Di Susun Oleh:
NIM : 201102021
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Defenisi Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronis, difus dan lokal. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis
akut dan kronik (Price dan Wilson, 2005). Inflamasi ini mengakibatkan sel darah
putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian
tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa,
sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa (Wibowo,2007).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang
paling sering terjadi adalah gastritis superfisialis akut dan gastritis atrofik kronis
(Sylvia,2012).
2. Klasifikasi Gastritis
Terdapat dua jenis gastritis yang sering terjadi atau ditemui yaitu gastritis
superfisialis dan gastritis atrofik kronis. Gastritis Superfisialis atau gatritis akut
merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri
(setelah menelan makanan terkontaminasi), konsumsi kafein, alkohol dan aspirin
merupakan pencetus lokal gastritis superfisialis. Gastritis Atrifik Kronis ditandai oleh
atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilangan sel parietal. Dinding lambung
menjadi tipis, dan mukosa mempunyai permukaan yang rata (Ida,2016).
3. Etiologi Gastritis
Menurut Muttaqin(2011) Penyebab dari gastritis antara lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin,
ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi
(mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci,
staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan
secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycos
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus- lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa
lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambungsehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respon perad angan pada mukosa lambung.
4. Manifestasi Klinis Gatritis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi: dapat terjadi ulserasi superfisial dan
dapat menimbulkan hemoragi, rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala,
kelesuan, mual, dan anoreksia, disertai muntah dan cegukan. Beberapa pasien
menunjukkan asimptomatik. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang
mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus. Pasien biasanya pulih
kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
Gastritis Kronis Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik
kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh
anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam
di mulut, atau mual dan muntah. (Hadi.H, 2017)
5. Patofisiologi Gastritis
1. Gastritia Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus),
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang
merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya
untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel
mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam
klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa
nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa
pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu
timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup
penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga
erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan(Price dan Wilson,
2000)
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory )
Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A (sering
disebut sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan
pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan
bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau
obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung.
(Smeltzer dan Bare, 2001)
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Jong (2010), untuk menegakkan diagnosa gastitis dilakukan dengan
berbagai macam tes diantaranya:
a. Tes darah
Tes darah untuk melihat hasilnya antibodi terhadap serangan Helicobacter
pylori. hasil tes yang positif menunjukkan bahwa seseorang pernah mengalami
kontrak dengan Helicobacter pylori. Tes darah juga dapat digunakan untuk
mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja disebabkan oleh perdarahan
karena gastritis.
b. Pemeriksaan feces
Tes ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacteri pylori dalam
sempel tinja seseorang. Hasil tes yang positif menunjukkan orang tersebut
terinfeksi Helicobacteri pylori. Biasanya dokter menguji adanya darah dalam tinja
yang menandakan adanya perdarahan dalam lambung karena gastritis.
c. Rontgen
Tes ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelaianan pada lambung yang
dapat dilihat dengan sinar X. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen.
d. Endoskopi
Tes ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada almbung yang
mungkin tidak dapat dilihat oleh sinar X. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk kedalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi), sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam
saluran cerna yang telihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sempel
(biopsy) dari jaringan tersebut.
Sempel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu kurang lebih 20-30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang, kurang lebih 1-2 jam. Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Histopatologi.
Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah sembuh sempurna
dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pemeriksaan
endoskopi , sebaiknya dilakukan seawal mungkin.
f. Laboraturium
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita gastritis, tetapi
dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila terjadi perdarahan. Batas serum
gastrin biasanya menurun atau normal. Serum vitamin B 12 dapat dikaji untuk
melihat kekurangan vitamin B 12. (Asmadi,2008)
7. Penatalaksanaan Gastritis
Berikut beberapa cara mengatasi gastritis menurut (Wilson, 2002) :
1. Menghindari keadaan perut kosong, karena jika perut kosong maka akan
menyebabkan asam lambung naik.
2. Mengatur jadwal makan dengan porsi makan yang kecil dan juga ringan dan
jangan makan dengan porsi yang lebih sering.
3. Makanlah makanan yang teksturnya lunak dan bisa dengan mudah dicerna oleh
tubuh.
4. Menghindari stres.
5. Hindarilah jenis makanan atau minuman yang mengandung alkohol, gas, dan juga
kafein.
a. Tirah baring
b. Mengurangi stress
c. Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral
pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding,
agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan
kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap.
Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon terhadap
diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau
berminyak (Dermawan, 2010).
Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau
alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium
hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
8. Komplikasi Gastritis
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita gastritis antara lain : Perdarahan
saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis, kadang-kadang
perdarahannya cukup banyak sehingga mengakibatkan kematian. Terjadi ulkus kalau
prosesnya hebat. Pada gastritis kronis, atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan
penyerapan terutama pada vitamin B12 selanjutnya menyebabkan anemia yang secara
klinis hampir sama dengan anemia pernisiosa keduanya dapat di pisahkan dengan
pemeriksaan antibodi terhadap faktor intrinsik (Brunner & Suddart, 2001).
Penderita anemia pernisiosa biasanya mempunyai antibody terhadap faktor
intrinsik dalam serum dan cairan gasternya, selain vitamin B12 penyerapan besi juga
dapat terganggu. Gastritis kronik atrium pylorus dapat menyebabkan penyempitan
daerah atrium pylorus, gastritis kronik sering di hubungkan dengan keganasan
lambung terutama gastritis kronik atrium pylorus (Brunner & Suddart, 2001).
Menurut Price dan Wilson (2012), kompliksi yang timbul dari gastritis kronis
yaitu gangguan penyerapan vitamin B12, akibat kurang penyerapan B12
menyebabkan anemia ternesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah
atriumpylorus. Gastritis kronis jika di biarkan tidak terawat, gastritis akan dapat
menyebabkan ulkus peptik dan perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis
kronis dapat meningkatkan resiko kangker lambung, terutama jika terjadi penipisan
secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel dinding
lambung.
3. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN KASUS
NIM : 201102021
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
1. Pengakajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.R
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
6. Pola Aktivitas/latihan
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di
tempat tidur
Berpindah
Ambulasi
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Di bantu sebagian
2 : Di bantu orang lain
3 : Di bantu orang dan alat
4 : Ketergantungan / tidak mampu
7. Pola Istirahat/tidur
Selama sakit, pasien mengatakan sering terbangun malam hari karena nyeri.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos menthis
GCS : 15
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 22x/menit
Suhu :37,5 oC
c. Antropometri
BB sebelumsakit : 58 Kg
BB saat sakit : 56 Kg
TB : 160 cm
d. Pada pernapasan (B1:Breathing)
inspeksi dada : Simetris antara kiri dan kanan
Palpasi dada : vocal vermitus sama antara kanan dan kiri.
Auskultasi dada : terdengar suara nafas vesikuler.
e. Pada cardiovaskular (B2: Bleeding)
Palpasi : pada saat pemeriksaan tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan.
Perkusi : Terdengar bunyi dulness
Auskultasi : suara jantung normal
akral dingin, capillary reffling time (CRT) < 3 dtk.
f. Pada persyarafan (B3: Brain)
ditemukan nilai GCS 15, ekspresi wajah meringis, sklera mata putih, konjungtiva
anemis, kedua pupil isokor, kelopak mata membuka spontan. Penglihatan,
pendengaran dan pengecapan baik, status mental dengan orientasi baik.
g. Pada perkemihan-eliminasi urin (B4: Bladder)
Frekuensi : 4-5 kali sehari
warna : kekuningan
Bau : bau seperti amoniak.
h. Pada pencernaan-eliminasi alvi (B5: Bowel)
Frekuensi : 1x/hari
Warna : Kuning kecokelatan
Konsistensi : Lunak
Peristaltik usus 12x/menit
i. Pada tulang-otot integumen (B6: Bone)
Ekstremitas atas: tampak terpasang infus di tangan sebelah kanan jenis RL 24
tetes per menit.
Pada bagian ekstremitas tidak ditemukan keterbatasan pergerakan sendi maupun
kelemahan otot, akral teraba dingin dengan elastisitas turgor kulit jelek.
2. Analisa Data
DO : Iritasi lambung
1. KU. Lemah
2. Ekspresi wajah meringis Nyeri
3. TTV TD : 130/70 mmHg
1. Nyeri b/d iritasi mukosa lambung, ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri ulu hati,
Skala nyeri 7, keadaan umum lemah, Ekspresi wajah meringis, TTV TD : 130/70
mmHg.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi tidak adekuat
ditandai dengan Pasien mengatakan kurang nafsu makan, keadaan umum lemah
Pasien mengatakan mual dan muntah, Porsi makan tidak dihabiskan ½ dari porsi , BB
sebelum sakit 58 kg, saat sakit 56 kg.
3. Resiko kekurangan volume cairan b/d mual dan muntah ditandai dengan Pasien
mengatakan mual dan muntah, keadaan umum lemah, Pasien mengatakan minumnya
sedikit 3 – 4 gelas per hari, Turgor kulit jelek, Pasien nampak mual dan muntah.
4. Intervensi Keperawatan