Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN INKONTENENSIA URINEPADA LANSIA

Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu praktek profesi ners


Departemen Keperawatan Gerontik

Di Susun Oleh
ERNA YASIN
200714901294

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser  sebagai
bahasa awam  merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan
sosial. Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja,
sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi
(disertai pengeluaran feses) (brunner, 2011).
Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS)
didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol;
secara objektif dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah sosial atau
higienis. Hal ini memberikan perasaan tidak nyaman yang menimbulkan dampak
terhadap kehidupan sosial, psikologi, aktivitas seksual dan pekerjaan. Juga
menurunkan hubungan interaksi sosial dan interpersonal. Inkontinensia urin dapat
bersifat akut atau persisten. Inkontinensia urin yang bersifat akut dapat diobati bila
penyakit atau masalah yang mendasarinya diatasi seperti infeksi saluran kemih,
gangguan kesadaran, vaginitis atrofik, rangsangan obat–obatan dan masalah
psikologik.
B. FAKTOR RISIKO
Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang mengalami inkontinensia urine semakin
meningkat. Selain itu, ada juga faktor lain yang bisa memicu terjadinya kondisi
tersebut, yaitu konsumsi obat tertentu, seperti obat darah tinggi, obat anti-nyeri, dan
beberapa golongan obat penenang. Kondisi fisiologis yang menurun juga beberapa
penyakit seperti pembesaran prostat, infeksi saluran kemih dapat menjadi faktor
risiko terjadinya inkontinensia urin.
Dibanding pria, wanita lebih rentan mengalami inkontinensia urine karena memiliki
saluran kemih lebih pendek. Sedangkan pria yang mengidap pembesaran prostat
lebih berisiko mengalami inkontinensia urine.
C. ETIOLOGI
Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh kondisi yang terkait saluran kemih
bagian bawah maupun kondisi yang tidak terkait saluran kemih bagian bawah. Jika
terkait saluran kemih bagian bawah, kondisi ini lebih diakibatkan karena aktivitas otot
dinding kandung kemih yang berlebihan. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh penyakit
saraf, sumbatan di saluran kemih, batu di kandung kemih atau pun kanker kandung
kemih. Namun, inkontinensia urine juga dapat terjadi meski saluran kemih normal.
Kondisi tersebut biasanya terjadi pada lanjut usia dan terkait dengan kondisi
mobilitas juga kognitif.

Kelainan klinik yang erat hubungannya dengan gejala inkontinensia


urine antara lain :
1) Kelainan traktus urinearius bagian bawah
Infeksi, obstruksi, kontraktiltas kandung kemih yang
berlebihan, defisiensi estrogen,kelemahan sfingter,
hipertropi prostat.
2) Usia
Seiring bertambahnya usia, ada beberapa
perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara
lain: melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan
berkali-kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk
kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan
air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari
dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih
baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih.
3) Kelainan neurologis
Otak (stroke, alzaimer, demensia multiinfark,
parkinson, multipel sklerosis), medula spinalis (sklerosis
servikal atau lumbal, trauma, multipel sklerosis), dan
persarafan perifer (diebetes neuropati, trauma saraf).
4) Kelainan sistemik
Gagal jantung kongestif juga bisa menjadi faktor
penyebab produksi urin meningkat dan harus dilakukan
terapi medis yang sesuai. Gangguan kemampuan ke toilet
bisa disebabkan oleh penyakit kronik, trauma, atau
gangguan mobilitas. Untuk mengatasinya penderita harus
diupayakan ke toilet secara teratur atau menggunakan
substitusi toilet.
5) Kondisi fungsional
Inkontinensia urine juga terjadi akibat kelemahan
otot dasar panggul, karena kehamilan, pasca melahirkan,
kegemukan (obesitas), menopause, usia lanjut, kurang
aktivitas dan operasi vagina. Penambahan berat dan
tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan
melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama
sembilan bulan. Proses persalinan juga dapat membuat otot-
otot dasar panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan
penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urine. Dengan
menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di usia
menopause (50 tahun ke atas), akan terjadi penurunan
tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih (uretra),
sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine.
Faktor risiko yang lain adalah obesitas atau kegemukan,
riwayat operasi kandungan dan lainnya juga berisiko
mengakibatkan inkontinensia. Semakin tua seseorang
semakin besar kemungkinan mengalami inkontinensia urine,
karena terjadi perubahan struktur kandung kemih dan otot
dasar panggul
6) Efek samping pengobatan
Diuretik, antikolionergik, narkotika, kalsium chanel
bloker, inhibitor kolinestrase.

