Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perkembangan

1. Defenisi Perkembangan

Pertumbuhan (Growth) dan perkembangan (Development) mempunyai

makna yang sama yaitu sama-sama mengalami perubahan, namun secara

khusus keduanya sebenarnya mempunyai perbedaan. Pertumbuhan

menunjukan perubahan yang memiliki sifat kuantitas sebagai akibat

pematangan fisik yang di tandai dengan makin kompleksnya sistem jaringan

otot, sistem syaraf, dan fungsi sistem organ tubuh lainnya dan dapat di ukur

(Yuniarti, 2015)

Perkembangan berkaitan dengan bertambahnya struktur fungsi tubuh

yang meliputi kemampuan gerak kasar , gerak halus , bicara, dan bahasa

serta sosialisasi dan kemandirian. Istilahlah tumbuh kembang mencakup dua

peristiwa yang berbeda, namun saling berkaitan dan tidak dapat di pisahkan

(Soetjiningsih.(2015), n.d.)

Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan

atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.

Disini menyangkut adanya suatu proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,

jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian

rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga


perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya (Soetjiningsih.(2015), n.d.)

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang lebih menunjukkan

pada kematangan fungsi alat-alat tubuh.Seperti kaki untuk melompat

(gerakan kasar), jari-jari tangan untuk menulis, pemahaman (bagaimana

anak belajar dari lingkungannya untuk memahami anggota tubuh, warna),

bicara (anak mampu mengatakan sesuatu yang di maksud), dan sosialisasi

(Suherlina, 2011). perkembangan (Development) merupakan perubahan

dengan bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai bentuk dari

psroses pematangan/maturitas (Soetjiningsih.(2015), n.d.)

2. Ciri - ciri Tumbuh Kembang

1. Ciri -ciri tumbuh kembang anak menurut (Marimbi, 2010), yaitu


:

b. Tmbuh kembang merupakan suatu proses yang kontiniu sejak dari

konsepsi sampai deawasa yang di pengaruhi oleh faktor lingkungan

dan bawaan

c. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan serta laju dari

tumbuh kembang pada organ-organ lainya

d. Pola perkembangan anak sama pada anak-anak lainnya, tetapi

memiliki kecepatan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang

lain
e. Perkembangan sangat erat hubungannya dengan maturasi sistem

susuan saraf

f. Akivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas (Marimbi.,

2010)

2. Ciri - ciri Tumbuh Kembang Anak menurut (Mahayu, 2016), yaitu :

a. Perkembangan anak meyebabkan terjadinya perubahan, yaitu

perkembangan terjadi secera bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhan disertai perubahan fungsi (misalnya perkembangan

intelegensi anak menyertai pertumbuhan dan fungsi otaknya).

b. Perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selajutnya.

Dalam hal ini setiap anak tidak dapat melewati satu tahapan

perkembangan sebelum melewati tahapan sebelumnya misalnya anak

tidak bisa berjalan sebelum anak bisa berdiri.

c. Proses perkembangan anak memiliki kecepatan dan waktu yang

berbeda maksudnya pertumbuhan fisik dan perkembangan fungsi

organ setiap anak mempunyai kecepatan yang tidak sama

d. Perkembangan selalu berkorelasi dengan pertumbuhan. Ketika

pertumbuhan berlangsung cepat, maka perkembangan terjadi pada

peningkatan mental, memori, daya nalar, dan lai-lain.

e. Perkembangan melalui tahapan yang berurutan dalam prosesnya.

Tahapan ini tidak bisa terbalik. Misalnya, anak mampu membuat

lingkaran sebelum ia membuat gambaran kotak (Mahayu, 2016).


3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Setiap anak memiliki pola perkembangan secara normal yang berbeda

antara satu dengan lainnya dan tidak selalu sama karena di pengaruhi banyak

faktor, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak

menurut (Soetjiningsih.(2015), n.d.), yaitu :

a. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dan mempunai peran

utama dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Di

dalam proses genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah

dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.

Pertumbuhan ditandai oleh proses intensitas dan kecepatan

pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, usia

pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor

di dalam genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang

normal dan patologik, jenis kelamin, dan suku bangsa. Potensi

genetik yang baik bila berinteraksi dengan lingkungan yang positif,

akan membuahkan hasil akhir yang optimal (Soetjiningsih.(2015),

n.d.)

