PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
LARASATI AKJULIMA
NIM: 161211183
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pertama kehidupan seorang anak terdapat usia pra sekolah, yang ditandai
Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Anak
Pada masa pra sekolah anak mencapai masa keemasan yang merupakan masa
dimana anak mulai peka terhadap berbagai rangsangan yang didapat. Tumbuh
kembang pada masa ini akan mempengaruhi kondisi perkembangan anak pada
anak tidak hanya meliputi perkembangan sektor motorik, personal sosial, dan
bahasa saja, namun perkembangan emosi dan perilaku ikut berperan penting
( Soedjiningsih,2015 ).
otak. Kemampuan sosial emosional yang baik pada anak akan membantu
mereka lebih siap dalam memasuki sekolah dan kehidupan serta menjadi dasar
tahun 2018 mencapai angka 35,7%. Angka tersebut melebihi ambang batas
World Health Organization (WHO) yaitu 30%, berdasarkan data Ikatan Dokter
sosial emosi yang tidak tercapai secara optimal dapat menimbulkan gangguan
sosial emosi pada anak, hasil riset Wijirahayu (2016) menunjukkan ada sekitar
8-9 % anak pra sekolah mengalami gangguan sosial emosi seperti cemas,
sosial emosional yang rendah. Penelitian Ades dkk tahun 2014, menunjukkan
gangguan emosi dan perilaku pada anak usia 4-6 tahun sebesar 62,1%.
memiliki resiko untuk mengalami gangguan sosial emosional pada usia sekolah
dan memiliki efek jangka panjang pada perilaku dan kesehatan mental saat
remaja. Gangguan perilaku pada anak sering diikuti dengan perilaku anti-
sosial, masalah mental yang serius, masalah perilaku, dan tindak kejahatan
( Nurlilah,2016 )
serta nutrisi dan penyakit ibu), aspek anak ( prematur, bayi berat lahir rendah,
dengan usianya yang disebabkan oleh asupan nutrisi anak yang kurang dapat
anak, lingkungan, terpapar dengan kekerasan rumah tangga, dan stimulasi), dan
emosional diantaranya adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) Keadaan kondisi
berat badan lahir rendah ( BBLR ) apabila tidak di ikuti dengan keadaan status
( Souza,2015 ).
Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat
(TB/U). Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia
enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka panjang dalam
perkembangan fisik dan mental dan emosional sehingga tidak mampu untuk
masalah emosi, perilaku, dan masalah dengan teman sebaya lebih tinggi pada
kurang percaya diri rasa marah yang berlebihan, sulit mematuhi perintah orang
dengan teman sebaya masalahnya meliputi anak lebih senang menyendiri dari
pada dengan anak yang seumur, jarang memiliki teman dekat, mengeluh sering
diganggu oleh temannya, dan cenderung lebih nyaman untuk bermain bersama
atau 155 juta (WHO, 2018). Dan apabila keadaan seperti ini terus belanjut,
maka diperkirakan 127 juta anak dibawah 5 tahun mengalami stunting pada
tahun 2025 (WHO, 2015). Jumlah anak yang mengalami stunting di Asia yaitu
perilaku, dan masalah dengan teman sebaya lebih tinggi pada anak dengan
stunting dibanding dengan anak yang memiliki tinggi normal. Gangguan emosi
perasaan tidak bahagia dan kurang percaya diri. Gangguan perilaku diwujudkan
dengan rasa marah yang berlebihan, sulit mematuhi perintah orang lain, sering
lebih senang menyendiri daripada dengan anak yang seumur, jarang memiliki
teman dekat, mengeluh sering diganggu oleh temannya, dan cenderung lebih
Tahun 2018 di Indonesia kejadian stunting yaitu 29,6 pada tahun 2017
sebesar 29,6 (Riskesdes, 2018). Prevelensi stunting di kota padang tahun 2018
di provinsi.
