakilaki menjadi satu manusia hanya bila
dia bersatu dengan isterinya, seorang perempuan. Demikian dengan
perempuan. Hanya dalam persatuan kedua tokoh itu terdapat seorang
manusia yang sempurna, yang segambar dengan Allah.
Dengan ayat tadi, sekaligus kita harus membuang anggapan yang
mengatakan bahwa perempuan lebih rendah derajatnya dari lakilaki
karena diambil dari rusuk lakilaki. Itu salah! Tetapi justru diambil
dari tubuhnya supaya mereka sama, dan harus bersatu. Dan diambil
dari rusuknya supaya dekat di hatinya. Rusuk berfungsi menjaga
organ bagian dalam tubuh. Demikian lakilaki harus selalu
melindungi/ mengayomi isterinya, bukan melecehkannya.
Saudaraku! Setelah Adam melihat Hawa, dia langsung
mengatakan: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.
Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Adam
langsung mengenali dirinya di dalam Hawa. Hawa adalah pasangan
yang dia tahu akan memperlengkapi dirinya, mengisi rusuknya yang
diambil, yang sepadan dan sejodoh dengan dia.
Saudaraku, ini menjadi pengingat bagi semua lakilaki: ingatlah,
Tuhan telah memberikan pasangan perempuanmu itu menjadi
pelengkap, yang membuat hidupmu lengkap, yang sepadan, yang
akan melengkapi dirimu. Walau pun banyak perbedaan, jangan
gunakan perbedaan itu untuk memisahkan dirimu atau menjadi
pemicu pertengkaran. Tetapi, perbedaan kita dengan pasangan kita
justru adalah alat Tuhan untuk saling melengkapi kita. Karena itu
binalah terus hubungan itu menjadi hubungan yang saling mengisi
dan saling melengkapi. Carilah terus titik untuk saling mengisi.
Saudara, itulah rencana Tuhan memberi kita pasangan hidup.
Kita baca di ayat 18, Tuhan berkata: “Aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan dia.". Tidak baik seorang lakilaki terus
seorang diri. Saya pernah dengar lagu: Sudah terlalu lama sendiri,
sudah terlalu lama aku hidup sendiri.... tiada yang menemani...”.

MARTURIA 52 – Edisi : 05 Juli 2020 - 11 Oktober 2020 70


70
70
Daftar Isi
Tanggal 04 Oktober 2020

asyik menjomblo. Tuhan mengatakan bahwa menjomblo memang


tidak baik! Karena itulah Tuhan memberi lakilaki itu “penolong
yang sepadan”, yaitu isterinya, agar baginya ada “penolong”, “Ezer”,
yang menolongnya untuk berhasil dan membantunya melakukan
tugas. Dan disebut: yang sepadan (Ibr: neged - counterpart, mate
pasangan tak terpisahkan, penyelamat yang seimbang, yang saling
melengkapi, dan tak terpisahkan. Hal ini sangat jelas disebutkan di
Amsal 31, 10 – 31 (Baca). Karena itu seorang suami harus memaha-
mi dengan jelas, bahwa dia berhasil hanya bila dia memiliki isteri
yang bijaksana. Keberhasilan seorang suami sangat ditentukan
penolongnya, yaitu isterinya.
Dan para isteri harus mengingat, tugasnya adalah menolong,
mendorong, menjadi mitra agar suaminya bisa berhasil dalam segala
hal. Itulah isteri yang sejati. Karena itu dikatakan, “di balik
keberhasilan setiap suami pasti dan harus ada peran seorang
perempuan, yaitu isterinya, yang ditetapkan Tuhan menjadi
penolongnya”. Tugasnya menolong - bukan merongrong tetapi
membuat suaminya berhasil. Dan karena itu, suami hendaknya
menghargai dukungan, ide, saran dan motivasi isterinya, jangan
merasa bahwa isterinya tidak memiliki kontribusi dalam hidupnya.
2. Yang kedua, Pernikahan adalah kesatuan total suami dengan
isterinya. Ayat 24 mengatakan: “keduanya menjadi satu daging”. Dalam
bahasa Ibrani disebut: dabag – artinya: melekat terus menerus, jika
yang satu pergi, yang satu lagi harus mengejarnya hingga bersatu
lagi. Diibaratkan seperti dua kerbau yang dipasangi kuk, yang harus
terus bersatu, berjalan beriringan; bila yang satu ke kiri, yang satu
lagi ke kiri juga. Menjadi satu dalam segala-galanya, dalam kebaikan
mau pun kekurangan masing-masing. Tidak ada lagi kau atau aku,
tetapi kita. Terutama satu hati, perasaan, satu pikiran, satu arah
tujuan, dan juga satu dompet. Satu dalam suka, satu dalam duka. Rap
mangangkat tu ginjang, rap manimbung tu toru. Karena itulah Yesus
mengatakan di Matius 19, 6: “Yang dipersatukan Allah tidak boleh
diceraikan, oleh manusia”, siapa pun, baik oleh pengadilan, maupun