D. TANDA DAN GEJALA


Gejala umum inkontenensia urine adalah buang air kecil tanpa diinginkan
atau disadari. Bagaimana dan kapan mengompol itu terjadi tergantung dari tipe
inkontenensia.
Gejalanya meliputi:
 BAK saat olahraga, batuk, bersin, atau tertawa
 BAK di celana karena rasa ingin BAK yang sangat intens dan tiba-tiba
sehingga tidak sempat ke toilet
 BAK Ketika mendengar suara air mengalir
 BAK Ketika berhubungan seksual
 BAK sedikit-sedikit terus menerus
 BAK tidak tuntas atau anyang-anyangan selalu BAK dalam jumlah yang
banyak terutama pada malam hari

E. KLASIFIKASI
Inkontinensia urine di klasifikasikan menjadi 3 ( Charlene J.Reeves at all )
1. Inkontinensia Urin Akut Reversibel
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tak dapat
pergi ke toiletsehingga berkemih tidak pada tempatnya. Bila delirium teratasi
maka inkontinensia urinumumnya juga akan teratasi. Setiap kondisi yang
menghambat mobilisasi pasien dapatmemicu timbulnya inkontinensia urin
fungsional atau memburuknya inkontinensiapersisten, seperti fraktur tulang
pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya.Resistensi urin karena obat-obatan,
atau obstruksi anatomis dapat pulamenyebabkan inkontinensia urin.
Keadaan inflamasi pada vagina dan urethra (vaginitisdan urethritis) mungkin
akan memicu inkontinensia urin. Konstipasi juga seringmenyebabkan
inkontinensia akut.Berbagai kondisi yang menyebabkan poliuria dapat
memicu terjadinyainkontinensia urin, seperti glukosuria atau kalsiuria. Gagal
jantung dan insufisiensi vena dapat menyebabkan edema dan nokturia yang
kemudian mencetuskan terjadinyainkontinensia urin nokturnal. Berbagai
macam obat juga dapat mencetuskan terjadinyainkontinensia urin seperti
Calcium Channel Blocker, agonist adrenergic alfa, analgesicnarcotic,
psikotropik, antikolinergik dan diuretic.Untuk mempermudah mengingat
penyebab inkontinensia urin akut reversible dapatdilihat akronim di bawah ini
:
- Delirium
- Restriksi mobilitas, retensi urin
- Infeksi, inflamasi, Impaksi
-Poliuria, pharmasi

2. Inkontinensia Urin Persisten


Inkontinensia urin persisten dapat diklasifikasikan dalam berbagai
cara, meliputi anatomi, patofisiologi dan klinis. Untuk kepentingan praktek
klinis, klasifikasi klinis lebih bermanfaat karena dapat membantu evaluasi
dan intervensi klinis.Kategori klinis meliputi :
a) Inkontinensia urin stress
Tak terkendalinya aliran urin akibat meningkatnya tekanan
intraabdominal, sepertipada saat batuk, bersin atau berolah raga.
Umumnya disebabkan oleh melemahnyaotot dasar panggul,
merupakan penyebab tersering inkontinensia urin pada lansia
dibawah 75 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita tetapi mungkin
terjadi pada laki-laki akibat kerusakan pada sfingter urethra setelah
pembedahan transurethral danradiasi. Pasien mengeluh
mengeluarkan urin pada saat tertawa, batuk, atau berdiri.Jumlah urin
yang keluar dapat sedikit atau banyak.
b) Inkontinensia urin urgensi
Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan
sensasi keinginan berkemih.Inkontinensia urin jenis ini umumnya
dikaitkan dengan kontraksi detrusor tak terkendali (detrusor
overactivity). Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan dengan
inkontinensia urin urgensi ini, meliputi stroke, penyakit Parkinson,
demensiadan cedera medula spinalis. Pasien mengeluh tak cukup
waktu untuk sampai di toiletsetelah timbul keinginan untuk berkemih
sehingga timbul peristiwa inkontinensiaurin. Inkontinensia tipe
urgensi ini merupakan penyebab tersering inkontinensia padalansia
di atas 75 tahun. Satu variasi inkontinensia urgensi adalah
hiperaktifitasdetrusor dengan kontraktilitas yang terganggu. Pasien
mengalami kontraksiinvolunter tetapi tidak dapat mengosongkan
kandung kemih sama sekali. Merekamemiliki gejala seperti
inkontinensia urin stress, overflow dan obstruksi. Oleh karenaitu
perlu untuk mengenali kondisi tersebut karena dapat menyerupai
ikontinensia urintipe lain sehingga penanganannya tidak tepat.
c) Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan (Over Flow Inkontinensia )
Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan
distensi kandung kemih yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh
obstruksi anatomis, seperti pembesaran prostat, faktor neurogenik
pada diabetes melitus atau sclerosis multiple, yang menyebabkan
berkurang atau tidak berkontraksinya kandung kemih, dan faktor-
faktor obat-obatan. Pasien umumnya mengeluh keluarnya sedikit
urin tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh.
d) Inkontinensia urin fungsional
Memerlukan identifikasi semua komponen tidak
terkendalinya pengeluaran urin akibat faktor-faktor di luar saluran
kemih. Penyebab tersering adalah demensia berat, masalah
muskuloskeletal berat, faktor lingkungan yang menyebabkan
kesulitan unutk pergi ke kamar mandi, dan faktor psikologis.
Seringkali inkontinensia urin pada lansia muncul dengan berbagai
gejala dan gambaran urodinamik lebih dari satu tipe inkontinensia
urin. Penatalaksanaan yang tepat memerlukan identifikasi semua
komponen.

