Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Gastritis

Di Susun Oleh:

Nama : Kiki Andriani

NIM : 201102021

Stase : Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing : Eqlima Elfira, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Defenisi Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronis, difus dan lokal. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis
akut dan kronik (Price dan Wilson, 2005). Inflamasi ini mengakibatkan sel darah
putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian
tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa,
sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa (Wibowo,2007).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang
paling sering terjadi adalah gastritis superfisialis akut dan gastritis atrofik kronis
(Sylvia,2012).
2. Klasifikasi Gastritis
Terdapat dua jenis gastritis yang sering terjadi atau ditemui yaitu gastritis
superfisialis dan gastritis atrofik kronis. Gastritis Superfisialis atau gatritis akut
merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri
(setelah menelan makanan terkontaminasi), konsumsi kafein, alkohol dan aspirin
merupakan pencetus lokal gastritis superfisialis. Gastritis Atrifik Kronis ditandai oleh
atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilangan sel parietal. Dinding lambung
menjadi tipis, dan mukosa mempunyai permukaan yang rata (Ida,2016).
3. Etiologi Gastritis
Menurut Muttaqin(2011) Penyebab dari gastritis antara lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin,
ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi
(mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci,
staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan
secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycos
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus- lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa
lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambungsehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respon perad angan pada mukosa lambung.
4. Manifestasi Klinis Gatritis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi: dapat terjadi ulserasi superfisial dan
dapat menimbulkan hemoragi, rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala,
kelesuan, mual, dan anoreksia, disertai muntah dan cegukan. Beberapa pasien
menunjukkan asimptomatik. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang
mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus. Pasien biasanya pulih
kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
Gastritis Kronis Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik
kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh
anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam
di mulut, atau mual dan muntah. (Hadi.H, 2017)
5. Patofisiologi Gastritis
1. Gastritia Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus),
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang
merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya
untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel
mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam
klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa
nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa
pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu
timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup
penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga
erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan(Price dan Wilson,
2000)
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory )
Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A (sering
disebut sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan
pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan
bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau
obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung.
(Smeltzer dan Bare, 2001)
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Jong (2010), untuk menegakkan diagnosa gastitis dilakukan dengan
berbagai macam tes diantaranya:
a. Tes darah
Tes darah untuk melihat hasilnya antibodi terhadap serangan Helicobacter
pylori. hasil tes yang positif menunjukkan bahwa seseorang pernah mengalami
kontrak dengan Helicobacter pylori. Tes darah juga dapat digunakan untuk
mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja disebabkan oleh perdarahan
karena gastritis.
b. Pemeriksaan feces
Tes ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacteri pylori dalam
sempel tinja seseorang. Hasil tes yang positif menunjukkan orang tersebut
terinfeksi Helicobacteri pylori. Biasanya dokter menguji adanya darah dalam tinja
yang menandakan adanya perdarahan dalam lambung karena gastritis.
c. Rontgen
Tes ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelaianan pada lambung yang
dapat dilihat dengan sinar X. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen.
d. Endoskopi
Tes ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada almbung yang
mungkin tidak dapat dilihat oleh sinar X. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk kedalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi), sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam
saluran cerna yang telihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sempel
(biopsy) dari jaringan tersebut.
Sempel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu kurang lebih 20-30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang, kurang lebih 1-2 jam. Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Histopatologi.
Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah sembuh sempurna
dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pemeriksaan
endoskopi , sebaiknya dilakukan seawal mungkin.
f. Laboraturium
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita gastritis, tetapi
dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila terjadi perdarahan. Batas serum
gastrin biasanya menurun atau normal. Serum vitamin B 12 dapat dikaji untuk
melihat kekurangan vitamin B 12. (Asmadi,2008)

7. Penatalaksanaan Gastritis
Berikut beberapa cara mengatasi gastritis menurut (Wilson, 2002) :
1. Menghindari keadaan perut kosong, karena jika perut kosong maka akan
menyebabkan asam lambung naik.
2. Mengatur jadwal makan dengan porsi makan yang kecil dan juga ringan dan
jangan makan dengan porsi yang lebih sering.
3. Makanlah makanan yang teksturnya lunak dan bisa dengan mudah dicerna oleh
tubuh.
4. Menghindari stres.
5. Hindarilah jenis makanan atau minuman yang mengandung alkohol, gas, dan juga
kafein.