71 MARTURIA 52 – Edisi : 05 Juli 2020 - 11 Oktober 2020


71
Daftar Isi
Tanggal 04 Oktober 2020

oleh orangtua. Termasuk pasangan itu, juga tidak berhak!. Hanya dua
yang bisa, yaitu: karena berzinah atau oleh kematian. Pernikahan
adalah perjalanan satu arah, sekali masuk, tidak ada jalan untuk
kembali (no point to return).
Kita tahu, banyak masalah yang dihadapi pasangan yang
menikah. Tetapi itu pun tidak boleh menjadi alasan untuk bercerai.
Lalu apa yang harus dilakukan. Bila bahtera rumahtangga mengalami
gempuran gelombang masalah, hanya satu yang harus dilakukan
pasangan, yaitu: maju terus, pertahankan pernikahanmu, perbaiki
kerusakan yang ada. Dan jangan lupa, panggillah dan biarkanlah
Tuhan Yesus menjadi nakhodanya. Pasti, sekali lagi pasti, rumah-
tanggamu akan pulih, bahkan akan semakin berbahagia. Ikutilah cara
Napoleon Bonaparte yang selalu berhasil mengalahkan musuhnya.
Bagaimana caranya? Bila pasukannya sudah mendarat di pulau yang
akan ditaklukkan, dia segera perintahkan untuk membakar semua
kapal-kapal pembawa pasukan itu dibakar habis, sehingga bagi
semua pasukan tidak ada keinginan untuk kembali, tetapi harus
bertempur habis-habisan. Hanya satu tekad: Menang!. Tidak ada kata
kalah atau cerai. Hasilnya, walau menghadapi banyak masalah,
pernikahan kita semakin lama semakin harmonis dan bahagia.
3. Yang berikut, di ay. 24a dikatakan: “Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
keduanya menjadi satu daging”. Lakilaki harus meninggalkan ayah dan
ibunya untuk bersedaging dengan isterinya. Padahal dia lebih dahulu
mengenal ayah ibunya, bahkan ibunya yang mengandung, melahir-
kan dan mengasuhnya. Tetapi kok harus ditinggalkan? Karena
mereka sudah menjadi satu keluarga yang baru. Orangtua harus tetap
dihormati dan dikasihi. Orangtua juga harus tetap mendoakan dan
menasehati anaaknya. Tetapi jangan lagi mencampuri apalagi
mengambil kepemimpinan keluarga anaknya. Biarkanlah mereka
mengatur rumahtangganya, karena mereka sudah menjadi satu
keluarga baru. Sudah rahasia umum, tidak sedikit keluarga yang

