Dosen Pembimbing :
Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep.Ns., M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 1 (A1 2017)
1. Richa Rozaliana Putri 131711133003
2. Novita Setyawati 131711133004
3. Gt. Ihda Wardatul I. 131711133028
4. Enis Tanfidiah 131711133043
5. Kadek Aprilia Savitri 131711133066
6. Nadya Faizatus Zahro 131711133067
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan keberkahanNya
kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah “Asuhan Keperawatan Keluarga Baru
Menikah Dan Child Bearing” ini dengan lancar dan dengan sedikit rintangan yang mampu
diselesaikan bersama.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Keperawatan Keluarga Sylvia Dwi
Wahyuni, S.Kep.Ns., M.Kep yang telah membimbing kami, serta teman-teman yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu.
Adapula harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Serta kami
mohon atas kritik dan saran dari seluruh pembaca jika ada yang kurang dalam penulisan
materi dalam makalah ini agar makalah ini lebih baik kedepannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................................3
BAB 2.......................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................4
2.1 Definisi Keluarga.......................................................................................................4
2.2. Keluarga Baru Menikah (Beginning Family)............................................................4
2.2.1 Definisi.....................................................................................................................4
2.2.2. Tugas perkembangan keluarga.................................................................................4
2.2.3. Tahap Awal Pernikahan...........................................................................................5
2.2.5. Masalah kesehatan pasangan baru menikah.............................................................8
2. 2.6 Peran perawat.........................................................................................................11
2.3 Konsep Dasar Keluarga dengan Tahap Childbearing..............................................12
2.3.1 Tahap-tahap perkembangan keluarga ‘Childbearing” (kelahiran anak pertama)...12
2.3.2 Tugas Perkembangan dengan Keluarga Childbearing...........................................13
2.3.3 Fungsi Perawat dalam Tahap Perkembangan Keluarga dengan Childbearing......14
BAB 3.....................................................................................................................................15
TINJAUAN KASUS..............................................................................................................15
3.1 Kasus 1.....................................................................................................................15
3.2 Analisa Data.............................................................................................................15
3.3 Kasus 2.....................................................................................................................21
3.4 Analisis Data............................................................................................................21
BAB 4.....................................................................................................................................29
iii
PENUTUP..............................................................................................................................29
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................29
4.2 Saran.........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................30
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dan perkembangan anak, konseling KB post partum 6 minggu, menata ruangan untuk
anak, biaya atau dana childbearing, menfasilitasi role learning anggota keluarga, dan
mengadakan kebiasaan keagamaan rutin.
Saat ini banyak pasangan yang kurang dalam mempersiapkan diri untuk memasuki
kehidupan berumah tangga, hanya siap untuk menikah namun tidak siap untuk
berkeluarga. Akibatnya, tidak jarang pasangan setelah pernikahan mengalami disfungsi
keluarga yang berujung pada perceraian. Menurut data Kementerian Agama Republik
Indonesia (RI), pada tahun 2013 sebanyak 324.527 pasangan bercerai di Indonesia. Data
ini menunjukkan bahwa sudah melebihi angka sepuluh persen dari jumlah perkawinan
sebanyak 2.218.130 pasangan. Ironisnya, perceraian terbanyak terjadi pada usia rumah
tangga muda yakni dibawah lima tahun. Kepuasan perkawinan merefleksikan secara
umum kebahagiaan dan keberfungsian dalam pernikahan seseorang (Schoen et al., 2002).
Hawkins (1968) menjelaskan bahwa kepuasan perkawinan adalah perasaan subjektif yang
dirasakan pasangan suami atau istri. Kepuasan perkawinan merupakan bentuk persepsi
terhadap kehidupan pernikahan seseorang yang diukur dari besar dan kecilnya
kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu tertentu (Roach, Frasier, & Bowten,
1981). Zainah et al. (2012) menemukan bahwa pasangan dengan lama pernikahan lebih
dari sepuluh tahun memiliki kepuasan yang lebih tinggi.
Masalah kesehatan yang sering muncul pada keluarga baru menikah dan
Childbearing terkait dengan kontrasepsi salah satunya adalah ketidaktahuan atau kurang
pengetahuan tentang alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi penting bagi pasangan usia subur
dan pasangan baru menikah karena dapat menentukan jarak untuk merencanakan
kehamilan selanjutnya. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan di
Indonesia oleh Rachmawati (2013) tentang penggunaan alat kontrasepsi pada pasangan
usia subur dan pasangan baru menikah bahwa sebanyak 63,2% kurang pengetahuan
tentang penggunaan KB dan 65,9% tidak menggunakan KB. Berdasarkan data dari
BKKBN (2015) jumlah peserta KB aktif 21,3%, yang menggunakan IUD sebanyak 4,8%,
MOP 0,1%, MOW 3,8%, yang menggunakan implan sebanyak 4,4%, suntik sebanyak
31,2%, pil 13,4%, kondom 1,7%, MAL sebanyak 0.0%, dan tradisional sebanyak 1,6%.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bernadus, Madianung, 3 dan Masi pada
tahun 2013 pada pasangan usia subur 54 orang pengetahuan tentang KB baik.
