Anda di halaman 1dari 10

NAMA : ANGGIE IZMY MAULIDYA

NPM : 186510636
KELAS : 5B BIOLOGI

JURNAL 1
PENGARUH KONSENTRASI ZPT DAN DOSIS PUPUK KOMPOS TERHADAP
PERTUMBUHANDAN HASIL TANAMAN KAILAN(Brassica oleracea)

Pembahasan :
Analisis hasil laju pertumbuhan relatif tanaman kailan pada Tabel 1 menunjukan bahwa
pemberian dosis kompos 10 ton/hadan 4 ml L-1 ZPT mampu meningkatkan laju pertumbuhan
kailan. Hal ini disebabkan ZPT membantu akar tanaman untuk menyerap unsur hara lebih
maksimal sehingga dapat meningkatkan bobot tanaman. Hasil penelitian pada Tabel 2 juga
menunjukan bahwa terdapat interaksi antara Dosis kompos dan ZPT dengan hasil panen
tanaman kailan. Komponen panen kailan yaitu bobot segar konsumsi kailan menunjukan
terdapat interaksi. Berat segar konsumsi tanaman kailan dengan pemberian dosis kompos 10 t
ha-1dan konsentrasi ZPT 4 ml L-1memberikan hasil yang nyata dengan perlakuan lainnya
danjuga memberikan hasil rerata berat segar maksimum. Hasil dari analisis ragam pada Tabel
3diketahui bahwa perlakuan dosis komposmemberikan pengaruh nyata terhadapparameter
luas daun dengan pemberian dosis kompos 10 t ha-1 memberikan hasil yang berbeda nyata
dibandingkan dengan semua dosis yang diberikan dan juga memberikan hasil yang maksimal.
Hal ini disebabkan pemberian kompos yang membantu tanaman dalam pertumbuhan daun
karena kompos mengandung unsur hara yang juga cukup untuk kebutuhan tanaman. Hasil
analisis pada Tabel 4 juga menemukan terdapat inteaksi pemberian kompos pada panjang
akar tanaman.Aplikasi dosis kompos 10 t ha-1 memberikan hasil yang nyata dibandingkan
dengan semua dosis yang diberikan. Dosis kompos 10 t ha-1 juga memberikan rata–rata
panjang akar tertinggi. Pertumbuhan akar tanaman akan maksimal akibat aplikasi kompos hal
ini dikarenakan kompos sebagai pupuk hayati bagus untuk memperbaiki struktur tanah dan
memperkaya tanah dengan bahan organik. Menurut Wasis(2010), bahwa pupuk kompos
mengandung mikroba yang baik untuk membantu tanaman menyerap unsur hara dari tanah
selain itu kompos dapat merangsang perakaran yang lebih sehat karena kompos
meningkatkan kesuburan pada tanah.
Kesimpulan :
Hasil penelitian menunjukan antara pemberian dosis kompos dan konsentrasiZPT pada laju
pertumbuhan 30 HST–40HST, luas daun di umur 10 HST, panjang akar pada umur 20 HST
dan berat segartotal konsumsi tanamandenanmeningkatkan hasil panen hingga 50% dari
tanaman tanpa pemberian dosis komposdan ZPT.Pemberian dosis kompos sebesar10 t ha-
1pada tanaman memberikanpengaruh yang nyata pada LPR di umur 20 HST hingga 30 HST,
luas daun pada umur20 HST hingga 40 HST dan panjang akar pada umur 10 HST dan 40
HST, Pemberian kompos hingga 10 ton ha-1 meningkatan persentasi kandungan bahan
organik pada tanah hingga 50% dari bahan organik sebelum tanam.Pemberian konsentrasi
ZPT sebesar 4 ml L-1 memberikan pengaruh yang nyata pada LPR di umur 10 HST hingga
30 HST, peningkatan luas dauntanaman pada umur 30 HST hingga 40 HSTdan panjang akar
pada umur 10 HST, 30 HST hingga 40 HST.

