DISUSUN OLEH :
NAMA : ANGGIE IZMY MAULIDYA
KELAS : 5B BIOLOGI
NPM : 186510636
1. Tujuan Praktikum
Mengenal alat-alat yang digunakan dalam laboratorium kultur jaringan
Mengetahui fungsi alat-alat laboratorium kultur jaringan
Mengetahui cara menggunakan alat-alat laboratorium kultur jaringan
2. Landasan Teori
Di dalam memulai melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan
peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume
aktivitas kultur jaringan yang akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk
kegiatan kultur jaringan yaitu laboratorium yang ideal yang memiliki: 1.) Ruang
persiapan yang di dalamnya terdapat timbangan analitik, lemari pendingin,
hotplate, mikrowave, oven, pH meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet
volume, erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk dari gelas, dan wadah kultur),
alat untuk mencuci (washtaple), lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse,
fumehood, destilator, dan kereta dorong; 2.) Ruang transfer yang di dalamnya
terdapat laminar air flow, dissecting, mikroskop, alat diseksi, lemari tempat
penyimpanan alat-alat steril, dan timbangan kecil. 3.) Ruang kultur yang
dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer untuk mengatur lama
penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur, mikroskop binokuler, dan shaker.
(Barahima, 2011).
Peralatan yang mutlak dimiliki untuk memulai melakukan kegiatan kultur
jaringan yaitu: timbangan analitik, destilator, pH meter, autoclaf, laminar air flow,
dan gelas-gelas standar. Peralatan ini kemungkinan dapat menimbulkan resiko
pada pemakainya atau menimbulkan kerusakan apabila salah prosedur dalam
mengoperasikannya. (Barahima, 2011).
Kultur jaringan tanaman terdiri dari sejumlah teknik untuk menumbuhkan
organ, jaringan dan sel tumbuhan. Jaringan dapat dikulturkan pada agar padat atau
dalam medium hara cair. Jika ditanam dalam agar, jaringan akan membentuk
kalus, yaitu massa atau sel-sel yang tak tertata. Kultur agar juga mempergunakan
teknik untuk meristem (Suryo, 1992).
Keberhasilan dalam teknologi serta penggunaan metode in vitro terutama
disebabkan pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan hara sel dan jaringan
yang dikulturkan. Hara terdiri dari komponen yang utama dan komponen
tambahan. Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon (gula),
vitamin dan pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa nitrogen organic,
berbagi asam organic, metabolit dan ekstak tambahan tidak multak, tetapi dapat
menguntungkan ketahan sel dan perbanyakannya (Anonim, 2011)
Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat berupa
medium padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang
selanjutkan diinduksi membentuk tanaman yang lengkap, sedangkan medium cair
biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang diggunakan mengandung
lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat
pengatur tumbuh dan suuplemen organik (Anonim, 2011).
Adapun gambaran secara sederhana proses kultur jaringan tanaman sampai
akhirnya menjadi tanaman yang lengkap dan dapat dipindahkan ke medium tanah
atau medium bukan artifisial lainnya. Secara garis besar meode perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan terdiri atas empat tahapan, yaitu seleksi dan
penyiapan kultur aseptic, multiplikasi kultur, regenerasi plantlet, aklimatisasi, dan
pemindahan ke tanah. Dalam tahapan seleksi dan penyiapan kultur aseptic
dilakukan pengambilan bahan awal dan penanamannya pada medium in vitro
yang sesuai. Setelah diperoleh tunas pada tahapan pertama, dilakukan multiplikasi
kultur untuk mendapatkan tunas-tuans baru dalam jumlah lebih banyak. Tunas-
tunas baru hasil perbanyakan kemudian dipindahkan ke medium yang khusus
dibuat untk menginduksi pembentukan akar sehingga akhirnya terbentuk plantlet
yang lengkap. Planlet yang terbentuk selaniutnya diadaptasi dengan lingkungan
alami sebagi persiapan untuk dipindahkan dan ditanam di tanah atau lapangan
(Yuwono, 2008).