1. Pengobatan pada gastritis meliputi:

a. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung


b. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala
mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
c. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
d. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
e. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus (Dermawan,
2010).

2. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:

a. Tirah baring
b. Mengurangi stress
c. Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral
pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding,
agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan
kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap.
Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon terhadap
diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau
berminyak (Dermawan, 2010).

3. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:

Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari


alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui
mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah
serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal
atas.

Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau
alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium
hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.

Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida,


serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan
perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan untuk
mengatasi obstruksi pilrus.

Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan


istiratahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi
dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto
bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12
yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor instrinsik(Smeltzer,
2001)

8. Komplikasi Gastritis
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita gastritis antara lain : Perdarahan
saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis, kadang-kadang
perdarahannya cukup banyak sehingga mengakibatkan kematian. Terjadi ulkus kalau
prosesnya hebat. Pada gastritis kronis, atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan
penyerapan terutama pada vitamin B12 selanjutnya menyebabkan anemia yang secara
klinis hampir sama dengan anemia pernisiosa keduanya dapat di pisahkan dengan
pemeriksaan antibodi terhadap faktor intrinsik (Brunner & Suddart, 2001).
Penderita anemia pernisiosa biasanya mempunyai antibody terhadap faktor
intrinsik dalam serum dan cairan gasternya, selain vitamin B12 penyerapan besi juga
dapat terganggu. Gastritis kronik atrium pylorus dapat menyebabkan penyempitan
daerah atrium pylorus, gastritis kronik sering di hubungkan dengan keganasan
lambung terutama gastritis kronik atrium pylorus (Brunner & Suddart, 2001).
Menurut Price dan Wilson (2012), kompliksi yang timbul dari gastritis kronis
yaitu gangguan penyerapan vitamin B12, akibat kurang penyerapan B12
menyebabkan anemia ternesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah
atriumpylorus. Gastritis kronis jika di biarkan tidak terawat, gastritis akan dapat
menyebabkan ulkus peptik dan perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis
kronis dapat meningkatkan resiko kangker lambung, terutama jika terjadi penipisan
secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel dinding
lambung.