JURNAL 2
PERBEDAAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH ZPT TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT OKULASI KARET(Hevea brasiliensis) PB 260 DI
PERSEMAIAN BANJARBARU
Pembahasan :
Hasil analisis keragaman mendapatkan hasil bahwa perlakuan yang dilakukan tidak memberi
pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi tunas bibit karena nilai F hitung < dari F
tabel dengan nilai koofisien keragaman (KK) sebesar 32.74, nilai KK memang menunjukkan
untuk diuji selanjutnya yaitu uji Duncan tetapi syarat dari uji lanjutan tersebut adalah
pengaruh pemberian hormon terhadap pertambahan tinggi tunas bibit harus berpengaruh
sangat nyata sehingga untuk pertambahan tinggi batang dalam penelitian ini tidak dilakukan
uji lanjutan. Hasil hasil perbedaan rata-rata pertambahan tinggi tunas dalam penelitian ini
bahwa yang tidak menggunakan apa-apa (kontrol) sebanyak 24,4 cm dan yang menggunakan
ZPT 4 ml/l air 22,9 cm, 5 ml/l air 25,4 cm, 5ml/l air. Hasil tersebut menunjukan adanya
sedikit perbedaan nilai rata-rata dari setiap perlakuan, oleh karena itu pemberian ZPT tidak
berpengaruh nyata dalam halpertambahan tinggi tunas bibit.Pertumbuhan batang tanaman
akan mempengaruhi pertumbuhan lainya, sehingga salah satu kunci perkembangan tanaman
yaitu pada pertumbuhan tinggi tanaman. Faktor yang paling utama mempengaruhi
pertumbuhan tinggi tanaman yaitu adalah hormon salah satunya hormon giberelin yang
sangat berfungsi untuk mempercepat tinggi tunas dan batang. Hasil penelitian dengan
parameter jumlah pertambahan panjang tunas pada bibit okulasi karet dengan menggunakan
hormon tanaman unggul ini tidak berpengaruh nyata karena hanya mengandung hormon
zeatin dan kinetin yang merupakan bagian dari hormon sitokinin, sitokinin sendiri berfungsi
untuk pembelahan sel, pelebaran daun (Djamhuri, 2013). Berbeda dengan hormon giberelin
merupakan zat pengaturtumbuh karena dapat mengendalikan sintesis enzim dan memecahkan
dormasi tunas pada sejumlah tanaman sehingga hormon giberelin sangat berfungsi untuk
memacu aktifitas kambium, dan merangsang tumbuhan lebih tinggi dan normal (Pertiwi et al,
2016).
Kesimpulan :
Presentase hidup bibit okulasi karet PB 260 untuk setiap perlakuan hingga akhir adalah
100%, Dosis pemberian ZPT Hormon Tanaman Unggul yang berpengaruh sangat nyata
terhadap pertambahan jumlah daun, Perlakuan pemberian Hormon Tanaman Unggul tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi tunas bibit okulasi karet PB
260, Bibit okulasi karet PB 260 yang menunjukkan pertumbuhan terbaik adalah dengan dosis
5 ml/1 liter air.

JURNAL 3
KAJIAN EKSTRAK TUNAS BAMBU DAN TAUGE
TERHADAPPERTUMBUHANTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq.) PADA PEMBIBITANPRE NURSERY

Pembahasan :
Penggunaan ekstrak tunas bambu dan tauge meskipun secara statistik tidak signifikan, tetapi
memberikan pengaruh terhadap peningkatan tinggi bibit, luas daun, jumlah daun, berat basah
dan berat keringbibit kelapa sawit umur 5, 7 dan 9 MST. Pertumbuhan tertinggi diperoleh
jika diberikan ekstrak tunas bambu dan tauge masing-masing 1 cc/l.Jika dosisnya diberikan
melebihi 1 cc/l justru menurunkan tinggi bibit kelapa sawit. Ini menunjukkan bahwa bibit
sawit dapat merespon pemberian ekstrak tunas bambu dan tauge, dan diduga pada dosis
melebihi 1 cc/l kedua ekstrak ini sudah berfungsi menghambat pertumbuhan bibit kelapa
sawit sejalan dengan Heddy9yang menyatakan bahwa zat tumbuh pada tumbuhan
mempunyai peranan untuk perkembangan melaui pengaruhnya pada pembelahan sel,
perbesaran sel dan diferensiasi sel. Oleh karena itu penggunaannya yang terlalu rendah tidak
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan sebaliknya jika berlebihan maka
pertumbuhan tanaman akan terhambat. Sebaliknya jika berlebih, pertumbuhan tanaman akan
terhambat. Dalam penelitian ini dosis 1 cc/l dalam penggunaan ekstrak rebung efektif untuk
pertumbuhan tinggi, jumlah daun, luas daun, berat basah dan berat kering bibit kelapa sawit,
dan dalam penggunaan ektrak tauge efektif pada pertumbuhan tinggi tanaman dan luas daun.
Dan dosis yang lebih tinggi dari 1 cc/litersudah menghambat pertumbuhan bibit kelapa sawit.
Kesimpulan :
1.Pemberian ekstrak tunas bambu dan tauge tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tinggi, jumlah daun, luas daun, berat basah, berat kering bibit kelapa sawit pada
pembibitan per nursery.
2.Dari hasil penelitian, pemberian ekstrak tunas bambu lebih efektif untuk pertumbuhan
tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat basah dan berat kering pada perlakuan R2 yaitu
1 cc/l dibandingkan yang lainnya. Pada pemberian ekstrak tauge perlakuan T2 hanya efektif
untuk pertumbuhan tinggi dan luas daun tanaman, sedangkan berat basah dan berat kering
perlakuan T1, jumlah daun perlakuan T0 dan T4.

JURNAL 4
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH ZPT
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT OKULASI KARET(Hevea brasiliensis) PB 260 DI
PERSEMAIAN BANJARBARU
Pembahasan :
Pada Gambar 1 menunjukkan presentase hidup bibit okulasi karet sebanyak 100%. Gambar di
atas menunjukkan bahwa presentase tanaman yang dihitung dengan membandingankan
jumlah bibit dari awal penelitian hingga akhir penelitian yang kemudian dikalikan (100%),
kemudian presentase hidup yang didapatkan adalah 100% karena tempat dan kondisi
penelitian dikatakan cukup baik seperti shade houseyang memang dipakai untuk tempat
menyemai bibit. Berdasarkan penganalisaan parameter pertambahan panjang tunas setelah
selesai penelitian terlihat bahwa stump bibit yang digunakan sebagai kontrol 80% berkualitas
baik. Berkualitas baik ini diartikan bahwa besar diameter stump merata tidak bercampur
dengan yang berdiameter kecil, sehingga kontrol pertambahan panjang tunasnya juga besar,
itu terjadi karena batang bawah yang berkualitas baik dan sistem perakarannya juga baik.
Perakaran yang baik mampu menyerap unsur hara tanaman dengan maksimal. Tanaman yang
dijadikan batang bawah hendaknya berasal dari perbanyakan biji karena memiliki beberapa
keuntungannya sperti sistem perakarannya yang lebih kuat dan relatif tahan terhadap
kekeringan (Saefudin & Dewi, 2013).
Kesimpulan :
Presentase hidup bibit okulasi karet PB 260 untuk setiap perlakuan hingga akhir adalah
100%, Dosis pemberian ZPT Hormon Tanaman Unggul yang berpengaruh sangat nyata
terhadap pertambahan jumlah daun, Perlakuan pemberian Hormon Tanaman Unggul tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi tunas bibit okulasi karet PB
260, Bibit okulasi karet PB 260 yang menunjukkan pertumbuhan terbaik adalah dengan dosis
5 ml/1 liter air.

