Anda di halaman 1dari 9

al Kimiya, Vol. 2, No.

1, Juni 2015

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN KEMBANG


BULAN (TITHONIA DIVERSIFOLIA) DENGAN METODE PEREAKSI
GESER
AISYAH ZIRCONIA, NUNUNG KURNIASIH, DAN VINA AMALIA.*
1
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. A.H. Nasution No.
105 Cipadung, Bandung 40614
∗ email korespondensi: vinaamalia07@gmail.com
-1
ABSTRAK. Indonesia adalah salah satu negara kuat karbonil pada angka 1648,3 cm dan
yang kaya akan jenis flora yang berkhasiat golongan eter yang diperkuat oleh puncak
-1
sebagai tanaman obat. Salah satunya yaitu serapan 1060,3 cm sehingga senyawa flavonoid
kembang bulan (Tithonia diversifolia). Dari uji yang diduga adalah 5,7,8,3’,4’-
yang pernah dilakukan, tanaman ini pentahidroksiflavonol atau 5,6,7,3’,4’-
mengandung senyawa flavonoid yang berguna pentahidroksiflavonol.
sebagai anti bakteri dan anti diabetes. Dalam
Kata kunci: daun kembang bulan (Tithonia
penelitian ini akan ditentukan jenis eluen diversifolia), flavonoid, kromatografi lapis tipis
terbaik untuk mengisolasi senyawa flavonoid (KLT), pereaksi geser.
dan jenis senyawa flavonoid yang terdapat
dalam ekstrak daun kembang bulan. Ekstraksi 1. Latar Belakang
senyawa flavonoid dari daun kembang bulan
dilakukan dengan cara maserasi menggunakan Sebagai negara dengan iklim tropis
pelarut aseton : air (7:3) selama 5x24 jam, menjadikan Indonesia kaya akan berbagai
kemudian dilakukan fraksinasi menggunakan macam jenis flora. Sebagian besar flora di
pelarut n-heksana dan etil asetat. Setelah itu, Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai tanaman
dilakukan uji fitokimia senyawa flavonoid obat. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan
menggunakan uji Wilstatter, Bate-Smith dan tanaman obat adalah kembang bulan (Tithonia
NaOH 10%. Pemisahan senyawa flavonoid dari diversifolia). Tanaman kembang bulan
ekstrak dilakukan dengan kromatografi lapis berkhasiat sebagai obat diabetes, malaria dan
tipis (KLT) untuk mencari eluen terbaik dengan penyakit infeksi lain. Pada penelitian
variasi eluen yaitu n-heksana : etil asetat (8:2), sebelumnya, berdasarkan hasil pemeriksaan
asam asetat : H2O : HCl pekat (30:10:3), n- skrining fitokimia ekstrak daun kembang bulan
butanol : asam asetat : air (4:1:5), dan metanol : menunjukkan hasil bahwa kaya akan
etil asetat (4:1), kemudian dilanjutkan dengan kandungan senyawa kimia golongan alkaloid,
isolasi senyawa flavonoid. Identifikasi senyawa tanin, dan flavonoid. Selain itu juga ditemukan
flavonoid dilakukan dengan metode pereaksi 14 golongan flavonoid, dan gula pada daun
[1]
geser dan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan kembang bulan.
bahwa dari uji fitokimia dari ketiga reagen Isolasi senyawa aktif flavonoid dari
menunjukkan positif mengandung senyawa tanaman kembang bulan dengan menggunakan
flavonoid. Eluen terbaik dalam pemisahan berbagai pelarut telah banyak dilakukan. Ratih
senyawa flavonoid dengan KLT adalah n- Pratiwi S menggunakan ekstrak dengan fraksi
heksana : etil asetat (8:2) yang dapat digunakan n-butanol untuk melarutkan batu ginjal kalsium
dalam mengisolasi senyawa flavonoid. Eluen ini secara in-vitro karena diduga adanya
memisahkan 3 noda dengan warna jingga. kandungan senyawa flavonoid.[2] R. Siregar
Berdasarkan hasil analisis spektrofotometer menggunakan ekstrak etanol daun kembang
UV-Vis (metode pereaksi geser), menunjukkan bulan untuk uji aktivitas antibakteri terhadap
bahwa isolat adalah golongan flavonol. Hasil bakteri Staphylococcus aureus,
identifikasi dengan FTIR menunjukkan Propionibacterium acnes dan Pseudomonas
serapan-serapan yang spesifik dari senyawa aeruginosa.[3] M. Widari juga telah berhasil
flavonoid seperti rentangan asimetri OH pada mengidentifikasi senyawa flavonoid dari daun
bilangan gelombang 3443,9 cm-1, rentangan kembang bulan yang mengarah pada 5,7,3’,4’
cincin aromatik pada 11367,9 cm-1, pita serapan tetrahidroksiflavon atau luteolin.[4]