MARTURIA 52 – Edisi : 05 Juli 2020 - 11 Oktober 2020 72


72
72
Daftar Isi
Tanggal 04 Oktober 2020

hancur karena orangtua mereka terlampau banyak mengatur dan


mencampuri keluarga mereka.
4. Yang berikut, ada cerita, sekedar tips saja. Seorang isteri yang baru
menikah membaca artikel bahwa agar pernikahan mereka langgeng,
mereka harus mau terbuka tentang kelemahan pasangannya. Isterinya
mengusulkan dan suaminya setuju. Lalu, isterinya menulis semua
kelemahan suaminya. Panjang sekali. Pagi harinya, sesuai kesepakatan,
isterinya mulai membacakan semua kelemahan suaminya. Banyak sekali.
Suaminya tertunduk. Setelah seslesai, isteri meminta agar suaminya
menyebutkan kelemahannya. Tetapi si suami diam. Didesak lagi, suaminya
tetap diam. Setelah terus menerus didesak, suaminya berkata: Sayang,
hasianku, boru ni rajangku! Di mataku, tidak ada satu pun kelemahan dan
kekuranganmu. Di mataku, kaulah isteri paling sempurna. Dan karena
itulah aku mengambilmu menjadi isteriku, dan nanti menjadi ibu anak-anak
kita. Si isteri terhenyak dan diam seribu bahasa.
Bukankah yang sering menjadi pemicu kekacauan rumah tangga
adalah, karena setiap pasangan selalu melihat kelemahan/kekurangan
pasangannya ketimbang melihat kebaikannya. Kemudian dikipas
sehingga semakin besar. Lalu puncaknya, minta berpisah? Padahal
Firman Tuhan di 1 Korintus 13, 5 bahwa kasih itu tidak menyimpan
kesalahan /kelemahan orang lain. Tetapi kasih itu menutupi banyak
dosa/kekurangan. Mari, fokuslah pada kebaikan pasanganmu,
tutupilah segala kelemahan/kekurangannya dengan kasihmu, agar
pernikahanmu berbahagia.
Yang kedua, ada cerita tentang sepasang suami isteri yang sedang
berbulan madu di sebuah hutan. Ketika sedang menikmati kebersamaan
malam itu, tiba-tiba mereka mendengar suara di kejauhan: "Kwek! Kwek!".
"Itu pasti suara ayam!" kata si istri, "Bukan, Sayang. Itu suara bebek," kata
si suami. "Tidak, aku yakin itu suara ayam," si istri bersikeras. "Tidak
mungkin! Suara ayam itu kan bunyinya: 'Kukuruyuuuk!'. Ini, bunyinya kan:
'Kwek! Kwek!' Itu pasti bebek, Sayang," kata si suami dengan mulai
kejengkelan. – Kemudian terdengar lagi: "Kwek! Kwek!" . "Nah, jelas
sekali kan! Itu suara bebek," kata si suami. "Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku
yakin betul," tandas si istri. Si suami menjawab sambil menghentakkan kaki.
"Dengar ya! Itu bebek! B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?" kata si suami

73 MARTURIA 52 – Edisi : 05 Juli 2020 - 11 Oktober 2020


73
Daftar Isi
Tanggal 04 Oktober 2020

dengan agak kasar. "Tapi itu ayam, sayang" kata si istri bersikeras. "Itu
jelas-jelas bebek, memang kamu tuli, ya!!", kata suami makin menaikkan
nada suaranya. "Tapi itu ayam!", kata si isteri sambil menangis. Si suami
melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya,
dia ingat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan
mesra, "Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam
koq." - "Terima kasih, Sayang," kata si istri sambil menggenggam tangan
suaminya. "Kwek! Kwek!" terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka
berjalan bersama dalam cinta.
Apa sih gunanya bagi mereka berdua apakah itu ayam atau
bebek? Untunglah sang suami menyadari hal tsb. Bagi dia jauh lebih
penting keharmonisan mereka, ketimbang kebenaran apakah itu
bebek atau ayam. Tetapi banyak pernikahan yang hancur bahkan
bercerai hanya gara-gara persoalan sepele, bahkan yang tidak ada
sangkut pautnya dengan kita. Ada suami-isteri yang lempar-lemparan
nasi hanya soal siapa yang dipilih menjadi Ephorus HKBP
(misalnya). Keutuhan pernikahan jauh lebih penting ketimbang
mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek.
Karena itu saudaraku, marilah kita terus membina pernikahan kita di
dalam kekudusan, karena Tuhan lah yang menetapkannya, dan Tuhan
Yesus telah menebus dan menguduskannya dengan darahNya. Teruslah
meminta bantuan Roh Kudus dalam berusaha memperkokoh
kesedagingan pernikahan kita.
Amin.