JURNAL 5
EFEKTIVITAS KOMPOSISI PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK ORGANIK
TERHADAPPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR SELADA(Lactuca
saticaL.)DALAMSISTEM HIDROPONIK RAKIT APUNG

Pembahasan :
1. Pengaruh Kondisi Umum
Pelaksanaan percobaan dilakukan pada akhir musim kemarau. Suhu dalam rumah
plastik yang tinggi di duga memengaruhi laju transpirasi dari daun. Menurut
Karsonoet al.(2002), suhu yang terlampau tinggi dapat menyebabkan proses fisiologi
di dalam daun berlangsung cepat sehingga keseimbangan berbagai proses di dalamnya
akan hancur. Kelembapan rumah plastik selama percobaan relatif baik bagi
pertumbuhan tanaman. Menurut Sutiyoso (2004), kelembapan optimal untuk tanaman
hidroponik adalah sekitar 70%, kelembapan diatas 70% dianggap terlalu tinggi
sehingga evapotranspirasi dan daya serap akar tanaman untuk mendapatkan hara
menjadi berkurang.
2. Pengaruh terhadap Tinggi Tanaman
Sesuai dengan pendapat Yelnitiset al.(1991), denganpenambahan sitokinin dapat
mendorongmeningkatnya jumlah dan ukuran daun.Menurut Dewi (2008), pengaruh
dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan,
tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri
dalam memengaruhi pertumbuhan tanaman, pada umumnya keseimbangan
konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan tanaman.
3. Pengaruh terhadap Jumlah Daun
Diduga kandungan hormon ZPT sitokinin dalamkomposisi pupuk P2, P3,dan P4
membantu meningkatkan jumlah daun. Sesuai dengan pendapat Yelnitiset al.(1991),
dengan penambahan sitokinin dapat mendorongmeningkatnya jumlah dan ukuran
daun. Menurut Dewi (2008), pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies
tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan
konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam memengaruhi pertumbuhan
tanaman, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan
mengontrol pertumbuhan dantanaman.
4. Pengaruh terhadap Panjang Akar
Kultivar selada memberi pengaruh terhadappanjang akar pada umur 10 HST, K2
memilikirata-rata akar lebih panjang dibanding K1. Padaumur 20 HST, komposisi
pupuk P3 memilikirata-rata akar tertinggi, sedangkan rata-ratapanjang akar tertinggi
pada umur 30 HSTditunjukkan olehkomposisi pupukP2.Komposisi pupuk P5
memiliki rata-rata panjangakarterendah pada20 HST dan 30 HST.Pertumbuhan akar
yang lebih panjang padakomposisi pupuk dengan larutan nutrisi yangsemakin rendah
menunjukkan bahwa tanamanberusaha untuk memperluas areal penyerapanhara. Hasil
penelitian Putri (2004) padakangkung menunjukkan bahwa semakin miskinlarutan
hara, akarkangkung akan semakinpanjang.
5. Pengaruh terhadap Bobot BasahBrangkasan (BBB) Bobot Basah Pucuk (BBP), Bobot
Basah Akar (BBA)
Perbedaan kultivar selada tidak memberi pengaruh nyata padabobot basah brangkasan
(BBB),bobot basah akar (BBA),dan bobot basah pucuk (BBP). Komposisi pupuk P1
memiliki rata-rata bobot basah terberat pada bobot basah brangkasan dan bobot basah
akar, pada bobot basah pucuk komposisi pupuk P2 menunjukkan hasil terberat.
Kombinasi pupuk P5 memiliki bobot basah nyata terendah pada setiap variabel.
6. Pengaruh terhadap Bobot KeringBrangkasan (BKB), Bobot Kering Pucuk(BKP),
Bobot Kering Akar (BKA)
Jenis kultivar tidak berpengaruh nyata terhadapbobot kering brangkasan (BKB),
bobotkeringpucuk (BKP),dan bobot kering akar (BKA). Komposisi pupuk P2
menunjukkan hasil rata-rata terberat pada bobot kering brangkasan danbobot kering
pucuk tetapi tidak berbeda nyatadengan P1 dan P3,sertapada bobot kering akarrata-
rata terberat ditunjukkan oleh komposisiP1 tetapi tidak berbeda nyata dengan P2,
P3,dan P4. Hal tersebut menunjukkan bahwakomposisi pupuk P2 dan P3 dapat
menghasilkanbobot biomass yangtidak berbeda nyata dengan P1.
Kesimpulan :
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaperbedaan kultivar selada berpengaruh
nyataterhadap tinggi tanaman (5, 10, 15, 20,dan 30HST) dan panjang akar (5 HST)
dimana kultivarChia Thai Seed(K2) menunjukkan pertumbuhanyang lebih tinggi
dibanding kultivar Panorama(K1).Komposisi pupuk memberi pengaruhnyata terhadap
pertumbuhan tanaman seladapada tinggi tanaman (10, 15, 0, 25,dan 30 HST),jumlah
daun (5, 15,dan 25 HST), panjang akar(10, 20,dan 30 HST), BBB, BBP, BBA, BKB,
BKPdan BKA. Komposisi pupuk P1 (100%anorganik) lebih tinggi hanya pada
BBA,sedangkan P2 (75%anorganik: 25%organik)hanya memberi hasiltertinggi pada
tinggitanaman 10 HST. Komposisipupuk P5 (100%organik) menunjukkan hasil rata-
rata terendahpada setiap peubah yang diamati.

