Kelas : 2B Akuntansi
NPM : 18.1.02.01.0017
1. Apakah yang dimaksud dengan Hedging? Mengapa Hedging menjadi salah satu cara mengatasi
risiko likuiditas? Jelaskan!
2. Jelaskan “off Balance Sheet”?
3. jelaskan bagaimana efek item-item dari off balance sheet terhadap laporan posisi keuangan??
dan bagaimana perlakuan analisis terhadap item tersebut?
4. Berikut ini data PT. Angkara, pada Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi.
3. Perputaran Piutang
Tahun 1 tidak terjadi penjualan
Tahun 2 Tahun 3
Receivable Turnover Receivable Turnover
= Net Credit Sales = Net Credit Sales
Average Account Receivable Average Account Receivable
= 160 = 250
20 55
= 8 = 4,55
4. Perputaran Persediaan
Tahun 1 tidak terjadi HPP
Tahun 2 Tahun 3
Inventory Turnover Inventory Turnover
= Cost of Good Sold = Cost of Good Sold
Average Inventory Average Inventory
= 78 = 120
30 50
= 2,6 = 2,4
5. DR
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Debt Ratio Debt Ratio Debt Ratio
= Total Liabilities = Total Liabilities = Total Liabilities
Total Asset Total Asset Total Asset
= 73 = 87 = 188
138 160 293
= 0,5289 atau 52,89 % = 0,5437 atau 54,37 % = 0,6416 atau 64,16 %
6. DER
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio
= Total Liabilities = Total Liabilities = Total Liabilities
Total Shareholder’s Equity Total Shareholder’s Equity Total Shareholder’s Equity
= 73 = 87 = 188
65 73 105
= 1,12 atau 112 % = 1,19 atau 119% = 1,79 atau 179 %
7. TIR
Pada tahun 1 tidak terjadi penjualan
Tahun 2 Tahun 3
Time Interest Earned Time Interest Earned
= Earning Before Interest and Tax (EBIT) = Earning Before Interest and Tax (EBIT)
Interest Expense Interest Expense
= 40 = 54
2 4
= 20 = 13,5
2. Quict Ratio
Pada tahun 1 quict ratio PT Angkara menunjukkan angka 0,7169 yang
artinya setiap Rp 1,- hutang lancar tidak dapat dijamin oleh aktiva lancar,
karena nilai dari aktiva dibawah Rp 1.
Pada tahun 2 quict ratio PT Angkara menunjukkan angka 0,7462 yang
artinya setiap Rp 1,- hutang lancar tidak dapat dijamin oleh aktiva lancar,
karena nilai dari aktiva dibawah Rp 1.
Pada tahun 3 quict ratio PT Angkara menunjukkan angka 0,6444 yang
artinya setiap Rp 1,- hutang lancar tidak dapat dijamin oleh aktiva lancar,
karena nilai dari aktiva dibawah Rp 1.
Dari tahun 1 ke tahun 2 terjadi peningkatan sebesar 0,0293 dan pada tahun 2 ke
tahun 3 terjadi penurunan sebesar 0,1018. Dalam hal memenuhi kewajiban
jangka pendeknya PT Angkara dianggap kurang baik karena tidak adanya
aktiva lancar yang dapat menjamin hutang lancarnya, yang dimana quict rasio
ini berada dibawah Rp 1,- untuk setiap tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki jumlah aktiva lancar yang kurang cukup untuk melunasi
seluruh kewajiban lancar (jangka pendek) yang akan jatuh tempo dengan
segera. Perusahaan PT Angkara ini dianggap memiliki likuiditas yang kurang
sehat karena quict ratio dibawah Rp 1,-, untuk memanajemen persediaan pun
perusahaan dikatakan kurang baik juga karena adanya persediaan yang
menumpuk. Jadi PT Angkara ini dianggap tidak stabil karena dari tahun ke
tahun terjadi peningkatan dan penurunan nilai rasio. Untuk hal itu maka perlu
adanya evaluasi lebih lanjut dalam perusahaan untuk mengatasi jika terjadi
adanya penurunan nilai rasio, dan diidentifikasi apa saja yang menjadi
penyebabnya. Tujuannya agar di tahun berikutnya nilai rasio biasa lebih
meningkat dari tahun sebelumnya dan perusahaan semakin dianggap baik
dalam melunasi kewajibannya.
3. Receivable Turnover
Pada tahun 2 perputaran piutang terjadi sebesar 8 kali. Angka 8 kali ini
menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang perusahaan adalah 8 kali
dari penjualan. Maka, jumlah hari dari penjualan dalam piutang adalah
sebesar 45 hari (365/8), yang artinya perusahaan membutuhkan waktu rata-
rata sebanyak 45 hari untuk menagih utang.
Pada tahun 3 perputaran piutang terjadi sebesar 4,55 kali. Angka 4 kali ini
menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang perusahaan adalah 4 kali
dari penjualan. Maka, jumlah hari dari penjualan dalam piutang adalah
sebesar 80 hari (365/4,55), yang artinya perusahaan membutuhkan waktu
rata-rata sebanyak 80 hari untuk menagih utang.
Rasio perputaran piutang PT Angkara terjadi penurunan dari tahun 2 ke tahun
3 sebesar 3,45. Hal ini menunjukkan bahwa PT Angkara memiliki manajemen
piutang yang buruk (tidak baik), karena perusahaan tidak dapat
mempertahankan perputaran piutang dengan stabil. Akan tetapi perusahaan PT
Angkara Ini dianggap baik karena jika dilihat dari penagihan piutangnya yang
cepat, dalam arti piutang dapat tertagih sebelum jatuh tempo yang ditetapkan.
Jadi, jika semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk menagih piutang,
maka semakin baik manajamen piutang perusahaan , sehingga perusahaan bias
memiliki kas operasional yang besar.
4. Inventory Turnover
Pada tahun 2 persediaan PT Angkara dalam satu tahun berputar sebanyak
2,6 kali. Dari rasio jumlah hari penjualan persediaan PT Angkara
didapatkan angka sebesar 140 hari. Hal ini mengidentifikasi bahwa selama
tahun 1 PT Angkara membutuhkan rata-rata sebanyak 140 hari untuk
membeli, menjual, dan mengganti persediaan (memutar persediaan).
Pada tahun 3 persediaan PT Angkara dalam satu tahun berputar sebanyak
2,4 kali. Dari rasio jumlah hari penjualan persediaan PT Angkara
didapatkan angka sebesar 152 hari. Hal ini mengidentifikasi bahwa selama
tahun 1 PT Angkara membutuhkan rata-rata sebanyak 152 hari untuk
membeli, menjual, dan mengganti persediaan (memutar persediaan).
Dari rasio perputaran persediaan, tampak bahwa selama 2 tahun berturut-turut
PT Angkara mengalami penurunan, namun penurunannya masih cukup stabil
karena penurunannya tidak terlalu signifikan. Penurunan ini menandakan
terjadi bahwa perlambatan dalam perputaran persediaan. hal ini bisa
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki brang persediaan yang semakin
besar dalam 2 tahun yang belum diubah menjadi produk. Akan tetapi,
walaupun terdapat penurunan perputaran persediaan, kita tidak bisa
menyimpulkan bahwa perputaran oersediaan PT Angkara jelek, karena PT
Angkara tetap masih mampu menjaga perputaran persediaan dengan stabil
(penurunannya tidak besar dari tahun sebelumnya ke tahun berikutnya).