Walaupun begitu, bebrapa perubahan – perubahanberkaitan dengan


bertambahnya usia, dan faktor – faktor yang sekarang timbul sebagai akibat
seorang menjadi lanjut usia dapat mendukung terjadinya inkintinensia
(kane,dkk). Faktor – faktor yang berkaitan dengan bertambahnya usia antara
lain :
 Mobilitas yang lebih terbatas karena menurunnya panca indra dan
kemunduran system lokomosi.
 Kondisi – kondisi medic yang patologik dan berhubungan dengan
pengaturan urin, misalnya pada penyakit DM, gagal jantung
kongestif.
F. PATHOFISIOLOGI
Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh karena komplikasi dari penyakit
infeksi saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter atau terjadinya perubahan tekanan
abdomen secara tiba-tiba. Inkontinensia bisa bersifat permanen misalnya pada
spinal cord trauma atau bersifat temporer pada wanita hamil dengan struktur dasar
panggul yang lemah dapat berakibat terjadinya inkontinensia urine. Meskipun
inkontinensia urine dapat terjadi pada pasien dari berbagai usia, kehilangan kontrol
urinari merupakan masalah bagi lanjut usia.
Proses berkemih normal merupakan proses dinamis yang memerlukan
rangkaian koordinasi proses fisiologik berurutan yang pada dasarnya dibagi menjadi
2 fase. Pada keadaan normal selama fase pengisian tidak terjadi kebocoran urine,
walaupun kandung kemih penuh atau tekanan intra-abdomen meningkat seperti
sewaktu batuk, meloncat-loncat atau kencing dan peningkatan isi kandung kemih
memperbesar keinginan ini. Pada keadaan normal, dalam hal demikian pun tidak
terjadi kebocoran di luar kesadaran. Pada fase pengosongan, isi seluruh kandung
kemih dikosongkan sama sekali. Orang dewasa dapat mempercepat atau
memperlambat miksi menurut kehendaknya secara sadar, tanpa dipengaruhi
kuatnya rasaingin kencing. Cara kerja kandung kemih yaitu sewaktu fase pengisian
otot kandung kemih tetap kendor sehingga meskipun volume kandung kemih
meningkat, tekanan di dalam kandung kemih tetap rendah. Sebaliknya otot-otot yang
merupakan mekanisme penutupan selalu dalam keadaan tegang. Dengan demikian
maka uretra tetap tertutup. Sewaktu miksi, tekanan di dalam kandung kemih
meningkat karena kontraksi aktif otot-ototnya, sementara terjadi pengendoran
mekanisme penutup di dalam uretra. Uretra membuka dan urine memancar keluar.
Ada semacam kerjasama antara otot-otot kandung kemih dan uretra, baik semasa
fase pengisian maupun sewaktu fase pengeluaran. Pada kedua fase itu urine tidak
boleh mengalir balik ke dalam ureter (refluks).
G. WEB of CAUTION

MK. Kekurangan Adanya obstruktif kandung kemih, penurunan otot detrusor,


volume cairan otot sfingter, uretra melemah, kehilangan fungsi kognitif

Intake dan output Tekanan kandung kemih


yg tidak seimbang meningkat uretra

Pengeluaran urine Tidak dapat mengontrol Keluar malam atau


yang sering keluaran urine siang

Urine yg bersifat Mengganggu


INKONTENENSIA URINE
asam mengiritasi aktifitas tidur
kulit
Genetalia eksterna MK. Gangguan
Daerah genetalia basah pola tidur
lembab
Urine tersisa di celana
Menimbulkan lecet

Tubuh berbau pesing


MK. Gangguan
integritas kulit
Malu saat
bersosialisasi
MK. Resiko harga diri
rendah