9
al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 2015
Senyawa flavonoid dilihat dari bejana pengembang, tabung reaksi, kertas
strukturnya memiliki dua cincin aromatik yang saring, pipet tetes, seperangkat alat
diikat oleh tiga atom karbon yang dapat spektrofotometer UV-Vis, dan seperangkat alat
membentuk cincin ketiga. Kedudukan gugus spektrofotometer FTIR.
hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat
ditentukan dengan menambahkan pereaksi Cara Kerja
geser ke dalam larutan cuplikan dan mengamati a. Preparasi sampel
pergeseran puncak serapan yang terjadi. Daun kembang bulan yang muda dicuci
Dengan demikian, secara tak langsung cara ini bersih dengan air kemudian diangin-anginkan
berguna untuk menentukan kedudukan gula hingga benar-benar kering dan mudah
atau metal yang terikat pada salah satu gugus dipatahkan, kemudian diblender sampai
hidroksil fenol. Keuntungan utama cara ini diperoleh serbuk. Hasil yang diperoleh
adalah sedikitnya jumlah sampel yang kemudian digunakan sebagai sampel penelitian.
diperlukan untuk analisis lengkap. b. Ekstraksi
Pada penelitian ini, senyawa flavonoid Serbuk daun kembang bulan ditimbang
diekstraksi menggunakan metode maserasi. sebanyak 200 gram kemudian direndam dengan
Ekstrak yang didapat dilakukan uji fitokimia 1600 mL pelarut aseton : air (7:3) dengan
dilanjutkan pemisahan senyawa flavonoid penambahan 12 mL asam askorbat 10 mM.
menggunakan kromatografi lapis tipis dan Ekstrak kasar daun kembang bulan dipekatkan
identifikasi menggunakan metode pereaksi dengan menggunakan vacuum rotary
geser. Penelitian ini bertujuan untuk evaporator dan pemanasan di atas waterbath
menganalisis jenis eluen terbaik dan jenis pada suhu 40-50 °C.
senyawa flavonoid dari ekstrak daun kembang c. Fraksinasi
bulan. Cairan hasil ekstrak dipartisi dengan n-
heksana (3x25 mL) menggunakan corong pisah
2. Metode Penelitian sehingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan n-
heksana dipisahkan dan lapisan air 1 dipartisi
Bahan
dengan etil asetat (3x25 mL) dan terbentuk 2
Bahan utama yang digunakan dalam lapisan. Lapisan organik (etil asetat) dipisahkan
penelitian ini adalah daun kembang bulan yang dan lapisan air dipekatkan dengan vacuum
tumbuh di sekitar SMPN 46 Bandung. Bahan- rotary evaporator.
bahan yang digunakan meliputi aseton d. Uji Fitokimia Senyawa Metabolit
redestilasi, n-heksana teknis, n-heksana 1) Uji Fitokimia Flavonoid
redestilasi, etil asetat redestilasi, akuades, asam Ketiga fraksi masing- masing
askorbat 10 mM, gelatin, formaldehid 3%, dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi masing-
serbuk magnesium teknis, HCl pekat teknis, masing sebanyak 1 mL. Ekstrak pada tabung
NaOH 10% (teknis), asam sulfat pekat teknis, pertama direaksikan dengan serbuk magnesium
pereaksi wagner, serbuk natrium asetat p.a, HCl dan 2-4 tetes HCl pekat. Kemudian campuran
pekat p.a, FeCl3 1 % teknis, asam sulfat dalam dikocok. Terbentuknya warna merah
etanol, asam asetat teknis, n-butanol teknis, menunjukkan adanya flavonoid golongan
metanol teknis, NaOH 2 M p.a, AlCl3 5 % flavonol dan flavanon. Pada tabung kedua
dalam methanol p.a, AlCl3 1 % teknis, dan ditambahkan dengan HCl pekat beberapa tetes.
H3BO3 p.a. Kemudian campuran dipanaskan selama 15
menit di atas penangas. Terbentuknya warna
Peralatan jingga menunjukkan adanya flavonoid
Alat penelitian yang digunakan pada golongan antosianidin. Pada tabung ketiga
penelitian ini meliputi beaker glass dengan ditambahkan larutan NaOH 10% beberapa
berbagai ukuran, gelas ukur dengan berbagai tetes. Terjadinya perubahan warna
ukuran, corong pisah, labu ukur 100 mL, gelas menunjukkan adanya flavonoid karena
arloji, timbangan mettler, vacuum rotary tergolong senyawa fenol.
evaporator, pengaduk kaca, waterbath, kertas 2) Uji Fitokimia Tanin
saring, pipa kapiler, plat KLT silika G60F254,

