3230)
Subjek : Hasil Learning by Doing
Mata Kuliah : Met-Pen-Teol
Dosen Pengampu : Pdt. Mixon A. Simarmata, M.Th
Covid-19 dan Handphone bagi Kalangan Remaja di HKBP Perbaungan,
Ressort Perbaungan
I. Pengantar
- Informan Sekunder :
Bapak Guru4 Sofian Lubis merupakan salah seorang pelayan yang sedang bertempat
tinggal dan melayani di HKBP Perbaungan, mengatakan bahwa penghujung Maret silam
seluruh kegiatan gerejawi sementara diberhentikan disebabkan Covid-19 yang sedang mulai
1
KBBI
2
Perbaungan Dalam Angka 2015, Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai
3
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Serdang Bedagai 07 Oktober 2020
4
Dalam HKBP, sebutan ‘Guru’ digunakan kepada orang yang menerima tahbisan sebagai guru jemaat dalam
bahasa Batak disebut sebagai ‘Guru Huria’.
1
tersebar luas di bagian dunia ini, dan juga karena arahan dari surat pastoral yang dikirimkan
oleh pimpinan HKBP demi usaha menghentikan penyebarannya, sehingga adapun kegiatan
peribadahan dilaksanakan melaui daring (via live streaming di Facebook), dan persembahan
diantar ke rumah Parhalado. Kemudian pada Juni silam, pemerintah mengumumkan untuk
mulai memberlakukan New Normal sehingga gereja-gereja mulai diizinkan melaksanakan
kegiatannya. Adapun rencana majelis HKBP Perbaungan akan mulai membuka kegiatan
peribadahan setiap hari Minggu yaitu pada awal Juli, namun hal tersebut tertunda disebabkan
oleh peristiwa pada akhir Juni silam yang mana salah seorang warga jemaat HKBP
Perbaungan terpapar Covid-19 sehingga harus dirawat di Rumah Sakit Medan. Adapun
jemaat tersebut ialah Bapak Gultom (48 Tahun) dari sektor 1, seorang yang bekerja di bagian
Farmasi. Setelah mendapat kabar bahwa Bapak Gultom sudah pulih kembali, awal Agustus
2020 mulai dilaksanakan peribadahan secara langsung di HKBP Perbaungan dengan 2 kali
jadwal beribadah yaitu pukul 07.00 WIB serta 10.00 WIB.5
- Informan Primer
5
Percakapan dengan Bapak Gr. Sofyan Lubis pada Senin, 28 September 2020
6
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014, remaja adalah penduduk rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana ( BKKBN) rentang usis remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Masa remaja adalah merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik secara fisik,
psikologis maupun intelektual (Info Data dari Kementerian Kesehatan RI). Remaja juga merupakan generasi
masa depan, penerus generasi masa kini. (E.B. Surbakti;2009)
7
Surat Edaran Nomo 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
2
Angel Sitorus (12 tahun) merupakan salah seorang tetangga rumah di Gereja HKBP
Perbaungan. Sekarang ia sedang kelas 2 SMP, mengatakan bahwa ia dan ketiga orang
saudarinya di rumah melaksanakan pembelajaran daring dari rumah. Saat ada tugas,
kadangkala harus menjemput soal dari Sekolah kemudian mereka mengumpulkan lewat
WhatsApp kepada guru yang bersangkutan.8
- Informan Sekunder
Bapak calon Sintua G. Sinaga (49 tahun), merupakan seorang kepala sekolah di salah
satu sekolah di Perbaungan, mengatakan bahwa rata-rata sekolah di Perbaungan
melaksanakan pembelajaran via jarak jauh. Guru menyampaikan pelajaran melalui video dan
dibagikan kepada murid didik dan dibuka melalui Hp. Hal ini terjadi baik kepada siswa
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas
(SMA).9
Ibu Pardede (49 tahun), istri dari Bapak Sintua Sianturi, merupakan salah seorang ibu
rumah tangga memiliki 5 orang anak yang mana anak pertama sedang kuliah di UNRI, anak
ke-2 sudah lulus dari SMA dan sekarang sedang membantu orangtua di rumah, anak ke-3
sedang duduk di bangku kelas 3 SMA, anak ke-4 sedang duduk di bangku kelas 3 SMP dan
anak yang terakhir masih di kelas 4 SD. Keempat anaknya yang sedang menempuh
pendidikan menggunakan Hp untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka dari rumah, kecuali
anak pertama yang kuliah di UNRI tetap sedang tinggal di Pekanbaru.10
8
Percakapan pada Minggu, 27 September 2020; pukul 08:20 WIB di depan rumahnya yang berdekatan dengan
gereja, saat dia sedang menyapu halaman.