Asuhan Keperawatan Gastritis


1. Pengkajian Keperawatan
Data yang berhubungan dengan kasus gastritis :
1. Biodata
a. Identitas klien : nama, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan alamat.
b. Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan alamat serta hubungan keluarga.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Adanya nyeri epigastrium.
b. Disertai mual, muntah, anoreksia.
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
a. Alkohol.
b. Makan yang pedas.
c. Obat-obatan.
d. Riwayat diabetes mellitus.
e. Riwayat toksik
4. Aspek-aspek lain yang berhubungan misalnya pola istirahat, aspek psikososial dan
spiritual.
5. Data-data Pengkajian Klien
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Tanda : Tatikardia, hiperventilasi (respon terhadap aktivitas).
b. Sirkulasi
Gejala : Hipotensi termasuk postural, takikardia, disritmia, kelemahan nadi
perifer lemah, pegisian kapiler lembut/perlahan.
Warna kulit : pucat, sianosis.
Kelembaban kulit : berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon
psikologik).
c. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress akut atau kronik (keuangan, hubungan, kerja)
Tanda : Tanda ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
d. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit sebelumnya karena perdarahan gastro intestinal atau
masalah yang berhubungan dengan gastro intestinal. Misalnya : luka
peptic/gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi gaster.
Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi.
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
Karakteristik feses diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang merah
cerah : berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
e. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal). Nyeri ulu hati, sendawa
bau asam, mual/muntah. Tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan
pedas, cokelat ; diet khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya.
Tanda : Muntah warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan
darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).
f. Neurosensori
Gejala : Rasa berdenyut, pusing sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu rentang dari agak cenderung
tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan, dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi/ oksigenisasi).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih. Rasa
ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan
makan (gastritis akut). Nyeri epigastrium kiri/tengah menyebar ke punggung 1 –
2 jam setelah makan dan hilang dengan makan antasida (Ulkus gaster). Nyeri
epigastrium terlokalisir di kanan 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan
hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises
esofageal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alcohol, penggunaan obat tertentu (salsilat,
reserpin, antibiotik, ibuprofen), stressor psikologis.
Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
h. Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya : ASA.
Tanda : Peningkatan suhu.
Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis/ hipertensi portal).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai pengalaman/respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau
potensial. Diagnosis keperawatan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil akhir sehingga perawat menjadi akuntabel (NANDA “North
American Nursing Dianosis Association”, 2012). Merujuk kepada defenisi NANDA
yang digunakan pada diagnosa-diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan. Ada tiga
komponen esensial suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai PES
(Gardon, 1987), dimana “P” diidentifikasi sebagai problem, “E” menunjukkan
etiologi dari problem dan “S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala. Ketiga
bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “berhubungan
dengan”.
Dengan demikian diagnosa keperawatan yang dapat muncul / timbul adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung..
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
5. Ansietas (cemas) berhubungan dengan perubahan kesehatan, ancaman kematian
dan nyeri.

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil Keperawatan
Nyeri Paint Setelah di lakukan Pain menegent
berhubungan tindakan 1.Observasi tingkat 1. Mengidentifikasi
dengan iritasi kepeawatan nyeri klien secara nyeri untuk
pada mukosa selama... jam komperhensif baik melakukan
lambung diharapakan nyeri meliputi frekuensi, intervensi.
berkurang atau lokasi, intensitas,
hilang dengan reaksi.
kriteria hasil : 2.Observasi tanda- 2. mengetahui
1. Klien tanda vital perkembangan
mengatakan kondisi klien.
rasa nyeri 3. Ajarkan teknik 3. mengurangi rasa
berkurang relaksasi nafas nyeri yang di
atau hilang dalam rasakan.
2. Tekanan
darah 90/60-
140/90 4. Edukasi keluarga 4. membantu menjaga
mmHg untuk terlibat klien dan
3. Nadi 60- dalam asuhan mengambil
100x/menit keperawatan keputusan.
4. Respirasi 16- 5. Jelaskan sebab - 5. memberikan
24x/menit sebab nyeri kepada informasi kepada
5. Nyeri ringan klien klien tentang nyeri
6. Wajah klien yang di rasakan
tidak 6.Kolaborasi 6. Membantu
meringis pemberian mengurangi nyeri
menahan analgesik yang di rasakan
sakit
Resiko Setelah di 1. Awasi masukan 1. Memberikan
kekurangan lakukan tindakan dan haluaran, informasi tentang
volume cairan kepeawatan karakter dan keseimbangan cairan.
berhubungan selama 1x24 jam frekuensi
dengan mual dan diharapakan klien muntah.
muntah. dapat 2. Kaji tandatanda 2. Menunjukkan
menunjukkan vital. kehilangan cairan
pemasukan berlebihan atau
elektrolit yang dehidrasi.
kuat dengan 3. Timbang berat 3. Indikator cairan
kriteria hasil badan tiap hari. status nutrisi.
1. Tidak ada 4. Kolaborasi 4. Mengontrol mual
penurunan berat pemberian dan muntah pada
badan antiemetik pada keadaan akut.
2. Tidak ada mual keadaan akut.
muntah
Perubahan nutrisi Setelah di 1. Kaji nafsu 1. Mengetahui
kurang dari lakukan tindakan makan.klien. sejahmana terjadinya
kebutuhan tubuh kepeawatan perubahan pola makan
berhubungan selama 1x24 jam dan sebagai bahan
dengan intake diharapakan klien untuk melaksanakan
yang tidak dapat intervensi.
adekuat menunjukkan 2. Kaji hal-hal yang 2. Mendeteksi secara
tidak adanya menyebabka n diri dan tepat agar
tanda-tanda klien malas makan mencari intervensi
ketidakseimbanga yang cepat dan tepat
n nutrisi kurang untuk
dari kebutuhan penanggulangann ya.
dengan kriteria : 3. Anjurkan klien 3. Porsi yang sedikit
1. Nafsu makan untuk makan porsi tapi sering membantu
baik 2. Porsi sedikit tapi sering. menjaga pemasukan
makan dihabiskan dan rangsangan
3. Berat badan mual/muntah.
normal, sesuai 4. Anjurkan dan 4. Menimbulkan rasa
dengan t tinggi ajarkan melakukan segar, mengurangi rasa
badan. kebersihan mulut tidak nyaman,
sebelum makan. sehingga berefek
meningkatkan nafsu
makan.
5. Kolaborasi 5. Makanan Tinggi
dengan tim gizi Kalori Tinggi Protein
dapat mengganti
kalori, protein
Kurang Setelah di 1. Observasi 1. Mengetahui
pengetahuan lakukan tindakan kemampuan klien kemampuan pasien
berhubungan kepeerwatan dalam pemahaman dalam memenuhi
dengan selam …. jam tentang kemampuan terhadap
kurangnya diharapkan deficit penyakitnya penyakitnya
informasi. penegtahuan
teratasi dengan
kriteria hasil : 2. Bantu klien 2. Membantu pasien
1. Klien dan dalam memilih diit dalam memenuhi
keluarga mampu yang tepat ketika kebutuhan dirinya
menyatakan kembali dirumah
pemahaman
tentang penyakit,
kondisi, prognosis 3. Pendidikan 3. Memberikan
dan program kesehatan tentang informasi tentang
pengobatan serta gastritis erosif penyakit yang dialami
program diit
2. Klien dan
keluaraga mampu 4. Libatkan 4. Membantu pasien
menjelaskan keluarga untuk dalam memenuhi
kembali apa yang hidup sehat kebutuhan dirinya
dijelaskan oleh
perawat