10
al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 2015
Ketiga fraksi masing- masing larutan pengembang yang paling baik untuk
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi masing- keperluan preparatif. Noda yang terbentuk
masing sebanyak 3 mL. Ekstrak pada tabung diperiksa dengan lampu UV-Vis pada panjang
pertama direaksikan dengan 3 tetes larutan gelombang 254 nm dan 366 nm.
FeCl3 1 %. Jika ekstrak mengandung senyawa Pada pemisahan dengan KLT preparatif
tanin akan menghasilkan warna hijau digunakan plat silika G60F254 dengan ukuran 10
kehitaman atau biru tua. Pada tabung kedua cm x 20 cm. Fraksi yang paling baik hasilnya
ditambahkan dengan larutan gelatin jika dari KLT analitik, kemudian ditotolkan
terbentuk endapan putih maka positif sepanjang plat pada jarak 1 cm dari garis bawah
mengandung tanin. Pada tabung ketiga dan 1 cm dari garis tepi. Selanjutnya dielusi
digunakan untuk membedakan tanin katekol dengan menggunakan eluen yang memberikan
dan galat dengan cara menambahkan ekstrak pemisahan terbaik pada KLT analitik. Setelah
dengan formadehid 3 % : asam klorida (2:1) dan gerakan larutan pengembang sampai pada garis
dipanaskan dalam air panas dengan suhu 90ºC batas, elusi dihentikan. Noda-noda diperiksa di
jika terbentuk endapan merah muda merupakan bawah sinar UV pada panjang gelombang 254
tanin katekol. Filtrat dipisahkan dengan nm dan 366 nm.
disaring dan dijenuhkan dengan Na-Asetat dan
ditambahkan FeCl3 1 % adanya tanin galat f. Identifikasi Senyawa Flavonoid
ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru Isolat-isolat yang diperoleh dari hasil KLT
tinta atau hitam. preparatif, dilarutkan dengan aseton : air dan
3) Uji Fitokimia Alkaloid disentrifugasi kemudian dianalisis dengan
Sebanyak 1-2 mL ekstrak dimasukkan spektrofotometer UV-Vis. Masing-masing
ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan isolat sebanyak 2 mL dimasukkan dalam kuvet
dengan 2 mL kloroform. Campuran dan diamati spektrumnya pada bilangan
ditambahkan dengan 2 mL amoniak, dikocok gelombang 200-800 nm. Identifikasi
dan disaring. Filtrat yang dihasilkan kemudian dilanjutkan dengan penambahan pereaksi geser
ditambahkan dengan asam sulfat pekat NaOH 2 M, AlCl3 5 %, CH3COONa,
sebanyak 3-5 tetes dan dikocok sampai CH3COONa/H3BO3. Kemudian diamati
terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam yang tidak pergeseran puncak serapannya. Tahapan kerja
berwarna ditambahkan dengan pereaksi wagner penggunaan pereaksi geser adalah sebagai
sebanyak 4-5 tetes. Adanya alkaloid ditandai berikut:
dengan terbentuknya endapan coklat merah a. Isolat yang dapat diamati pada panjang
setelah penambahan pereaksi wagner. gelombang 200-800 nm, direkam dan dicatat
spektrum yang dihasilkan.
e. Pemisahan Senyawa Flavonoid b. Isolat dari tahap 1 ditambah 3 tetes NaOH 2
Pada pemisahan dengan KLT analitik M kemudian dikocok hingga homogen dan
digunakan plat silika G60F254 yang sudah diamati spektrum yang dihasilkan.
diaktifkan dengan pemanasan dalam oven pada c. Isolat dari tahap 1 kemudian ditambah 6
suhu 100 ○C selama 10 menit. Masing-masing tetes pereaksi AlCl3 5 % dalam metanol
plat dengan ukuran 5 cm x 10 cm. Dari setiap kemudian dicampur hingga homogen dan
fraksi ditotolkan pada jarak 1 cm dari tepi diamati spektrumnya.
bawah plat dengan pipa kapiler kemudian d. Isolat dari tahap 1 ditambah serbuk natrium
dikeringkan dan dielusi dengan fase gerak n- asetat kurang lebih 250 mg. Campuran
heksana : etil asetat (8:2) dengan pendeteksi dikocok sampai homogen menggunakan
asam sulfat dalam etanol, forestal (asam asetat vortex dan diamati lagi spektrumnya.
: H2O : HCl pekat) (30:10:3), n-butanol : asam Selanjutnya larutan ini ditambah asam borat
asetat : air (4:1:5), dan metanol : etil asetat kurang lebih 150 mg dikocok sampai
(4:1) dengan pendeteksi AlCl3 1 %. Setelah homogen dan diamati spektrumnya.
gerakan larutan pengembang sampai pada garis Isolat hasil KLT preparatif yang diduga
batas, elusi dihentikan, selanjutnya dengan senyawa flavonoid diidentifikasi dengan
memerhatikan bentuk noda pada berbagai menggunakan spektrofotometer FTIR. 0,2 g
larutan pengembang ditentukan perbandingan pelet KBr ditambahkan dengan satu tetes isolat