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pengkajian fungsi otot destrusor
2. Radiologi dan pemeriksaan fisik (mengetahui tingkat keparahan/ kelalaian dasar
panggul)
3. Cystometrogram dan elektromyogram
4. Laboratorium : Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji
untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria.
5. Kultur urine
 Steril
 Pertumbuhan tak bermakna (100.000 koloni/ ml)
 Organisme
6. Catatan berkemih (voiding record)
Catatan berkemih dilakukan untuk mengetahui pola berkemih. Catatan ini
digunakanuntuk mencatat waktu dan jumlah urin saat mengalami inkontinensia
urin dan tidak inkontinensia urin, dan gejala berkaitan dengan inkontinensia urin.
Pencatatan polaberkemih tersebut dilakukan selama 1-3 hari. Catatan tersebut
dapat digunakan untuk memantau respon terapi dan juga dapat dipakai sebagai
intervensi terapeutik karena dapatmenyadarkan pasien faktor-faktor yang
memicu terjadinya inkontinensia urin pada dirinya.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan inkontinensia urin menurut Muller adalah mengurangi
faktor resiko, mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia urin,
modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan. Dari beberapa
hal tersebut di atas, dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Pemanfaatan kartu catatan berkemih
Yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan
jumlah urin yang keluar, baik yang keluar secara normal, maupun yang
keluar karena tak tertahan, selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis
minuman yang diminum
b. Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya
inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih,
diuretik, gula darah tinggi.
c. Terapi farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah
antikolinergik seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate,
Imipramine. Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis,
yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra. Pada
sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau
alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan
terapi diberikan secara singkat.
d. Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan
urgensi, bila terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil.
Inkontinensia tipe overflow umumnya memerlukan tindakan
pembedahan untuk menghilangkan retensi urin. Terapi ini dilakukan
terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps
pelvic (pada wanita).
e. Modalitas lain
Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang
menyebabkan inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat
bantu bagi lansia yang mengalami inkontinensia urin, diantaranya
adalah pampers, kateter, dan alat bantu toilet seperti urinal, komod dan
bedpan.
J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Adapun data-data yang akan dikumpulkan dikaji pada asuhan keperawatan klien
dengan diagnosa medis inkontenensia urine :
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status perkawinan,
Pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat.
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha
yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan

d. Riwayat penyakit dahulu


Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK yang berulang, penyakit
kronis yang telah diderita
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit inkontenensia urine, apakah anggota keluarga yang
menderita DM, Hipertensi.
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang digunakan adalah B1-B6
1. B1 (Breathing)
Kaji adanya pernapasan, adanya gangguan pada pola napas,
sianosis karena suplai oksigen menurun, kaji ekspansi dada, adakah
kelainan pada perkusi
2. B2 (Blood)
Terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan
gelisah
3. B3 (Brain)
Kesadaaran biasanya sadar penuh
4. B4 (Bladder)
Ispeksi : periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau
menyengat karena adanya aaktifitas mikroorganisme (bakteri) dalam
kandung kemih disertai dengan keluhan keluarnya darah apabila
ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada
neatus uretra, banyak kencing dan nyeri saat berkemih mendadak
disurea akibat dari infeksi, apaakah klien terpasaang kateter
sebelumnya.
Palpasi : rasa nyeri pada daerah supra pubik atau pelvis, seperti
rasa terbakar di uretra luar sewaktu kencing atau dapat juga di luar
waktu kencing
5. B5 (Bowel)
Bising usus adalah peningkatan atau penurunan, adanya nyeri tekan
abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya keidaknormalan
palpasi pada ginjal
6. B6 (Bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkan dengan
ekstermitas yang lain, adakah nyeri pada persendian.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan eliminasi urine b.d tidak adanya sensasi untuk berkemih dan
kehilangan kemampuan untuk mengahmbat kontraksi kantung kemih
b. Resiko infeksi b.d pemasangan kateter dalam waktu yang lama
c. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang adekuat
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Dx

1. Gangguan setelah dilakukan  Kaji kebiasaan pola


eliminasi urine Tindakan berkemih dan
b.d tidak adanya keperawatan gunakan catatan
sensasi untuk diharapkan klien akan berkemih sehari.
berkemih dan bisa melaporkan suatu Rasional : berkemih
kehilangan pengurangan/ yang sering dapat
kemampuan penghilangan mengurangi
untuk inkontenensia dengan dorongan beri
mengahmbat Kriteria Hasil: distensi kanfung
kontraksi Klien dapat kemih
kantung kemih menjelaskan  Ajarkan untuk
penyebab membatasi masukan
inkontenensia dan cairan selama malam
rasional hari.
penatalaksanaan Rasional:
pembatasan cairan
pada malaam hari
dapat mencegah
terjadinya enurasis
 Bila masih terjadi
inkontenensia kurangi
waktu antar berkemih
yang telah
direncanakan
Rasional : kapasitas
kandung kemih
mungkin tidak cukup
untuk menampung
volume urine
sehingga diperlukan
untuk lebih sering
berkemih
 Instruksikan klien
batuk dalam posisi
litotomi , jika tidak
ada kebocoran ulangi
dengan posisi klien
membentuk 45,
lanjutkan dengan
klien berdiri jika tidak
ada kebocoran yang
lebih dulu
Rasional : untuk
membantu dan
melatih pengosongan
kandung kemih
 Pantau pemasukan
dan pengeluaran,
pastikan klien
mendapat masukan
cairan 2000 ml,
kecuali harus
dibatasi.
Rasional : dehidrasi
optimal diperluakan
untuk mencegah ISK
dan batu ginjal
 Kolaborasi dengan
dokter dalam
mengkaji efek
medikasi dan
tentukan
kemungkinan
perubahan obat,
dosis/ jadwal
pemberian obat untuk
menurunkan
frekuensi
inkontenensia.