Intoleransi Tujuan : Klien 1. Observasi sejauh 1. Mengetahui


aktifitas b/d dapat beraktivitas. mana klien dapat aktivitas yang dapat
kelemahan fisik melakukan dilakukan klien.
Kriteria hasil : aktivitas.
1. Klien dapat 2. Berikan 2. Menigkatkan
beraktivitas tanpa lingkungan yang istirahat klien.
bantuan tenang.
2. Skala aktivitas 3. Berikan bantuan 3. Membantu bila
0-1 dalam aktivitas. perlu, harga diri
ditingkatkan bila klien
melakukan sesuatu
sendiri.
4. Jelaskan 4. Klien tahu
pentingnya pentingnya
beraktivitas bagi beraktivitas.
klien.
5. Tingkatkan tirah 5.Tirah baring dapat
baring atau duduk meningkatkan stamina
dan berikan obat tubuh pasien
sesuai dengan sehinggga pasien
indikasi dapat beraktivitas
kembali.

Ansietas b/d Tujuan : Setelah 1. Awasi respon 1. Dapat menjadi


perubahan status dilakukan fisiologi misalnya: indikator derajat takut
kesehatan,ancam tindakan takipnea, palpitasi, yang dialami pasien,
an kematian dan keperwatan pusing, sakit tetapi dapat juga
nyeri. 1x24jam pasien kepala, sensasi berhubungan dengan
kesemutan. kondisi fisik atau
Kriteria hasil : status syok.
1.Mengungkapka 2.Dorong 2.Membuat hubungan
n perasaan dan pernyataan takut terapeutik
pikirannya secara dan ansietas,
terbuka berikan umpan
2. Melaporkan balik.
berkurangnya 3. Berikan 3.Melibatkan pasien
cemas dan takut informasi yang dalam rencana asuhan
3.Mengungkapka akurat. dan menurunkan
n mengerti ansietas yang tak perlu
tentangpeoses tentang ketidaktahuan.
penyakit 4.Berikan 4.Memindahkan pasien
4.Mengemukakan lingkungan yang dari stresor luar,
menyadari tenang untuk meningkatkan
terhadap apa yang istirahat. relaksasi, dapat
diinginkannya meningkatkan
yaitu keterampilan koping.
menyesuaikan diri 5. Dorong orang 5.Membantu
terhadap terdekat untuk menurunkan takut
perubahan tinggal dengan melalui pengalaman
fisiknya pasien. menakutkan menjadi
seorang diri.

