Tugas Ernayasin Fix
Tugas Ernayasin Fix
Di Susun Oleh
ERNA YASIN
200714901294
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser sebagai
bahasa awam merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan
sosial. Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja,
sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi
(disertai pengeluaran feses) (brunner, 2011).
Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS)
didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol;
secara objektif dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah sosial atau
higienis. Hal ini memberikan perasaan tidak nyaman yang menimbulkan dampak
terhadap kehidupan sosial, psikologi, aktivitas seksual dan pekerjaan. Juga
menurunkan hubungan interaksi sosial dan interpersonal. Inkontinensia urin dapat
bersifat akut atau persisten. Inkontinensia urin yang bersifat akut dapat diobati bila
penyakit atau masalah yang mendasarinya diatasi seperti infeksi saluran kemih,
gangguan kesadaran, vaginitis atrofik, rangsangan obat–obatan dan masalah
psikologik.
B. FAKTOR RISIKO
Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang mengalami inkontinensia urine semakin
meningkat. Selain itu, ada juga faktor lain yang bisa memicu terjadinya kondisi
tersebut, yaitu konsumsi obat tertentu, seperti obat darah tinggi, obat anti-nyeri, dan
beberapa golongan obat penenang. Kondisi fisiologis yang menurun juga beberapa
penyakit seperti pembesaran prostat, infeksi saluran kemih dapat menjadi faktor
risiko terjadinya inkontinensia urin.
Dibanding pria, wanita lebih rentan mengalami inkontinensia urine karena memiliki
saluran kemih lebih pendek. Sedangkan pria yang mengidap pembesaran prostat
lebih berisiko mengalami inkontinensia urine.
C. ETIOLOGI
Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh kondisi yang terkait saluran kemih
bagian bawah maupun kondisi yang tidak terkait saluran kemih bagian bawah. Jika
terkait saluran kemih bagian bawah, kondisi ini lebih diakibatkan karena aktivitas otot
dinding kandung kemih yang berlebihan. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh penyakit
saraf, sumbatan di saluran kemih, batu di kandung kemih atau pun kanker kandung
kemih. Namun, inkontinensia urine juga dapat terjadi meski saluran kemih normal.
Kondisi tersebut biasanya terjadi pada lanjut usia dan terkait dengan kondisi
mobilitas juga kognitif.
E. KLASIFIKASI
Inkontinensia urine di klasifikasikan menjadi 3 ( Charlene J.Reeves at all )
1. Inkontinensia Urin Akut Reversibel
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tak dapat
pergi ke toiletsehingga berkemih tidak pada tempatnya. Bila delirium teratasi
maka inkontinensia urinumumnya juga akan teratasi. Setiap kondisi yang
menghambat mobilisasi pasien dapatmemicu timbulnya inkontinensia urin
fungsional atau memburuknya inkontinensiapersisten, seperti fraktur tulang
pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya.Resistensi urin karena obat-obatan,
atau obstruksi anatomis dapat pulamenyebabkan inkontinensia urin.
Keadaan inflamasi pada vagina dan urethra (vaginitisdan urethritis) mungkin
akan memicu inkontinensia urin. Konstipasi juga seringmenyebabkan
inkontinensia akut.Berbagai kondisi yang menyebabkan poliuria dapat
memicu terjadinyainkontinensia urin, seperti glukosuria atau kalsiuria. Gagal
jantung dan insufisiensi vena dapat menyebabkan edema dan nokturia yang
kemudian mencetuskan terjadinyainkontinensia urin nokturnal. Berbagai
macam obat juga dapat mencetuskan terjadinyainkontinensia urin seperti
Calcium Channel Blocker, agonist adrenergic alfa, analgesicnarcotic,
psikotropik, antikolinergik dan diuretic.Untuk mempermudah mengingat
penyebab inkontinensia urin akut reversible dapatdilihat akronim di bawah ini
:
- Delirium
- Restriksi mobilitas, retensi urin
- Infeksi, inflamasi, Impaksi
-Poliuria, pharmasi
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pengkajian fungsi otot destrusor
2. Radiologi dan pemeriksaan fisik (mengetahui tingkat keparahan/ kelalaian dasar
panggul)
3. Cystometrogram dan elektromyogram
4. Laboratorium : Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji
untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria.