Pada tahap keluarga dengan pasangan baru mempunyai tugas perkembangan keluarga
yang harus dipenuhi. Tugas perkembangan tersebut adalah membina hubungan intim
yang saling memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan orang
2
lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis dan keluarga
berencana. Selain mempunyai tugas, keluarga juga mempunyai fungsi supaya keluarga
menjadi sejahtera. Fungsi keluarga yang harus dipenuhi meliputi fungsi afektif,
sosialisasi, perawatan kesehatan, ekonomi, biologis, psikologis dan fungsi pendidikan.
Maka dari hal tersebut peran perawat sangat berarti untuk meningkatkan derajat
kesehatan keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga pasangan baru menikah.
Sebagai tenaga kesehatan kita harus dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
keluarga baru menikah dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk
membantu mereka mengenali tugas dan perkembangan pada keluarga tahap tersebut.
Asuhan keperawatan juga membantu memandirikan pasangan baru menikah dalam
pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan yang mereka alami.
Menjadi orang tua yang masih remaja koping dengan tugas perkembangan orang tua
sering kali diperburuk oleh kebutuhan dan tugas perkembangan remaja yang belum
dipenuhi. Tugas perkembangan orang tua terdiri dari, menyatukan gambaran anak yang
dibayangkan dengan anak sesungguhnya, menjadi terampil dalam aktivitas merawat bayi,
menyadari kebutuhan bayi, menyatukan bayi kedalam keluarga. Remaja dapat mengalami
kesulitan dalam menerima perubahan citra diri dan menyesuaikan peran – peran baru
yang berhubungan dengan tanggung jawab merawat bayi (Bobak, 2004). Masa menjadi
orang tua baru menjadi sorotan untuk dijadikan bahan pembicaran, Psikologi sendiri
memandang periode ini sebagai periode yang penuh gejolak dengan menamakan period
of storm and stress . Mulai dari segi medis terkait dengan kesiapan untuk melakukan
proses reproduksi dimana organ reproduksi diusia muda, segi ekonomi kesanggupan
untuk membiayai rumah tangga yang akan dijalani, dan segi psikologis kesiapan psikis
menjadi orang tua.
Berdasarkan hal tersebut banyak tugas perkembangan dan masalah yang seringkali
muncul dan harus dihadapi baik keluarga baru menikah maupun bagi keluarga dengan
childbearing. Oleh karena itu, penulis akan melakukan pengkajian dan menyusun asuhan
keperawatan pada keluarga baru menikah dan keluarga dengan child bearing.
3
5. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan childbearing ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan keluarga pada tugas
perkembangan keluarga tahap pertama keluarga baru menikah dan tahap kedua
keluarga dengan childbearing.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami konsep keluarga
2. Memahami konsep keluarga baru menikah
3. Memahami konsep keluarga dengan childbearing
4. Memahami asuhan keperawatan keluarga baru menikah
5. Memahami asuhan keperawatan keluarga dengan childbearing
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga ,Duvall
dan Logan (2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 2008).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
5
2.2.2. Tugas perkembangan keluarga
1. Membina hubungan dan kepuasan bersama
Kepuasan pernikahan merupakan kondisi mental yang mencerminkan
apa yang dirasakan akan bermanfaat. Kepuasan pernikahan meliputi
ekspresi afeksi yang terbuka satu sama lain, terjalinnya rasa saling percaya,
tidak ada dominasi antara satu terhadap lainnya, komunikai yang bebas dan
terbuka antar psangan, kesesuaian kehidupan seksual, melakukan kegiatan
bersama dalam hal aktivitas di luar rumah, tempat tinggal relatif stabil, dan
penghasilan memadahi (Duvall dan Miller, 1985)
2. Menetapkan tujuan bersama
Setiap pasangan suami istri pastinya memiliki harapan untuk
keluarganya di masa depan. Tujuan bersama ditentukan untuk memberikan
arah kehidupan yang ingin dicapai oleh pasangan. Usaha untuk mencapai
tujuan tersebut dilakukan oleh anggota keluarga sesuai dengan peran
masing-masing.
3. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan
mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar
lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya.
4. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua
6
ada empat asumsi tradisional mengenai tanggung jawab suami-istri: suami adalah
kepala rumah tangga, suami bertanggung jawab mendukung keluarga, istri
bertanggung jawab untuk pekerjaan rumah tangga, dan istri bertanggung jawab
untuk mengurus anak. Namun, asumsi tradisional ini tidak selalu digambarkan
dalam realitas pernikahan.