MARTURIA 52 – Edisi : 05 Juli 2020 - 11 Oktober 2020 74


74
74
Daftar Isi
Tanggal 11 Oktober 2020

Kotbah Minggu 18 ses. Trinitatis


Tanggal 11 Oktober 2020

MARKUS 10, 35 – 45
Ep: Keluaran 18, 17 – 23

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus!


Kita patut mensyukuri berkat Tuhan atas HKBP yang pada tanggal 7
Oktober lalu berusia 159 tahun. Terpujilah Tuhan
Saudaraku! Kita semua menginginkan pemimpin yang bukan hanya
sederhana, tetapi terutama yang mendahulukan pelayanan bagi
anggotanya. Ini yang disebut Pemimpin Yang Melayani, The Servant
Leader, yang menurut banyak ahli berasal dari Tuhan Yesus dalam nats
ini. Gaya kepemimpinan seperti itulah salah satu yang dimaksudkan oleh
nats yang kita dengar tadi.
Untuk itu saya coba mencari tema dari nats ini: Siapakah sebenarnya
pemimpin yang layak disebut ORANG BESAR? Thomas Carlyle,
seorang ahli sejarah abad XIX pernah membuat komentar begini: “The
history of the world is but the biography of the great” (sejarah dunia
adalah tidak lain dari biografi orang-orang besar). Dan orang besar
adalah mereka yang memiliki peran dan karya-karya yang unik dan
transformatif, yang berhasil membawa pengaruh dan perubahan yang
signifikan dalam kehidupan umat manusia, dan berpengaruh sampai
kepada generasi berikutnya.
Dan memang, secara naluri, semua orang ingin jadi orang besar,
orang berkuasa, orang nomor satu, menduduki posisi tertinggi. Men will
to power, kata Alfred Adler. Halak Batak, ingin Hagabeon (punya
banyak keturunan), Hamoraon (banyak harta), dan Hasangapon

75 MARTURIA 52 – Edisi : 05 Juli 2020 - 11 Oktober 2020


75
Daftar Isi
Tanggal 11 Oktober 2020

(kekuasaan). Lebih baik jadi kepala kecil daripada jadi jongos besar,
kata orang lain.
Dan untuk memperoleh kekuasaan, orang mau melakukan apa saja.
Ada dengan cara yang benar, dengan ilmu tinggi, karya besar, kerja
keras. Tetapi banyak dengan cara kurang baik: Main uang (money
politics), dengan main sogok/ suap, main sikut, dengan kudeta, dengan
membunuh seperti Ken Arok dan raja-raja Jawa lainnya, seperti Raja-raja
Israel juga, dengan perkawinan politik (anak raja dengan putri raja kawin
walau tanpa cinta asal kekuasan didapat), nepotisme, dan katanya ada
yang main dukun, dan bahkan ada dengan menjual imannya atau berganti
agama.
Sdrku! Rupanya, keinginan itu juga ada pada dua orang bersaudara
murid Yesus, Yakobus dan Yohannes anak Zebedeus. Mereka tidak
hanya ingin masuk ke surga, tetapi mereka ingin menjadi pemimpin,
orang besar, berkuasa di kelompok Yesus, yang mereka lihat adalah
Mesias Allah yang akan memulihkan kerajaan Daud. Dan cara mereka
tempuh adalah dengan nepotisme. Karena ibu mereka marpariban
(kakak adik) dengan Maria, ibu Yesus.
Sdrku! Biasanya, orang yang ambisi menjadi pemimpin dan
penguasa adalah mereka yang merasa diri lebih layak dan lebih mampu,
merasa lebih besar dari orang lain, punya rasa superioritas. Dan
mungkin kedua murid ini demikian, merasa telah berbuat lebih banyak
ketimbang murid lain. Karena itulah, murid lain juga langsung marah
karena mereka juga merasa layak dan mampu, dan rupanya ingin juga.
“Kok Cuma mereka, apa kami ini nggak bisa?” Ambisi-ambisi seperti itu
telah memicu konflik. Bila di perkumpulan ada orang-orang yang ambisi,
maka perkumpulan itu lambat laun akan mengalami konflik.
Selanjutnya, mengapa orang mau jadi orang besar, atau pemimpin?
Banyak yang bermotif benar, ingin melayani, ingin mengembangkan
sesuatu yang dimiliki yang berguna bagi banyak orang. Tetapi tidak
sedikit, seperti yang dikatakan Yesus di ayat 42 karena yang ingin
berkuasa, menguasai, menindas orang lain, terutama ingin mengambil