5. Kultur urine
Steril
Pertumbuhan tak bermakna (100.000 koloni/ ml)
Organisme
6. Catatan berkemih (voiding record)
Catatan berkemih dilakukan untuk mengetahui pola berkemih. Catatan ini
digunakanuntuk mencatat waktu dan jumlah urin saat mengalami inkontinensia
urin dan tidak inkontinensia urin, dan gejala berkaitan dengan inkontinensia urin.
Pencatatan polaberkemih tersebut dilakukan selama 1-3 hari. Catatan tersebut
dapat digunakan untuk memantau respon terapi dan juga dapat dipakai sebagai
intervensi terapeutik karena dapatmenyadarkan pasien faktor-faktor yang
memicu terjadinya inkontinensia urin pada dirinya.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan inkontinensia urin menurut Muller adalah mengurangi
faktor resiko, mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia urin,
modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan. Dari beberapa
hal tersebut di atas, dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Pemanfaatan kartu catatan berkemih
Yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan
jumlah urin yang keluar, baik yang keluar secara normal, maupun yang
keluar karena tak tertahan, selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis
minuman yang diminum
b. Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya
inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih,
diuretik, gula darah tinggi.
c. Terapi farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah
antikolinergik seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate,
Imipramine. Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis,
yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra. Pada
sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau
alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan
terapi diberikan secara singkat.
d. Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan
urgensi, bila terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil.
Inkontinensia tipe overflow umumnya memerlukan tindakan
pembedahan untuk menghilangkan retensi urin. Terapi ini dilakukan
terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps
pelvic (pada wanita).
e. Modalitas lain
Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang
menyebabkan inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat
bantu bagi lansia yang mengalami inkontinensia urin, diantaranya
adalah pampers, kateter, dan alat bantu toilet seperti urinal, komod dan
bedpan.
J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Adapun data-data yang akan dikumpulkan dikaji pada asuhan keperawatan klien
dengan diagnosa medis inkontenensia urine :
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status perkawinan,
Pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat.
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha
yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan
4. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan radiasi daripada rencana
tindakan keperawatan yang telah diterapkan. Meliputi Tindakan independent,
dependent, dan interdependent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa
kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Susan
Martin, 2013)
5. EVALUASI
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk
mengetahui sampai dimana keberhasilan Tindakan yang diberikan sehingga
dapat menemukan intervensi yang akan dilanjutkan (Susan Martin,2013)
Daftar Pustaka
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
danPraktik;. Volume 2. Jakarta : EGC
Stanley M, Patricia GB. (2011) . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
Watson, Roger. (2009). Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
ERNA YASIN
200714901294
MALANG
2020
KASUS
Seorang perempuan berusia lanjut di panti werda mendatangi ruang konsultasi untuk
konsultasi dan menyampaikan keluhannya, beliau mengeluhkan tidak bisa menahan
BAK, terkadang sampai menompol, sering kencing saat malam hari, dan merasa
terganggu pola tidurnya. Di dapatkan hasil pemeriksaan Ny. W : TD 130/80 mmHg,
Suhu 36 derajat celcius, N 95x/menit, frekuensi nafas 18x/menit, berat badan 84 kg
dan tinggi badan 153 cm.
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
1. IDENTITA :
S KLIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 73 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Jl. Sudimoro No.16
2 DATA :
. KELUARG
A
Nama : Ny. I
Hubungan : Anak Klien
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Sudimoro No.16 Telp : 0859727xxxxx
3 STATUS KESEHATAN SEKARANG :
.
Keluhan utama:
Mengeluhkan tidak bisa menahan BAK, terkadang sampai menompol, sering
kencing saat malam hari, dan merasa terganggu pola tidurnya
Obat-obatan:
-
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu : √
makan
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Pasien mengatakan sering bangun dimalam hari
karena mengompol
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan : √
lesi
KETERANGAN : ................................................................................................
................................................................................................
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan : √
abnormal
Pembengkakan : √
kel. limfe
Anemia : √
KETERANGAN : .....................................................................................................
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit : √
kepala
KETERANGAN : .....................................................................................................
.....................................................................................................
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : ...................................................................................................
...................................................................................................
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan : √
telinga
Dampak pada ADL : ………………………………………………………
KETERANGAN : ………………………………………………………
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : ..............................................................................................
..............................................................................................
8. Mulut,
tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : Pasien mengatakan menggosok giginya 2x
KETERANGAN : ........................................................................................................
........................................................................................................
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa :
KETERANGAN : .........................................................................................................
..........................................................................................................
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : ...................................................................................................
...................................................................................................