Padang ditemukan anak yang mempunyai kelainan saat dilakukan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang anak dan sekitar 34,7 % di antaranya memiliki kelainan dan
stunting tersebut meningkat dari tahun 2019 yang angkanya 32,7%, dan tahun
2017 sebesar 36,5%. Laporan tahunan Dinas Kesehatan kota Padang dari tahun
2018 hingga tahun 2019 terjadi peningkatan prevalensi stunting. Pada tahun
2018 tercatat prevalensi stunting sebesar 27,93%. Ini terjadi peningkatan dari
tahun 2019 sebesar 28,3%. dan peningkatan signifikan dari tahun 2018 sebesar
17,83%. (DKK,2019).
kasus tertinggi untuk kategori sangat pendek dari pada kecamatan lain yang ada
di kota Padang yaitu sebanyak 25 orang atau 8,39% sedangkan kasus yang
kilangan yaitu sebanyak 7 kasus ( 2,33 % ) . Kecamatan Pauh terdiri dari satu
Puskesmas yaitu Puskesmas Pauh. Pada tahun 2020, terjadi peningkatan kasus
menjadi 76 kasus (24%). Pembagian kasus per umur adalah 23 kasus pada usia
orang ibu yang memiliki anak yang berumur 36 – 72 bulan ditemukan anak
yang di isi oleh ibu sang anak tersebut seperti 2 orang cenderung menyendiri
lebih suka bermain dengan seorang diri, 4 orang anak sangat sulit
B. Rumusan Masalah
sosial emosional pada anak usia prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Pauh
Padang”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi perkembangan sosial emosional anak
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perkembangan
1. Defenisi Perkembangan
Pertumbuhan (Growth) dan perkembangan (Development) mempunyai
otot, sistem syaraf, dan fungsi sistem organ tubuh lainnya dan dapat di ukur
(Yuniarti, 2015).
yang meliputi kemampuan gerak kasar , gerak halus , bicara, dan bahasa
(Soetjiningsih, 2013)
atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.
kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai bentuk dari
dan bawaan
memiliki kecepatan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang
lain
e. Perkembangan sangat erat hubungannya dengan maturasi sistem
susuan saraf
2010 ).
Dalam hal ini setiap anak tidak dapat melewati satu tahapan
antara satu dengan lainnya dan tidak selalu sama karena di pengaruhi banyak
faktor, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak
a. Faktor Genetik
patologik, jenis kelamin, dan suku bangsa. Potensi genetik yang baik
b. Faktor Lingkungan
atau tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga dengan milue
perkembangannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak menurut
usianya yang disebabkan oleh asupan nutrisi anak yang kurang dapat
(Soetjingsih, 2013).
b. Perkembangan Bahasa
2013).
( Femmi,2015 )
tanggung jawab untuk diri dan orang lain, dan perilkau proposial
(Nurmalita, 2015).
3. Anak Prasekolah
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Usia
dapat terulang untuk kedua kalinya maka dari itu masa ini disebut sebagai
emosi. Perkembangan sosial sudah mulai berjalan ketika anak berusia 3-6
( Femmi,2015 ).
2017 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pasal 10 ayat 6
( Mendikbut,2017 )
ingin buang air kecil dan kecil tanpa bantuan. memilih kegiatan. temen.
positif.
4.Menyatakan perasaan 4.Mulai menghargai 4.Mengendalikan 4.Mengenal tata
terhadap anak lain (suka orang lain. perasaan. krama dan sopan
dsb). setempat.
5.Berbagi peran dalam 5.Bereaksi terhadap 5.Menaati aturan 5.Memahami
diganggu atau
diperlakukan
berbeda).
6.Menunjukan rasa 6.Menunjukan rasa 6.Menunjukan rasa
lingkungannya. menyerah).
8.Menghargai orang 8.Bangga terhadap
1) Aspek kehamilan
2) Aspek anak
Anak usia 3-5 tahun dengan riwayat BBLR memiliki risiko 1,435 kali
badan lahir rendah (BBLR) apabila tidak di ikuti dengan keadaan status
Aspek anak yang lain adalah aspek gizi. Dalam melalui tahapan
perkembangan (Souza,2015 ).