MARTURIA 52 – Edisi : 05 Juli 2020 - 11 Oktober 2020 76


76
76
Daftar Isi
Tanggal 11 Oktober 2020

lebih banyak untuk dirinya (bahasa umumnya: ingin memperkaya,


menumpuk untuk dirinya).
Saudaraku! Dalam, nats ini, Tuhan Yesus menjungkir balikkan
semua pikiran jahat tsb, dan mengajarkan sebuah bentuk, gaya
kepemimpinan yang benar. Menurut Tuhan Yesus dalam nats ini, ada
dua hal yang harus dilakukan seseorang agar layak disebut pemimpin
atau orang besar.
Pertama ayat 37b Yesus berkata: Dapatkah kamu meminum cawan yang
harus Kuminum, dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima? Artinya,
untuk menjadi pemimpin dan orang besar harus ada harga yang harus
dibayar, yang sangat berat, yaitu bersedia menderita karena menyaksikan
kebenaran Kristus. Seseorang disebut orang besar dan pemimpin, bila dia
mampu membuat kebenaran Tuhan Yesus sebagai harga mati – dan mau
menerima resiko apapun pun untuk mempertahankan kebenaran Yesus.
Bila seorang pemimpin masih mau korupsi, atau bersikap bunglon, pasti
dia tidak memenuhi kriteria ini. Mau menderita karena Kristus, itu
kriteria seorang besar.
Dan kedua, kita baca di ayat 43-45 - "Kamu tahu, bahwa mereka yang
disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi,
dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara
kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.
Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang." Artinya, seseorang disebut pemimpin atau orang besar, bila dia
mau dan mampu menjadikan pelayanan bagi sesamanya sebagai cita-cita
tertingginya, bila kepemimpinan nya adalah untuk melayani orang lain.
Karena itu, menurut Tuhan Yesus, ukuran kebesaran seorang
pemimpin bukanlah pada berapa besar kekuasaan, kekuatan, harta,
pangkat, gelar atau ilmunya. Tidak!. Tetapi bergantung pada: seberapa
rela dia melayani orang lain seperti yang ditunjukkan oleh Epistel,
Keluaran 18, 21 tadi, pemimpin yang melayani. Kebesaran seorang
pemimpin Kristen tidak terletak pada berapa orang yang menjadi