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal : √
nocturnal
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : .................................................................................................
..................................................................................................
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu : √
makan
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola : √
BAB
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : 1-2x setiap hari, lembek tidak cair
KETERANGAN : ...............................................................................................
..............................................................................................
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : 10-11x sehari
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : Mandiri ke kamar mandi
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
Reproduksi
(perempuan)
Lesi : √
Discharge : √
Postcoital bleeding : √
Nyeri pelvis : √
Prolap : √
Riwayat menstruasi : Pasien terakhir menstruasi ketika usia 50 tahun
Aktifitas seksual : √
Pap smear : √
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
15 Muskuloskeletal
.
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : -
Dampak ADL : Mandiri
KETERANGAN : .........................................................................................
....................................................................................
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
KETERANGAN : ...............................................................................................
.....................
...............................................................................................................................
....
18 LINGKUNGAN :
.
Kamar : Bersih, tidak licin
Kamar mandi : Bersih, terdapat pegangan tangan, tidak licin
Dalam rumah.wisma : bersih, penerangan cukup bagus dan terdapat
ventilasi udara
Luar rumah : terdapat pekarangan,dan tempat duduk, terlihat bersih
dan terdapat tanaman hias
19. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Keterangan 20 : Mandiri
12-19: Ketergantungan
ringan
9-11: Ketergantungan
sedang
5-8 : Ketergantungan
berat
0-4 : Ketergantungan
total
2. Aspek Kognitif
Total nilai 30 30
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………..
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
Interpretasi hasil
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 5
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi
Interpretasi:
0 – 2 : Good
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKORE
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 2
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 1
teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) GROWTH 1
saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) AFFECTION 2
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya seperti marah,
sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan RESOLVE 2
saya meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 8
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-
kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
ANALISA DATA
DIAGNOSA KRITERIA
NO. TGL TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL
DIAGNOSA
NO. TGL JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD
KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO. TGL JAM Evaluasi TTD
KEPERAWATAN
1. 26 Gangguan pola 14.00 Gangguan pola tidur sudah teratasi maka intervensi
Oktober tidur berhubungan
dan implementasi dihentikan.
2020 dengan
inkontinensia urin
(SDKI, 0055)
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
N T
O NO. DX G S O A P I E
. L
FORMAT RESUME
S O A P I E
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Dukungan
Klien TD : 130/80 tidur Gangguan
tidur berhubungan
mengatakan mmH keperawatan 1x24 jam (SIKI, I.09265)
dengan pola tidur
tidak bisa Suhu : 36 Observasi
inkontinensia urin klien dapat mengatasi
Identifikasi faktor sudah teratasi
menahan BAK, derajat celcius (SDKI, 0055) status kenyamanan dengan pengganggu tidur
terkadang N : 95x/menit maka
kriteria hasil : (fisik dan atau
sampai RR : 18x/menit Inkontinensia intervensi
psikologi)
menompol, BB : 84 kg Urin Status kenyamanan Terapeutik dan
sering kencing TB : 153 cm (SLKI, L.08064)
Fasilitasi
saat malam hari, Sering kencing 5 : Menurun implementasi
menghilangkan
dan merasa saat malam hari 4 : Cukup Menurun stress sebelum dihentikan.
terganggu pola 3 : Sedang
tidur
2 : Cukup Meningkat
tidurnya. Nokturia 1 : Meningkat Tetapkan jadwal
tidur rutin
Keluhan 1 2 3 4 5 Edukasi
Merasa terganggu
pola tidurnya
tidak Jelaksan
nyaman pentingnya tidur
cukup selama sakit
Gangguan pola Anjurkan
tidur 1 : Memburuk menempati
2 : Cukup Memburuk kebiasaan tidur
3 : Sedang Anjurkan
menghindari
4 : Cukup Membaik makanan/minuman
5 : Membaik
yang mengganggu
Pola 1 2 3 4 5 tidur
eliminasi Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau
Pola tidur 1 2 3 4 5
cara
nonfarmakologi
lainnya
Standar Operasional Prosedur
NILAI
NO ASPEK PENILAIAN 0 1
A. PENGKAJIAN
B. PERENCANAAN
3. Persiapan alat:
Radio
Tape recorder
Alat beribadah
Buku
C. IMPLEMENTASI
4. Memperkenalkan diri
6. Menjaga privasi
Beribadah
Membaca
Minum susu
Menonton televisi
Mengobrol/berbincang bincang
D. EVALUASI
JUMLAH