Anda di halaman 1dari 8

LOMBA ESAI NASIONAL 2020

“SABOTASI” (SCRAP BOOK ANTI KORUPSI)

MEDIA PEMBELAJARAN ANAK DI RUMAH

DALAM PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

DISUSUN OLEH :

HANIFA NOOR

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

RIAU KOTA PEKANBARU

TAHUN 2020
Korupsi merupakan masalah paling krusial yang dihadapi negara dan bangsa
Indonesia saat ini. Tindak pidana korupsi yang terjadi terentang mulai dari korupsi
kecil-kecilan seperti pemberian uang pelicin ketika berurusan di kelurahan sampai
ke korupsi besar-besaran seperti penyelewengan dana bantuan atau dana-dana
negara lainnya yang bernilai ratusan juta hingga triliunan rupiah. Kejadian ini
makin mempertegas anggapan bahwa korupsi sudah membudaya dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi di bumi Indonesia


antara lain dengan membentuk badan Negara yang diberikan kewenangan luar
biasa seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Semenjak didirikan tahun
2002 sampai sekarang KPK telah menindak berbagai kasus korupsi. Tingkat
korupsi di Indonesia tercatat cukup tinggi. Tahun 2013, nilai Indeks Persepsi
Korupsi (IPK) yang dikeluarga oleh lembagayang sama,Indonesia memperoleh
skorsebesar3,2dari total 10 poinyang berarti Indonesia masih merupakan negara
dengan tingkat korupsi yang tinggi. Bahkan tahun 2014, Corruption Perception
Index Indonesia berada di urutan ke-107 dari 174 negara. Indonesia tertinggal
jauh dari negara tetangga seperti Singapura dengan urutan ke-7, Malaysia di
urutan ke-50 dan Thailand di urutan ke-851.

Baru-baru ini Bumi Pertiwi sedang dihebohkan dengan kasus korupsi yang
dilakukan oleh pejabat negara. Kasus korupsi terbaru yang terkuak yakni kasus
yang menyeret nama Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo dan
Menteri Sosial Juliari Batubara. Dilansir dari Tribun News.com Edhy Prabowo
tersandung kasus dugaan suap perizinan budaya lobster sedangkan Juliari
Batubara ditetapkan sebagai tersangka kasus dana bantuan sosial (bansos)
penaganan Covid-19 di Kementerian Sosial.

Jika dikaji lagi, perilaku korupsi di Indonesia sendiri memiliki dua akar penyebab.
Ada korupsi yang bersifat sistemik dan muncul karena adanya dukungan sosial.
Sistemik dimana akar korupsi terjadi sebagai akibat dari system yang tak karuan
saling bertentangan hukum satu dengan aturan yang lain. Namun, kali ini akan

1
Transparency International. 2013. Survei Integritas Anak Muda 2013: Persepsi dan Sikap
Anak Muda terhadap Integritas dan Anti Korupsi. Transparency International Indonesia. Jakarta.
mengupas dan memperdalam tentang akar korupsi yang terjadi karena dukungan
sosial. Baik oleh orang tua ataupun dari pihak keluarga bermental materialis yang
membuat seseorang mengambil keputusan untuk melakukan tindak korup, entah
karena terpaksa atau mengejar kegengsian dunia semata2.

Menyikapi fenomena tersebut diperlukan suatu upaya dalam pemberantasan


korupsi. Salah satunya upaya preventif. Upaya preventif dalam menangani kasus
korupsi dapat dilakukan lewat jalur pendidikan masyarakat dalam upaya
penanaman nilai anti korupsi dalam pengasuhan anak oleh keluarga 3. Mendidik
generasi muda dengan menanamkan nilai-nilai etika dan moral yang diperlukan
dalam kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan.
Karena, keluarga sebagai organisasi sosial terkecil dalam masyarakat memiliki
peran dasar dan pengaruh yang signifikan dalam penanaman nilai dan
pembentukan perilaku anak.

Betapa pentingnya penerapan pola asuh orang tua yang baik kepada anaknya,
selain karena orang tua adalah suri tauladan bagi anaknya, dari orang tualah akan
timbul pembiasaan pembentukan karakter anak. Karena tindak perilaku korupsi
bisa dimulai dari salahnya pola asuh yang diterapkan semasa pembentukan
karakter yang pada akhirnya akan membentuk karakter dan ketika semakin
dibiasakan atau terjadi proses pembiaran maka puncaknya karakter tersebut akan
menjadi sebuah perilaku laten yang tak mudah diubah kecuali dengan kemauan
yang kuat oleh masing-masing individu yang menjalaninya.

Menurut kajian Psikologi Perkembangan, Pendidikan antikorupsi harus dimulai


sedini mungkin. Karena, Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan
selanjutnya. Didalamnya anak sedang berada pada masa tertinggi dalam
menguasai ketrampilan dasar membaca, menulis, secara formal berhadapan
langsung dengan dunia yang lebih besar dan lengkap dengan budayanya juga
prestasi adalah tema sentral dalam dunia mereka yang disertai dengan kontrol diri

2
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol 2, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), hlm. 458.
3
Wakhidah, Nafisatul. 2015. Revitalisasi Peran Keluarga dalam Pendidikan Anti Korupsi
Menuju 100 Tahun Kemerdekaan Indonesia. Via online http://psikologi.uin- diunduh pada
tanggal 9 Desember 2020 pukul 16:32 WIB
yang meningkat4. Pendidikan anti korupsi menyangkut banyak aspek seperti tidak
menyalahgunakan jabatannya dan menjalankan amanah yang diberikannya, selalu
berada dalam kejujuran dan berbuat adil.

Maka dari itu, orang tua harus memiliki pola asuh yang menyenangkan dalam
memberikan bekal ataupun ilmu mengenai anti korupsi. Sehingga, diharapkan
anak yang diasuh dapat memahami sifat antikorupsi dan kelak dewasa tidak
menjadi seorang koruptor, karena semua perilaku itu tidak muncul dengan tiba-
tiba. ia terbentuk dalam proses yang panjang. Jadi, para koruptor itu juga
melewati proses yang panjang dan pengasuhan yang kacau menyebabkan tidak
memiliki rasa bersalah ketika mengambil hak orang lain.

Melalui media pembelajaran “SABOTASI” (Scrapbook Anti Korupsi) anak akan


memahami pendidikan anti korupsi melalui gambar, ilustrasi maupun cerita yang
ada di dalam media ini. SABOTASI merupakan media pembelajaran tiga dimensi
berbentuk album yang didalamnya terdapat foto, gambar, ilustrasi serta catatan
atau klipingan yang berhubungan dengan foto atau gambar tersebut yang dihias
dengan kreatif. Media tiga dimensi merupakan satu komponen penting dari
strategi penyampaian. Media tiga dimensi memiliki peranan penting dari strategi
penyampaian pengajaran untuk penyampaian hasil belajar tertentu. Media tiga
dimensi bukan sekedar alat bantu mengajar bagi guru ataupun orang tua,
melainkan merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem pengajaran karena
media tiga dimensi dapat membantu peserta didik dalam memahami materi
pembelajaran5.

Media pembelajaran SABOTASI memiliki sifat : 1) material, memiliki wujud fisik


terutama pada alat-alat peraga atau model; 2) Adaptif, menyesuaikan dengan
tingkat pengguna model tersebut di lapangan; 3) Reusable, dapat digunakan
kembali sehingga bukanlah merupakan barang yang habis pakai seperti misalnya
makanan dan lain sebagainya; 4) Mempermudah penyampaian materi
pembelajaran; 5) Visualisasi, suatu media pembelajaran akan mempermudah

4
Santrock, John W. 2011. Masa Perkembangan anak. Salemba Humanika. Jakarta. Hal.22
5
Pertiwi, Hanah. 2017. Penanaman serta Pembentukan Karakter Melalui Pemanfaatan
Media Scrap Book Beredisi Internalisasi Nilai Islami. Pedagogi: Jurnal Anak Usia Dini dan
pendidikan Anak. Volume 3 :Nomor 3c Desember 2017
visualisasi seorang siswa didik dalam memahami suatu konsep abstrak atau
realitas yang sedang dipelajari dalam mata pelajaran tertentu; 6) Edukatif, media
pembelajaran dibuat dan difungsikan dalam rangka pembelajaran untuk
membantu pemahaman materi atau konsep pada siswa didik dan bukan untuk
tujuan yang selainnya.

Media pembelajaran SABOTASI ini dikemas dengan cerita yang memuat nilai-
nilai anti korupsi yang merupakan bagian dari penanaman serta pembentukan
karakter sejak dini. Nilai-nilai anti korupsi yang diterapkan dalam media
pembelajaran SABOTASI ini diantaranya; kejujuran, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, keadilan dan sifat-sifat anti korup
lainnya. Dimana dalam penyampaiannya, orang tua dapat menyampaikannya
dengan cara yang menyenangkan, belajar sambil bermain, mendogeng, bercerita
serta diskusi.

Dalam pembuatan media pembelajaran SABOTASI digunakan alat dan bahan yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari, seperti ; kertas karton, gunting, kertas hias,
penggaris, lem kertas, penjepit, spidol, benang, kertas warna, karton warna dan
bahan-bahan lain yang mendukung pembelajaran anti korupsi.

Penutup

Media pembelajaran SABOTASI lebih bermanfaat jika dibaca dan dipahami oleh
seluruh kalangan masyarakat khususnya anak-anak, karena anak-anak masih
membutuhkan banyak ilmu untuk mengahdapi dunia yang sesungguhnya.
Didalam scrapbook SABOTASI ini anak-anak bisa belajar sambil bermain lewat
gambar-gambar menarik dan cerita-cerita yang seru.

Pada akhirnya, masyarakat Indonesia khususnya anak-anak sudah terbentuk


karakter kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja
keras, keadilan dan sifat-sifat anti korup lainnya, sehingga anak-anak memiliki
bekal untuk hidup kedepannya dalam menjalankan amanah dan jabatan yang
diembannya kelak.
Gambar 1. Cover Media Pembelajaran SABOTASI

Gambar 2. Bagian dalam Media Pembelajaran SABOTASI


DAFTAR PUSTAKA

Pertiwi, Hanah. 2017. Penanaman serta Pembentukan Karakter Melalui


Pemanfaatan Media Scrap Book Beredisi Internalisasi Nilai Islami.
Pedagogi: Jurnal Anak Usia Dini dan pendidikan Anak. Volume 3 :Nomor
3c Desember 2017

Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol 2, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), hlm.
458.

Santrock, John W. 2011. Masa Perkembangan anak. Salemba Humanika.


Jakarta. Hal.22

Transparency International. 2013. Survei Integritas Anak Muda 2013: Persepsi


dan Sikap Anak Muda terhadap Integritas dan Anti Korupsi. Transparency
International Indonesia. Jakarta.

Wakhidah, Nafisatul. 2015. Revitalisasi Peran Keluarga dalam Pendidikan Anti


Korupsi Menuju 100 Tahun Kemerdekaan Indonesia. Via online
http://psikologi.uin- diunduh pada tanggal 9 Desember 2020 pukul 16:32
WIB
KARTU TANDA MAHASISWA

Anda mungkin juga menyukai