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah faktor yang sangat menentukan tercapai atau

tidaknya potensi bawaan.Faktor ini disebut juga dengan milue yaitu

tempat anak tersebut hidup dan berfungsi sebgai penyedia kebutuhan

dasar anak. Lingkungan yang baik akan memungkinkan tercapainya


potensi bawaan, sedangan lingkungan yang kurang baik akan

menghambat potensi anak. Anak yang memiliki pola pertumbuhan

dan perkembangan normal merupakan hasil interaksi banyak faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak menurut

jurnal yang berjudul “Child Development: Analysis Of A New

Concept” terdiri dari aspek kehamilan (polusi, penggunaan obat-

obatan, alkohol, rokok, narkoba, serta nutrisi dan penyakit ibu),

aspek anak (prematur, bayi berat lahir rendah, pertumbuhan, dan

penyakit anak) apabila pertumbuhan anak tidak sesuai dengan

usianya yang disebabkan oleh asupan nutrisi anak yang kurang dapat

menyebabkan anak bertubuh pendek atau sangat pendek (stunting)

dibandingkan dengan anak seusianya, aspek pengasuhan sehari-hari

(kesehatan mental ibu, perkembangan kognitif orangtua, interaksi

dan ikatan orangtua-anak, lingkungan, terpapar dengan kekerasan

rumah tangga, dan stimulasi), dan kondisi sosial ekonomi. Aspek

anak yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional

diantaranya adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) keadaan kondisi

berat badan lahir rendah ( BBLR ) apabila tidak di ikuti dengan

keadaan status gizi yang baik pada masa anak-anak .akan

mengakibatkan Stunting.(de Souza & Veríssimo, 2015)


4. Aspek - Apek Perkembangan Anak

a. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik terjadi secara sefalokaudal dan

proksimodistal.Pergerakan pertama dimuali dari kepala, kemudian

bahu, badan dan pinggul.

Perkembangan motorik terbagi menjadi dua, yaitu :

1) Perkembangan motorik kasar

Perkembangan ini melibatkan otot-otot besar, meliputi perkembangan


gerakan kepala, badan, anggota badan, keseimbangan dan
pergerakan

2) Perkembangan motorik halus

Perkembangan ini merupakan koordinasi halus yang melibatkan

otot-otot kecil yang di pengaruhi oleh matangnya fungsi motorik,

fungsi dari visual yang akurat, dan kemampuan intelek-nonverbal

(Soetjiningsih.(2015), n.d.).

b. Perkembangan Bahasa

Harus dibedakan bicara dan bahasa.Terdapat berbagai tahapan anak

bicara, mulai dari reflective vocalization sampai dengan true speech.

Agar anak lancar berbicara diperlukan persiapan fisik, maturitas metal,

model yang baik untuk ditiru, kesempatan berpraktik, motivasi dan

bimbingan (Soetjiningsih.(2015), n.d.)


c. Perkembangan Personal Sosial

Personal sosial adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan

mandiri, bersosialisasi, berinteraksi dengan

lingkungan.Perkembangan personal meliputi berbagai kemampuan

yang dokelompokkan sebagai kebiasaan, kepribadian, watak, dan

emosi.Semuanya mengalami perubahan dan perkembangannya.

Perkembangan sosial adalah perkembangan kemmapuan anak

berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya (Soetjiningsih.

(2015), n.d.)

d. Perkembangan Sosial Emosional

Perkembangan sosial emosional adalah kemampuan anak untuk

memahami perasaan orang lain, mengatur perasaan dan perilaku,

bergaul dengan baik, membangun hubungan dengan orang dewasa.

Aspek perkembangan sosial emosional pada anak prasekolah

merupakan bagian integral dari perkembangan lainnya. Anak usia

prasekolah mengalami perubahan dari sikap tergantung pada keluarga

menjadi lebih mandiri. Ketrampilan sosial emosional membantu anak

mengembangkan kemampuan bekerjasama, mengikuti arahan,

menunjukkan pengendalian diri dan memusatkan perhatian,menurut

Femmi dalam jurnal(Nurmalitasari, 2015)

Perkembangan sosial emosional adalah kemampuan anak untuk

memahami perasaan orang lain, mengatur perasaan dan perilaku,

bergaul dengan baik, membangun hubungan dengan orang dewasa.