6. Tunjukan teknik 6.Belajar cara untuk


relaksasi rileks dapat membantu
menurunkan takutdan
ansietas

DAFTAR PUSTAKA

Danu, D. D. (2019). Asuhan Keperawatan pada Tn.K dengan Diagnosa Medis


Gastritis dan Ulkus Pedis Diabetes Melitus di Ruang Melati RSUD
Bangil-Pasuruan. Sidoarjo: Hal.1-92
Huzaifah, Z. (2017). Hubungan Pengetahuan tentang Gastritis dengan Pencegahan
Gastritis. Journal umbjm:Vol.1, No.1, Hal.28-31
Kurnia. (2018). Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Gangguan Sistem
pencernaan Gastritis di Puskesmas Wangi-wangi Selatan Kabupaten
Wakatobi. Kendari: 1-83
Nelvawati. (2018). Asuhan Keperawatan Gastritis pada Klien Ny.I di Wilayah Kerja
Puskesmas Koto Baru. Hal/ 1-72
Price, S.A., Wilson, L.M. (2008). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi 6. Volume 1. Alih Bahasa Brahm U, Pendit, Edidor
Huriawati Hartono, Jakarta: EGC
Syafi’i, M., Andriani, D. (2019). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian
Gastritis pada Pasien yang Berobat di Puskesmas. Jurnal Keperawatan
dan Fisioterapi. Vol.2, No.1, Hal52-60

LAPORAN KASUS

Asuhan Keperawatan Gastritis


Di Susun Oleh:

Nama : Kiki Andriani

NIM : 201102021

Stase : Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing : Eqlima Elfira, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

Asuhan Keperawatan Gastritis

1. Pengakajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.R
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)

b. Identitas Penanggung jawab


Nama : Tn.C
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Suami
2. Keluhan Utama
pasien mengatakan nyeri ulu hati.
P : Penyebabnya karena peningkatan asam lambung
Q : Nyeri seperti di iris-iris
R : Nyeri di rasakan di ulu hati
S : Skala nyeri 7
T : Waktunya terus-menerus, nyeri muncul saat beraktivas maupun tidak beraktivitas.
3. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti Hipertensi,
Diabetes Melitus, dan sebagainya.
4. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun lingkungan/cuaca.
5. Pola Nutrisi
Pasien mengatakan selama sakit, nafsu makan menurun, dan hanya menghabiskan ½
porsi saja.
Pasien mengatakan selama sakit minum hanya 3-4 gelas/hari

