DISUSUN OLEH :
HANIFA NOOR
TAHUN 2020
Korupsi merupakan masalah paling krusial yang dihadapi negara dan bangsa
Indonesia saat ini. Tindak pidana korupsi yang terjadi terentang mulai dari korupsi
kecil-kecilan seperti pemberian uang pelicin ketika berurusan di kelurahan sampai
ke korupsi besar-besaran seperti penyelewengan dana bantuan atau dana-dana
negara lainnya yang bernilai ratusan juta hingga triliunan rupiah. Kejadian ini
makin mempertegas anggapan bahwa korupsi sudah membudaya dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
Baru-baru ini Bumi Pertiwi sedang dihebohkan dengan kasus korupsi yang
dilakukan oleh pejabat negara. Kasus korupsi terbaru yang terkuak yakni kasus
yang menyeret nama Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo dan
Menteri Sosial Juliari Batubara. Dilansir dari Tribun News.com Edhy Prabowo
tersandung kasus dugaan suap perizinan budaya lobster sedangkan Juliari
Batubara ditetapkan sebagai tersangka kasus dana bantuan sosial (bansos)
penaganan Covid-19 di Kementerian Sosial.
Jika dikaji lagi, perilaku korupsi di Indonesia sendiri memiliki dua akar penyebab.
Ada korupsi yang bersifat sistemik dan muncul karena adanya dukungan sosial.
Sistemik dimana akar korupsi terjadi sebagai akibat dari system yang tak karuan
saling bertentangan hukum satu dengan aturan yang lain. Namun, kali ini akan
1
Transparency International. 2013. Survei Integritas Anak Muda 2013: Persepsi dan Sikap
Anak Muda terhadap Integritas dan Anti Korupsi. Transparency International Indonesia. Jakarta.
mengupas dan memperdalam tentang akar korupsi yang terjadi karena dukungan
sosial. Baik oleh orang tua ataupun dari pihak keluarga bermental materialis yang
membuat seseorang mengambil keputusan untuk melakukan tindak korup, entah
karena terpaksa atau mengejar kegengsian dunia semata2.
Betapa pentingnya penerapan pola asuh orang tua yang baik kepada anaknya,
selain karena orang tua adalah suri tauladan bagi anaknya, dari orang tualah akan
timbul pembiasaan pembentukan karakter anak. Karena tindak perilaku korupsi
bisa dimulai dari salahnya pola asuh yang diterapkan semasa pembentukan
karakter yang pada akhirnya akan membentuk karakter dan ketika semakin
dibiasakan atau terjadi proses pembiaran maka puncaknya karakter tersebut akan
menjadi sebuah perilaku laten yang tak mudah diubah kecuali dengan kemauan
yang kuat oleh masing-masing individu yang menjalaninya.
2
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol 2, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), hlm. 458.
3
Wakhidah, Nafisatul. 2015. Revitalisasi Peran Keluarga dalam Pendidikan Anti Korupsi
Menuju 100 Tahun Kemerdekaan Indonesia. Via online http://psikologi.uin- diunduh pada
tanggal 9 Desember 2020 pukul 16:32 WIB
yang meningkat4. Pendidikan anti korupsi menyangkut banyak aspek seperti tidak
menyalahgunakan jabatannya dan menjalankan amanah yang diberikannya, selalu
berada dalam kejujuran dan berbuat adil.
Maka dari itu, orang tua harus memiliki pola asuh yang menyenangkan dalam
memberikan bekal ataupun ilmu mengenai anti korupsi. Sehingga, diharapkan
anak yang diasuh dapat memahami sifat antikorupsi dan kelak dewasa tidak
menjadi seorang koruptor, karena semua perilaku itu tidak muncul dengan tiba-
tiba. ia terbentuk dalam proses yang panjang. Jadi, para koruptor itu juga
melewati proses yang panjang dan pengasuhan yang kacau menyebabkan tidak
memiliki rasa bersalah ketika mengambil hak orang lain.
4
Santrock, John W. 2011. Masa Perkembangan anak. Salemba Humanika. Jakarta. Hal.22
5
Pertiwi, Hanah. 2017. Penanaman serta Pembentukan Karakter Melalui Pemanfaatan
Media Scrap Book Beredisi Internalisasi Nilai Islami. Pedagogi: Jurnal Anak Usia Dini dan
pendidikan Anak. Volume 3 :Nomor 3c Desember 2017
visualisasi seorang siswa didik dalam memahami suatu konsep abstrak atau
realitas yang sedang dipelajari dalam mata pelajaran tertentu; 6) Edukatif, media
pembelajaran dibuat dan difungsikan dalam rangka pembelajaran untuk
membantu pemahaman materi atau konsep pada siswa didik dan bukan untuk
tujuan yang selainnya.
Media pembelajaran SABOTASI ini dikemas dengan cerita yang memuat nilai-
nilai anti korupsi yang merupakan bagian dari penanaman serta pembentukan
karakter sejak dini. Nilai-nilai anti korupsi yang diterapkan dalam media
pembelajaran SABOTASI ini diantaranya; kejujuran, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, keadilan dan sifat-sifat anti korup
lainnya. Dimana dalam penyampaiannya, orang tua dapat menyampaikannya
dengan cara yang menyenangkan, belajar sambil bermain, mendogeng, bercerita
serta diskusi.
Dalam pembuatan media pembelajaran SABOTASI digunakan alat dan bahan yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari, seperti ; kertas karton, gunting, kertas hias,
penggaris, lem kertas, penjepit, spidol, benang, kertas warna, karton warna dan
bahan-bahan lain yang mendukung pembelajaran anti korupsi.
Penutup
Media pembelajaran SABOTASI lebih bermanfaat jika dibaca dan dipahami oleh
seluruh kalangan masyarakat khususnya anak-anak, karena anak-anak masih
membutuhkan banyak ilmu untuk mengahdapi dunia yang sesungguhnya.
Didalam scrapbook SABOTASI ini anak-anak bisa belajar sambil bermain lewat
gambar-gambar menarik dan cerita-cerita yang seru.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol 2, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), hlm.
458.