11
al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 2015
yang diduga senyawa flavonoid, dikeringkan Fraksinasi
kemudian diidentifikasi dengan Fraksinasi bertujuan untuk memisahkan
spektrofotometer FTIR dengan panjang senyawa berdasarkan perbedaan kepolaran
gelombang 4000-400 cm-1 dalam suatu tanaman sehingga jumlah dan
jenisnya menjadi fraksi berbeda. Ekstrak kental
3. Hasil dan Pembahasan
aseton difraksinasi menggunakan n-heksana
Ekstraksi dan etil asetat untuk memisahkan senyawa
berdasarkan perbedaan kepolaran dalam suatu
Serbuk daun kembang bulan yang telah tanaman sehingga jumlah dan jenisnya menjadi
dipreparasi sebelumnya, diekstraksi dengan fraksi berbeda. Mula-mula ekstrak difraksinasi
metode maserasi. Karena senyawa polifenol dengan pelarut yang non polar (n-heksana),
terutama flavonoid dalam daun kembang bulan kemudian difraksinasi dengan pelarut yang
rentan terhadap panas yakni pada suhu di atas kurang polar (etil asetat) dan terakhir dengan
60 ℃. ℃. Perbandingan untuk melakukan pelarut polar. Dengan menggunakan metode
maserasi ini sebesar 1:8, yaitu 200 g simplisia fraksinasi diharapkan selektivitas dari pelarut
yang telah digiling dilarutkan ke dalam 1,6 liter dalam menarik komponen bahan aktif sesuai
pelarut aseton-air (7:3) dengan penambahan 12 dengan kepolarannya. Dengan menggunakan
mL asam askorbat bertujuan sebagai metode fraksinasi diharapkan selektivitas dari
antioksidan, sehingga tidak terjadi oksidasi pelarut dalam menarik komponen bahan aktif
pada senyawa flavonoid yang mudah sesuai dengan kepolarannya.
teroksidasi pada saat proses ekstraksi. Ekstraksi Hasil ekstrak dari masing-masing pelarut
maserasi ini dilakukan dengan dalam pelarut dapat dilihat pada Tabel 1.
aseton-air (7:3), pemilihan pelarut ini
didasarkan atas percobaan sebelumnya yang Analisis fitokimia
dilakukan oleh markham yaitu aseton dapat
Ekstrak yang telah di partisi yaitu fraksi
melarutkan senyawa flavonoid dan dengan
n-heksana, etil asetat dan aseton diuji
adanya gula yang terikat pada flavonoid
kandungan senyawanya secara kualitatif
cenderung menyebabkan flavonoid lebih
dengan menggunakan uji fitokimia. Pengujian
mudah larut dalam air dan dengan demikian
fitokimia ini meliputi uji flavonoid, uji tanin,
campuran aseton dan air lebih baik untuk
dan uji alkaloid.
flavonoid terikat dengan glikosida.[7]
Pada uji flavonoid yang pertama yaitu Uji
Setelah dalam waktu 5 hari didapat ekstrak
Wilstatter. Pada uji ini, polihidroksi dari
kasar sebanyak 8 liter kemudian ekstrak
flavonol akan direduksi oleh logam magnesium
tersebut dipekatkan dengan vacuum
dalam asam klorida dalam larutan etanol
evaporatory pada suhu 40℃ − 50 ℃. Pada
sehingga membentuk garam benzopirilium atau
suhu 40℃ − 50 ℃senyawa dapat terpisah dari
flavilium yang berwarna merah dan
pelarutnya dan senyawa flavonoid yang ingin
terbentuknya buih. Uji flavonoid yang kedua
dianalisis tak teroksidasi. Vacuum dalam rotary
yaitu Uji Bate-Smith, HCl akan menghidrolisis
evaporator berfungsi untuk mempermudah
dan memecahkan antosianin menjadi
proses penguapan pelarut dengan memperkecil
aglikonnya yaitu antosianidin dan dengan
tekanan dalam vacuum dari pada di luar
adanya pemanasan akan mempercepat reaksi
ruangan, sehingga temperatur di bawah titik
tersebut hingga terbentuk warna jingga. Uji
didih pelarut dapat menguap dan didapat hasil
flavonoid yang ketiga adalah uji NaOH 10%.
ekstrak aseton sebesar 24 gram. Nilai rendemen
Senyawa flavonoid akan membentuk
ekstrak daun kembang bulan sebesar 12 % (b/b)
atau sama dengan 24 gram dari 200 gram
serbuk daun kembang bulan. Hasil ekstrak
berupa pasta coklat. Hasil ekstrak kemudian Tabel 1 Hasil ekstrak berbagai fraksi
dilakukan uji fraksinasi dan uji fitokimia Fraksi Ekstrak kental (g)
sebelum dilakukan pemisahan dan identifikasi n-heksana 2,4 g
senyawa flavonoid. Etil Asetat 3g
Aseton 10,2 g