Secara sederhana, tahapan yang dilalui dalam proses kultivasi tanaman
secara kultur jaringan dapat disejikan sebagai berikut : (1) pengambilan eksplan,
misalnya daun yang masih muda. Daun yang muda dipotong sesuai dengan
ukuran yang digunakan, selajutnya dilakukan sterilisasi, (2) eksplan yang
diporoleh kemudian ditanam pada medium (padat) yang sesuai dan sudah
disterilisasi. Medium yang digunakan dimsukkan dalam wadah yang akan
digunakan untuk kultivasi, misalnya tabung Erlenmeyer, sampai terbentuk
struktur kalus, (3) sebagian kalus terbentuk diambil untuk disub-kultur pada
medium segar pada tabung lain, (4) sebagian kalus terbentuk dari subkultur
kemudian dipindahkan pada medium lain yang khusus digunakan untuk induksi
pembentukan organ, misalnya tunas, (5) jika induksi organogenesis berhasil maka
pada langkah ke-4 di atas akan terbentuk tunas adventif, (6) sebagian tunas yang
terbentuk kemudian dipotong dan dipindahkan ke medium lain yang digunakan
untuk menginduksi pembentukan akar, (7) jika induksi penbentukan akar berhasil
maka sudah di dapatkan planlet yang siap dipindahkan ke medium bukan
artificial, misalnya medium tanah, (8) yang sudah terbentuk selanjutnya
dipindahkan ke medium tanha utuk proses aklimatisasi (Yuwono, 2008).
Perlengkapan dan sarana yang digunakan pada percobaan kultur jaringan
tanaman meliputi (1) Sterilisasi, alat yang digunakan adalah lemari aliran udara
laminari atau ruang kecil (catatan: lemari ini tersedia dalam berbagai ukuran, dan
dapat diletakkan di tempat yang diperlukan tanpa diperlukan tanpa perlu ruang
khusus untuk itu. Kipas angin pada lemari ini seringkali dijalankan terus menerus
dan pra filter diganti atau dibersihkan sebulan sekali), Otoklaf, Oven untuk
sterilisasi kering (sebaiknya ada tetapi tidak muklat), Perlengkapan untuk
sterilisasi dengan penyaringan, Radas penyulingan air dan atau pembebas mineral
air murni, (2) Kultur alat yang diperlukan adalah Ruang kultur dan atau kotak
berpengatur suhu (Catatan: baik terang ataupun gelap terus-terusan sama baiknya
untuk pertumbuhan sel. Umumnya cahaya yangdipancarkan dari lampu neon yang
dingin dan putih pada 25 W.m2 sudah mencukupi. Lampu ini dapat ditambah
dengan bola lampu pijar. Atau, dapat dipaki lampu Gro-Lux yang berspektur luas
sebagi ganti lampu neon dan lampu pijar), Rak (Rak dari kawat kasa yang kaku
memungkinkan aliran udara sebanyak-banyaknya dan naungan sekecil-kecilnya),
Pengocok (Yang lebih baik adalah model putar. Bentuk ini tersedia dari ukuran
kecil untuk diletakkan di atas meja (ukuran meja) sampai ukuran besar untuk
ditempatkan di lantai), (3) Alat yang lainnya adalah Pisau klinis, tang dan
pembakaran Bunsen. Botol, cawan petri untuk kultur agar. Lebih cocok digunakan
botol gelas dan cawan petri plastic sekali pakai yang disterilkan lebih dahulu.
Labu kultur, botol Delong mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan botol
lainnya seperti labu Erlenmeyer, yang mempunyai leher sehingga cenderung
mengumpulkan debu. Sumbat, dapat digunnakan sumbat busa. Sumbat kapas yang
dibungkus dengan kain kasa tipis tidaklahmahal, tidak berubah bentuk dalam
pemanasan dengan autoclave dan dapat digunakan berulang-ulang. Pipet, tersedia
pipet steril sekali-pakai, tetapi lebih baik digunakan pepet gelas sengan ujung
yang dapat dilepaskan. Lemari pendingin dan pembeku (Yuwono, 2008).