Pasangan awal memulai dengan sejumlah tugas untuk suami-istri agar
pernikahannya terbangun dan sukses. Tugas untuk penyesuaian yang terutama
termasuk:
a. Menetapkan peranan suami-istri dalam pernikahan dan keluarga
b. Menyediakan dukungan emosional bagi pasangan
c. Menyesuaikan kebiasaan pribadi
d. Negosiasi peran gender
e. Menetapkan prioritas keluarga dan pekerjaan
f. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
g. Mengelolah anggaran belanja dan finansial
h. Menetapkan hubungan dengan sanak-saudara
i. Berpartisipasi dalam komunitas besar
Whitebourne dan Ebmeyer (dalam Strong, DeVault, & Cohen, 2008)
memaparkan bahwa pernikahan memiliki bentuk yang berbeda dalam membagi,
menyelesaikan, dan memisahkan tugas. Oleh karena itu pasangan dalam
pernikahan akan merasakan kesulitan lebih dari yang mereka pikirkan
sebelumnya. Namun, ketika tugas-tugas ini dikerjakan dengan cinta dan
kebersamaan, maka akan mengembangkan, memperkaya dan makin mengikat
pernikahan tersebut. Dalam melakukan tugas tersebut, pasangan suami-istri
memulainya dengan perundingan akan identitas yang akan dibawa dalam
kehidupan rumah tangga.
Menurut Blumstein (dalam Strong, DeVault, & Cohen, 2008) perundingan
tentang identitas adalah proses interaksi untuk penyesuaian peran. Cara
melakukan perundingan identitas dibagi menjadi tiga tahap (Strong, DeVault, &
Cohen, 2008), yaitu: masing-masing pasangan mengidentifikasi peranan yang
dilakukannya, masing-masing pasangan harus memperlakukan yang lain sesuai
dengan peranannya, dan pasangan harus saling membicarakan untuk perubahan
peranan.
7
2) Keadaan dan tekanan sosial.
Bradbury dan Karney (dalam Strong, DeVault, & Cohen, 2008)
menyatakan bahwa kesuksesan pernikahan secara garis besar dipengaruhi oleh
hal-hal yang dari luar dan yang ada di sekeliling pasangan menikah tersebut.
Keadaan-keadaan yang berpengaruh seperti pekerjaan, pengasuhan, kesehatan,
teman, keuangan, sanak saudara, dan pengalaman pekerjaan dapat mempengaruhi
kualitas hubungan pernikahan. Oleh karena itu, meningkatkan kualitas pernikahan
membutuhkan juga untuk memperbaiki dan mengurus keadaan yang ada.
3) Perubahan Individu.
Strong, DeVault, & Cohen (2008) memaparkan bahwa dalam usai 30an
maka situasi dalam pernikahan akan berubah. Anak sudah mulai sekolah sehingga
orang tua bisa sedikit lebih fokus pada karirnya. Wanita biasanya kembali bekerja
dan mendapatkan kembali kekuasaannya dalam pernikahan. Laki-laki sudah
mendapatkan posisi yang mapan dalam pekerjaannya. Mungkin pengalamannya
tentang pekerjaan yang terdahulu terkadang membuatnya tertekan, namun
kekecewaan tersebut dapat diatasi dengan kepuasan dan pemenuhan emosi dari
keluarga.
Seperti yang dijelaskan pada pasangan muda dengan usai 20-40 tahun yang
umumnya berada pada tahapan awal pernikahan, maka banyak hal yang tidak
diduga akan terjadi sebelumnya oleh pasangan. Pembagian tugas dan tanggung
jawab, identitas, perubahan dan tekanan sosial, dan perubahan individu membuat
banyak perubahan kehidupan awal pernikahan (Strong, DeVault, & Cohen,
2008). Hal utama yang mempengaruhi hubungan pernikahan dan juga merupakan
hasil dari faktor-faktor tersebut adalah tuntutan bagi wanita untuk bekerja.
1. Kepuasan pada tahap awal pernikahan.
Tahap permulaan.
Di awal pernikahan kebanyakan pasangan mengalami kejutan karena
menurut Sarnoff dan Sarnoff (dalam Williams, Sawyer, & Wahlstrom, 2006)
mereka tidak lagi bertanggungjawab atas hidupnya sendiri namun harus saling
terkait, bertanggungjawab, dan mengidentifikasikan diri dengan yang lain.