9
Percakapan Minggu 27 September 2020 di bilik parhobasan HKBP Perbaungan Kota
10
Percakapan via Video Call WhatsApp pada 29 September 2020 pukul 19.30 s.d selesai
11
Percakapan dengan salah seorang remaja yaitu Susi Situmeang (19 Tahun) pada Minggu, 28 September 2020.
3
ada akses maupun aplikasi yang berbau kerohanian di dalam ponselnya juga jarang bahkan
tidak membantu orangtua di rumah. Orangtuanya juga pernah mengingatkannya untuk tidak
terlalu berfokus menggunakan Hp . Adapun kartu paket yang digunakan untuk memenuhi
kuota internet ialah kartu Axis, dan menghabiskan kuota sebanyak 5 GB / bulan dan dibiayai
oleh Ibunya sendiri.12
2. Daniel Adventus Pasaribu (17 Tahun)
Daniel merupakan seorang remaja HKBP Perbaungan sektor 1 yang beralamat di
Perumnas Melati Jl. Serdang No.148, Perbaungan. Dia bersekolah di SMA Setia Budi Abadi
Perbaungan dan sedang duduk di kelas 1. Dia mengatakan bahwa mereka melaksanakan
proses pembelajaran daring sehingga membutuhkan Handphone sebagai alat komunikasi
jarak jauh terlebih untuk memenuhi tuntutan pembelajaran dan sebagai sarana menuntut ilmu
di tengah pademi ini. Adapun Hpnya ialah bermerek Vivo y69 yang dibeli oleh dirinya
sendiri pada awal-awal tersebarnya Covid-19 yaitu Mei silam. Ia merasa bahwa Hp sangat
membantunya mengakses pembelajaran, terlebih Hp tersebut digunakan untuk melihat
chatting gruop , membuka Google Classroom, zoom dan mengikuti proses pembelajaran
daring tetapi jarang masuk. Pada hari Minggu, ia jarang menggunakan Hpnya palingan hanya
untuk melihat obrolan grup WA dan melihat Facebook. Saat menggunakan Hp, ia jarang
didampingi orangtua. Pada umumnya, ia menghubungi teman dan saudaranya. Selain
mengakses pembelajaran, ia juga menginstal games ke dalam ponselnya yaitu Free Fire dan
Mobile Legend , dan memainkannya selama 1-2 jam dalam satu hari. Ada akses maupun
aplikasi yang berbau kerohanian di dalam ponselnya yaitu lagu-lagu rohani yang dia putar
saat belajar dan sambil membersihkan rumah, selain itu ada aplikasi Alkitab dan buku Ende
di dalam ponselnya. Dia juga membantu orangtua kurang lebih satu jam untuk nyuci piring,
menyapu dan merapikan rumah di pagi dan siang hari. Orangtuanya tidak pernah
mengingatkannya saat menggunakan ponsel sebab ia jarang menggunakannya . Adapun kartu
paket yang digunakan untuk memenuhi kuota internet ialah kartu Axis dan Tri, dan
menghabiskan kuota sebanyak 500 Mb / harinya dan dibiayai oleh dirinya sendiri atau
orangtuanya.
3. Riani Nuarta Sianturi (14 tahun)
Riani merupakan seorang remaja HKBP Perbaungan yang beralamat di Perumnas
Melati II, Perbaungan. Dia bersekolah di SMP Negeri 1 Perbaungan dan sedang duduk di
kelas 3. Dia mengatakan bahwa mereka melaksanakan proses pembelajaran daring sehingga
membutuhkan Handphone sebagai alat komunikasi jarak jauh terlebih untuk memenuhi
tuntutan pembelajaran dan sebagai sarana menuntut ilmu di tengah pademi ini. Adapun
Hpnya ialah bermerek Oppo A12 yang dibeli oleh Ibunya sendiri pada awal-awal
tersebarnya Covid-19 yaitu Mei silam. Ia merasa bahwa Hp sangat membantunya
mengakses pembelajaran karenamasa pandemi ini mengharuskan siswa untuk belajar online
melalui Hp, terlebih Hp tersebut digunakan untuk belajar melalui GC dan terkadang melihat
Instagram dan mengikuti proses pembelajaran daring setiap harinya (Senin-Sabtu) selama 7
jam. Pada hari Minggu, ia menggunakan Hpnya untuk melihat obrolan grup WA dan melihat
Instagram. Saat menggunakan Hp, ia tidak pernah didampingi orangtua. Pada umumnya, ia
menghubungi saudaranya yang ada di Pekanbaru dan teman dekatnya. Selain mengakses
pembelajaran, ia juga menginstal games ke dalam ponselnya yaitu Piano Tiles, dan
memainkannya selama 30 menit - 1 jam dalam satu hari, kemudian menonton YouTube
selama 2-3 jam setiap harinya. Tidak ada akses maupun aplikasi kerohanian di dalam
ponselnya. Dia membantu orangtuanya saattidak bermain Hp. Orangtuanya juga pernah
mengingatkannya untuk tidak terlalu berfokus menggunakan Hp . Adapun kartu paket yang
digunakan untuk memenuhi kuota internet ialah kartu Axis, dan menghabiskan kuota
sebanyak 20 GB / bulan dan dibiayai oleh orangtuanya sendiri. Selain dia, ada temannya yang
12
Percakapan via WA pada 01 Oktober 2020
4
mulai membeli ponsel baru oleh karena pandemi ini yaitu Adzkia teman yang beragama
Islam.
