Anda di halaman 1dari 3

Nama : Beta Sukmawati Edhita

NIM : 135190099
Prodi : Agribisnis B
Email: betasukmawati9@gmail.com

Jawaban UAS Agroklimatologi 11 Juni 2020

1. Iklim dan cuaca sebagai salah satu faktor penting dalam pertumbuhan, perkembangan dan
pengelolaan tanaman. Keadaan iklim aktual (cuaca) pada periode tertentu sangat
menentukan pola tanam, jenis komoditi, teknologi usahatani, pertumbuhan , produksi
tanaman, serangan hama/ penyakit dan lain-lainnya. Faktor cuaca/iklim yang paling
berpengaruh terhadap tanah adalah hujan yang terjadi sekarang ini. Dengan adanya
pandemi virus musim hujan saat ini, pemanfaatan cuaca/iklim untuk produksi tanaman di
Indonesia sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan pengelolaan
tanaman, agar lebih dapat memberikan kontribusi/ manfaat untuk memberi makan
makhluk hidup lainnya demi kelangsungan hidupnya.
2. Pengaruh cuaca/iklim terhadap produksi tanaman dan pasca panen di wilayah
Indonesia:
Keadaan iklim aktual (cuaca) pada periode tertentu sangat menentukan pola tanam
padi, jenis Varietas, teknologi usahatani, pertumbuhan, produksi tanaman, serangan
hama/penyakit dan lain-lainnya. Apalagi sistem usahatani pada lahan kering seperti padi
gogo, berbagai unsur iklim terutama pola dan distribusi curah hujan sangat dominan
terhadap produksi.
Untuk pasca panen, perubahan lingkungan fisik lapisan tipis atau di sekitar
pertanaman sangat menentukan keberhasilan patogen menimbulkan penyakit.
Kelembapan udara yang relatif tinggi sepanjang tahun di Indonesia merupakan kondisi
potensial timbulnya penyakit. Tingginya kelembapan di Indonesia dapat menimbulkan
masalah tersendiri pada penanganan pasca panen yaitu banyaknya penyakit yang
menyerang hasil panen di tempat-tempat penyimpanan. Apabila curah hujan yang terjadi
terlalu tinggi maka akan menghambat pertumbuhan tanaman dan akan menyebabkan
gagal panen.
3. Cara kerja dan cara pengambilan sampel data untuk masing – masing 5 macam alat
agroklimatologi:
1.Gun Bellani, cara kerjanya: menangkap radiasi pada benda berbentuk bola sensor. Alat
ini tidak secara langsung mengukur radiasi matahari, tetapi melalui suatu proses
penguapan zat cair terlebih dahulu. Dilakukan dengan membaca jumlah air yang
terkondensasi pada tabung buret, kemudian alat dibalik sehingga posisi bola hitam berada
dibagian bawah dan air akan masuk ke dalam sensor. Selanjutnya alat dibalik kembali,
sensor ada dibagian atas dan zat cair tetap berada dalam bola hitam.
2.AWS, cara kerjanya adalah serangkaian sensor-sensor meteorologi yang disusun secara
terpadu dan secara otomatis mencatat data-data meteorologi (suhu, tekanan, kelembaban,
penyinaran matahari, curah hujan, angin) yang kemudian menghasilkan pulsa-pulsa
elektrik yang akan ditampung dan diubah dalam data logger sehingga dapat ditampilkan
pada layar komputer atau translator.
3.Anemometer, cara kerjanya: Pada saat tertiup angin, mangkok yang terdapat pada
anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Makin besar kecepatan angin meniup
tersebut, makin cepat pula berputarnya piringan mangkok tersebut, makin cepat pula
kecepatan berputarnya piringan mangkok. Dari jumlah putaran dalam satu detik maka
dapat diketahui kecepatan anginnya.
4.HVAS, cara kerjanya: dengan menggunakan metode gravimetri, yakni dengan
menentukan konsentrasi partikel (debu) yang ada di udara dengan menggunakan pompa
isap. Udara yang terhisap disaring dengan filter, sehingga partikel (debu) yang ada di
udara akan menempel pada filter tersebut.
5.Piche evaporimeter cara kerjanya: didasarkan pada laju evapotranspirasi yang
dinyatakan dengan banyaknya air yang hilang ke atmosfer oleh proses evapotranspirasi
dari suatu daerah tiap satuan luas dalam satu satuan waktu.
4. Faktor yang mempengaruhi pola curah hujan:
-Jarak dari sumber air
Semakin dekat suatu tempat dengan laut maka curah hujan yang dimilikinya akan
semakin tinggi. Sebaliknya, tempat yang jauh dari sumber air maka curah hujannya
rendah. Hal ini karena kondensasi awan akan mencir sebelum mencapai tempat tersebut
-Perbedaan Suhu tanah dan perairan
Apabila suhu tanah atau daratan lebih tinggi daripada perairan maka hujan akan sering
terjadi di perairan, sebaliknya apabila suhu lebih tinggi di perairan daripada di daratan
maka hujan akan lebih sering terjadi di daratan.
-Angin
Merupakan media yang membawa awan menuju ke suatu tempat sebelum menurunkan
hujan. Dengan demikian daerah- daerah yang kurang memiliki angin banyak maka,
kemungkinan untuk turun hujan juga lebih kecil daripada daerah yang dilalui oleh banyak
angin.
-Tinggi tempat
Apabila semakin tinggi suatu tempat, maka tempat tersebut memiliki curah hujan yang
rendah. Sebaliknya semakin rendah suatu tempat maka curah hujannya semakin banyak.
Hal ini karena tinggi tempat berpegaruh juga terhadap suhu udara. Semakin tinggi suatu
tempat maka suhu udara yang yang dimiliki akan semakin rendah.
-Garis lintang
Daerah yang memiliki curah hujan terbanyak adalah yang berada di lintang rendah atau
mendekati garis khatulistiwa. Semakin jauh suatu tempat dengan khatulistiwa maka curah
hujannya semakin sedikit.
-Luas daratan
Luas daerah yang luas membuat curah hujan di daerah tersebut sedikit atau rendah.
Sebaliknya apabila luas daratan tempit maka hujan akan lebih sering terjadi.
-Deretan pegunungan
Apabila awan sampai menjumpai deratan gunung maka awan akan terus naik dan belum
berhenti sebelum mampu melewati gunung. Dengan demikian daerah yang berada di
sekitar pegunungan akan meiliki curah hujan rendah.
5. a. Menurut metode klasifikasi Oldemann, termasuk klas iklim bulan basah. Iya memiliki
kesesuaian untuk tanaman pangan seperti padi, karena memiliki curah hujan berkisar
antara 350 - 400 mm/3,5 tahun. Untuk pola tanam tiga kali musim tanam (Padi-Padi-
Palawija) dalam satu tahun pada periode awal Oktober.
b. Menurut metode Schmidt & Ferguson termasuk klas iklim basah, yaitu berkisar 0,143
kurang dari sama dengan Q <0,333. Untuk tanaman pangan seperti padi sesuai,
sedangkan untuk tanaman keras/hortikultura kurang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai