Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AGAMA ISLAM 2

KEPRIBADIAN PERAWAT SEBAGAI PROFESI: PELAYANAN


SEBAGAI BENTUK IBADAH

Oleh Kelompok 7:
Yenni Nistyasari (131611133035) Faizatul Ummah (131611133097)
Annisa Fiqih Ilmafiani (131611133045) Nabiela Audina (131611133102)
Septin Srimentari L.D. (131611133046) Adji Yudho P (131611133133)
Neisya Nabila Pawestri (131611133058) Timotius Dwi K (131611133134)
Ema Yuliani (131611133077) Mitha Mulia V (131611133135)

Dosen Pembimbing:
Dr. Abu Bakar, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Sp.KMB.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur hadirat Allah SWT. atas limpahan karunia, rahmat, dan
hidayah-Nya makalah yang berjudul “Kepribadian Perawat Sebagai Profesi:
Pelayanan Sebagai Bentuk Ibadah” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak
lupa disampaikan terima kasih atas bantuan Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Agama Islam 2 Bapak Dr. Abu Bakar, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Sp.KMB. yang telah
memberikan bimbingan dengan baik secara materi ataupun lisan.

Harapan untuk kedepannya, semoga makalah ini dapat memberikan


kontribusi, pengalaman, dan ilmu yang lebih bagi pembaca tentang “Kepribadian
Perawat Sebagai Profesi: Pelayanan Sebagai Bentuk Ibadah”.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini.


Kritik dan saran yang membangun dari pembaca diharapkan mampu
mengevaluasi lebih lanjut demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat
meningkatkan usaha dalam mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Kepribadian Perawat Sebagai Profesi.......................................................3
2.1.1 Ciri-Ciri Pribadi Perawat Muslim.......................................................3
2.2 Pandangan Islam Terhadap Pekerjaan.......................................................4
2.2.1 Kepentingan Ibadah Untuk Meraih Mardlatilah..................................5
2.2.2 Memenuhi Kebutuhan Hidup..............................................................5
2.2.3 Memenuhi Kebutuhan Keluarga..........................................................6
2.2.4 Memenuhi Kebutuhan Amal Sosial.....................................................6
2.2.5 Membangun Kemandirian...................................................................6
2.3 Pandangan Islam Terhadap Profesi Keperawatan.....................................7
2.3.1 Aspek Teologis....................................................................................8
2.3.2 Aspek Fungsi Kemanusiaan yaitu Khilafah dan Ibadah.....................8
2.3.3 Aspek Akhlak yaitu Ihsan...................................................................8
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................9
3.1 Pelayanan Sebagai bentuk Ibadah.............................................................9
3.2 Aplikasi Pelayanan Sebagai Ibadah pada Perawat....................................11
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................14
4.1 Kesimpulan................................................................................................14
4.2 Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional, yang berarti
melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok, yang disebut profesi, artinya pekerjaan
tersebut bukan pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Perkerjaan menurut
Islam di dasarkan pada prilaku individu-individu yang secara nyata terjadi di setiap
unit ekonomi. Karena tidak adanya batas syariah yang digunakan, maka prilaku dari
setiap inividu dalam unit ekonomi tersebut akan bertindak dan berprilaku sesuai
dengan norma dan persepsi masing masing.
Berdasarkan rekapitulasi BPPSDMK per Desember 2016 dari total 296.876
pekerja perawat Indonesia, jumal perawat terbanyak di Provinsi Jawa Tengah
35.773 orang, Jawa Barat 33.527 orang, dan Jawa Timur 33. 377 oranf tenaga
perawat yang terkumpul dari berbagai fasislitas pelayanan kesehatan diantaranya
Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta.
Agama Islam yang berdasarkan al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai tuntunan
dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur segi
ibadah saja melainkan juga mengatur masalah umat dalam hal yang berkenaan
dengan kerja atau ekonomi. Seperti contohnya sabda Rasulullah SAW yang
berbunyi: bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan
beribadahlah untuk akhiratmu seakanakan kamu mati besok, tangan di atas lebih
baik daripada tangan di bawah, memikul kayu lebih mulia daripada mengemis,
mukmin yang kuat lebih baik daripada mukmlim yang lemah, Allah SWT menyukai
mukmin yang kuat bekerja. Akan tetapi di dalam kenyataannya kebanyakan kita
muslimin bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-
ungkapan hadits di atas tadi.
Di zaman modern ini, kita jarang menemukan bagaimana prilaku seorang
pekerja itu dikaji secara etika, baik dalam memasukan unsur pelarangan pekerjaan
yang haram dan kewajiban untuk mencari perkerjaan yang halal dalam setiap
pengambilan keputusan seseorang dalam mencari pekerjaan atau bisnisnya. Karena
pelarangan berkerja yang dilarang dan kewajiban berkerja dengan pilihan yang halal

1
keduanya adalah sebuah bentuk tatanan atau ketentuan dari Allah SWT yang tidak
semua orang mau menurutinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang akan dibahas adalah Bagaimana
islam memandang sebuah pekerjaan sebagai bentuk Ibadah? “Kepribadian
perawat sebagai profesi: Pelayanan sebagai bentuk ibadah”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Konsep Kepribadian perawat sebagai profesi: Pelayanan
sebagai bentuk ibadah

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui kepribadian perawat sebagai profesi;
2. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap pekerjaan;
3. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap profesi keperawatan;

1.4 Manfaat
a. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang Kepribadian perawat sebagai
profesi: Pelayanan sebagai bentuk ibadah
b. Bagi institusi pendidikan
Memberikan informasi kepada institusi tentang Kepribadian perawat sebagai
profesi: Pelayanan sebagai bentuk ibadah
c. Bagi mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan mahasiswa sehingga dapat menerapkan
Kepribadian perawat sebagai profesi: Pelayanan sebagai bentuk ibadah yang
baik.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepribadian Perawat Sebagai Profesi


Nilai professional adalah standart yang digunakan oleh anggota profesi
sebagai panduan untuk pendidikan dan praktik serta mempengaruhi keyakinan dan
sikap (Kaya A, 2017) Pengembangan karir profesional perawat bertujuan untuk
meningkatkan moral kerja dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
Sehingga pasien mendapatkan perawatan yang maksimal. Kepribadian dapat
dipengaruhi dari faktor keluarga, teman, lingkungan sekitar, masalah yang dihadapi,
dan kedekatan kepada Allah SWT.
Nursalam menyatakan salah satu ciri perawat profesional adalah mampu
memiliki sikap dan perilaku menolong dengan rasa kemanusiaan terhadap pasien.
Sikap, perilaku, empati, merupakan elemen dari kepribadian seseorang. Oleh karena
itu seorang perawat yang profesional seharusnya memiliki kepribadian yang baik
(Walukow, 2016). Dermawan (2013) dalam bukunya Pengantar Keperawatan
Profesional menyatakan bahwa perilaku dan sikap perawat harusnya menerapkan
prinsip 6 S yaitu senyum, salam, sapa, sopan, sabar dan syukur.

2.1.1 Ciri-Ciri Pribadi Perawat Muslim


1. Keadaan fisik yang sehat dan berpenampilan bersih, rapi;
2. Berilmu bukan hanya teori tapi profesionalisme
Perawat harus memiliki ilmu sebagai dasar menerapkan proses keperawatan
secara profesionalisme yakni mendahulukan kepentingan pasien tanpa
memandang status sosial pasien dan mau mengorbankan kepentingan dirinya
sendiri demi kesembuhan dan kenyamanan pasien.
3. Mengendalikan diri dan sabar
Sabar merupakan modal dasar untuk memberikan perawatan kesehatan
kepada pasien dengan karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda. Selain
itu perawat yang sabar sudah membantu pasien untuk bertahan dan berjuang
untuk kesembuhannya sendiri.

3
4. Tidak mudah menyerah
Perawat berusaha melakukan tindakan yang terbaik dalam menghadapi
kondisi pasien dan tidak mudah menyerah. Pasien yang membutuhkan
dukungandan motivasi untuk kesembuhan dapat difasilitasi oleh perawat. Dan
mempercayai Allah akan memberikan kesembuhan dan kesehatan.

5. Ramah dan sopan santun


6. Ikhlas,murah hati serta lemah lembut
Perawat harus ikhlas dalam melaksanakan tugas keperawatan tanpa
mengharapkan pamrih dari pasien. Keiklhasan saja tidak cukup karena harus
di barengi dengan kemurahan hati serta kelembutan pada saat merawat pasien
demi tercapainya kepuasaan pasien.

2.2 Pandangan Islam Terhadap Pekerjaan


Dalam konsep ajaran Islam Tuhan menciptakan manusia itu untuk beribadah
kepadaNya, sekaligus untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dalam konteks inilah
bisa dilihat bahwa menurut Islam kerja mempunyai dimensi spiritual yang tinggi.
Bekerja bukan sekadar untuk survive of life tapi juga merefleksikan kekhalifahan
manusia sesuai dengan tujuan Penciptaan. Dengan pandangan ini, maka harkat dasar
semua umat manusia dalam bekerja adalah amanat dan kesadaran Ilahiah,
sebagaimana ditegaskan Allah bahwa salah satu tujuan diciptakan hidup dan mati
adalah untuk melihat siapa yang paling baik pekerjaannya. Dalam ajaran Islam,
bekerja adalah kewajiban yang menduduki tingkat kemuliaan yang cukup tinggi.
Dengan bekerja manusia dapat meningkatkan harkat dan martabatnya di mata
masyarakat (manusia) juga di mata Allah SWT.
Makna bekerja bagi seorang muslim seharusnya adalah suatu upaya yang
sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh asset, pikir, dan zikirnya untuk
mengaktualisasikan atau menampakan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus
menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang
terbaik (khairu ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya
dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
Menurut Islam hendaknya para pekerja dapat meningkatkan tujuan akhirat
dari pekerjaan yang mereka lakukan dalam arti bukan sekedar memperoleh upah dan
4
imbalan karena tujuan utama kerja adalah demi memperoleh keridhaan Allah SWT
sekaligus berkhidmat kepada umat. Etika bekerja yang disertai dengan ketakwaan
ini merupakan tuntunan Islam. Islam membukakan pintu kerja bagi setiap muslim
agar dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, pengalaman,
pilihannya. Islam tidak membatasi sesuai perkerjaan secara khusus kepada
seseorang, kecuali demi kemaslahatan masyarakat.
Selain itu dalam melakukan perkerjaan, apapun profesinya, seorang muslim
hendaknya selalu berharap ridha Allah SWT agar harta yang diraih mengandung
barokah yang bisa digunakan untuk menyempurnakan ibadah. Justru karena itu
bertolak dari kapasitas manusia yang secara kodrati diciptakan sebagai makhluk
yang berketuhanan (religius), makhluk biologis dan makhuk sosial itulah, maka
paling tidak, manusia dalam bekerja harus mempunyai tujuan untuk ibadah dengan
mencari ridha Allah SWT.
Dengan demikian dapat dirumuskan dalam Islam ada beberapa tujuan dari pekerjaan
atau bekerja, yaitu antara lain:

2.2.1 Kepentingan Ibadah Untuk Meraih Mardlatillah


Islam sebagai agama yang haq jelas akan memberi pentunjuk kejalan
yang benar yang akan menuntun manusia meraih kebahagiaan yang hakikat
baik didunia maupun di akhirat. Sebab itu, dalam kaitan dengan aktifitas
bisnis, hendaknya manusia tidak hanya bertujuan untuk mengumpulkan
harta kekayaan, namun untuk litta‟abbudiyah (penghambaan diri) kepada
Allah SWT, Dzat Penguasa alam semesta dan pemberi rezeki.
2.2.2 Memenuhi Kebutuhan Hidup
Manusia adalah makhluk monodualis yang menyatu dua unsur
dalam diri seseorang, yaitu fisik dan posikis. Keduanya membutuhkan
energi yang seimbang dan proposional agar manusia bisa hidup secara
sempurna, baik lahir maupun batin. Ending memenuhi kebutuhan hidup itu,
bagi setiap muslim itu peruntukannya adalah ibdah. Seorang pembisnis
muslim mencari harta, antara lain membeli pakaian. Pakaian tidak hanya
sebagai pelindung dari berbagai gangguan, namun yang tidak kalah
kursialnya adalah menutup aurat sebagai prakondisi untuk menunaikan
shalat. Justru karena itu, dalam Al-Qur’an tepat sekali perintah mencari
5
rezeki (kebahagiaan dunia), yang sebelumnya didahului dengan perintah
mengejar kebahagiaan akhirat
2.2.3 Memenuhi Kebutuhan Keluarga
Sebagai makhuk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain,
sebagai media untuk saling mencintai dan dicintai, saling membantu dan
saling mencurahkan isi hati dan lain sebagainya.dengan wadah keluarga
seseorang akam merasakan aman,tentram, tenang, dan sebagainya. Karena
dia akan terpenuhi segala kebutuhan biologis dan sosialis. Dengan demikian
institusi keluarga merupakan kebutuhan manusia secara iniversal.
Kewajiban dan tanggung jawab tersebut menimbulkan konsekuensi bagi
seorang suami. Antara lain fungsi dan tanggung jawab yang mengharuskan
dia semangat beraktifitas dan rajin bekerja serta bahwa menafkahi keluarga
sebagai wujud ekspresi rasa tanggung jawab tidak hanya akan
membahagiakan mereka, melainkan juga merupakan kebajikan yang akan
memperoleh pahala. Maka seorang suami dalam mencari nafkah harus
dengan cara yang baik dan terpuji sesuai dengan yang telah digariskan
dalam Islam.
2.2.4 Memenuhi Kebutuhan Amal Sosial
Agama Islam sarat dengan ajaran dermawan (philanthropical) yang
menganjurkan agar manusia tdak saja mementingkan dirinya sendiri, namun
juga perlu memperhatikan kepentingan orang lain. Dalam memberikan
manfaat bagi orang lain, antara lain dalam bentuk jassa, seperti pemikiran.
Tetapi hal itu belum cukup karena kebutuhan manusia adalah kompleks
yang berupa berbagai macam kebutuhan fisik.
2.2.5 Membangun Kemandirian
Islam mengatakan perang melawan kemiskinan. Hal ini perlu untuk
melindungi keselamatan akidah dan moral, baik di kalangan keluarga
maupun di masyarakat.karena itu menghendaki agar setiap individu yang
ada di tengah masyarakat hidup secara layak dan mandiri. Agar mencapai
tujuan diatas, dalam masyarakat islam, semua orang di tuntut untuk
berkerja, menyebar di muka bumi, dan manfaatnya rezeki pemberian Allah
SWT.

6
2.3 Pandangan Islam Terhadap Profesi Keperawatan
Islam adalah agama yang berarti selamat, damai, dan penyerahan. Oleh karena
itu, seluruh bangunan ajaran Islam adalah membawa ajaran yang menyelamatkan
kehidupan umat manusia di dunia dan di akhirat. Secara terminologi, Islam adalah
tunduk dan patuh secara sempurna terhadap seluruh ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad SAW. Setiap umat Islam dituntut untuk menjadikan seluruh rangkaian
kehidupannya menjadi ibadah (taqarrub) kepada Allah SWT karena hanya dengan cara
seperti itulah hidup menjadi bermakna (Lubis, 2011). 
Tugas seorang muslim untuk menyebarkan keselamatan bagi setiap makhluk
termasuk manusia tanpa membeda-bedakan seorang pasien berdasar pada agamanya.
Tugas penyebaran untuk berbuat baik adalah merupakan inti dari ajaran dakwah yaitu
mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh perbuatan makruf dan
mencegah perbuatan mungkar, agar mereka memperoleh kehidupan yang beruntung di
dunia dan di akhirat (Lubis, 2011).
Oleh karena itu, profesi keperawatan dalam pandangan Islam memiliki berbagai
aspek. Seorang perawat juga bisa berfusngsi sebagai muballig, da’i, guru dan
sebagainya. Terdapat empat prinsip etika dalam profesi keperawatan dalam sudut
pandang Islam :
1. Penghargaan terhadap kemandirian klien menjadi prinsip etik dalam teori
keperawatan. Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia hendaklah
memperbanyak orang yang memberikan pertolongan bukan orang yang mengharap
pertolongan sesuai dengan sabda Rasul yadu al ‘ulya khairun min yadu al
sufla, artinya tangan di atas yaitu yang memberikan pertolongan lebih baik dari
tangan yang di bawah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Islam
seseorang sebaiknya menjadi pribadi yang mandiri yaitu yang dapat menolong
orang lain karena perbuatan itu pada hakikatnya adalah menolong dirinya sendiri.
2. Tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan teori keperawatan sekalipun
pada akhirnya yang menyembuhkan itu semata-mata Allah SWT. Seluruh perangkat
tenaga medis hanya berfungsi sebagai sebab yang mengantarkan kesembuhan atau
sebaliknya terhadap klien. 
3. Seorang yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen keislaman yang
kuat adalah selalu mempertimbangkan manfaat dari perbuatannya karena Rasul
bersabda yang artinya sebagian dari tanda keindahan Islam seseorang adalah