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan  Berikan perawatan


b.d Tindakan perineal dengan air

pemasangan keperawatan sabun setiap shift.


diharapkan klien dapat Jika pasien
kateter dalam
berkemih dengan inkontenensia, cuci
waktu yang
nyaman dengan daerah perineal
lama
kriteria hasil : segera mungkin.
Urine jernih, urinalisis Rasional : untuk
dalam batas normal, mencegah
kultur urine kontaminasi uretra.
menunjukan tidak  Jika dipasang kateter,
adanya bakteri. berikan perawatan 2x
sehari (merupakan
bagian dari waktu
mandi pagi dan pada
waktu akan tidur) dan
setelah buang air
besar.
Rasional : kateter
memberikan jalan
pada baakteri untuk
memasuki kandung
kemih dan naik
kesaluran
perkemihan
 Ikuti kewaspadaan
umum (cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
langsung, pemakaian
sarung tangan) bila
kontak dengan cairan
tubuh atau darah
yang terjadi
(memberikan
perawatan perineal,
pengosongan
kantung drainase
urine, penampungan
specimen urine),
pertahankan teknik
aseptic bila
melakukan
kateterisasi
Rasional : untuk
mencegah
kontaminasi sialang
 lakukan Tindakan
untuk memelihara
asam urine

3. Resiko Setelah dilakukan  Awasi tanda-tanda


kekurangan Tindakan vital.

volume cairan keperawatan Rasional :


diharapkan volume pengawasan invasive
b.d intake yang
cairan seimbang diperlukan untuk
adekuat
dengan kriteria hasil : mengkaji volume
Pengeluaran urine intravascular,
tepat. khususnya pada
pasien dengan fungsi
jantung buruk
 Catat pemasukan dan
pengeluaran
Rasional : untuk
menentukan fungsi
ginjal, kebutuhan
penggantian cairan
dan penurunan resiko
kelebihan cairan.
 Awasi berat jenis
urine
Rasional : untuk
mengukur
kemampuan ginjal
dalam
mengkonsentrasikan
urine
 Berikan minuman
yang disukai
sepanjang 24 jam.
Rasional : membantu
periode tanpa cairan ,
meminimalkan
kebosanan pilihan
yang terbatas dan
menurunkan rasa
haus.
 Timbang BB setiap
hari.
Rasional : untuk
mengawasi status
cairan.

4. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan radiasi daripada rencana
tindakan keperawatan yang telah diterapkan. Meliputi Tindakan independent,
dependent, dan interdependent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa
kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Susan
Martin, 2013)
5. EVALUASI
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk
mengetahui sampai dimana keberhasilan Tindakan yang diberikan sehingga
dapat menemukan intervensi yang akan dilanjutkan (Susan Martin,2013)

Daftar Pustaka

Kusyati, Eni. (2010). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : EGC

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
danPraktik;. Volume 2. Jakarta : EGC

Stockslager, Jaime L. (2012) . Buku Saku Gerontik edisi: 2 . Jakarta : EGC.

Stanley M, Patricia GB. (2011) . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
Watson, Roger. (2009). Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

(1sted.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional

Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).

Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus

Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.


LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN INKONTENENSIA URINE PADA LANSIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners


Departemen Gerontik
Oleh:

ERNA YASIN
200714901294

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2020

KASUS
Seorang perempuan berusia lanjut di panti werda mendatangi ruang konsultasi untuk
konsultasi dan menyampaikan keluhannya, beliau mengeluhkan tidak bisa menahan
BAK, terkadang sampai menompol, sering kencing saat malam hari, dan merasa
terganggu pola tidurnya. Di dapatkan hasil pemeriksaan Ny. W : TD 130/80 mmHg,
Suhu 36 derajat celcius, N 95x/menit, frekuensi nafas 18x/menit, berat badan 84 kg
dan tinggi badan 153 cm.
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER

Tanggal Pengkajian : 26 oktober 2020

1. IDENTITA :
S KLIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 73 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Jl. Sudimoro No.16
2 DATA :
. KELUARG
A
Nama : Ny. I
Hubungan : Anak Klien
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Sudimoro No.16 Telp : 0859727xxxxx
3 STATUS KESEHATAN SEKARANG :
.
Keluhan utama:
Mengeluhkan tidak bisa menahan BAK, terkadang sampai menompol, sering
kencing saat malam hari, dan merasa terganggu pola tidurnya

Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:


Periksa ke dokter

Obat-obatan:
-

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA)


:

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu : √
makan
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Pasien mengatakan sering bangun dimalam hari
karena mengompol

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan : √
lesi
KETERANGAN : ................................................................................................
................................................................................................