12
al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 2015
asetofenon yang berwarna merah hingga coklat banyak ditandai dengan munculnya noda. Noda
bila direaksikan dengan NaOH. Adapun hasil yang terbentuk tidak berekor dan jarak antara
uji fitokimia ekstrak daun kembang bulan noda satu dengan yang lainnya jelas.[8]
berbagai fraksi dapat dilihat pada Tabel 2. Pemisahan senyawa flavonoid dengan KLT
Dari hasil yang diperoleh ternyata yang menggunakan beberapa eluen campuran n-
menunjukkan hasil positif dari ketiga uji di atas heksana : etil asetat (3:2) dengan pendeteksi 10
adalah fraksi aseton dan etil asetat. Hal ini % H2SO4 dalam etanol, asam asetat : H2O : HCl
sesuai bahwa senyawa flavonoid dapat larut pekat (forestal) (30:10:3), n-butanol : asam
dalam pelarut polar seperti metanol, etanol, etil asetat : air (4:1:5), dan metanol : etil asetat (4:1)
asetat atau pelarut polar lainnya.[5] Senyawa dengan pendeteksi AlCl3 1 %. Adapun data
yang terkandung dalam ekstrak fraksi n- penampakan noda dari ketiga fraksi hasil KLT
heksana yaitu tanin. Senyawa yang terkandung analitik dengan beberapa eluen menggunakan
dalam ekstrak fraksi etil asetat yaitu flavonoid, lampu UV 254 nm dan 366 nm tersaji pada
dan tanin. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa Tabel 3.
tersebut bersifat semipolar karena larut dalam Dari beberapa eluen hanya campuran n-
pelarut yang bersifat semipolar. Sedangkan heksana-etil asetat yang dapat terpisah dengan
untuk senyawa yang terkandung dalam ekstrak baik. Ini menunjukan campuran n-heksana : etil
fraksi aseton yaitu flavonoid, tanin dan asetat (8:2) dengan pendeteksi asam sulfat
alkaloid. Hal ini menunjukkan bahwa semua dalam etanol yang dinilai baik dalam
senyawa tersebut bersifat polar karena larut memisahkan senyawa flavonoid yang artinya
dalam pelarut yang bersifat polar. adanya kedekatan kepolaran antara senyawa
flavonoid dengan eluen maka senyawa
Pemisahan senyawa flavonoid flavonoid semakin terbawa oleh fasa gerak.
Pemisahan senyawa flavonoid dilakukan Adanya flavonoid ditunjukkan dari warna noda
dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). saat disinari dengan lampu UV 366 berwarna
Plat KLT silika G60 F254 diaktivasi pada suhu jingga. Menurut markham bahwa flavonoid
100 ºC selama 10 menit untuk menghilangkan golongan flavonol dapat dideteksi dengan sinar
air yang terdapat pada plat.[9] KLT analitik ini UV pendek berupa noda yang berwarna
digunakan untuk mencari eluen terbaik dari jingga.[7] Adapun data penampakan noda dari
beberapa eluen yang baik dalam pemisahan ketiga fraksi hasil KLT analitik dengan eluen
senyawa flavonoid. terbaik campuran n-heksana : etil asetat (8:2)
Eluen yang baik adalah eluen yang bisa menggunakan lampu UV 254 nm dan 366 nm
memisahkan senyawa dalam jumlah yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun kembang bulan berbagai fraksi
Ekstrak
Uji
Fraksi n-heksana Fraksi Etil Asetat Fraksi Aseton
Uji Flavonoid :
- + +
d. Uji Wilstatter
- + +
e. Uji Bate-Smith
- + +
f. Uji NaOH 10%
Uji Tanin + + +
Uji Alkaloid - + +