7
meninggalkan perbuatan yang tidak berguna kepadanya (min husni islam al mar-I
tarku ma la ya’nihi). 
4. Seorang yang berprofesi perawat adalah mereka yang mampu berlaku adil baik
kepada pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga juga memperhatikan
kebutuhan fisik dan psikisnya.
Beberapa prinsip keperawatan dalam Islam yaitu sebagai berikut.

2.3.1 Aspek Teologis


Setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi yaitu
kehendak (masyiah) dan kemampuan (istitha’ah). Adanya kehendak dan
kemampuan maka seorang manusia melakukan upaya yang sungguh-sungguh
tanpa menyisakan kemampuannya dan setelah itu menyerahkan hasilnya
menanti ketentuan Allah. Dalam perspektif yang seperti itulah bertemunya
dua hal yang seing dipandang krusial dalampemahaman akidah yaitu antara
usaha manusia dan takdir Allah. Keduanya adalah merupakan perpaduan
dalam perjalanan hidup manusia yang disebut tawakkal.
2.3.2 Aspek Fungsi Kemanusiaan yaitu Khilafah dan Ibadah
Tugas khilafah adalah mengelola seluruh alam semesta untuk
kepentingan umat manusia. Dan tentunya harus diingat bahwa tugas
pengelolaan yang baik harus dilakukan oleh hamba-hamba Allah yang
memiliki kepatutan untuk itu. Selanjutnya pelaksanaan tugas khilafah yang
benar pastilah akan menghasilkan ibadah yang benar pula dan demikian
sebaliknya. Atas dasar itu, seorang muslim hendaknya menggali seluruh
informasi ilmu pengetahuan tentang alam semesta termasuk tugas perawatan.
2.3.3 Aspek Akhlak yaitu Ihsan
Menyatakan bahwa setiap orang yang beriman hendaklah menyadari
bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah sesuai dengan Hadis Rasul
bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau melihatNya dan andaikata
engkau tidak mampu melihatNya maka yakinlah Ia melihatmu (an ta’bud
Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa innahu yaraka).

8
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pelayanan Sebagai Bentuk Ibadah


Memberikan pelayan terbaik kepada umat manusia adalah pekerjaan
yang sangat mulia dan merupakan pintu kebaikan bagi siapa saja yang mau
melakukannya. Dan sekarang tiba saatnya bagi kita untuk menelaah “sebagian
kecil” ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang mendorong umat manusia untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada sesama. Akan tetapi sebelum berbicara
lebih jauh islam meletakkan batasan yang difirmankan oleh Allah dalam salah
satu ayat yang berbunyi : “…. Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah : 2).

Dalam salah satu haditsnya rasulullah SAW memerintahkan kepada kita


agar berusaha untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama, bahkan
beliau menjadikan “bermanfaat bagi sesama” sebagai parameter baik tidaknya
kualitas iman seseorang. Hal ini beliau sampaikan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan Jabir bin Abdillah:

Khairunnas anfa’uhum linnas, Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling


bermanfaat bagi sesamanya.

Dalam kitab Sohih Muslim sahabat Abu Hurairah RA meriwayatkan sebuah


hadits yang berbunyi : 

“Barang siapa menghilangkan (memberikan solusi) kesukaran seorang


mukmin didunia maka kelak Allah akan menghilangkan kesukarannya
dihari kiamat. Barang siapa yang memberikan kemudahan bagi orang
yang sedang mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan
urusan duniawi dan akhiratnya. Dan barang siapa menutupi (aib)
9
seorang muslim, maka Allah akan menutupi (keburukannya) didunia
dan akhirat, dan Allah akan senantiasa membantu hamba-Nya selama
dia mau membantu saudaranya.”

Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang keutamaan yang didapatkan


seseorang jika dia mau memberikan bantuan dan pelayan kepada sesama demi
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Baik pertolongan dalam bidang materi,
berbagi ilmu, bahu membahu mengerjakan sesuatu, memberikan nasehat dan
masih banyak lagi. Dan yang juga perlu kita tegaskan disini bahwa hadits ini
melarang kita untuk mengumbar “aurat (kejelekan)” orang lain, karena
konsekwensi mengumbar “aurat” orang lain adalah Allah akan membuka “aurat”
kita dihadapan makhluknya.
Hadits berikutnya adalah tentang standar layanan yang “harus” diberikan kepada
sesama. Beliau Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh
sahabat Anas bin Malik RA :

“Tidak sempurna iman seseorang sampai dia mencintai saudaranya


seperti dia mencintai dirinya sendiri”.(HR. Bukhori).

Inti hadits ini adalah “Perlakukan saudara anda seperti anda


memperlakukan diri anda sendiri”. Kita pasti ingin diperlakukan dengan baik,
kita pasti ingin dilayani dengan baik, kita pasti ingin dilayani dengan cepat,
maka aplikasikan keinginan anda tersebut ketika anda melayani orang lain.
Hadits berikutnya adalah tentang pentingnya tersenyum. Senyum menjadi
sambutan yang paling hangat dibandingkan apapun, bahkan tak jarang senyum
menjadikan interaksi lebih akrab. Rasulullah SAW mengajarkan hal ini kepada
kita dalam salah satu hadits yang diriwayatkan sahabat Abu Dzar al-Ghifari :
"Tabassumuka Fii Wajhi Akhiika Shodaqoh, Tersenyum dihadapan
saudaramu adalah sedekah”.

Kesimpulannya adalah jika kita mau menelaah lebih jauh ajaran Islam
kita akan banyak banyak sekali nilai-nilai interaksi sosial yang saat ini sedang

10
digalakkan diberbagai instansi pemerintahan maupun swasta. Hal ini bukan
merupakan sesuatu yang sulit untuk diterapkan, yang dibutuhkan adalah rasa
cinta kepada Allah dan Rasul-Nya agar nilai-nilai interaksi sosial itu bisa
diterapkan secara menyeluruh. Jika agama kita mempunyai produk lengkap,
kenapa kita musti meng-impor produk buatan orang lain?. Penting kita ketahui
bahwa :

“Berbuat baiklah engkau (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu”. (QS. al-Qashas : 77).

Jadi kesimpulannya adalah “jika” seandainya umat Islam mau menerapkan


ajaran-ajaran diatas, maka bisa dipastikan bahwa umat Islam adalah umat yang
paling menjunjung tinggi profesionalisme kerja dan menjadikan pelayanan
sebagai bentuk ibadah.

3.2. Aplikasi Pelayanan Sebagai Ibadah pada Perawat


Nilai – Nilai Islami dalam Peran dan Fungsi Perawat Profesional :

Peran Pelaksana : Peran ini dikenal dengan istilah care giver. Peran perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung
kepada klien sebagai individu keluarga dan masyarakat. Dalam melaksanakan
peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector, dan advokat,
communicator, serta rehabilitator.
1. Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman
pada klien. Islam mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong
terhadap sesamanya, pertolongan itu diberikan secara tulus ikhlas dan
holistic, sehingga kita dapat merasakan apa yang klien kita rasakan. Ibarat
orang mukmin saling mencintai kasih mengasihi dan saling menyayangi
adalah lukisan satu tubuh jika salah satu angggota tubuhnya sakit maka selruh
tubuh akan merasa sakit.
2. Peran sebagai protector lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi
dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang
dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, kewajiban perawat

11
memenuhi hak klien untuk menerima informasi dan penjelasan tentang tujuan
dan manfaat serta efek samping suatu terapi pengobatan atau tindakan
keperawatan. Dalam islam kita tidak boleh membuka aib sausara kita sendiri
karena jika kita membukanya sama saja kita memakan bangkai saudara kita.

3. Peran sebagai communicator akan nampak bila perawat bertindak sebagai


mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini
berkaitan erat dengan keberadaan perawat mendampingi klien sebagai
pemberi asuhan keperawatan selama 24 jam. Perawat dalam islam harus
memberikan dukungan.

4. Rehabilitator berhubungan erat dengan tujuan pemberian askep yakni


mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat
berfungsi normal.