Aspek perkembangan sosial emosional pada anak prasekolah

merupakan bagian integral dari perkembangan lainnya. Anak usia

prasekolah mengalami perubahan dari sikap tergantung pada keluarga

menjadi lebih mandiri. Keterampilan sosial emosional membantu anak

menunjukkan pengendalian diri dan memusatkan perhatian.

Perkembangan sosial emosional meliputi kesadaran diri, rasa tanggung

jawab untuk diri dan orang lain, dan perilkau proposial (Nurmalitasari,

2015)

5. Anak Prasekolah

Anak usia prasekolah adalah anak yang berunur antara 3-6 tahun. Usia

prasekolah adalah salah satu periode emas tumbuh kembang anak. Segala

kelebihan atau keistimewaan yang dimilki pada masa ini tidak akan dapat

terulang untuk kedua kalinya maka dari itu masa ini disebut sebagai masa

penentu bagi kehidupan selanjutnya.(Patmodewo, 2003)

Pada usia prasekolah anak-anak belajar meenguasai dan

mengekspresikan emosi. Perkembangan sosial sudah mulai berjalan ketika

anak berusia 4-6 tahun. Pada tahapan usia tersebut pula anak memerlukan

pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup kapasitas untuk

mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosional, serta menjaga perilaku

yang terorganisir ketika munculnya emosi-emosi yang kuat dan untuk

dibimbing oleh pengalaman emosional(Uce L., 2017)


6. Perkembangan Sosial Emosional Anak Prasekolah

Perkembangan sosial emosional adalah kemampuan anak untuk

memahami perasaan orang lain, mengatur perasaan dan perilaku, bergaul

dengan baik, membangun hubungan dengan orang dewasa. Aspek

perkembangan sosial emosional pada anak prasekolah merupakan bagian

integral dari perkembangan lainnya. Anak usia prasekolah mengalami

perubahan dari sikap tergantung pada keluarga menjadi lebih

mandiri,menurut Femmi dalam jurnal.(Nurmalitasari, 2015)

Ketrampilan sosial emosional membantu anak mengembangkan

kemampuan bekerjasama, mengikuti arahan, menunjukkan pengendalian

diri dan memusatkan perhatian. Menurut Permendikbud No. 137 Tahun

2017 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pasal 10 ayat 6

menyatakan bahwa perkembangan sosial emosional meliputi kesadaran

diri, rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, dan perilaku proporsial

( Mendikbut,2017 )

7. Tahapan Perkembangan Sosial Emosional

Tahapan perkembangan Sosial Emosional anak prasekolah menurut

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58

Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

Tabel 1. Tahap - tahap Perkembangan Sosial Emosional

Tingkat Pencapaian Perkembangan

2 - <3 tahun 3 - <4 tahun 4 - <5 tahun 5 - < 6 tahun

1.Mulai bisa 1.Mulai bisa 1.Menunjukan sikap 1.Bersikap


mengungkapkan ketika melakukan buang air mandiri dalam kooperatif dengan

ingin buang air kecil dan kecil tanpa bantuan. memilih kegiatan. temen.

buang air besar.

2.Mulai memahami hak 2.Bersabar 2.Mau 2.Menunjukan sikap

orang lain (harus menunggu giliran. berbagi,menolong,da toleran.

antri,menunggu giliran). n membantu teman.

3.Mulai menunjukan sikap 3.Mulai menunjukan 3.Menunjukan 3.Mengekspresikan

berbagi,membantu,bekerja sikap toleran antusiasme dalam emosi yang sesuai

bersama. sehingga dapat melakukan dengan kondisi yang

bekerja dalam permainan ada (senang-sedih-

kelompok. kompetitif secara antusias dsb.)

positif.

4.Menyatakan perasaan 4.Mulai menghargai 4.Mengendalikan 4.Mengenal tata

terhadap anak lain (suka orang lain. perasaan. krama dan sopan

dengan teman karena baik santun sesuai dengan

hati,tidak suka karena nakal nilai sosial budaya

dsb). setempat.

5.Berbagi peran dalam 5.Bereaksi terhadap 5.Menaati aturan 5.Memahami

suatu permainan(menjadi hal-hal yang yang yang berlaku peraturan dan

dokter,perawat,pasien,penja dianggap tidak benar dalam suatu disiplin.

ga toko atau pembeli). (marah apabila permainan.

diganggu atau

diperlakukan

berbeda).

6.Menunjukan rasa 6.Menunjukan rasa 6.Menunjukan rasa


percaya diri. percaya diri. empati.