6. Pola Aktivitas/latihan

Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilisasi di 
tempat tidur
Berpindah 
Ambulasi 
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Di bantu sebagian
2 : Di bantu orang lain
3 : Di bantu orang dan alat
4 : Ketergantungan / tidak mampu
7. Pola Istirahat/tidur
Selama sakit, pasien mengatakan sering terbangun malam hari karena nyeri.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos menthis
GCS : 15
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 22x/menit
Suhu :37,5 oC
c. Antropometri
BB sebelumsakit : 58 Kg
BB saat sakit : 56 Kg
TB : 160 cm
d. Pada pernapasan (B1:Breathing)
inspeksi dada : Simetris antara kiri dan kanan
Palpasi dada : vocal vermitus sama antara kanan dan kiri.
Auskultasi dada : terdengar suara nafas vesikuler.
e. Pada cardiovaskular (B2: Bleeding)
Palpasi : pada saat pemeriksaan tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan.
Perkusi : Terdengar bunyi dulness
Auskultasi : suara jantung normal
akral dingin, capillary reffling time (CRT) < 3 dtk.
f. Pada persyarafan (B3: Brain)
ditemukan nilai GCS 15, ekspresi wajah meringis, sklera mata putih, konjungtiva
anemis, kedua pupil isokor, kelopak mata membuka spontan. Penglihatan,
pendengaran dan pengecapan baik, status mental dengan orientasi baik.
g. Pada perkemihan-eliminasi urin (B4: Bladder)
Frekuensi : 4-5 kali sehari
warna : kekuningan
Bau : bau seperti amoniak.
h. Pada pencernaan-eliminasi alvi (B5: Bowel)
Frekuensi : 1x/hari
Warna : Kuning kecokelatan
Konsistensi : Lunak
Peristaltik usus 12x/menit
i. Pada tulang-otot integumen (B6: Bone)
Ekstremitas atas: tampak terpasang infus di tangan sebelah kanan jenis RL 24
tetes per menit.
Pada bagian ekstremitas tidak ditemukan keterbatasan pergerakan sendi maupun
kelemahan otot, akral teraba dingin dengan elastisitas turgor kulit jelek.

2. Analisa Data

Symthom/Data Etiologi/Penyebab Problem/Masalah


DS : Peradangan mukosa lambung Nyeri akut
1. Klien mengatakan nyeri
ulu hati Sekresi asam lambung
2. Skala nyeri 7 meningkat

DO : Iritasi lambung
1. KU. Lemah
2. Ekspresi wajah meringis Nyeri
3. TTV TD : 130/70 mmHg

DS : peningkatan asam lambung Perubahan nutrisi kurang dari


1. Klien mengatakan kurang kebutuhan tubuh
nafsu makan Perangsangan kolinergi
2. Klien mengatakan mual
dan muntah Menstimulus saraf vagus
DO : pada hipotalamus
1. KU. lemah
2. Porsi makan tdak Mual muntah
dihabiskan ( ½ porsi )
3. BB sebelum sakit 58 kg Nutrisi kurang dari
4. BB saat sakit 56 kg kebutuhan
DS : Penurunan tonus otot dan Kurang volume cairan tubuh
1. Klien mengatakan mual peristaltik lambung
dan muntah
2. Klien mengatakan Refluks isi duodenum ke
minumnya sedikit 3 4 lambung
gelas per hari
DO : Ransangan mual
1. Turgor kulit jelek
2. Klien nampak mual dan Dorongan isi lambung ke
muntah. mulut
3. Terpasang infus RL 24
tetes per menit Muntah

Resiko kekurangan volume


cairan tubuh
3. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b/d iritasi mukosa lambung, ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri ulu hati,
Skala nyeri 7, keadaan umum lemah, Ekspresi wajah meringis, TTV TD : 130/70
mmHg.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi tidak adekuat
ditandai dengan Pasien mengatakan kurang nafsu makan, keadaan umum lemah
Pasien mengatakan mual dan muntah, Porsi makan tidak dihabiskan ½ dari porsi , BB
sebelum sakit 58 kg, saat sakit 56 kg.
3. Resiko kekurangan volume cairan b/d mual dan muntah ditandai dengan Pasien
mengatakan mual dan muntah, keadaan umum lemah, Pasien mengatakan minumnya
sedikit 3 – 4 gelas per hari, Turgor kulit jelek, Pasien nampak mual dan muntah.