Seluruh kegiatan kultur jaringan harus dilakukan secara aseptik. Artinya, seluruh
bahan dan alat yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu. Termasuk
ruangan laboratoriumnya dan pekerja yang melakukan. Sterilisasi ruangan
biasanya dilakukan dengan menyalakan lampu UV selama beberapa menit dan
menyemprotkan alkohol 70 . Sementara itu alat dan bahan yang digunakan
disterilkan dengan memanaskan dalam autoclave atau direndam larutan sodium
hipoklorit (kloroks). Bagi para pekerja, sebelum melakukan aktivitas di dalam
laboratorium seluruh permukaan tubuhnya disemprot dengan alkohol 70%
(Ir.Sentot,2008 ).
3. Alat
Petridish/cawan petri
Erlenmeyer
Botol kultur
Beaker glass
Pipet ukur
Disetting set
Lampu bunsen/spiritus
Hand sprayer
Korek api
Lemari es/kulkas
Oven
Timbangan digital/analitik
Autoklaf
Destilasi unit
Kompor
4. Hasil
5. Nama
N fungsi Cara penggunaan
oAlat
Sebagai tempat untuk 1. Siapkan botol yang bersih
menkulturkan atau 2. Masukkan media agar-agar
menanam eksplan kedalam botol,setelah agar-
1 Botol agar padat baru dilakukan
Kultur penanaman.
3. Tutup dengan plastik dan
diikat dengan karet gelang.
Mengukur dan 1. Memegang leher Erlenmeyer.
mencampur bahan- 2. Masukkan larutan yang akan
bahan analisa, di titrasi.
2 Erlenmeye Menampung larutan, 3. Guncang atau shake dengan
r bahan padat ataupun perlahan dan lihat perubahan
cairan warna.
5. Pembahasan
Dalam praktikum kultur jaringan alat yang digunakan terdiri atas: ; Botol
kultur , Cawan Petri , Oven ,Tabung reaksi, Autoclave , Bunsen, Erlenmeyer,
Pinset, Neraca Analitik, Pipet, Hol plate, Laminar air flow, scapel, labu ukur.
Botol kultur merupakan tempat untuk menkulturkan atau menanam eksplan.
Cawan petridish adalah sebuah wadah yang bentuknya bundar dan terbuat
dari plastik atau kaca yang digunakan untuk membiakkan sel. Cawan
Petridish selalu berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang
lebih besar merupakan tutupnya. Alat ini digunakan sebagai wadah untuk
penyelidikan tropi dan juga untuk mengkultur bakteri, khamir, spora, atau biji-
bijian. Cawan Petridish plastik dapat dimusnahkan setelah sekali pakai untuk
kultur bakteri,terbuat dari kaca atau plastik yang berbentuk silider, yang
digunakan untuk membiakan bakteri. Selain itu fungsi dari cawan petridish adalah
sebagai media perkembangan mikroorganisme (Hallmann, 2001 ). Oven
adalah salah satu mesin yang digunakan sebagai mesin pengering berbagai
komoditas bahan, dilengkapi dengan alat kontrol suhu otomatis, sehingga suhu
pengeringan dapat diatur dan dikendalikan secara otomatis.Tabung reaksi
berfungsi untuk mengukur larutan dan menambahkan. Autoclave adalah salah satu
jenis pressure vessel yang berfungsi untuk menampung udara panas
bertekanan.Autoclave digunakan untuk mensterilkan alat-alat bioteknologi
seperti tip, e-tube,mortar pestle, dan lain-lain. Bunsen digunakan untuk
memanaskan atau mensterilkan. Erlenmeyer dan gelas ukur mempunyai fungsi
sama yaitu sebagai menambah larutan. Pinset berfungsi sebagai untuk mengambil
eksplan. Neraca analitik Berfungsi untuk menimbang nutrisi yang akan diberikan
pada media. Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan
volume yang diketahui. Tersedia berbagai macam ukuran kapasitas pipet ukur,
diantaranya pipet berukuran 1 ml, 5 ml dan 10 ml. Cara penggunaanya adalah
cairan disedot dengan pipet ukur dengan bantuan filler sampai dengan volume
yang diingini. Volume yang dipindahkan dikeluarkan menikuti skala yang tersedia
(dilihat bahwa skala harus tepat sejajar dengan mensikus cekung cairan) dengan
cara menyamakan tekananfiller dengan udara sekitar.tu. Hotplate adalah suatu alat
yang berfungsi untuk homogen dan juga untuk pemanas.Hotplate juga merupakan
alat untuk mencampur dan memasak media kultur.Hotplate digunakan untuk
memasak segala macam bahan nutrisi dengan melibatkan pengaduk dan
pemanas.Pengadukan dan pemanas yang dihasilkan oleh alat ini bersumber pada
energi listrik. Besarnya kecepatan pengaduk dan pemanasan dapat diatur
berdasarkan keperluan(Suryowinoto,1991). Laminar air flow adalah suatu alat
yang digunakan dalam pekerjaan : persiapan bahan tanaman, penanaman, dan
pemindahan tanaman dari sutu botol ke botol yang lain dalam kultur jaringan.