7.Menjaga diri 7.Memiliki sikap

sendiri dari gigih (tidak mudah

lingkungannya. menyerah).

8.Menghargai orang 8.Bangga terhadap

lain. hasil karya sendiri.

9.Menghargai

keunggulan orang

lain.

8. Aspek yang Memengaruhi Perkembangan Sosial Emosional Anak

1) Aspek kehamilan

Kesehatan fisik dan mental ibu selama proses kehamilan sangat

mempengaruhi janin dan akan memengaruhi perkembangan bayi di

kehidupan selanjutnya.Kandeel( WA, et al,2017 )

2) Aspek anak

Anak usia 3-5 tahun dengan riwayat BBLR memiliki risiko 1,435 kali

lebih besar untuk memiliki kemampuan sosial yang lebih rendah

dibandingkan anak dengan berat lahir normal. Keadaan kondisi berat

badan lahir rendah ( BBLR ) apabila tidak di ikuti dengan keadaan status

gizi yang baik pada masa anak-anak .akan mengakibatkan Stunting.Aspek

anak yang lain adalah aspek gizi. Dalam melalui tahapan perkembangan
ada beberapa yang mempengaruhinya.Salah satunya adalah gizi yang

termasuk kedalam pasca natal.Untuk melaksanakan perkembangan

diperlukan zat makanan yang adekuat. Gizi yang buruk akan berdampak

pada keterlambatan perkembangan. Anak yang tercukupi gizinya akan

memiliki kemampuan yang lebih baik dalam berinteraksi dengan

lingkungan sehingga memiliki pengalaman yang lebih baik untuk

perkembangan(de Souza & Veríssimo, 2015)

3). Aspek pengasuh

Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak akan meningkatkan

ketrampilan sosial dan menurunkan perilaku bermasalah pada anak.( WA, et

al,2017 )

9. Penilaian Perkembangan Sosial Emosional

Strenghts and Questionnaire (SDQ) adalah sebuah instrumen skrining

perilaku singkat untuk anak dan remaja (3-17 tahun) yang memberikan

gambaran singkat dari perilaku yang berfokus pada kekuatan dan kesulitan

mereka. Instrumen Skrining sebaiknya memiliki keunggulan relatif yang

lebih dibanding metode asesmen lainnya, yaitu: lebih tidak invasif, tingkat

resiko yang lebih rendah, tidak memerlukan keahlian khusus, lebih murah,

waktu untuk memperoleh hasil lebih cepat, lebih mudah diakses, lebih

sederhana, tidak terlalu rumit, dan dapat mendeteksi gangguan lebih dini.

SDQ mempunyai beberapa poin keunggulan , yaitu dapat dilakukan tanpa

memiliki keahlian khusus atau profesi tertentu, waktu yang digunakan

untuk mengadmisnistrasikan dan melakukan skoring cukup singkat,

mudah diakses, digunakan untuk melakukan deteksi dini sehingga


permasalahan yang terdapatpada anak dapat diketahui sedini mungkin dan

memperoleh intervensi secepat mungkin.

SDQ terdiri dari 25 item pertanyaan yang dialokasikan pada lima

subskala. Keempat subskala termasuk kedalam kelompok subskala

kesulitan, yaitu subskala emotional symptom (gejala emosional), subskala

conduct problem (masalah perilaku), subskala(hiperaktivitas), dan

subskala peer problem (hubungan dengan teman sebaya). sedangkan

subskala yang kelima termasuk dalam kelompok subsakala kekuatan, yaitu

subsakala prososial. Masing-masing subskala SDQ terdiri dari lima item.

Masing-masing item diberi skor dalam kriteria tiga poin yaitu 0=tidak

benar, 1=agak benar, 2=benar. Skor dari masing-masing subskaladapat

dihitung dengan menjumlahkan skor dari masing-masing item yang

relavan pada subskala tersebut. Skor tertinggi dari masing-masing

subskala adalah 10 dan skor terendah adalah 0.(Kandeel WA, et al,2016 )

Cara menghitung skor total kesulitan dengan menambahkan skor

subskala emotional symptom (gejala emosional) = sibskala conduct

problem (masalah perilaku) + subskala hyperactivity-inattention

(hiperaktivitas) + subskala peer problem (hubungan dengan teman sebaya)

+ subskala proposial. Tabel interpretasi skor adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Interpretasi Skor SDQ