77 MARTURIA 52 – Edisi : 05 Juli 2020 - 11 Oktober 2020


77
Daftar Isi
Tanggal 11 Oktober 2020

pengikutnya, tetapi berapa banyak orang yang dilayaninya, bagaimana


komitmennya melayani mereka yang tersisih, kecil, marjinal, dan sering
terlupakan. Bagaimana dia menghargai isterinya, anak-anaknya,
bawahannya, pembantunya, buruh-buruhnya, yang dia perlakukan dan
hormati sebagai sesama manusia. Sama seperti yang dilakukan Tuhan
Yesus bagi kita, sebagaimana kita baca di Filipi 2, 5 – 11.
Pemimpin besar, adalah yang melayani orang lain, sehingga dia
mampu melihat potensi dalam diri orang lain, lalu mengembangkannya
untuk kesejahteraan orang tsb dan orang lain (bukan untuk
memanfaatkannya), tetapi memberdayakan mereka menjadi pemimpin
baru. Ahli-ahli kepemimpinan modern juga mengatakan bahwa
pemimpin masa depan adalah pemimpin yang melayani. Pemimpin
dengan kuasa, tangan besi sudah lewat zamannya. Charles C Manz
mengatakan: Bibit keagungan berasal dari kerendahan hati dan melayani.
Karena itu jalan terbaik untuk berhasil sebagai pemimpin adalah
kerendahan hati.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus! Dengan pengajaran
Yesus ini, apa yang harus kita lakukan?
1. Pertama, mari buang segala ambisi untuk menguasai orang lain atau
untuk memperhebat diri. Buang itu!. Orang yang menginginkan
kuasa seperti itu justru akan direndahkan oleh Tuhan Yesus. Ambisi-
ambisi negatip seperti itu selalu membuat masalah, menimbulkan
kelompok, perpecahan.
2. Tetapi, yang kedua, sebaiknya, mari, jadilah pemimpin besar yang
melayani. Jadikan pelayanan sebagai cita-cita tertinggimu. Dan
lakukan itu, bukan untuk cari nama/pencitraan, atau agar dilihat dan
dipuji orang, atau bikin sensasi. Jangan!. Tetapi lakukan itu hanya
untuk dan hanya karena Tuhan Yesus, karena Dia telah terlebih
dahulu melayni kita dengan pengorbananNya di kayu salib. Ingat,
kita tidak akan menjadi hina bila kita melayani mereka yang hina
sekalipun. Dan lihat hasilnya. Betapa harmonisnya tiap keluarga bila
semua anggota keluarga saling melayani, karena dia meneladani
Kristus. Tetapi betapa hancurnya sebuah keluarga bila semua anggota

MARTURIA 52 – Edisi : 05 Juli 2020 - 11 Oktober 2020 78


78
78
Daftar Isi
Tanggal 11 Oktober 2020

keluarga ingin dilayani, ingin menjadi kepala, Tetapi yang mau


saling melayani akan menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia.
Demikian juga di huria, bila semua ruas mau menawarkan dan
mempersembahkan diri untuk melayani, murni untuk meneladani
Kristus, pasti huria akan harmonis, dan akan diminati semua orang.
Dan saat ini Tuhan sangat membutuhkan banyak orang lagi menjadi
mitraNa untuk melayani orang lain, melayani mereka yang malas ke
gereja, melayami mereka yang sakit, melayani anak-anak muda yang
bingung, ragu-ragu atau mungkin sudah terbawa arus dunia,
membantu anak-anak yang putus sekolah karena miskin, membantu
mereka yang butuh modal kerja.. Bila kita mau melakukannya, kita
lah orang yang terbesar.
Dan mungkin kita sudah mempersiapkan diri untuk Perayaan
Natal tahun ini. Bagaimana kalau Natal ini kita jadikan sebagai Natal
yang melayani. Karena hekekat Natal adalah ketika Yesus menjadi
manusia untuk melayani kita orang berdosa. Mungkin Tuhan lebih
suka bila kita membuat pohon natal dari tas sekolah, baju sekolah,
sepatu sekolah, alat-alat sekolah untuk anak-anak, dan kemudian kita
bagikan ke mereka yang membutuhkan. Pasti Tuhan suka itu.
Karena itu Saudaraku! Anda ingin menjadi orang terbesar? Pertama,
jadikan Yesus menjadi harga mati bagimu. Artinya, apapun yang terjadi,
Saudara mau mengikut Yesus dan mau memberitakan kebenaranNya di
manapun. Kedua, Jadikan pelayanan bagi sesama sebagai cita-cita
tertinggimu, melayani siapapun dan di manapun karena Tuhan Yesus.
Jangan pernah bercita-cita agar banyak orang menjadi pelayanmu.
Amin.

79 MARTURIA 52 – Edisi : 05 Juli 2020 - 11 Oktober 2020


79

Anda mungkin juga menyukai