Salah satu peran perawat yang lain adalah mampu menjadi perawat  yang
memiliki visi Transcendental . Maksudnya perawat yang memiliki visi
Transcendental ialah perawat yang bertujuan tidak hanya kesejahteraan di
dunia tetapi pengabdian dan perilakunya ditujukan untuk ibadah dan
kesejahteraan akherat (hereafter, afterlife, eternity).

RASULULLAH BERSABDA :

“Kehidupan dunia ini dibandingkan dengan kehidupan akherat seperti


seseorang dari kalian mencelupkan telunjuk ke dalam lautan kemudian
mengangkatnya, air yang menetes dari telunjuk tersebut itulah kehidupan
dunia dan air yang ada di lautan itulah kehidupan akherat” (Hadits Sahih
Muslim)

Perawatan yang Holistik mempertimbangakan aspek Spirituality &


religion pasiennya. Karena hal tersebut menjadi sumber:  Kekuatan (energy),
kedamaian (inner peace), ketabahan (inner strength), keyakinan & tata nilai
(belief & values), tahu tujuan hidup (existensial reality), merasa dibimbing
Allah (connectedness) dan (keyakinan diri bahwa ada alam perhitungan) self
transcendense.

12
FIRMAN ALLAH SWT,YANG MENUNJUKKAN DUNIA SEBENTAR & 
AKHERAT TUJUAN KITA

Wama alhayatu alddunya illa laAAibun walahwun walalddaru alakhirati khayrun


lillatheena yattaqoona afala taAAqiloona

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda
gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-
orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”       (Surah
Al-An’Am ayat 32)

Wama hathihi alhayatu alddunya illa lahwun walaAAibun wainna alddara


alakhirata lahiya alhayawanu law kanoo yaAAlamoona

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-
main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui.” (Surah Al-Ankabut ayat 64)

Innamaal hayaatud-dunyaa la'ibun walahwun wa-in tu'minuu watattaquu yu'tikum


ujuurakum walaa yasalkum amwaalakum . Sesungguhnya kehidupan dunia
hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta
bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan
meminta harta-hartamu.”   (Surah Muhammad ayat 36)

Wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ụlā. Dan sesungguhnya akhirat


itu lebih baik bagimu daripada kehidupan sekarang.” (Ad-Dhuha: 4)

Ya'lamụna ẓāhiram minal-ḥayātid-dun-yā wa hum 'anil-ākhirati hum


gāfilụn, Mereka hanya mengetahui yang lahir/material saja dari kehidupan
dunia; sedang mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai.”  (QS Ar-
Ruum ayat 7)

13
s

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Memberikan pelayan terbaik kepada umat manusia adalah pekerjaan yang
sangat mulia dan merupakan pintu kebaikan bagi siapa saja yang mau
melakukannya dan sebagai perawat yang 24 jam penuh memberikan pelayan
kepada pasien diharapkan mampu untuk memberikan pelayan terbaik tersebut, hal
ini didukung dalam ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang mendorong umat
manusia untuk memberikan pelayanan terbaik kepada sesama. Difirmankan oleh
Allah dalam salah satu ayat yang berbunyi : “…. Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah : 2).

4.2 Saran
Diharapkan bagi seluruh untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
kepada pasien berlandaskan norma norma dan ajaran agamanya. Dan khususnya
dalam bidang keperawatan, guna meningkatkan pelayanan atau asuhan keperawatan
yang lebih baik apabila memahami tanggung jawab yang lebih besar tidak hanya
kepada manusia namun kepada Tuhan yang Maha Esa. Khususnya perawat sebagai
tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat perlu
menerapkan segala pengetahuan dan ketrampilan agar mampu merawat pasien
secara komprehensif dan optimal. Mampu memberikan asuah keperawatan serta
motivasi spiritual untuk kesejahteraan pasien

1
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kemenkes


RI. 2017.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung : PT Syamil
Media Cipta
Ichsan, Nurul. (2015). Kerja, Bisnis dan Sukses Menurut Islam. The Journal of
Tauhidinomics Vol. 1 No. 2: 167-182
Kaya, Ayla. ILkay Boz. 2017. The Development of the Professional Values Model in
Nursing. Nursing Ethics XX(X)
Walukow, Clara Gabriela, dkk. 2016. Gambaran Kepribadian Mahasiswa Program
Studi Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2015. Jurnal
KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1

Anda mungkin juga menyukai