Tabel 3. Penampakan noda dari ketiga fraksi hasil KLT analitik dengan beberapa eluen.
Eluen Jumlah noda Keterangan
n-butanol : Asam Asetat : Air (BAA) (4 :1:5) - Tak terpisah
Asam Asetat : Air : HCl Pekat (30:10:3) - Tak terpisah
Metanol : Etil Asetat (4:1) - Tak terpisah
n-heksana: Etil Asetat (8:2) 3 Terpisah baik

13
al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 2015
Hasil pemisahan senyawa flavonoid II sebesar 280 nm. Hal ini didukung dengan
dengan KLT analitik pada Tabel 4 hasil rentangan serapan spektrum UV-Vis
menunjukkan bahwa fraksi etil asetat dan flavonol (flavonoid terkondensasi) yakni pada
aseton mengandung flavonoid. Kandungan rentang pita I antara 350-385 dan pita II antara
flavonoid tertinggi terdapat dalam fraksi etil 250-280 nm. Adapun data spektrum UV-Vis
asetat. Oleh karena itu, fraksi etil asetat yang dari isolat flavonoid sebelum dan sesudah
digunakan dalam isolasi flavonoid penambahan pereaksi geser dapat dilihat pada
menggunakan KLT preparatif. Noda-noda hasil Tabel 5.
KLT preparatif yang memiliki warna yang Dari data spektrum penambahan isolat
menunjukkan flavonoid dikerok dan dilarutkan dengan pelarut metanol, maka isolat yang
dalam pelarut aseton: air (7:3) agar senyawa diduga senyawa flavonoid memiliki panjang
yang telah dikerok dapat terpisah dari silika gelombang pada pita I sebesar 365 nm dan pita
KLT preparatif dengan cara disentrifugasi. II sebesar 280 nm. Hal ini didukung dengan
hasil rentangan serapan spektrum UV-Vis
Identifikasi Pemisahan Senyawa Flavonoid flavonol (flavonoid terkondensasi) yakni pada
Dari strukturnya flavonoid mengandung rentang pita I antara 350-385 dan pita II antara
sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga 250-280 nm.
menunjukkan pita serapan kuat pada daerah Untuk mengetahui kedudukan gugus
spektrum UV dan spektrum tampak. Penentuan fenol dapat ditentukan dengan pereaksi geser.
spektrum menggunakan spektrofotometer UV- Penambahan NaOH 2 M menyebabkan
Vis dengan penambahan pereaksi geser NaOH pergeseran batokhromik mengarah ke arah kiri
2 M, AlCl3 5 %, CH3COONa, sebesar 15 nm, yakni pada pita I sebesar 10 nm
CH3COONa/H3BO3. dan pita II sebesar 5 nm dan terjadinya
Dari data spektrum penambahan isolat penurunan kekuatan serapan. Hal ini
dengan pelarut metanol, maka isolat yang menunjukkan bahwa isolat yang mengandung
diduga senyawa flavonoid memiliki panjang flavonoid dimana hidroksilasi pada cincin A
gelombang pada pita I sebesar 365 nm dan pita akan berpengaruh pada serapan pita II

Tabel 4. Penampakan noda dari ketiga fraksi hasil KLT analitik n-heksana : etil asetat (8:2).