JURNAL 6
Aplikasi Pupuk Organik dan Zat Pengatur Tumbuh dalam Peningkatan Produktivitas
Tanah dan Tanaman

Pembahasan :
Hormon yang digunakan dalam penelitian ini adalah hormon ekstrak tanaman dan
hormon pasaran. Hormon ekstrak tanaman yang digunakan merupakan bahan-bahan
yang mmengandung hormon auksindan sitokinin. hormon auksin diproduksi di dalam
jaringan meristem, misalnya di daerah pucuk tanaman, tunas di ketiak daun, daun
muda, dan buah yang masih muda. Hormon auksin dalam penelitian diperoleh dari
ekstrak pucuk daun legum, kecambah dan umbi bawang merah. Sedangkan hormon
sitokinin diperoleh dari ekstrak bonggol pisang dan air kelapa. Selain itu juga
digunakan ZPT yang beredar dipasaran sebagai pembanding, yaitu hormon auksin dan
sitokinin untuk tanaman yang diproduksi oleh Indo Biotech Agro. Selanjutnya
kombinasi ekstrak tanaman maupun ZPT auksin dan sitokinin tersebut diaplikasikan
ke pertanaman sawi (Brassica junceaL.) dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan
daun dan akar, sehingga terjadi peningkatan produksi tanaman.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 4 bulan maka dapat disimpulkan
bahwa Pengaruh interaksi antara pupuk organik dan jenis ZPT yang terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi sawi (Brasica junceaL.) adalah perlakuan dengan
menggunakan dosisPupuk Organik (P) terlihatberbeda nyata,perlakuanHormon (H)
terlihat ≠berbedanyatadaninteraksi antaraPxHmenunjukaninteraksiberbeda nyata.
Pengaruh penggunaan pupuk organik dan jenis ZPT terhadap kandungan hara
tanahdiketahui bahwa peningkatan unsur N sebesar 0,2% , unsur P sebesar 061,6 ppm
dan unsur K mengalami kenaikan sebesar1,85 me/100g. Dosis pupuk organik dan
jenis ZPT yang terbaik terhadap tanaman sawi (Brasica junceaL.) adalah pada
perlakuan H3P3 karena menghasilkan bobot segar yang paling tinggi di antara
interaksi yang lain.