4.
- Informan Sekunder
1. Elkana Juan Parissan Pandiangan (14 Tahun)
Elkana merupakan seorang remaja yang tinggal tepat di perumahan gang Manggis,
Perbaungan. Ia merupakan jemaat GKPI Perbaungan yang berteman dekat dengan remaja-
remaja HKBP Perbaungan dikarekan tempat tinggalnya yang kebanyakan jemaat HKBP.
Sekarang, ia sedang duduk di bangku kelas III Sekolah Menengah Pertama. Tidak terlalu
dijelaskan nama sekolahnya, namun pengakuannya bersekolah di sekitar Perbaungan.
Ia melihat bahwa pandemi Covid-19 banyak menimbulkan pengaruh terlebih
terhadap jalannya proses pendidikan. Yang mana menuntut siswa/i untuk menerima
pembelajaran via jarak jauh. Sehingga, untuk memenuhi tuntutan tersebut, para pelajar
terpaksa memiliki Handphone untuk komunikasi jarak jauh. Pengakuannya, dia sendiri pun
mulai memiliki Handphone sejak terjadinya pandemi ini yaitu pada bulan Mei silam.
Demikian juga teman-temannya yang lain juga mulai memiliki Handphone sendiri, terkhusus
dari jemaat HKBP Perbaungan yaitu remaja yang mana berteman akrab dengan dia.
Jelasnya, adapun teman-temannya mulai memiliki Handphone disebabkan oleh
tuntutan tugas sekolah. Namun di samping itu, mereka mulai memiliki Handphone juga
disebabkan oleh keinginan untuk bermain Games yang dapat diakses di dalam Handphone.
Pengakuannya lagi bahwa dia melihat teman-temannya kebanyakan menggunakan
Handphone untuk bermain Games dan mengesampingkan tugas sekolah.13
2. Ibu Pardede (49 Tahun)
Ibu Pardede merupakan Ibu kandung dari saudari Riani Sianturi. Semua anaknya
menggunakan ponsel untuk mengakses pembelajaran. Ia sendiri tidak memiliki ponsel, di
rumah tersebut yang memiliki ponsel ialah suami, dan keempat anaknya kecuali anaknya
yang masih duduk di SD. Sebab adapun anaknya yang duduk di SD, pembelajarannya
diakses melalui ponsel Riani dan kadang kala dari ponsel suaminya saat Riani pergi
mengantarkan tugasnya ke sekolah. Awal Mei lalu, ia membelikan sekaligus 22 Handphone
untuk anaknya nomor 3 dan Riani (anaknya nomor 4) seharga Rp. 1.900.000/Hp.
Pengakuannya, kuota internetnya diberikan oleh Sekolah, dan apabila kuotanya sudah habis
pihak sekolah memberikannya lagi. Riani anaknya dengan bersenang hati membantunya
untuk menyuci piring atau menyapu rumah, namun di samping itu beliau juga termasuk
sering mengingatkan anaknya untuk tidak terlalu terfokus menggunakan Handphone, sebab ia
melihat lebih banyak waktu anaknya menggunakan Handphone daripada berinteraksi secara
langsung.
III. ANALISA
Di satu sisi, seorang remaja merasakan stres 14 sebab adanya transisi dalam
kehidupannya, di antara masalah yang dialaminya berupa tugas sekolah, orangtua ,
lingkungan dan lain sebagainya. Keputusan pemerintah mengambil kebijakan untuk sekolah-
sekolah dan kampus-kampus agar menerapkan sistem belajar berbasis online atau e-learning
selama penyebaran pandemi Covid—19 melandan dan mewabah di Indonesia. Penerapan dan
pemberlakuan pembelajaran berbasis online ini menuntut kesiapan waktu, moril dan materi
dari guru, dosen dan para peserta didik. Di sisi positif, hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan kemampuan dosen dan guru untuk mengenal lebih dalam cara penerapan
13
Percakapan pada Minggu, 04 Oktober 2020; pukul 15.30 di depan Gereja HKBP Perbaungan
14
Stres merupakan tuntutan hidup yang memberikan reaksi secara psikologis dan fisik, sehingga kesejahteraan
hidup manusia menjadi terganggu, yang dapat mengancam individu sehingga akan mempengaruhi serta
mengganggu aktivitas kehidupan, juga akan membebaninya.