Pengisian sendiri Normal Borderline Abnormal

Total skor 0-13 14-16 17-40

kesulitan
Skor gejala 0-3 4 5-10

emosional

Skor masalah 0-2 3 4-10

perilaku

Skor hiperaktivitas 0-5 6 7-10

Skor hubungan 0-2 3 4-10

dengan teman

sebaya

Skor perilaku 6-10 5 0-4

proporsional

B. Konsep Stunting

1. Defenisi Stunting

Stunting merupakan suatu kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih

pendek di bandingkan dengan orang lain pada umumnya yang seusia

dengannya (MCA,2015). Stunting (pendek) merupakan suatu kondisi gagal

tumbuh pada bayi (0-11 bulan) dan anak balita pada umur (12-59 bulan )

hal ini berakibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 hari

pertama kehidupan anak terlalu pendek untuk anak seusia dengannya.

Kekurangan gizi terjadi semasa bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir, tetapi kondisi tunting ini baru bisa terlihat setelah anak

berusia dua tahun (Ramayulis, 2018)

Stunting adalah gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan otak

pada anak yang disebabkan karena anak mengalami kekurangan gizi dalam

waktu yang lama, infeksi berulang, dan kurangnya stimulus psikososial

(HDW, 2018).

2. Penyebab Stunting

Ada beberapa hal yang menyebabkan anak mengalami stunting

menurut (Sandjojo, 2017) yaitu :

a. Kurangnya asupan gizi anak dalam jangka waktu yang lama sejak

konsepsi sampai usia anak 2 tahun

b. Anak sering sakit terutama diare, campak, TBC, dan penyakit infeksi

c. Keterbatasan air bersih dan sanitasi

d. Ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga yang rendah

3. Faktor yang memicu risiko kejadian stunting


Memenurut Irianto Faktor yang memicu risiko kejadianstunting ( 2014 ),
yaitu :

a. Pengetahuan

Keluarga yang mempunyai penghasilan cukup tetapi maknaan yang

dihidangkan tidak sesuai dengan penghasilan tersebut.Kejadian


gangguan gizi tidak hanya di temukan pada keluarga yang

berpenghasilan kurang tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan

cukup.Keadaan ini menunjukan bahwa ketidak tahuan manfaat

makanan bagi kebutuhan tubuuh menjadi salah satu penyebab turunnya

muitu gizi makanan keluarga dan balita. Masalah gizi karena kurangnya

pengetahuan dan keterampilan di bidang memasak akan menurunkan

konsumsi makan anak.

b. Persepsi

Makanan yang sebenarnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak di

konsumsi atau hanya sedikit dikonsumsi sedikit saja akibat adanya

persepsi yang tidak baik terhadap bahan makanan tersebut, apabila

keluarga menganggap bahwa mengkonsumsi bahan makanan itu dapat

menurunkan nilai harkat keluarga dan termasuk golongan masyarakat

dengan strata ekonomi rendah. Jenis sayuran seperti genjer/paku rawa,

daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan

protein, dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat

menurunkan harkat keluarga

c. Kebiasaan atau Pantangan

Berbagai kebiasaan yang berhubungan dengan pantangan makanan

tertentu masih sering di jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan

terhadap anak untuk makan telur, ikan atau daging hanya berdasarkan

kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara turun
temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan

tersebut guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.

d. Kesukaan Jenis Makanan Tertentu

Kesukaan yang berlebihan kepada suatu jenis makanan tertentu atau

disebut sebagai faddisme, akan mengakibatkan tubuh tidak

memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

e. Jarak Kelahiran yang Terlalu Rapat

Hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa anak yang

mengalami masalah gizi dikarenakan sang ibu sedang hamil lagi atupun

sang balita memiliki adik baru lahir sehingga ibunya tidak dapat

merawat secara baik. Anak di bawah usia 2 tahun masih sangat

memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun

perawatan kesehatan dan kasih sayang.

f. Sosial Ekonomi

Keterbatasan penghasilan keluarga turut andil dalam menentukan

mutu makanan yang akan dikonsumsi keluarga, baik dari segi kualitas

makanan maupun jumlah makanan yang akan dikonsumsi keluarga.