3) Aspek pengasuh
al,2017 ).
perilaku singkat untuk anak dan remaja (3-17 tahun) yang memberikan
gambaran singkat dari perilaku yang berfokus pada kekuatan dan kesulitan
lebih dibanding metode asesmen lainnya, yaitu: lebih tidak invasif, tingkat
resiko yang lebih rendah, tidak memerlukan keahlian khusus, lebih murah,
waktu untuk memperoleh hasil lebih cepat, lebih mudah diakses, lebih
sederhana, tidak terlalu rumit, dan dapat mendeteksi gangguan lebih dini.
Masing-masing item diberi skor dalam kriteria tiga poin yaitu 0=tidak
kesulitan
Skor gejala 0-3 4 5-10
emosional
Skor masalah 0-2 3 4-10
perilaku
Skor hiperaktivitas 0-5 6 7-10
Skor hubungan 0-2 3 4-10
dengan teman
sebaya
Skor perilaku 6-10 5 0-4
proporsional
B. Konsep Stunting
1. Defenisi Stunting
gagal tumbuh pada bayi (0-11 bulan) dan anak balita pada umur (12-59
bulan ) hal ini berakibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000
hari pertama kehidupan anak terlalu pendek untuk anak seusia dengannya.
Kekurangan gizi terjadi semasa bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir, tetapi kondisi tunting ini baru bisa terlihat setelah anak
pada anak yang disebabkan karena anak mengalami kekurangan gizi dalam
(HDW, 2018).
2. Penyebab Stunting
a. Kurangnya asupan gizi anak dalam jangka waktu yang lama sejak
b. Anak sering sakit terutama diare, campak, TBC, dan penyakit infeksi
muitu gizi makanan keluarga dan balita. Masalah gizi karena kurangnya
b. Persepsi
daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan
Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan atau daging hanya
mengalami masalah gizi dikarenakan sang ibu sedang hamil lagi atupun
sang balita memiliki adik baru lahir sehingga ibunya tidak dapat
f. Sosial Ekonomi
mutu makanan yang akan dikonsumsi keluarga, baik dari segi kualitas
baru lahir dan berhubungan dengan risiko tinggi pada kematian bayi dan
anak (UNICEF,2015).
h. Penyakit Infeksi
merasa lapar dan tidak mau makan akibat nafsu makan menurun.
a. Faktor Langsung
1) Asupan berbagai makanan
2) Penyakit infeksi
b. Faktor Tidak Langsung
1) Ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga dapat mempengaruhi faktor yang
2) Produksi Pangan
Peranan pertanian dianggap penting karena kemampuannya
3) Budaya
4) Kebersihan Lingkungan
Kebersihan lingkungan yang jelk akan memudahkan anak
menderita penyakit tertentu.
5) Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan berperan penting dalam
Puskesmas.
d. Pada usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak
e. Pertumbuhan melambat
f. Wajah tampak lebih muda dari usianya
5. Klasifikasi Stunting
6. Penilaian Stunting
a. Antropometri
(lingkungan).
pengukuran.
1) Umur, yaitu bulan penuh untuk anak usia 0-2 tahun dan
atau meteran
5) Lingkar kepala
6) Lingkar dada
7) Jaringan lunak diukur menggunakan alat khusus
diantaranya :
1) BB/U
mendeteksi overweight
pengukuran.
2) TB/U
Keuntungannya : alat mudah dan murah, fleksibel, bisa
mengukur gizi masa lampau
Kelemahannya : tinggi badan lama bertambah, posisi
harus tepat, umur harus jelas
3) BB/TB
Keuntungannya : tidak perlu data umur, dapat
kesalahan pengukuran.