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan : √
abnormal
Pembengkakan : √
kel. limfe
Anemia : √
KETERANGAN : .....................................................................................................

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit : √
kepala
KETERANGAN : .....................................................................................................
.....................................................................................................

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : ...................................................................................................
...................................................................................................

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan : √
telinga
Dampak pada ADL : ………………………………………………………
KETERANGAN : ………………………………………………………

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : ..............................................................................................
..............................................................................................

8. Mulut,
tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : Pasien mengatakan menggosok giginya 2x
KETERANGAN : ........................................................................................................
........................................................................................................

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa :
KETERANGAN : .........................................................................................................
..........................................................................................................

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : ...................................................................................................
...................................................................................................

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal : √
nocturnal
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : .................................................................................................
..................................................................................................

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu : √
makan
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola : √
BAB
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : 1-2x setiap hari, lembek tidak cair
KETERANGAN : ...............................................................................................
..............................................................................................

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : 10-11x sehari
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : Mandiri ke kamar mandi
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

14. Reproduksi (laki-


laki)
Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :

Reproduksi
(perempuan)
Lesi : √
Discharge : √
Postcoital bleeding : √
Nyeri pelvis : √
Prolap : √
Riwayat menstruasi : Pasien terakhir menstruasi ketika usia 50 tahun
Aktifitas seksual : √
Pap smear : √
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

15 Muskuloskeletal
.
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : -
Dampak ADL : Mandiri
KETERANGAN : .........................................................................................
....................................................................................

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

17. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Ketakutan : √
Insomnia : √
Kesulitan dalam mengambil : √
keputusan
Kesulitan konsentrasi : √
Mekanisme koping : Selama ini semua permasalahan
pasien selalu diceritakan ke
keluarga
Persepsi tentang kematian : Pasien mengatakan telah siap apabila harus
menghadapi kematian, karena memang usianya sudah tua

Dampak pada ADL : Tidak ada


Spiritual
 Aktivitas ibadah : rutin, sesuai agama dan kepercayaannya

 Hambatan : tidak ada

KETERANGAN : ...............................................................................................
.....................
...............................................................................................................................
....

18 LINGKUNGAN :
.
 Kamar : Bersih, tidak licin
 Kamar mandi : Bersih, terdapat pegangan tangan, tidak licin
 Dalam rumah.wisma : bersih, penerangan cukup bagus dan terdapat
ventilasi udara
 Luar rumah : terdapat pekarangan,dan tempat duduk, terlihat bersih
dan terdapat tanaman hias
19. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

No Fungsi Skor Keterangan Nilai


Skor
1 Mengendalikan 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)  2
rangsang pembuangan 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x
tinja seminggu)
2 Terkendali teratur
   
2 Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai kateter  0
rangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/ 24
jam)
2 Mandiri
   
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain  1
(seka muka, sisir 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)    
4 Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang lain  2
masuk dan keluar 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
(melepaskan, memakai tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
celana, membersihkan, kegiatan yang lain
menyiram) 2 Mandiri
   
5 Makan 0 Tidak mampu 2 
1 Perlu ditolong memotong makanan
2 Mandiri
6 Berubah sikap dari 0 Tidak mampu  3
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri

7 Berpindah / berjalan 0 Tidak mampu  3


1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
 
8 Memakai baju 0 Tergantung orang lain  2
1 Sebagian di bantu (misalnya mengancing
baju)
2 Mandiri

9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu  1


1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
   
10 Mandi 0 Tergantung orang lain  1
1 Mandiri
   
TOTAL SKOR  17

Keterangan 20 : Mandiri
12-19: Ketergantungan
ringan
9-11: Ketergantungan
sedang
5-8 : Ketergantungan
berat
0-4 : Ketergantungan
total

2. Aspek Kognitif

MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : ....... Hari
:.......Bulan : .......Musin : .............
Tanggal :
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara: ……. Panti : …….
Propinsi: …….
Wisma : ………Kota :
…………….
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi, meja, kertas), kemudian
ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). Meja
3). Kertas
4 Perhatiandankalkulasi 5 5 Meminta klien berhitung mulai
dari 100 kemudia kurangi 7
sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 2). 3). 4).
5).
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke- 2 (tiap
poin nilai 1)
6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi
kata berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi
)
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri 3
langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien
untuk menulis kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima
yang saling bertumpuk

Total nilai 30 30
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………..