Kebanyakan keluarga dengan penghasilan rendah tidak memiliki

makanan yang cukup dengan jumlah anggota keluarganya sehingga

balita kekurangan gizi dalam membantu pertumbuhannya.


g. Berat Bayi Lahir Rendah

BBLR sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas

janin.Keadaanini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan

kognitif, kerentanan terhadap penyakit kronis di kemudian hari.Pada

tingkat populasi, proporsi bayi dengan BBLR adalah gambaran

multimasalah kesehatan masyarakat mencakup ibu yang kekurangan

gizi jangka panjang, kesehatan yang buruk, kerja keras dan perawatan

kesehatandan kehamilan yang buruk. Secara indiviual, BBLR

merupakan prediktor penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup

bayi yang baru lahir dan berhubungan dengan risiko tinggi pada

kematian bayi dan anak (UNICEF,2015).

Dampak lanjutan dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh (grow

faltering), penelitian Sirajudin dkk tahun 2011 menyatakan bahwa anak

pendek 3 kali lebih besar di bandingkan non BBLR, pertumbuhan

terganggu, penyebab wasting dan risiko malnutrisi.

h. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi yang dialami anak dapat menyebabkan anak tidak

merasa lapar dan tidak mau makan akibat nafsu makan

menurun.Penyakit infeksi dapat juga menghabiskan sejumlah protein

dan kalori yang seharusnya di pakai anak untuk pertumbuhan.

Menurut Robinson & Weighley dalam (Adriani M, 2014), status gizi

seseorang dapat di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

a. Faktor Langsung
1) Asupan berbagai makanan

2) Penyakit infeksi

b. Faktor Tidak Langsung

1) Ekonomi keluarga

Penghasilan keluarga dapat mempengaruhi faktor yang

berperan langsung terhadap status gizi, yaitu asupan berbagai

makanan dan penyakit infeksi.

2) Produksi Pangan

Peranan pertanian dianggap penting karena kemampuannya

menghasilkan produk pangan.

3) Budaya

Di beberapa daerah tertentu masih ada kepercayaan untuk

memantang makanan tertentu yang dipandang dari segi gizi

sebenarnya mengandung zat gizi yang baik.

4) Kebersihan Lingkungan

Kebersihan lingkungan yang jelk akan memudahkan anak


menderita penyakit tertentu.

5) Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan berperan penting dalam

meningkatkan status gizi anak.Apabila anak sakit orang tua

terutama ibu dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan dan


secara rutin mengikuti konseling gizi yang biasa dilakukan di

Puskesmas.

4. Gambaran Klinis Anak Stunting

Menurut (Trihono, 2015), gambaran klinis anak dengan kondisi stunting

sebagai berikut :

a. Pertumbuhan gigi terlambat

b. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar

c. Tanda pubertas terlambat

d. Pada usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak

melakukan eye contact

e. Pertumbuhan melambat

f. Wajah tampak lebih muda dari usianya

5. Klasifikasi Stunting

Menurut KEPMENKES dalam (Par’i, 2017), status gizi terdiri dari 2

kategori berdasarkan TB/U (stunting), yaitu :

a. Pendek adalah jika standar deviasinya -3 SD sampai <-2SD

b. Sangat pendek adalah jika standar deviasanya <-3SD

6. Penilaian Stunting

a. Antropometri
Menurut (Mardalena, 2017), antropometri adalah ukuran

tubuh manusia. Penggunaan metode ini dilakukan karena

manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan mencakup perubahan besar, jumlah, ukuran dan

fungsi sel, jaringan, organ tingkat individu yang diukur dengan

ukuran panjang, berat, umur tulang, dan keseimbangan

metabolik sedangkan perkembangan adalah bertambahnya

kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks secara teratur dan dapat diramalkan. Pertumbuhan dan

perkembangan dipengaruhi oleh faktor intenal (genetik) dan

faktor eksternal (lingkungan).

Metode antripometri digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi (karbohidrat dan

lemak). metode ini memiliki keunggulan dimana alat mudah

dapat dilakukan berulang-ulang dan objektif, siapa saja bisa

dilatih mengukur, relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan,

secara ilmiah diakui kebenarannya, sederhana, aman, bisa

sampel besar tepat, akurat, dapat menggambarkan riwayat gizi

masa lalu, bisa untuk scrinning, dan mengevaluasi status gizi.

Selain keunggulan, ada juga kelemahannya antara lain : tidak

sensitif dan spesifik mengukur suatu zat gizi bisa dipengaruhi

faktor di luar gizi misalnya penyakit, bisa terjadi kesalahan

pengukuran.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan

dengan melakukan pengukuran pada beberapa parameter.