4) LILA/U
2-5 tahun
mean.
yang berusia lebih dari 24 bulan diukur dengan cara tegak atau
7. Dampak Stunting
stunting adalah :
a. Jangka pendek
Dampak yang dapat ditimbulkan dalam jangka pendek ialah
b. Jangka panjang
diri rasa marah yang berlebihan, sulit mematuhi perintah orang lain,
persiapan menyusui
c) Pendidikan gizi
stunting.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
serta nutrisi dan penyakit ibu), aspek anak ( prematur, bayi berat lahir rendah,
dengan usianya yang disebabkan oleh asupan nutrisi anak yang kurang dapat
anak, lingkungan, terpapar dengan kekerasan rumah tangga, dan stimulasi), dan
emosional diantaranya adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) , keadaan kondisi
berat badan lahir rendah ( BBLR ) apabila tidak di ikuti dengan keadaan status
( Souza,2015 ).
lebih tinggi pada anak dengan perawakan pendek dibanding dengan anak yang
menyerupai ,rasa cemas, perasaan tidak bahagia dan kurang percaya diri rasa
marah yang berlebihan, sulit mematuhi perintah orang lain, sering terlibat
sebaya masalahnya meliputi anak lebih senang menyendiri dari pada dengan
anak yang seumur, jarang memiliki teman dekat, mengeluh sering diganggu
oleh temannya, dan cenderung lebih nyaman untuk bermain bersama orang
dewasa ( Soetjiningsih,2013 ).
Perkembangan Anak
Aspek Anak Aspek Pengasuh
Aspek
Sehari -hari
Kehamilan
Polusi
Premature Kesehatan mental
Penggunaan
Bayi berat lahir ibu,
obat –obatan Perkembangan
rendah
Alkohol sosial emosional Perkembangan
Pertumbuhan
Rokok kognitif ,
Penyakit anak
Narkoba interaksi orang
Penyakit ibu tua dan ikatan
orangtua-anak,
lingkungan,terpa
par dengan
kekerasan rumah
tangga,
stimulasi
Stunting
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini merupakan suatu uraian hubungan antara variabel
yang akan diteliti dengan masalah yang diteliti sesuai dengan rumusan masalah
Variabel Dependen
Variabel Independen Perkembangan Sosial
Kejadian Stunting emosional anak prasekolah
Skema 3.2
Kerangka Konsep Penelitian
C. Hipotesa Penelitian
BAB IV
METODE PENELITIAN
sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2014). Dalam penelitian ini faktor
risiko (kejadian stunting) telah terjadi pada masa lampau, kemudian diikuti ke
ini (Notoatmodjo,2017).
yang akan diilaksanakan pada bulan Desember 2019 sampai bulan Juni
2020. dimulai dari penyusunan proposal pada bulan Desember 2019 dan
1. Populasi
penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 36 - 72 bulan di
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang memenuhi kriteria inkulusi yaitu ibu yang memiliki anak
tahun 2020.
3. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Enklusi
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
menurut Sugiyono (2011) jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh
populasi dijadikan sampel penelitian semuanya, jadi sampel pada penelitian ini
adalah ibu yang memiliki anak stunting usia 36 – 72 bulan sebanyak 37 orang.
1. Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
tertentu dan mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
2. Defenisi Operasional
1. Telah rekap data Puskesmas Pauh Padang tahun 2020 untuk pengukuran
sosial emosional anak prasekolah dimana responden atau ibu dari sang anak
tinggal memilih jawaban yang sesuai menurut perilaku anak selama enam
bulan terakhir atau selama setahun ini yang telah disediakan. Kuesiner SDQ
dari lima item. Masing-masing item diberi skor dengan kriteria tiga poin
item yang relavan pada subskala tersebut. Skor tertinggi dari masing-masing
F. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek
1. Informed consent
2. Anonimity
3. Confidentiality
peneliti, data tersebut hanya akan disajikan atau diberitahukan pada pihak
bersangkutan. Kecuali untuk publikasi dan jika data di perlukan untuk perihal
4. Benificience (Bermanfaat)
manfaat lain yang didapatkan subjek penelitian yaitu mengetahui apa dan
sekunder .
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang digunakan untuk variabel Independent
b. Data Sekunder
Padang.
sebagai berikut :
data dari data responden yang sudah dikumpulkan seperti nama, umur,
kode pada setiap variable untuk variable stunting 1 jika terjadi. 2 jika tidak
variabel Dependent.
ibu dan anak, umur anak, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu dan hasil
Setelah proses memasukkan data selesai, data diperiksa agar tidak ada
I. Analisis Data
a. Analisis Univariat
table
b. Analisis Bivariat