JURNAL 7
PENGARUH PEMBERIAN AUKSIN ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN
STEK SAMBUNG KOPI ROBUSTA ( Coffea Canephora.L )

Pembahasan :
Penampilan tinggi tanaman dan diameter batang sambungan kopi robusta merupakan salah
satu bentuk respon tanaman terhadap siklus hidupnya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
termasuk genetik dan lingkungan. Auksin diedarkan langsung melalui jaringan parenkim, dari
satu sel ke sel berikutnya. Auksin berpindah hanya dari ujung tunas ke pangkalnya, bukan
dengan arah sebaliknya. Transport auksin searah ini disebut dengan transport polar. Transport
polar tidak memiliki kaitan sama sekali dengan gravitasi, karena auksin bergerak ke arah atas,
sehingga membutuhkan energi. Auksin berpengaruh hanya pada kisaran konsentrasi tertentu,
yaitu sekitar 10-8sampai 10-3M (Campbelldkk,2003). Pemberian auksin berpengaruh tidak
nyata terhadap persentase tumbuh pada sambungan kopi robusta. Hal ini disebabkan bahwa
keberhasilan tumbuh di pengaruhi oleh teknik penyambungan, bahan sambung dan factor
lingkungan.Hal ini sejalan dengan penelitian (Kustina, 2000) menunjukkan bahwa perlakuan
auksin pada tanaman Kakao konsentrasi 0-200 ppm berpengaruh tidak nyata terhadap
persentase sambungan yang hidup, jumlah daun, dan jumlah cabang.Pemberian auksin
berpengaruh tidak nyataterdapat tinggi tunas. Diduga dosis rendah sehinga konsentrasi auksin
tidak berpengruh nyata. Sesuai pendapat(Campbelldkk,2003).Auksin berpindah hanya dari
ujung tunas ke pangkalnya, bukan dengan arah sebaliknya. Transport auksin searah ini
disebut dengan transport polar. Transport polar tidak memiliki kaitan sama sekali dengan
gravitasi, karena auksin bergerak ke arah atas,sehingga membutuhkan energi. Auksin
berpengaruh hanya pada kisaran konsentrasi tertentu.

Kesimpulan :
Pemebrian auksin alami belum berpengaruhnyata terhadap persentase tumbuh, tinggi tunas,
jumlah daun, jumlah cabang, dan diameter batang.

JURNAL 8
PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH BAP (6-BENZIL AMINO
PURINE) TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI KAPAS (Gossypium hirsutum. L.)

Pembahasan :
Dari data secara keseluruhan sulit untuk disimpulkan apakah semakin tinggi konsentrasi BAP
akan meningkatkan performa perkecambahan benih kapas atau sebaliknya. Demikian juga
dengan perlakuan lama perendaman data tidak bisa menjelaskan apakah semakin lama
perendaman akan meningkatkan atau menurunkan viabilitas benih kapas. Berdasarkan
pengaruh interaksi konsentrasi BAP dan lama perendaman, tidak bisa diketahui secara pasti
apakah BAP berpengaruh dalam proses perkecambahan benih kapas. Untuk mengetahui
secara pasti apakah BAP berperan dalam perkecambahan benih kapas perlu dicoba dengan
konsentrasi BAP yang lebih rendah. Penentuan konsentrasi yang tepat dalam percobaan ini
menjadi kunci pokok untuk keberhasilan penelitian ini. Rendahnya viabilitas dan vigor kapas
dalam penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya masa simpan benih yang
terlalu lama yang dapat menurunkan mutu fisiologis benih. Selama penyimpanan benih akan
mengalami kemunduran yang kecepatannya dipengaruhi oleh faktor genetik, kadar air benih
dan suhu ruang simpan (Sukarman dan Hasanah, 2003).

Kesimpulan :
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa hal yang dapat di simpulkan sebagai
berikut : 1.Terdapat pengaruh konsentrasi BAP terhadap viabilitas benih kapas. 2.Terdapat
pengaruh lama perendaman di dalam larutan BAP terhadap viabilitas benih kapas 3.Terdapat
pengaruh Interaksi antara konsnetrasi BAP dan lama perendaman terhadap viabilitas benih
kapas, akan tetapi tidak dapat diketahui perlakuan yang secara konsisten memberikan hasil
terbaik pada keseluruhan variabel yang diamati (daya kecambah, vigor, panjang akar, berat
basah akar, berat kering akar, panjang hipokotil, berat basah hipokotil dan berat kering
hipokotil).

Anda mungkin juga menyukai