Parameter ini terdiri dari :

1) Umur, yaitu bulan penuh untuk anak usia 0-2 tahun dan

tahun penih >2 tahun dihitung dari hari lahir

2) Berat badan diukur menggunakan pengukur berat badan

yang sesuai dengan bayi/balita dan dengan cara yang tepat

3) Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi

badan disesuaikan dengan bayi/balita, yaitu belum bisa

berdiri atau sudah berdiri serta denngan cara yang tepat

4) Lingkar lengan atas dapat diukur menggunakan pita LILA

atau meteran

5) Lingkar kepala

6) Lingkar dada

7) Jaringan lunak diukur menggunakan alat khusus

Parameter sebagai ukuran tunggal sebenarnya belum bisa

digunakan untuk menilai status gizi, maka harus

dikombinasikan. Kombinasi beberapa parameter itu disebut

Indeks Antropometri yang terdiri dari :

1) Berat badan berdasarkan umur ( BB/U)

2) Tinggi badan berdasarkan umur ( BB/U)


3) Berat badan berdasarkan tinggi badan ( BB/TB)

4) Lingkar lengan atas berdasarkan umur ( LILA/U)

5) Indeks Massa Tubuh ( IMT )

Setiap indeks antropometri memiliki kelebihan dan kelemahan,

diantaranya :

1) BB/U

Kelebihannya : mudah, cepat dimengerti, bisa mengukur

status akut dan kronis, sensitif terhadap perubahan, dapat

mendeteksi overweight

Kelemahannya : dipengaruhi oleh ascites/udema, harus

tahu tanggal lahir yang jelas biasanya sering salah dalam

pengukuran.

2) TB/U

Keuntungannya : alat mudah dan murah, fleksibel, bisa


mengukur gizi masa lampau

Kelemahannya : tinggi badan lama bertambah, posisi harus


tepat, umur harus jelas

3) BB/TB

Keuntungannya : tidak perlu data umur, dapat membedakan

proposi badan gemuk, normal, kurus


Kelemahannya : tidak dapat memberikan gambaran tinggi

anak yang seumuran, sulit dilakukan balita, memiliki 2

macam alat ukur, lebih lama, biasanya sering terjadi

kesalahan pengukuran.

4) LILA/U

Keuntungannya : baik untuk menilai kekurangan energi

protein ( KEP )berat, murah, mudah.Kelamahannya : sulit

menentukan ambang batas, sulit menilai pertumbuhan anak

2-5 tahun

b. Standar Deviasi ( z-score )

Menurut (Par’i, 2017), z-score digunakan untuk mengetahui

lebih detail dimana suatu skor dalam suatu distribusi. Posisi

dalam suatu distribusi itu sendiri ditujukan dengan simbol +/-

yang menunjukkan bahwa kalau positif berada di atas mean dan

kalau negatif menandakan sebaliknya. Z-score juga dapat

memberi tahu berapa jarak skor dengan mean.

Z-score ialah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB

normal menurut WHO. Rumus perhitungan z-score TB/U :

Nilai individu subjek - Nilai median baku rujukan

c. Grafik Pertumbuhan PB/U atau TB/U


Menurut (Par’i, 2017), grafik PB/U atau TB/U berisi garis

pertumbuhan panjang badan atau tinggi abdan anak berdasarkan

umur. Penyebutan panjang badan adalah jika anak diukur

dengan cara berbaring. Anak yang diukur panjang badan adalah

anak yang berusia 24 bulan atau kurang, sedangkan anak yang

berusia lebih dari 24 bulan diukur dengan cara tegak atau berdiri

sehingga hasil ukurnya disebut tinggi badan.

Grafik pertumbuhan PB/U yang digunakan untuk anak

usia 0-2 tahun dibedakan antara laki-laki dan perempuan,

sedangkan grafik pertumbuhan TB/U digunakan untuk anak usia

2-5 tahun. Garis 0 pada grafik menunjukkan nilai median

berdasarkan standar pertumbuhan serta nilai 1,2,3, atau -1, -2, -3

menunjukkan nilai z-score.

Grafik TB/U atau PB/U menunjukkan pencapaian

pertumbuhan tinggi badan atau panjang badan menurut umur

dibandingkan dengan median ( garis 0 ). hasil pengukuran

panjang/tinggi badan balita, kemudian dilakukan ploting pada

grafik. Jika berdasarkan hasil ploting berada dibawah -2 SD

maka balita termasuk kategori pendek dan jika berada dibawah

-3 SD maka balita dikategorikan sangan pendek.