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test

No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)


1 26 Oktober Kurang dari 30detik

Rata-rata Waktu TUG

Interpretasi hasil

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:

>13,5 detik Resiko tinggi jatuh


>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen,
Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 5
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

5. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 0
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 2
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0
beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak 2 0
dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan / 4 0
selalu kehabisan jatah makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 0
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 0
atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 0
terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 0
belanja, memasak/mengambil makanan atau makan sendiri
Total score 2
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)

Interpretasi:

0 – 2 : Good

3 – 5 : Moderate nutritional risk

6≥ : High nutritional risk

(Yang di centang aja yang dijumlah)

6. Hasil pemeriksaan Diagnostik

No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil


Diagnostik Pemeriksaan

7. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKORE
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 2
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 1
teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) GROWTH 1
saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) AFFECTION 2
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya seperti marah,
sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan RESOLVE 2
saya meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 8
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-
kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

ANALISA DATA

No. DATA INTERPRESTASI MASALAH


SUBYEKTIF/OBYEKTIF (Etiologi) (Problem)
(Sign/Symptom)
1 2 3 4
1. DS : Inkontinensia Urin Gangguan pola
Klien mengatakan tidak bisa tidur
menahan BAK, terkadang Sering kencing saat malam berhubungan
hari dengan
sampai menompol, sering
inkontinensia
kencing saat malam hari, dan Nokturia urin
merasa terganggu pola tidurnya.
Merasa terganggu pola
tidurnya
DO :
TD 130/80 mmHg, Suhu 36
Gangguan pola tidur
derajat celcius, N 95x/menit,
frekuensi nafas 18x/menit, berat
badan 84 kg dan tinggi badan
153 cm.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA KLIEN : Ny. W TGL PENGKAJIAN : 26 Oktober 2020

NO. REG : 523869 DIAGNOSA MEDIS : Inkontinensia Urin

DIAGNOSA KRITERIA
NO. TGL TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL

1. 26 Gangguan pola Untuk Status Dukungan tidur Dukungan tidur


Oktober tidur berhubungan memperbaiki kenyamanan (SIKI, I.09265) (SIKI, I.09265)
2020 dengan pola tidur (SLKI, Observasi Observasi
inkontinensia urin L.08064)  Identifikasi faktor  Untuk
(SDKI, 0055)  Keluhant pengganggu tidur mengetahui
tidak (fisik dan atau factor apa saja
nyaman psikologi) yang menggaggu
 Pola Terapeutik pola tidur
eliminasi  Fasilitasi Terapeutik
 Pola tidur menghilangkan  Memperbaiki
stress sebelum tidur pola tidur
 Tetapkan jadwal Edukasi
tidur rutin  Agar klien
Edukasi memahami
 Jelaksan pentingnya pentingnya
tidur cukup selama menjaga pola
sakit tidur dan bisa
 Anjurkan mengatasi
menempati gangguan pola
kebiasaan tidur tidur
 Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
 Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau
cara nonfarmakologi
lainnya
FORMAT IMPLEMENTASI

NAMA KLIEN : Ny. W TGL PENGKAJIAN : 26 Oktober 2020

NO. REG : 523869 DIAGNOSA MEDIS : Inkontinensia Urin

DIAGNOSA
NO. TGL JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD
KEPERAWATAN

1. 26 Gangguan pola 13.15 Dukungan tidur (SIKI, I.09265) Klien merespon


Oktober tidur berhubungan Observasi dengan baik dan
2020 dengan  Mengientifikasi faktor pengganggu tidur melaksanakan
inkontinensia urin (fisik dan atau psikologi) apa yang terlah
(SDKI, 0055) Terapeutik di anjurkan
 Memfasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
 Menetapkan jadwal tidur rutin
Edukasi
 Menjelaksan pentingnya tidur cukup
selama sakit
 Menganjurkan menempati kebiasaan tidur
 Menganjurkan menghindari
makanan/minuman yang mengganggu
tidur
 Menganjarkan relaksasi otot autogenic atau
cara nonfarmakologi lainnya
FORMAT EVALUASI

NAMA KLIEN : Ny. W TGL PENGKAJIAN : 26 Oktober 2020

NO. REG : 523869 DIAGNOSA MEDIS : Inkontinensia Urin

DIAGNOSA
NO. TGL JAM Evaluasi TTD
KEPERAWATAN

1. 26 Gangguan pola 14.00 Gangguan pola tidur sudah teratasi maka intervensi
Oktober tidur berhubungan
dan implementasi dihentikan.
2020 dengan
inkontinensia urin
(SDKI, 0055)
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA KLIEN : Ny. W TGL PENGKAJIAN : 26 Oktober 2020