Namun menurut Glenn; Vaillant dan Vaillant; Benin (dalam Williams, Sawyer, &
Wahlstrom, 2006) bahwa pasangan ini masih merasakan kepuasan yang sangat
8
tinggi. Menurut Williams, Sawyer, dan Wahlstrom (2006) ada perubahan yang
terjadi 2-3 tahun sebelum kehadiran seorang anak:
a. Perundingan identitas mengartikan bahwa dalam pernikahan pasangan
diharuskan menyesuaikan harapan yang ideal diantara satu dengan yang
lain. (Blumstein dalam Williams, Sawyer, & Wahlstrom, 2006)
b. Hilangnya kemandirian bahwa terkadang membuat pasangan menjadi
sangat frustasi karena tanggung jawab dan kekangan yang ada dalam
pernikahan. Namun, meskipun keseluruhannya tidak setara, pasangan muda
selalu menganggap kehidupan pernikahannya memiliki persamaan
(Knudson Martin & Mahoney dalam Williams, Sawyer, & Wahlstrom,
2006)
c. Teman dan keluarga baru merupakan hal yang ditemukan ketika
memutuskan untuk menikah karena kita juga diharuskan mengenal keluarga
dan teman pasangan kita. Hal ini bisa menjadi beban karena seorang istri
tidak lagi bisa bertemu dengan sahabat-sahabatnya lagi, tetapi harus hadir
dalam upacara dan bersama dengan sanak keluarga.
d. Karir dan peranan ibu rumah tangga salah salah satu penyebab konflik
dalam kehidupan pertama pernikahan pasangan, karena harapan dari
masing-masing individu atas perananya. Secara tradisional suami bekerja
dan istri mengurus rumah tangga, Namun sekarang banyak istri yang
bekerja (Fustenberg dalam Williams, Sawyer, & Wahlstrom, 2006).
Beberapa penelitian menemukan bahwa kepuasan pernikahan akan
berkurang dari waktu ke waktu. Melalui penelitian yang panjang pada pasangan
yang baru menikah, Lawrence Kurdek (dalam Olson & DeFrain, 2006)
menemukan bahwa diawal 4 tahun pertama, suami dan istri mengalami
penurunan kepuasan dalam angka yang mirip. Kepuasan pernikahan ini turun
terutama karena deperesi yang dialami terutama oleh wanita akibat pembagian
peran yang tidak seimbang.
9
sebagai hubungan suami dan isteri dengan harapan bahwa mereka akan menerima
tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami dan isteri. Penyesuaian
perkawinan ini juga dianggap sebagai persoalan utama dalam hubungan sebagai
suami dan isteri, penyesuaian pernikahan merupakan adaptasi yang dilakukan
pasangan menikah. Spanier (1976) mengatakan penyesuaian hubungan suami-
isteri itu merupakan suatu proses yang harus melalui berbagai tahap seperti
komunikasi yang efektif, proses menangani konflik-konflik yang terjadi dan
kepuasan dalam berbagai hubungan sesama pasangan. Pada penelitian terdahulu
Spanier (1976) menggunakan pengukuran DAS terhadap 281 responden dan 32
item yang dikelompokkan menjadi empat instrumen hubungan antara suami-
isteri, hasil pengujian oleh Spanier (1976), dibentuk komponen-komponen yang
tercantum dalam DAS, yaitu dyadic consensus, dyadic cohession, dyadic
satisfaction, dan affectional expression yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Dyadic consensus atau kesepakatan hubungan adalah kesepahaman diantara
pasangan dalam berbagai masalah dalam perkawinan, seperti masalah
keuangan, rekreasi, dan keagamaan. Dalam hubungan perkawinan,
pasangan akan menemukan beragam permasalahan yang harus diselesaikan.
Seperti mengatur anggaran belanja, serta cara membagi peran dalam rumah
tangga. Perbedaan pandangan pada pasangan dipicu karena pasangan
memiliki ciri-ciri pribadi yang berbeda, yang akan berbeda pula dalam
menghadapi konflik-konflik di kehidupan perkawinan (Duvall & Miller,
1985).
b. Dyadic cohession atau kedekatan hubungan adalah kebersamaan yang
menunjukkan seberapa banyak pasangan melakukan berbagai kegiatan
bersama dan menikmati kebersamaaan yang ada. Banyaknya waktu yang
dihabiskan bersama akan mempengaruhi kepuasan individu terhadap
perkawinan (Duvall dan Miller, 1985).
c. Dyadic satisfaction atau kepuasan hubungan adalah sederajat kepuasan
dalam hubungan. Peran yang dijalankan masing-masing individu dalam
kehidupan perkawinan akan berpengaruh dalam kepuasan hubungan
perkawinan. Menunjukkan seberapa sering suami-isteri berdiskusi tentang
hubungan pernikahan tersebut dengan bahasan mengenai perceraian
(Houran & Lange, 2004)
10
d. Affectional expression atau ekspresi afeksi adalah kesepahaman dalam
menyatakan perasaan dan hubungan seks maupun masalah yang ada. Dalam
dimensi ini menjelaskan bahwa bagaimana cara pasangan suami-isteri
menujukkan perasaan kasih sayangnya antara satu dengan lainnya (Duvall
& Miller, 1985).
Dari keempat dimensi diatas dalam alat ukur DAS oleh Spanier (1976)
menekankan kepada pendekatan psikologi dan latar belakang kehidupan sosial
pasangan itu sendiri. Dimensi-dimensi di atas dapat mengukur penyesuaian
pernikahan pada pasangan suami-isteri yang dijodohkan dan yang tidak
dijodohkan. Terlepas dari empat dimensi Spanier (1976) terdapat juga faktor-
faktor dalam penyesuaian pernikahan menurut Hurlock (1991) yang dibagi
menjadi empat, antara lain :
a. Penyesuaian terhadap pasangan, masalah penyesuaian yang paling pokok
dihadapi oleh pasangan baru menikah adalah terhadap penyesuaian
terhadap masing-masing. Hubungan interpersonal di antara dua orang yang
menikah adalah hubungan interpersonal yang sangat berbeda dengan jenis
hubungan interpersonal lainnya. Hubungan interpersonal antara pasangan
yang menikah bersifat mendalam. Untuk mendukung hubungan suami-isteri
harus belajar menyesuaikan diri terhadap seluruh hal yang dimiliki oleh
pasangannya. Ada dua hal yang dapat mendukung suksesnya proses
penyesuaian dalam pernikahan, yaitu:
Kemampuan dan kemauan pasangan untuk berhubungan dengan
mesraan
Kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi, dalam poin ini
bertujuan untuk pasangan dapat saling mengerti kemauan masing-
masing pasangannya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
pernikahan.
b. Penyesuaian seksual, dalam penyesuaian hal ini adalah yang paling sulit
dalam pernikahan. Dikatakan sulit karena akan membawa masalah,
permasalahan akan timbul ketika masing-masing pasangan tidak memliki
pengalaman seksual.
c. Penyesuaian keuangan, dalam pernikahan biasanya pasangan
menggabungkan pendapatannya untuk membiayai kehidupan rumah tangga
11
mereka. Timbul permasalahan jika suami sebagai perannya mencari nafkah
sementara isteri mengurus urusan rumah tangga.
d. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan, dengan pernikahan berarti
individu mendapat keluarga tambahan atas dasar bonus dalam pernikahan
itu, yaitu keluarga pasangannya tersebut. Di dalam keluarga tersebut
memilki usia yang berbeda, mulai dari bayi sampai manula, dan dengan
keinginan serta nilai yang berbeda, latar belakang pendidikan, latar
belakang sosial dengan individu. Masing-masing individu harus belajar
menyesuaikan diri dengan keluarga pasangannya karena ketidaksesuaian
dengan keluarga pasangan akan menimbulkan masalah.
Dalam penjabaran dimensi penyesuaian pernikahan dalam DAS dan faktor-
faktor tentang penyesuaian pernikahan terdapat kesimpulan yaitu, penyesuaian
pernikahan akan didapati ketika suami-isteri saling mengerti dalam hal apapun,
terbuka mengekspresikan sesuatu hal, dan mau menghabiskan waktu bersama.
Dalam latar belakang peneliti menyinggung tentang perjodohan, perjodohan
memiliki beberapa metode atau cara perjodohan.
2) Penggunaan KB
Pasangan baru menikah terkadang belum memiliki pengetahuan yang baik
dan benar dalam memilih metoda kontrasepsi yang tepat. Banyaknya jenis
kontrasepsi yang dapat digunakan harus sesuai dengan kondisi, kecendrungan,
sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebut.
3) Gangguan sistem reproduksi
Gangguan pada sistem reproduksi merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas pernikahan pada pasangan baru. Karena pada tahap ini
merupakan tahap intim bagi pasangan baru menikah. Gangguan mungkin dialami
sebelum atau sesudah menikah diantaranya infeksi menular seksual (IMS), kanker
serviks, kanker prostast, kemandulan, impotensi.
4) Persiapan peran menjadi orang tua
Tentu semua pasangan suami istri ingin memiliki anak. Namun, tidak
semua pasangan suami dan istri siap untuk memiliki anak. Salah satu hal yang
umumnya dilupakan ketika pasangan baru menikah ingin memiliki anak adalah
persiapan menjadi orang tua. Persiapan ini bisa dilihat dari sisi suami maupun
istri. Tentunya bagi pasangan yang ini memiliki anak harus sehat dan siap secara
12
biologis, psikolosis, sosial, dan spiritualnya. Sebab menjadi orang tua adalah
pekerjaan seumur hidup.
13
sepanjang waktu. Siklus perkembangan keluarga sebagai komponen kunci dalam
setiap kerangka kerja yang memandang keluarga sebagai suatu system.
Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa tahap atau kurun waktu tertentu.
Setiap tahap keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses. Kerangka perkembangan keluarga
menurut Evelyn Duvall, 1986, memberikan pedoman untuk memeriksa dan
menganalisa perubahan dan perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam
keluarga selama siklus kehidupan mereka.
14
hal tugas perkembangan keluarga pada fase childbearing yaitu: (Duval, dalam buku
Santun Setiawati : 19 dan dalam buku Mubarak, dkk : 87-88).
1. Persiapan menjadi orang tua dan merawat bayi
Persiapan menjadi orang tua dan merawat bayi tentu menjadi hal yang utama
dalam tugas perkembangan keluarga childbearing. Orang tua harus paham dan
mengerti hal apa saja yang nanti akan dilakukan ketika sudah menjadi orang tua
dan merawat bayi mereka ketika sudah lahir seperti mengganti popok,
memandikan bayi, cara memberi ASI yang tepat.
2. Membagi peran dan tanggung jawab
Membagi peran dan tanggung jawab dalam rumah tangga merupakan hal yang
sangat diperlukan. Peran dan tanggung jawab yang dimaksudkan adalah saling
membantu dalam mengurus rumah tangga, tidak hanya dalam hal mengurus
anak tetapi juga dalam hal mengurus rumah, keuangan dan kegiatan lainnya.
3. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan
Suasana rumah yang nyaman tentu membuat anak akan senang dan lebih ceria.
Orang tua sebaiknya menata ruang bermain untuk anak agar anak bisa leluasa
dan aman ketika bermain didalam rumah.
4. Mempersiapkan biaya atau dana childbearing
5. Memfasilitasi role learning anggota kleuarga
6. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
8. Beradaptasi pada pola hubunga seksual
9. Mensosialisasikan anak dengan lingkungan keluarga besar masing-masing
pasangan.
Sedangkan menurut Carter dan Mc. Goldrik, 1988, Duval dan Miller, 1985,
(Dalam buku “ilmu keperawatan komunitas”, hal: 87-88) tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:
15
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-
peran orang tua, kakek, dan nenek.
2.3.3 Fungsi Perawat dalam Tahap Perkembangan Keluarga dengan Childbearing.
Sebagi kekhususan perawatan keluarga memiliki peran yang cukup banyak
dalm memberikan asuhan keperawatan keluarga.
Fungsi perawat dalam tahap ini adalah melakukan perawatn dan konsultasi
antara lain (Mubarak, dkk : 88) :
1. Bagaimana cara menentukan gizi yang baik untuk ibu hamil dan bayi,
2. Mengenali gangguan kesehatan bayi secara dini dan mengatasinya,
3. Imunisasi yang dibutuhkan anak,
4. Timbang anak yang baik,
5. Interaksi keluarga,
6. Keluarga berencana, serta
7. Pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang bekerja.
16
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus 1
Hari Selasa 25 Februari 2020, telah dilakukan wawancara terkait topik
“Keluarga Baru Menikah”. Keluarga yang dipilih untuk melakukan pengkajian yaitu
keluarga dari Richa Rozaliana Putri yang baru saja menikah selama 1 bula.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data-data sebagai berikut.
Keluarga Richa merupakan tipe keluarga inti, Richa tinggal berdua dengan
suaminya yang bernama Anggun. Anggun, suami dari Richa saat ini bekerja sebagai
Wiraswasta dan Richa masih berstatus mahasiswa di Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga. Saat ini keluarga Richa tinggal di Tegal Sari Surabaya, rumah
yang ditempati merupakan rumah sewa dan bangunannya permanen, memiliki
ventilasi yang bagus yaitu jendela yang dibuka setiap hari agar pencahayaan dan
pertukaran udara dalam dan luar lancar. Kebutuhan air bersih terpenuhi dengan
adanya sumur dan PDAM. Penggunaan toilet menggunakan leher angsa, dan
kebersihan rumah terjaga dengan memiliki tempat sampah yang tertutup.
Hasil wawancara yang telah dilakukan Richa mengeluhkan akan kekhawatiran
terkait kesiapan dalam memiliki anak pertama, Richa mengemukakan bahwa masih
17
takut dan belum siap untuk melahirkan dan merawat anak, sehingga hal ini cukup
mengganggu pikiran Richa. Hal tersebut dikarenakan Richa melihat teman sekitar
yang sudah mempunyai anak dalam kondisi belum mempersiapkan dengan matang.
Salain hal tersebut Richa juga tidak memahami alat kontrasepsi yang baik dan aman
digunakan. Segi kesehatan Richa dan Suami tidak mengeluhkan penyakit apapun saat
ini, dan tidak memiliki riwayat penyakit yang berbahaya, menular, ataupun
degeneratif.