7. Dampak Stunting

Menurut (Sandjojo, 2017) dampak yang dapat ditimbulkan oleh

stunting adalah :
a. Jangka pendek

Dampak yang dapat ditimbulkan dalam jangka pendek ialah

terganggunya perkembangan otak, kecerdasan intelektual, gangguan

pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme tubuh.

b. Jangka panjang

Akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya

kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan

tubuh sehingga mudah sakit, risiko tinggi untuk munculnya penyakit

diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,

stroke, dan disabilitas pada usia tua.

Menurut (Soetjiningsih.(2015), n.d.)Seorang anak Stunting akan

mengalami gangguan emosi seperti masalah emosi, perilaku, dan

masalah dengan teman sebaya lebih tinggi pada anak dengan

perawakan pendek dibanding dengan anak yang memiliki tinggi

normal. Gangguan emosi diwujudkan dengan keluhan-keluhan

menyerupai ,rasa cemas, perasaan tidak bahagia dan kurang percaya

diri rasa marah yang berlebihan, sulit mematuhi perintah orang lain,

sering terlibat pertengkaran, sering berbohong . Sedangakan untuk

masalah dengan teman sebaya masalahnya meliputi anak lebih

senang menyendiri dari pada dengan anak yang seumur, jarang

memiliki teman dekat, mengeluh sering diganggu oleh temannya,

dan cenderung lebih nyaman untuk bermain bersama orang dewasa.

8. Gangguan sosial emosional pada anak yang stunting


Seorang anak Stunting akan mengalami gangguan sosial emosional,

gangguan perilaku,dan gangguan dengan teman sebaya lebih tinggi pada

anak dengan perawakan pendek disbanding dengan anak yang memiliki

tinggi normal. Gangguan emosi diwujudkan dengan keluhan-keluhan

menyerupai ,rasa cemas, perasaan tidak bahagi adan kurang percaya diri

rasa marah yang berlebihan, sulit mematuhi perintah orang lain, sering

terlibat pertengkaran, sering berbohong . Sedangakan untuk masalah

dengan teman sebaya masalahnya meliputi anak lebih senang menyendiri

dari pada dengan anak yang seumur, jarang memiliki teman dekat,

mengeluh sering diganggu oleh temannya, dan cenderung lebih nyaman

untuk bermain bersama orang dewasa.(Soetjiningsih.(2015), n.d.)

9. Solusi terhadap stunting

Menurut (Sandjojo, 2017), terdapat dua cara penanganan stunting yaitu

intervensi gizi spesifik dan inntervensi gizi senstif.

a. Intervensi Gizi Spesifik

Intervensi gizi spesifik ini umumnya dilakukan oleh petugas

kesehatan di Desa / kecamatan dan bersifat jangka pendek,

hasilnya dapat dicatat dalam waktu yang relatif pendek

1) Untuk sasaran ibu hamil

a) Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil yang

kekurangan energi dan protein


b) Pendampingan kepada semua ibu hamil agar patuh

mengkonsumsi tablet tambah darah oleh kader

c) Mengatasi kekurangan asam folat

d) Mengatasi kekurangan iodium

e) Kelas ibu hamil untuk kesehatan ibu hamil dan

persiapan menyusui

2) Untuk sasaran anak baru lahir - usia 23 bulan

a) Pendampingan kepada semua ibu yang memiliki usia 0-

6 bulan agar mampu memberikan ASI ekslusif sejak

lahir sampai umur 6 bulan

b) Pembelajaran pola asuh pemberian makan bayi dan

anak untuk bentuk kelas ibu

c) Pemantauan pertmbuhan bayi dan anak usia 0-59 bulan

oleh kader untuk meningkatkan partisipasi balita ke

posyandu dengan masalah gizi yang perlu ditindak

lanjuti lebih lanjut

3) Untuk sasaran keluarga

a) Penyediaan air bersih skala desa


b) Sanitasi lingkungan skala desa MCK, pembuangan

sampah dan pengelolaan limah

c) Pendidikan gizi

b. Intervensi Gizi Sensitif

Intervensi dapat dilakukan oleh pemerintah daerah setempat

dengan mendorong kepedulian desa dalam menangani masalah

kesehatan ibu dan anak melalui penganggaran APB Desa.

Idealnya dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan

pembangunan di luar sektor kesehatan dan berkontribusi pada

70% intervensi stunting.

Anda mungkin juga menyukai