NO. REG : 523869 DIAGNOSA MEDIS : Inkontinensia Urin

N T
O NO. DX G S O A P I E
. L

1 Gangguan 26 Inkontinensia Setelah dilakukan tindakan Dukungan


Klien TD : Gangguan
. pola tidur OKT Urin keperawatan 1x24 jam tidur (SIKI,
mengatakan 130/80 pola tidur
berhubunga 2020 tidak bisa mmH I.09265)
klien dapat mengatasi
n dengan Sering kencing Observasi sudah teratasi
menahan Suhu :
inkontinens saat malam hari status kenyamanan dengan  Identifikasi
BAK, 36 maka
ia urin kriteria hasil : faktor
terkadang derajat intervensi
(SDKI, Nokturia pengganggu
0055) sampai celcius Status kenyamanan tidur (fisik dan
menompol, N : (SLKI, L.08064) dan atau
Merasa terganggu 5 : Menurun implementasi
sering 95x/me psikologi)
pola tidurnya 4 : Cukup Menurun
kencing saat nit Terapeutik dihentikan.
malam hari, RR : 3 : Sedang
 Fasilitasi
2 : Cukup Meningkat
dan merasa 18x/me Gangguan pola 1 : Meningkat
menghilang
terganggu nit tidur kan stress
pola BB : 84 Keluhan 1 2 3 4 5 sebelum
tidurnya. kg tidak tidur
nyaman  Tetapkan
jadwal tidur
TB : rutin
153 cm 1 : Memburuk Edukasi
2 : Cukup Memburuk  Jelaksan
3 : Sedang pentingnya
4 : Cukup Membaik tidur cukup
5 : Membaik selama sakit
Pola 1 2 3 4 5  Anjurkan
eliminasi menempati
kebiasaan
Pola tidur 1 2 3 4 5
tidur
 Anjurkan
menghindari
makanan/mi
numan yang
menggangg
u tidur
 Ajarkan
relaksasi
otot
autogenic
atau cara
nonfarmako
logi lainnya

FORMAT RESUME

NAMA KLIEN : Ny. W TGL PENGKAJIAN : 26 Oktober 2020


NO. REG : 523869 DIAGNOSA MEDIS : Inkontinensia Urin

S O A P I E
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Dukungan
Klien TD : 130/80 tidur Gangguan
tidur berhubungan
mengatakan mmH keperawatan 1x24 jam (SIKI, I.09265)
dengan pola tidur
tidak bisa Suhu : 36 Observasi
inkontinensia urin klien dapat mengatasi
 Identifikasi faktor sudah teratasi
menahan BAK, derajat celcius (SDKI, 0055) status kenyamanan dengan pengganggu tidur
terkadang N : 95x/menit maka
kriteria hasil : (fisik dan atau
sampai RR : 18x/menit Inkontinensia intervensi
psikologi)
menompol, BB : 84 kg Urin Status kenyamanan Terapeutik dan
sering kencing TB : 153 cm (SLKI, L.08064)
 Fasilitasi
saat malam hari, Sering kencing 5 : Menurun implementasi
menghilangkan
dan merasa saat malam hari 4 : Cukup Menurun stress sebelum dihentikan.
terganggu pola 3 : Sedang
tidur
2 : Cukup Meningkat
tidurnya. Nokturia 1 : Meningkat  Tetapkan jadwal
tidur rutin
Keluhan 1 2 3 4 5 Edukasi
Merasa terganggu
pola tidurnya
tidak  Jelaksan
nyaman pentingnya tidur
cukup selama sakit
Gangguan pola  Anjurkan
tidur 1 : Memburuk menempati
2 : Cukup Memburuk kebiasaan tidur
3 : Sedang  Anjurkan
menghindari
4 : Cukup Membaik makanan/minuman
5 : Membaik
yang mengganggu
Pola 1 2 3 4 5 tidur
eliminasi  Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau
Pola tidur 1 2 3 4 5
cara
nonfarmakologi
lainnya
Standar Operasional Prosedur

Gangguan Pola Tidur (Membantu Melaksanakan Ritual Tidur)

NILAI

NO ASPEK PENILAIAN 0 1

A. PENGKAJIAN

1. Cek catatan medis

B. PERENCANAAN

2. Mengidentifikasi hasil yang diharapkan

3. Persiapan alat:

 Radio

 Tape recorder

 Alat beribadah

 Buku

 Makanan dan minuman kesukaan klien

C. IMPLEMENTASI

4. Memperkenalkan diri

5. Memberikan salaam dan menyebutkan nama klien

6. Menjaga privasi

7. Memberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur

8. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya

9. Menanyakan persetujuan pada klien

10. Mencuci tangan


11. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin

12. Mempersiapkan lingkungan yang tenang, pasang sketsel, kalua


perlu matikan lampu/ pasang lampu tidur yang redup

13. Modifikasi lingkungan yang menunjukan istirahat-tidur

14. Menggali kebiasaan ritual tidur klien

15. Memfasilitasi ritual tidur (sesuai kebutuhan klien)

 Beribadah

 Seperangkat alat ibadah sesuai dengan agama klien

 Membaca

 Minum susu

 Mendengarkan music yang disukai klien

 Menonton televisi

 Mengobrol/berbincang bincang

16. Mengobservasi tidur klien nyenak atau tidak

17. Mencuci tangan

D. EVALUASI

18. (setelah bangun tidur) mengobservasi respon klien

19. Observasi keadaan klien setelah bangun tidur

20. Dokumentasi Tindakan dan hasil observasi dalam catatan perawat

JUMLAH

Anda mungkin juga menyukai