No Data Masalah
1. DS : Defisien Pengetahuan (00126) mengenai
- Ny. R mengatakan tidak alat kontrasepsi
memahami alat kontrasepsi
- Ny. R mengatakan bingung akan
memakai kontrasepsi yang aman
untuk digunakan
DO :
- Saat ini Ny.R tidak menggunakan
alat kontrasepsi
- Ny.R masih terlihat bingung
untuk menggunakan KB yang
aman untuk digunakan
2. DS : Konflik Pengambilan Keputusan
- Ny. R mengatakan khawatir dan (00083)
belum siap memiliki anak
- Ny. R mengatakan takut dan
belum siap untuk melahirkan
18
- Ny. R mengatakan belum siap
untuk merawat jika memiliki anak
terlalu dini
DO :
- Ny. R terlihat stress ketika ingin
mengambil keputusan
- Ny. R terlihat bimbang dengan
pilihannya
- Ny. R merasa pilihannya tidaklah
pasti
Skoring
19
a. Masalah berat 2 1 2/2 x 1 = 1 Masalah
harus segera di berat harus
tangani segera di
b. Ada masalah
1 tangani
tetapi tidak perlu
segera di tangani
c. Masalah tidak
0
dirasakan
JUMLAH 3,2
20
f. Masalah tidak
dirasakan
JUMLAH 0 2,9
Intervensi Keperawatan
21
- Diskusika
n metode –
metode
kontraseps
i
- Instruksika
n aktivitas
seks yang
aman
22
3. Keluarga Setelah dilakukan Pendidikan
mampu intervensi keperawatan kesehatan (5510)
merawat. selama 1x30 menit, a. Bantu
keluarga diharapkan : individu,
Deteksi risiko (1908) dan
a. Keluarga dapat keluarga
mengenali tanda untuk
dan gejala yang memperjela
mengindikasika s
n risiko keyakinan
penggunaan tentang
kontrasepsi yang pentingnya
telah dipilih penggunaa
n dan
pemilihan
yang tepat
tentang KB
b. Gunakan
leaflet,
video, dll
untuk
membantu
mempermu
dah
menyampai
kan
informasi
4. Keluarga Setelah dilakukan Konseling (5240)
mampu intervensi keperawatan a. Sediakan
memanfaatka selama 1x30 menit, informasi
n fasilitas keluarga diharapkan : tentang KB
kesehatan Perilaku pencarian b. Gunakan
kesehatan (1603) alat
a. Keluarga pengkajian
23
mencari bantuan (misal
untuk kertas,
berkonsultasi wawancara
dengan tenaga dll untuk
kesehatan mengukur
mengenai seberapa
penggunaan KB paham
yang akan keluarga
digunakan tentang KB
24
dari setiap
pilihan
untuk
membuat
keputusan
c. Bantu
pasien
menjelaska
n
keputusan
pada orang
lain, sesuai
kebutuhan
2. Keluarga Setelah dilakukan Konseling (5240)
mampu intervensi keperawatan a. Dukung
memanfa selama 1x30 menit, perasaan
atkan keluarga diharapkan : yang
fasilitas Motivasi (120) dirasakan
kesehatan a. Memperoleh oleh klien
sumber yang b. Bantu klien
diperlukan untuk
b. Memperoleh mengidenti
dukungan yang fikasi
diperlukan masalah
atau situasi
yang
menyebabk
an distress
c. Tunjukkan
aspek
pengalama
n dari
orang lain
yang
25
mendukung
rasa
percaya
dengan
cara yang
tepat
3.2 Kasus 2
26
ini, dan tidak memiliki riwayat penyakit yang berbahaya, menular, ataupun
degeneratif.