Fraksi Noda
n-heksana Tidak ada
Etil asetat +++
Aseton ++

Tabel 5. Data spektrum UV-Vis dari isolat isolat flavonoid sebelum dan sesudah penambahan
pereaksi geser.
Panjang
Gelombang Pergeseran
Perlakuan Keterangan
(nm)
Pita I Pita II Pita I Pita II
Flavonol (OH bebas pada
Isolat + CH3OH 365 280 tetap tetap
karbon nomor 3 cincin C)
3,4’-OH, o- diOH pada cincin
Isolat +NaOH 355 275 -10 -5 A; pada cincin B: 3 OH
berdampingan
o- diOH pada cincin B, adanya
Isolat +AlCl3 5 % 410 275 +45 -5
5-OH
Isolat + CH3COONa 385 280 +20 tetap 7-OH
Isolat + o- diOH pada cincin A ( 6,7
365 275 tetap -5
CH3COONa/H3BO3 atau 7,8)

14
al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 2015
sedangkan hidroksilasi pada cincin B akan terdapat glukosa yang bisa menaikkan
berpengaruh pada serapan pita I.[8] intensitas. Hal ini menunjukkan bahwa pada
Pada struktur inti flavonoid, terdapat posisi 3’ dan 4’ terdapat gugus o-diOH (orto-
gugus hidroksil pada posisi karbon nomor 4 dan dihidroksi) yang membentuk komplek dengan
karbon nomor 3 pada cincin B berdampingan Al yang bersifat labil dan penafsiran kedudukan
dan bentuk o-diOH (orto-dihidroksi) pada gugus fenol spektrum AlCl3 pada Gambar 2
cincin A, sehingga dapat dikatakan bahwa Penambahan pereaksi geser CH3COONa
dengan penambahan pereaksi geser NaOH 2 M menyebabkan pergeseran sebesar 20 nm.
dapat menunjukkan gugus hidroksil pada posisi Pergeseran ini terjadi karena ionisasi pada
3,4’-OH pada cincin B dan bentuk o-diOH gugus hidroksil flavonoid yang paling asam,
(orto-dihidroksi) yang terdapat pada struktur yang pada senyawa flavonoid dimiliki oleh
inti flavonoid. Berikut penafsiran kedudukan gugus 7-OH dan adanya oksigenasi pada C6
gugus hidroksil fenol bebas pada Gambar 1 atau C8.[7] Berikut penafsiran kedudukan gugus
penafsiran kedudukan gugus fenol spektrum fenol spektrum CH3COONa pada Gambar 3
NaOH. Penambahan CH3COONa/H3BO3akan
Pereaksi geser AlCl3 5 % yang menjembatani kedua gugus hidroksil pada
ditambahkan menggeser posisi absorbansi gugus o-diOH. Penambahan
maksimum pada isolat flavonoid sebesar 45 CH3COONa/H3BO3menyebabkan pergeseran
nm, sedangkan kenaikan intensitas dari spektra ke kanan sebesar 15 nm yang mengarah pada
yang terbentuk dikarenakan dalam isolat masih substitusi posisi o-diOH pada cincin A (6,7)