5
teknologi dalam belajar. Namun di sisi lain, belajar daring menimbulkan keresahan bagi
sebagian peserta didik disebabkan penumpukan tugas-tugas belajar yang diberikan.
Masyarakat, khususnya kelompok remaja pada masa sekarang ini menggunakan
Handphone dan internet secara berlebihan sehiingga tentu menimbulkan dampak sosia,
ekonomi dan psikologis yang signifikan. Scott W. Campbell dan Rich Ling (2007),
menyatakan bahwa gara-gara penggunaan Handphone yang berlebihan, bukan saja
menyebabkan biaya penggunaan Handphone dan internet meningkat pesat, tanpa disadari
para penggunanya. Sudah lazim terjadi, seorang remaja ia mungkin hanya betah belajar
dalam hitungan maksimal dalam 1-2 jam, tetapi ketika berhhadapan dengan laptop dan
komputer dan berselancar di dunia maya, sering terjadi mereka lupa waktu dan baru berhenti
ketika malam hampir berganti pagi. Dari segi psikologis, keterlibatan remaha dalam
penggunaan internet yang berlebihan juga ditengarai akan bisa menimbulkan pengaruh
negatif, terutama ketika remaja memanfaatkan internet untuk menelusuri informasi yang
seharusnya bukan untuk kepentingan dan sesuai dengan usia mereka.
Chaterin Chak (2003), misalnya, dari hasil studi dilakukan, ia menemukan bahwa
penggunaan internet di kalangan remaja cenderung berisiko tinggi, sebab biasanya selain
bermain games, menelusur informasi, dan chatting, juga tak jarang internet dimanfaatkan
remaja untuk mengakses situs porno dan melakukan sex talk. Tidak sedikit remaja juga
kecanduan untuk terus mengakses situs porno ketika tidak ada kontrol dari
orangtuanya.Chaterine Chak juga menuturkan bahwa tidak sedikit orangtua prihatin terhadap
meluasnya penggunaan Handphone dan internet, sebab anak-anak mereka menjadi lebih
sering bolos dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game. Anak-anak mereka
juga tidak sedikit yang berubah. Jika dahulu anaknya rajin, cerdas, dan selalu gembira, maka
sejak mereka kecanduan internet, tanpa disadari mereka sekarang berubah menjadi pendiam,
soliter dan menutup diri.
Kehadiran Facebook dan media berkomunikasi di dunia maya yang dramatis dalam
dua-tiga tahun terakhir, membuka belenggu isolasi dan menjadikan wawasan dan jaringan
sosial kaum remaja makin luas. Namun, juga menyebabkan kaum remaja yang tak siaap
meenjadi rentasn terperdaya. Bahkan ada beberapa kasus, dimana remaja perempuan
kehilangan kesuciannya karena perkenalannya dari Facebook.15
Dari sudut pandang lain, biasanya dengan mudah remaja menuduh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai biang keladi kemerosotan moral mereka. Meskipun tidak
sepenuhnya salah, tetapi pernyataan ini juga mengandung kekeliruan besar karena tidak
selalu ilmu pengetahuan dan teknologi bertentangan dengan agama. Justru ilmu pengetahuan
dan teknologi sering kali menolong para remaja memahami banyak tidak dijelaskan secara
eksplisit di dalam ilmu agama. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
selalu membawa bencana dan berbenturan dengan nilai-nilai agama. Banyak penemuan iptek
demi kebaikan umat manusia walaupun ada juga penemuan iptek yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai yang diajarkan agama. Memang hasil rekayasa teknologi akan sangat bergantung
kepada siapa yang menggunakan dan untuk apa digunakan. Bukankah pisau bedah di seorang
dokter bedah akan sangat berbeda maknanya dengan di tangan seorang pembunuh?16
IV. REFLEKSI
V. RENCANA AKSI
15
Rahma Sugihartati, Perkembangan Masyarakat Informasi dan Teori Sosial Kontemporer, (Jakarta : Kencana,
2014), 94-95
16
E.B. Surbakti, Kenalilah Anak Remaja Anda, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2009), 261