DS :
Defisit pengetahuan
- Klien
mengatakan
belum terlalu
memahami
tentang alat
kontrasepsi
- Klien
mengatakan
masih takut salah
untuk
menentukan
pilihan
- Klien
mengatakan
bahwa ia
beberapa kali
mendapatkan
saran dari teman
27
– teman nya tapi
yang dikatakan
berbeda – beda
DO : Keluarga childbearing baru
- Klien tampak
bingung saat Kurangnya pengalaman dan
ditanyai tentang pengetahuan
pemberian ASI
pada anaknya Produksi ASI sedikit
- Klien terlihat
cemas karena Menyusui tidak efektif
tidak dapat
memberikan ASI
eksklusif pada
anaknya
DS :
- Klien
mengatakan
Menyusui tidak efektif
bayinya tidak
menghisap
putingnya terus –
menerus
- Klien
mengatakan
ketidakcukupan
pengosongan
setiap payudara
setelah menyusui
- Klien
mengatakan
produksi ASI nya
sedikit
28
Skoring dan Prioritas Masalah
Dx 1 : Defisit pengetahuan
29
Potensi masalah dapat dicegah 2x1
a. Tinggi 3
3. 1 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1 = 2/3
Menonjolnya masalah
a. Masalah berat, harus segera ditangani 2
1x1
4. 1 2
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1
= 1/2
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Jumlah 2 5/6 (2,83)
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
No Dx SLKI SIKI
1. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi penggunaan alat
tentang alat kontrasepsi keperawatan selama 3 x 24 jam kontrasepsi (I.12411)
(D.0111) diharapkan keadaan klien Observasi :
membaik dengan kriteria hasil : - Identifikasi
Tingkat pengetahuan pengetahuan, keadaan
(L.12111) umum, penggunaan
- Perilaku sesuai anjuran alat kontrasepsi
meningkat sebelumnya, riwayat
- kemampuan obstetri dan
menjelaskan ginekologi ibu
pengetahuan tentang Teraupetik :
suatu topik meningkat - Sediakan materi dan
- persepsi yang keliru media pendidikan
terhadap masalah kesehatan
menurun - Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
Tingkat kepatuhan (L.12110)
kesepakatan
- Verbalisasi kemauan
- Berikan kesempatan
30
mematuhi program untuk bertanya
perawatan atau Edukasi :
pengobatan meningkat - Jelaskan pada ibu dan
- Perilaku menjalankan pasangan tentang
anjuran meningkat tujuan, manfaat, dan
efek samping
penggunaan alat
kontrasepsi
- Jelaskan pada ibu dan
pasangan tentang jenis
–jenis alat kontrasepsi
- Jelaskan pada ibu dan
pasangan tentang
faktor risiko jika
terlau sering atau
terlau dekat jarak
persalinan
- Jelaskan pada ibu dan
pasangan tentang usia
produktif dan aman
untuk melahirkan dan
jarak ideal melahirkan
- Anjurkan pada ibu
dan pasangan
memantau keluhan
yang timbul selama
menggunakan alat
kontrasepsi
Edukasi keluarga
berencana (I.12381)
Observasi :
- Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
31
menerima informasi
- Identifikasi
pengetahuan tentang
alat kontrasepsi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
- Fasilitasi ibu dan
pasangan dalam
mengambil keputusan
menggunakan alat
kontrasepsi
- Diskusikan
pertimbangan agama,
budaya,
perkembangan, sosial
ekonomi terhadap
pemilihan alat
kontrasepsi
Edukasi :
- Jelaskan tentang
sistem reproduksi
- Jelaskan metode –
metode alat
kontrasepsi
- Jelaskan aktivitas
seksualitas setelah
mengikuti program
32
KB
Konseling (I.10334)
Observasi :
- Identifikasi perilau
keluarga yang
mempengaruhi pasien
Terapeutik :
- Bina hubungan
terapeutik berdasarkan
rasa percaya dan
penghargaan
- Tetapkan tujuan dan
lama hubungan
konseling
- Berikan privasi dan
pertahankan
kerahasiaan
- Fasilitasi untuk
mengidentifikasi
masalah
Edukasi :
- Anjurkan membuat
daftar alternatif
penyelesaian masalah
33
- Kepercayaan diri ibu Teraupetik :
meningkat - Gunakan teknik
mendengar aktif
Status nutrisi bayi (L.03031)
- Berikan pujian
- Berat badan meningkat
terhadap perilaku ibu
- Pola makan membaik
yang benar
-
Edukasi :
- Ajarkan teknik
menyusui yang tepat
sesuai kebutuhan ibu
37
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat dua orang / lebih, memiliki
ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi,
punya peran masing-masing dan mempertahankan suatu budaya.
Ciri-ciri keluarga, antara lain sebagai berikut : Diikat tali perkawinan, ada
hubungan darah, ada ikatan batin, tanggung jawab masing–masing, ada pengambil
keputusan, kerjasama diantara anggota keluarg, interaksi, dan tinggal dalam suatu
rumah.
Tugas perkembangan kelaurga pada tahap keluarga pemula yaitu: membangun
perkawinan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, membina
hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok social, serta merencanakan
penambahan anggota baru (mempersiapkan menjadi orangtua), mendiskusikan
rencana punya anak.
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (3,2 tahun)
merupakan tahap perkembangan keluarga childbearing. Kehamilan dan kelahiran bayi
pertama dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan
yang penting. Kelahiran bayi pertama memberikan perubahan yang besar bagi
keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan peranya untuk memenuhi
kebutuhan bayi.
.
1.2 Saran
Sebaiknya sebagai seorang perawat/calon perawat harus selalu memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasangan keluarga pemula dan kepada keluarga dengan
tahap childbearing, agar bias menjalin hubungan keluarga yang harmonis ke depanya
nanti.
38
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A, Perry, A.G., (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC
Potter, P.A, Perry, A.G., (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih,dkk.Jakarta:EGC
Notoatmodjo, S., (2005), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
39