Gambar 1 Penafsiran kedudukan gugus fenol spektrum NaOH

Gambar 2 Penafsiran Kedudukan Gugus Fenol Spektrum AlCl3

Gambar 3 Penafsiran Kedudukan Gugus Fenol Spektrum CH3COONa

15
al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 2015
atau (7,8).[7] Hal ini dikarenakan terputusnya intramolekul.[10] Pelarut yang digunakan adalah
glukosa, sehingga membentuk transisi n-π*. aseton : air yang bersifat sangat polar yang
Dengan adanya transisi n-π* maka mempengaruhi serapan-serapan O-H. Karena
membutuhkan energi yang kecil sehingga dimungkinkan gugus O-H yang terbaca pada
panjang gelombangnya semakin besar. spektrum IR dari gugus pelarut (aseton : air)
Sedangkan penurunan intensitas disebabkan sehingga pada bilangan gelombang 3500-3000
adanya glukosa yang terikat pada flavonoid cm-1 terbentuk serapan O-H yang sangat
sudah terhidrolisis oleh asam yaitu asam borat. melebar. Adanya ikatan hidrogen di dalam
Adapun penafsiran kedudukan gugus fenol molekul menyebabkan bergesernya pita
spektrum CH3COONa/H3BO3 adalah pada serapan ke bilangan gelombang yang lebih
Gambar 4 rendah.
Hasil spektrum inframerah (Gambar 5) Bilangan gelombang 1367,9 cm-1
dari hasil pemisahan KLTP menunjukkan menunjukkan puncak serapan cincin aromatik.
bahwa isolat flavonoid mengandung gugus Pada spektrum ini terlihat adanya pita serapan
fungsi seperti rentangan asimetri O-H dari kuat karbonil pada angka 1648,3 cm-1,
gugus alkohol yang terikat pada gugus alifatik dimungkinkan merupakan karakteristik
dan aromatik. Puncak serapan sangat lebar senyawa flavonoid. Senyawa karbonil disini
terbentuk pada bilangan gelombang 3443,9 cm- adalah golongan eter yang diperkuat oleh
1
, sebagai akibat dari vibrasi ikatan hidrogen puncak serapan 1060,3 cm-1 yang menunjukkan

Gambar 4 Penafsiran Kedudukan Gugus Fenol Spektrum CH3COONa/H3BO3

Gambar 5 Penafsiran Spektrum FTIR dari isolat flavonoid.

16
al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 2015

Gambar 6 Senyawa flavonoid yang ada dalam daun kembang bulan

adanya C-O-C. Maka berdasarkan identifikasi Ginjal Kalsium secara In- vitro.
puncak-puncak spesifik tersebut merupakan Banjarmasin: Media Sains Volume 7 Nomor
puncak spesifik dari senyawa flavonoid, 2.
sehingga memperkuat dugaan bahwa dalam [3]. Siregar, R. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri
isolat hasil pemisahan dengan KLT Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan
mengandung senyawa flavonoid. Dari hasil (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray)
identifikasi senyawa flavonoid dengan terhadap bakteri Staphylococcus aureus,
spektrofotometer UV-Vis dan FTIR dapat Propionibacterium acnes dan Pseudomonas
diduga bahwa senyawa flavonoid yang ada aeruginosa. Skripsi Departemen Farmasi
dalam daun kembang bulan yaitu 5,7,8,
FMIPA USU. Medan.
3’,4’pentahidroksiflavonol atau 5,6,7,3’,4’
pentahidroksiflavonol (Gambar 6). [4]. Widari, M. 2005. Isolasi Senyawa Flavonoid
dari Daun Kembang Bulan (Tithonia
4. Kesimpulan diversifolia (Hemsley) A. Gray). Skripsi
Departemen Farmasi FMIPA USU. Medan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada
[5]. Harborne, J.B. 1984. Metode Fitokimia
penelitian ini maka dapat disimpulkan adalah
Penuntun Cara Modern Menganalisa
sebagai berikut : Eluen terbaik untuk
Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Kosasih
pemisahan senyawa flavonoid dari daun
Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung :
kembang bulan adalah eluen n- heksana : etil
Penerbit ITB.
asetat (8:2); Senyawa flavonoid yang diperoleh
[6]. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia
dari hasil pemisahan ekstrak daun kembang
Penuntun Cara Modern Menganalisis
bulan dengan kromatografi lapis tipis adalah
Tumbuhan. Bandung: ITB.
5,7,8,3’,4’-pentahidroksiflavonol atau
[7]. Markham, R.K. 1988. Cara Mengidentifikasi
5,6,7,3’,4’-pentahidroksiflavonol.
Flavonoid. Bandung : Penerbit ITB.
Referensi [8]. Rahimah, dkk. 2013. Karakterisasi Senyawa
Flavonoid Hasil Isolat dari Fraksi Etil Asetat
[1]. Puspitasari Firsoni, L. dan Andini, L. 2011. Daun Matoa ( Pometia pinnata J.R. Forst&
Efek Daun paitan (Tithonia diversifolia G.Forst).
(Hemsley) A. Gray) dan Kelor (Moringa
[9]. Sastrohamidjojo, H. 2007.Spektroskopi.
oleifera, Lamk) Di Dalam Pakan Komplit In-
Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Vitro.
[10]. Harvey, D. 2000. Modern Analytical
[2]. Pratiwi Sari, R. 2014. Daya Larut Fraksi n-
Chemistry. United States of America: The
butanol Daun Kembang Bulan terhadap Batu
McGraw-Hill Companies, Inc.

17

Anda mungkin juga menyukai