Alat ini disebut Laminar Air Flow Cabinet, karena meniupkan udara steril secara
kontinue melewati tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari, debu dan spora-
spora yang mungkin jatuh kedalam media, waktu pelaksanaan penanaman. Aliran
udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui filter pertama,
yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat halus disebut HEPA
(High efficiency Particulate Air FilterI), dengan menggunakan blower. Fungsi
laminar air flow iniI untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam kondisi steril
atau melakukan sub kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu UV
( Wetherel, D. F. 1982 ).Scapel adalah alat yang berbentuk catter berfungsi
sebagai pemotong atau menyayat. Alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan
steril. Karena kondisi yang steril akan menentukan berhasil tidaknya suatu
kegiatan kultur jaringan. Karena jika kondisinya tidak steril, maka akan mudah
terkena kontaminasi sehingga kemampuan totipotensi sel akan terhambat.
Totipotensi sel yaitu kemampuan setiap seltumbuhan untuk menjadi individu yang
sempurna.
6. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa alat – alat yang digunakan
dalam kultur jaringan beserta fungsinya yaitu : botol kultur untuk menyimpan
media, cawan petridish untuk tempat planlet yang telah di potong-potong,
wrapping plastic untuk menutup botol kultur, autoclave untuk sterilisasi basah,
hotplate untuk homogen dan pemanasan, laminar air flow untuk penanaman, dan
oven untuk sterilisasi alat-alat laboratorium seperti botol kultur, gunting, pinset,
pisau dan lain-lain.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian
tersebut dalam media buatan.
Laboratorium Kultur Jaringan yang ideal memiliki empat ruangan yaitu:
a. Ruang persiapan
b. Ruang timbang
c. Ruang tanam
d. ruang tumbuh
Sterilisasi adalah membebaskan bahan dari semua mikroba sehingga alat – alat
dan bahan yang digunakan akan steril. Setiap alat – alat yang digunakan dalam
kultur jaringan memiliki fungsi masing-masing yang berbeda - beda. Ada pula
yang memiliki kesamaan fungsi seperti oven dan autoclave. Hanya saja yang
menjadi perbedaan yaitu metode penggunaannya.
7. Daftar Pustaka
Anonim, 2011.Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas
Pertanian. Universitas Hasanuddin.
Hallmann, 2001.Manfaat Teknik Kultur Jaringan Pada Tanaman.
Hendra, T. 2007. Kultur Jaringan.
http://lelos66.blog.friendster.com.htm. Diakses
pada tanggal 12 Maret 2011.
Suryowinoto,1991.Kulturjaringan.http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struk
tur Diakses pada tanggal 13 Maret 2012
Wetherel, D.F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Avery
Publishing
Group Inc. New Jersey.
Suryo. 1992. Genetika. Gadjah Mada University Press. Jakarta.
Yuwono Triwibowo, 2008. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta
Barahima Abbas, 2011. Prinsip Dasar Teknik Kultur Jaringan.
Alfabeta. Bandung