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


. Hasil Keperawatan
1. Nyeri b/d Tujuan : setelah 1. Kaji lokasi dan 1. untuk mengetahui
iritasi dilakukan tindakan skala nyeri nyeri yang dirasakan
mukosa keperawatan selama 3 pasien sebagai acuan
lambung, x 24 jam diharapkan intervensi
ditandai nyeri berkurang 2. Observasi TTV 2. Peningkatan
dengan dengan kriteria hasil: tekanan darah
Pasien  Pasien tidak merupakan gambaran
mengatakan mengeluh pada nyeri
nyeri ulu nyeri uluhati. 3. Beri posisi yang 3. Posisi yang
hati, Skala  Skala nyeri nyaman bagi klien nyaman dapat
nyeri 7, turun 0-1 mengurangi respon
keadaan  Pasien nampak nyeri
umum tenang 4. Anjurkan pasien 4. Membantu dalam
lemah, untuk menghindari menurunkan iritasi
Ekspresi makanan yang gaster dan
wajah dapat merangsang ketidaknyamanan
meringis, peningkatan asam dalam proses
TTV TD : lambung pencernaan
130/70 5. Ajari pasien teknik 5. Teknik relaksasi
mmHg. relaksasi nafas dapat mengurangi
dalam nyeri
6. Kolaboradi dengan 6. Analgesik dapat
dokter dalam menurunkan bahkan
penatalaksanaan menghilangkan nyeri
dalam pemberian
obat ranitidine.
2. Perubahan Tujuan : setelah 1. Kaji pola dan porsi 1. Dapat diketahui
nutrisi dilakukan tindakan makan pasien. jumlah nutrisi
kurang dari keperawatan selama 3 yang masuk
kebutuhan x 24 jam diharapkan sehingga dapat
tubuh b/d kebutuhan nutrisi djadikan indikator
intake nutrisi pasien terpenuhi tindakan
tidak adekuat dengan kriteria hasil: selanjutnya.
ditandai  KU. Baik 2. Berikan makanan 2. Memaksimalkan
dengan  Nafsu makan sedikit tapi sering. masukan makanan
Pasien kembali baik dan mengurangi
mengatakan  Porsi makan iritasi asam
kurang nafsu dihabiskan lambung
makan,  BB naik 3. Anjurkan keluarga 3. Menambah selera
keadaan menyajikan makan
umum lemah makanan dalam
Pasien kondisi hangat dan
mengatakan sesuai kesukaan
mual dan 4. Anjurkan pasien 4. Kondisi mulut
muntah, manjaga yang bersih dapat
Porsi makan kebersihan oral meningkatkan
tidak nafsu makan, agar
dihabiskan ½ merangsang nafsu
dari porsi , makan pasien
BB sebelum kembali normal
sakit 58 kg, 5. Timbang BB 5. Untuk mengetahui
saat sakit 56 kenaikkan BB
kg. 6. Kolaborasi dengan 6. Membantu
tim gizi dalam menaikkan BB
pemberian pasien dan
makanan menambah selera
makan pasien.

3. Resiko Tujuan : setelah 1. Pantau pemasukan 1. Evaluator


kekurangan dilakukan tindakan dan pengeluaran langsung status
volume keperawatan selama 3 cairan cairan
cairan b/d x 24 jam diharapkan 2. Evaluasi turgor 2. Indikator lansung
mual dan kebutuhan cairan kulit, kelembaban status cairan/
muntah tubuh klien terpenuhi membrane mukosa perbaikan
ditandai dengan kriteria hasil: dan adanya edema ketidakseimbanga
dengan  Pasien tidak n
Pasien mual dan 3. Kaji ulang 3. Pemberian cairan
mengatakan muntah kebutuhan cairan, dengan rute yang
mual dan  Pasien minum buat jadwal 24 jam tepat dapat
muntah, 8 gelas perhari dan rute yang di mempercepat
keadaan  Turgot kulit gunakan, pastikan perbaikan kondisi.
umum baik minuman yang di
lemah, sukai.
Pasien 4. Anjurkan pasien 4. Dapat
mengatakan untuk minum dan menurunkan
minumnya makan dengan terjadinya muntah
sedikit 3 – 4 perlahan sesuai bila mual
gelas per indikasi
hari, Turgor 5. Kolaborasi dengan 5. Dapat mengurangi
kulit jelek, dokter dalam terjadinya mual
Pasien penatalaksanaan dan muntah
nampak mual dalam pemberian
dan muntah. obat pantroprazol

Anda mungkin juga menyukai